Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arny Prihartanti
"Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan sesamanya, oleh karena itu dibutuhkan wadah yang dapat menampung manusia utuk melakukan aktivitas tersebut. Wadah tersebut dapat berupa ruang terbuka yang memungkinkan manusia untuk masuk dan terlibat di dalamnya. Agar manusia mau masuk dan terlibat di dalam ruang tersebut, maka dalam penciptaan ruang diperlukan hal-hal yang dapat memberikan kenyamanan.
Plaza sebagai salah satu ruang terbuka merupakan wadah yang dapat menampung aktivitas manusia. Agar tujuan ini tercapai, maka faktor kenyamanan harus diperhatikan sehingga plaza mempunyai arti dan makna bagi penggunanya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Lodera
"Upacara Pasupati merupakan sebuah ritual yang tidak saja memiliki dimensi religi yang melandasinya, namun juga memiliki dimensi etis dan estetis. Hal itu terlihat dalam berbagai aktivitas Upacara Pasupati itu sendiri yang menampakkan adanya aktivitas dalam bentuk kerjasama dan partisipasi dalam hubungan ketetanggaan dan dalam berbagai aktivitas lainnya.
Penelitian ini mencoba mengkaji dan menelusuri dimensi-dimensi etis dan estetis pelaksanaan upacara Pasupati terutama yang terkait dengan masalah hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan hidupnya dan manusia dengan Tuhan, yang memang selama ini belum pernah diteliti dalam bentuk karangan ilmiah.
Secara pragmatis penelitian ini bertujuan untuk menelusuri tenomena-fenomena etis dan estetis dalam pelaksanaan upacara pasupati dan konsekuensinya terhadap integrasi masyarakat Bali.
Upaya untuk memperoleh hasil penelitian tersebut dipergunakan beberapa teknik penelitian yakni dengan mengidentifikasi Lokasi Penelitian, mengumpulkan data dengan metode pencatatan dokumen, dan observasi, menganalisa data, mengecek kesahihan data atau kebenaran data yang diperoleh dan menggunakan metode Kritis Refleksif untuk mengolah data yang bersifat empiris.
Berdasarkan atas temuan dan analisis data penelitian, maka dapat dikemukakan hasil penelitian sebagai berikut:
Makna etis dari sebuah Upacara Pasupati, mengandung berbagai jenis pendidikan terutama dalam pendidikan moral dan karakter umat Hindu, serta mengandung unsur imperatif bagi umatnya untuk selalu melaksanakan sradha bhakti secara rutin, dalam waktu-waktu tertentu dan dalam perspektif, pelaksanaan sebuah Upacara Pasupati dapat menuntun umat Hindu untuk berprilaku dan bertindak sesuai dengan ajaran agama, sehingga menumbuhkan rasa percaya pada Tuhan, dapat senantiasa berkomunikasi dengan Tuhannya dan dapat mengetahui kebenaran baru tentang yang religius.
Dengan percaya kepada Tuhan justru menjadikan seseorang lebih kuat menghadapi berbagai persoalan hidup dan memiliki integrasi individual (tidak lemah, dan mudah putus asa), serta memiliki integrasi sosial (harmonis dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama). untuk memperkuat perasaan dan ide-ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan rnasyarakat, guna dapat dipeliharanya rasa persatuan dan rasa kebersamaan
Makna estetis dari pelaksanaan upacara Pasupati adalah keindahan yang dihayati oleh masyrakat Bali bukan semata-mata untuk dinikmati oleh indra manusia melainkan rasa seni mampu berkiprah dalam menghubungkan manusia dengan Tuhannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T4091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Tiara Ramadhani
"ABSTRAK
Sebuah plaza di Kota New York bernama Plaza Javitz mengalami empat tahap perubahan. Perubahan terjadi akibat adanya penambahan objek-objek yang mengintervensi perubahan pola pergerakan dan penggunaan ruang di plaza. Intervensi setiap objek memberikan pemaknaan yang berbeda bagi plaza. Manusia memberikan makna ketika mengalami sebuah ruang. Makna yang diberikan berupa hasil interaksi manusia dengan objek dalam ruang melalui persepsi. Perubahan makna dapat terjadi akibat adanya kualitas pemaknaan yang dihasilkan sebuah tempat. Skripsi ini mencoba membahas bagaimana makna ruang plaza berubah akibat adanya intervensi objek. Penulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui peran objek dalam proses pemaknaan pada ruang plaza tersebut.

ABSTRAK
A plaza in New York City named Plaza Javitz underwent four stages of change. Changes occur due to the addition of objects that interfere with changes in the pattern of movement and use of space in the plaza. Intervention of each object provides a different meaning for the plaza. Humans give meaning while in space. The meaning given is the result of human interaction with objects in space through perception. Changes in meaning can occur due to the quality of meaning generated a place. This thesis tries to discuss how the meaning of plaza space changed due to object intervention. This writing aims to know the role of objects in the process of meaning in the plaza space. "
2017
S68774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bayangan sebgai unsur peneduhan berguna untuk melangsungkan aktivitas manusia di ruang Iuar terutama di daerah iklim tropis, dimana kondisi matahari cukup menyengat dan mengganggu kenyamanan beraktivitas. Ruang Iuar yang dirasakan kurang nyaman di Jakarta yang beriklim tropis basah berupa plaza, karena karakteristiknya yang seringkali dominan dengan perkerasan. Pada kesempatan ini, penulis akan memaparkan tentang bayang-bayang bangunan yang mempengaruhi kenyamanan termal khususnya temperatur, kelembaban dan aktivitas pengguna paza serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi aktivitas penggunaan ruang luar. Untuk membahas penerapan pengaruh bayang-bayang bangunan terhadap temperatur, kelembaban dan aktivitas pengguna, penulis memberikan 2 contoh studi kasus plaza di kawasan Sudirman-Thamrin. Pemilihan studi kasus berdasarkan kriteria pembanding dan karakteristik lingkungan plaza yang berbeda, namun keduanya memiliki tipe plaza yang sama dengan jumlah pengguna yang cukup banyak. Pembayangan oleh bangunan dapat menjadi salah satu unsur kenyamanan termal pengguna plaza, namun hal tersebut bukan merupakan suatu tolak ukur yang mutlak. Jadi bayangan kadang-kadang bisa memicu niat ataupun mengarahkan pilihan perilaku manusia untuk melaksanakan aktivitas di ruang Iuar. Manusia akan mengusahakan dirinya agar tidak merasa terganggu oleh radiasi matahari dan merasa nyaman. Namun hal tersebut tergantung pads prioritas kebutuhan yang ada. Rasa nyaman pada manusia di ruang luar terbuka tidak hanya secara termal, namun jugs secara visual, psikologis, dan fisik. Banyak faktor selain bayangan bangunan yang dapat ikut mempengaruhi kenyamanan termal di ruang terbuka seperti pepohonan yang memberi kontribusi bayangan sekaligus memiliki nilai penyerapan panas yang tinggi. Bayangan dapat memberikan kondisi temperatur yang lebih balk (penurunan) daripada kondisi tersinari matahari. Hal ini tergantung presentase bidang yang terbayangi terhadap luasan secara keseluruhan, intensitas radiasi matahari per harinya. Untuk perancangan ruang terbuka yang baik maka tidak hanya terpaku pads satu sudut pandang kenyamanan saja tapi sebisa mungkin memperhatikan banyak faktor. Akhir kata, penulisan skripsi inl bertujuan untuk memberi masukan tentang pentingnya kenyamanan di ruang luar dengan memperhatikan tidak sekedar faktor termal, namun faktor lainnya yang cukup kompleks dalam suatu perancangan plaza. Dalam hal ini antara plaza yang terbangun dan lingkungannya hares dapat saling mendukung dalam keberhasilan desain suatu tempat."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Ghanyyu Rebia
"Tesis ini membahas tentang Perjanjian Tripartit atau skema perjanjian 3 pihak dalam proses pembangunan Apartemen Nines Plaza and Residence BSD antara PT. Waskita Karya (Persero) Tbk, BUMN dibidang konstruksi dan PT Waskita Karya Realty Tbk (anak perusahaan dari PT Waskita Karya (Persero)) yang bergerak di bidang property dan Pihak Ketiga yaitu Subkontraktor. Penelitian hukum yang dilakukan adalah yuridis normatif dengan berbasis pada analisis terhadap peraturan perundang-undangan khususnya materi/isi perjanjian kerjasama Tripartit serta kaidah-kaidah hukum perjanjian dalam Buku III KUHPerdata. Hasil penelitian menunjukkan Perjanjian Tripartit tersebut memenuhi 4 (empat) unsur syarat-syarat dalam pembuatan perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320. Terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan Perjanjian Tripartit Proyek Nines Plaza and Residence BSD adalah akibat terjadi suatu keadaan tidak dilaksanakannya apa yang telah diperjanjikan, oleh karena ketidakmampuan salah satu pihak yang terikat dalam perjanjian, yaitu tidak melaksanakan pembayaran yang mengakibatkan terhambatnya pembangunan berkelanjutan di Proyek Nines Plaza and Residence, diluar ketidakmampuan dalam hal pembayaran terdapat faktor lain yaitu dikarenakan Pandemi Covid-19 yang membuat semua bisnis dikalangan pekerja konstruksi macet. Akibat hukum yang timbul dari tindakan tidak melaksanakan kewajiban dalam hal pembayaran adalah Penyedia Jasa/Owner bisa dituntut ke BANI untuk menyelesaikan perselisihan (Jika Terjadi). Sejauh ini upaya penyelesaian yang ditempuh adalah melalui musyawarah di antara para pihak, hal ini didahului dengan pemberian teguran ataupun somasi dan diupayakan penyelesaian kontrak dengan membuat addendum kontrak. Disarankan perlunya dilakukan pertimbangan serta perhitungan yang lebih matang pada proyek Nines Plaza and Residence BSD yang sedang dilaksanakan.

This thesis discusses the Tripartite Agreement or 3-party agreement scheme in the development process of Nines Plaza and Residence BSD Apartments between PT. Waskita Karya (Persero) Tbk, BUMN in the field of construction and PT Waskita Karya Realty Tbk (a subsidiary of PT Waskita Karya (Persero)) which is engaged in property and Third Parties, namely Subcontractors. The legal research carried out is normative juridical based on an analysis of statutory regulations, especially the material/content of the Tripartite cooperation agreement and the legal principles of the agreement in Book III of the Civil Code. The results of the study show that the Tripartite Agreement fulfills 4 (four) elements of the requirements in making the agreement regulated in Article 1320. The occurrence of a default in the implementation of the Tripartite Agreement for the Nines Plaza and Residence BSD Project is due to a condition where what has been agreed has not been implemented, because the inability of one of the parties bound in the agreement, namely not making payments which resulted in delays in sustainable development at the Nines Plaza and Residence Project, apart from inability in terms of payment there are other factors, namely due to the Covid-19 Pandemic which has brought all business among construction workers to a standstill. The legal consequences arising from the act of not carrying out obligations in terms of payment are that the Service Provider/Owner can be sued to BANI to resolve the dispute (if it occurs). So far the settlement efforts taken are through deliberation between the parties, this was preceded by giving a warning or subpoena and efforts were made to settle the contract by making a contract addendum. It is suggested that there is a need for more mature considerations and calculations on the Nines Plaza and Residence BSD project that is being implemented."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Maulina
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47911
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1992
S25330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1993
LAPEN 16 Irm h
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Simangunsong, Daniel B.N.
"Aspek kenyamanan termal telah semakin menjadi perhatian dalam kehidupan manusia, oleh karena kenyamanan termal tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap kegiatan manusia sehari-hari. Tingkat kenyamanan termal di daerah tropis tidak sama dengan daerah beriklim kering. Pencahayaan matahari menjadi salah satu faktor penentu kenyamanan termal pada daerah iklim tropis.
Kondisi iklim tropis lembab Indonesia harus menjadi acuan bagi perencanaan plaza yang dapat melindungi pemakainya dari radiasi penyinaran langsung matahari.
Teori mengenai desain plaza dan kenyamanan termal dijadikan sebagai dasar dalam melihat lebih jauh hubungan keduanya. Tidak ketinggalan pula kajian mengenai alun-alun sebagai elemen ruang luar kota di Indonesia. Untuk mendapatkan acuan bagi perencanaan plaza di iklim tropis, prinsip-prinsip arsitektur tropis dapat dijadikan sumber pengetahuan.
Analisis ini merupakan basil pengamatan terhadap dua buah plaza di Jakarta yang bertujuan unmk melihat hubungan antara desain plaza dengan kenyamanan temmal pemakainya. Ternyata tingkat kenyamanan suatu plaza dapat mempengaruhi pola pemakaian plaza oleh publik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Saraswati
"Skripsi ini membahas tentang perkembangan bangunan pusat perbelanjaan, yang kini banyak dari bangunan tersebut yang mengadaptasi konsep plaza sebagai pusat berkegiatan pengunjungnya. Pengaplikasian konsep plaza tersebut tidak hanya pada bentuk fisiknya saja, tetapi juga banyak dari bangunan tersebut yang menggunakan kata plaza dalam penamaannya. Pada awalnya, konsep plaza hanyalah merupakan sebuah ruang terbuka kota yang menjadi pusat berkegiatan warga kotanya. Seiring dengan perkembangan jaman, konsep tersebut mulai diadaptasi oleh bangunan-bangunan tertutup lainnya, khususnya pada bangunan pusat perbelanjaan. Dalam melihat pengaplikasian konsep plaza tersebut, penulis mengacu kepada ciri bangunan pusat perbelanjaan dengan tipe plaza sebagai dasar analisa, yaitu memiliki atrium di bagian tengah sebagai pusat berkegiatan, sirkulasi utama mengarah ke bagian plaza, plaza yang baik tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil dengan lebar sekitar 25 meter, dan di sekitar plaza terdapat retail-retail sebagai penarik, serta memilih studi kasus berupa bangunan pusat perbelanjaan dengan pengaplikasian konsep plaza pada penamaannya maupun bentuk fisiknya, seperti Plaza Senayan, Plaza Semanggi, Blok M Plaza, dan Margo City. Ternyata dari keempat studi kasus tersebut diketahui bahwa penamaan suatu bangunan pusat perbelanjaan tidak selalu sesuai dengan namanya, ada yang menggunakan kata plaza tetapi tidak ada plazanya dan ada yang tidak menggunakan kata plaza tetapi justru ada plazanya. Namun, penamaan bangunan pusat perbelanjaan tersebut ada juga yang sesuai. Dan ternyata dari keempat ciri tersebut, terdapat hal lain yang menentukan keberhasilan suatu plaza, yaitu terlihat dari letaknya yang strategis yang berada di antara pertemuan jalur sirkulasi vertikal maupun horizontal dan mudah diakses oleh pengunjungnya, serta terdapat suatu fasilitas yang mendukung sebagai area berkumpul dan duduk-duduk.

This script discusses the development of the shopping center, which is now a lot of them are adopting the concept of plaza as an activity center of those visitors. For some shopping centers, the application of plaza concept is not only on a physical form, but also for their naming. Initially, the concept of plaza is merely for open urban space which used a center of community life. But along with the changing times, the concept began to be adopted by other closed buildings, especially in the shopping center. In looking at the application of the plaza concept, the author refers to the characteristics of the shopping center with a plaza type as a basic analysis which has a central atrium as a center of doing activities, the main circulation leading to the plaza, good plaza is not too big and not too small with a width of approximately 25 meters, and around the plaza there are retails as an attractor. And the shopping centers which selected as a case study are a building with an applying of the plaza concept on that naming and a physical form, such as Plaza Senayan, Plaza Semanggi, Blok M Plaza, and Margo City. And from these four case studies was known that naming of a shopping centers building is not always in accordance with its name. There are some shopping centres are using a plaza in their naming but there is no acctualy plaza in there, but some aren't using a plaza word but instead there is a plaza. However, there is also an appropriate of that naming. And instead of the four characteristics, there are other things that determine the success of a plaza such as its strategic location like meetings of vertical and horizontal circulation routes and easily accessible by them, and its facility that supports the sitting and gathering area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52344
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>