Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60738 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Febriani
"Pengamatan metalografi dibutuhkan untuk mengontrol mikrostruktur baja HSLA (High Strength Low Alloy) setelah dilakukan deformasi panas. Adanya sejumlah kecil paduan seperti Niobium dapat meningkatkan kekuatan baja HSLA melalui mekanisme penguatan presipitat serta penghalusan ukuran butir. Presipitat Nb dapat mencegah pertumbuhan butir austenit prior yang terjadi selama proses pemanasan awal (reheating). Untuk mengamati perilaku butir austenit prior tersebut diperlukan larutan etsa yang efektif yang dapat menampakkan batas butir austenit prior dengan baik. Dalam penelitian ini digunakan baja HSLA-Nb yang memiliki kadar karbon yang cukup rendah, yaitu 0,048%C. Baja tersebut kemudian dipanaskan pada berbagai temperatur uji; 1000°C, 1100°C, 1200°C, dan 1300°C, dilanjutkan dengan pendinginan cepat, kemudian dilakukan pengamatan metalografi menggunakan berbagai jenis larutan etsa. Batas butir austenit prior cukup sulit ditampakkan pada beberapa larutan etsa yang digunakan dikarenakan kadar karbon yang cukup rendah pada material uji HSLA-Nb ini. Pada temperatur 1000°C, batas butir austenit prior belum dapat ditampakkan dengan jelas. Namun semakin tinggi temperatur, seperti pada temperatur 1200°C dan 1300°C, semakin mudah dalam menampakkan batas butir austenit prior. Etsa Eddy,dkk merupakan etsa yang paling optimum dalam menampakkan batas butir austenit prior pada berbagai temperatur uji baja HSLA jenis ini. Penambahan sejumlah kecil HCl sangat efektif dalam memperjelas penampakan batas butir austenit prior.

Metallography examination is required to control the microstructure of HSLA (High Strength Low Alloy) steel after hot deformation. The small amount of alloying element such as Niobium can increase the strength by precipitation strengthening and grain refinement mechanism. The precipitate will impede prior-austenite grain growth which occured during reheating process. In order to observe the prior-austenite behavior, the effective etching solution is needed to reveal the prior-austenite grain boundaries. In this research, the HSLA-Nb steel which have low carbon content (0,048%C) was employed to the examination. This steel was heated at variety temperatures; 1000°C, 1100°C, 1200°C, and 1300°C, followed by direct quenching, then metallography examination has been quantitatively studied with variety etching solutions. The prior austenite grain boundaries were quite difficult to revealed by some etching solutions, caused by low carbon content of the HSLA-Nb steel. At 1000°C, prior austenite grain boundaries could not be visible clearly. The higher temperature such as 1200°C and 1300°C, the easier to get prior austenite grain boundaries clearly. Eddy's reagent was the optimum etchant to reveal prior austenite grain boundaries of this HSLA-Nb steel at variety temperatures. In addition of HCL small amount was very effective to reveal the grain boundaries clearly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nofri Hasanudin
"Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan pertumbuhan butir austenit awal pada proses pemanasan awal (reheating) di bawah pengaruh laju pemanasan (heating rate) dan waktu tahan austenisasi pada baja HSLA-Nb 0.183%. Parameter penelitian yang dipakai dalam penelitian ini berupa tiga laju pemanasan yang berbeda (10°C/menit, 15°C/menit, 20°C/menit) dan tiga waktu tahan austenisasi yang berbeda (20 menit, 50 menit, 80 menit).
Dari hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa semakin besar laju pemanasan (cepat) maka akan dihasilkan butir austenit awal yang lebih besar dibandingkan dengan laju pemanasan yang rendah (lambat). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat kenaikan pertumbuhan butir meningkat sebesar 45.14% dari laju pemanasan 10°C/menit ke 15°C/menit dan meningkat sebesar 200.98% dari laju pemanasan 15°C/menit ke 20°C/menit pada penahanan austenisasi 50 menit. Didapat persamaan empiris perhitungan besar butir austenit awal sebagai fungsi dari laju pemanasan dan waktu tahan austenisasi.

This research investigated the prior austenite grain growth at reheating process under the influence of heating rate and soaking time on HSLA-Nb steel 0.183 (wt%). The parameter that have been used in this research are three different heating rate (10°C/minutes, 15°C/minute, 20°C/minutes) and three different soaking time (20 minutes, 50 minutes, 80 minutes).
The results of this research shows that the higher heating rate (slow). The result of this research also showsthat the growth of grain increasing by 45.14% from heating rate 10°C/minutes to 15°C/minutes and increasing by 200.98% from heating rate 15°C/minutes to 20°C/minutes at 50 minutes of soaking time. Calculation empirical equation of prior austenite grain size is obtained as a function of heating rate and soaking time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42943
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ronaldus Caesariano Ekaputra
"Seiring dengan meningkatnya investasi di sektor infratruktur, gedung-gedung pencakar langit, dan proyek otomotif berbanding lurus dengan permintaan pasar global akan baja perkakasdengan nilai USD 5.7 miliar di tahun 2023. Salah satu tipe baja perkakas yang umum digunakan di dunia industri sebagai pisau pemotong adalah baja AISI D2.Material ini dapat ditingkatkan kekuatan dan kekerasannya melalui proses perlakuan panas. Perlakuan panas dilakukan untuk mentransformasi fasa austenit menjadi martensit. Fasa austenit yang merupakan fasa induk memiliki peran penting dalam menghasilkan fasa akhir dengan sifat mekanis yang optimal oleh karena itu penelitian terkait fenomena penghalusan austenit atau yang dikenal dengan sebutan prior austenite grain (PAG) terus dikembangkan. Salah satu metode penghalusan butir austenit dilakukan dengan kombinasi dari proses deformasi plastis (canai dingin) sebelum dilakukan perlakuan panas.Dengan diterapkannya deformasi plastis, maka akan menghasilkan lebih banyak cacat kristal sebagai area nukleasi atau pengintian fasa austenit pada saat proses pemanasan serta lebih banyak energi yang tersimpan sebagai pendorong (driving force) proses pengintian. Penelitian ini berfokus pada analisa ukuran prior austenit grain (PAG) yang berdampak terhadap sifat mekanis dari baja perkakas AISI D2, terutama kekerasan dan ketahanan aus hasil dari proses deformasi sebelum perlakuan panas serta efek dari waktu tahan pada temperatur austenitisasi. Spesimen baja AISI D2 dengan kombinasi deformasi paling tinggi (24.6%) dengan waktu tahan pada temperatur austenitisasi 600s ternyata memiliki ukuran rata-rata PAG paling halus yakni 4.182 µm. Ukuran PAG yang halus berpengaruh terhadap nilai kekerasan dan ketahanan aus (nilai kehilangan volume) material yang paling tinggi yaitu 63.26 HRC dan 0.120mm3 yang turut dikonfirmasi melalui pengujian kekerasanRockwell C dan ketahanan aus metode abrasif. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya persentasi deformasi maka terdapat kecenderungan untuk menghasilkan ukuran PAG yang semakin halus yang berdampak pada meningkatnya kekerasan dan ketahanan aus material.

Along with the increasing of investment in infrastructure, skycrapers, and automotive project, significantly increasing global market demand for tool steel with total value of USD 5.7 billion in 2023. One of the popular type of tool steel which have been used as cutting tool is AISI D2. This material is heat treatable to improve its strength and hardness. Heat treatment is conducted to transform austenite phase become martensite.Austenit as parent phase has primary role in resulting final phase with optimum mechanical properties, in which research that related with autenite or known as prior austenite grain (PAG) continuously developed. PAG refinement method in this research is a combination of plastic deformation (cold rolling) before heat treatment, which the greater deformation percentage, the more crystal defect formed as austenite nucleation area during heating also store the energy as nucleation driving force. The focus of this research will be the analysis of prior austenite grain (PAG) which affecting it mechanical properties, especially for hardness and wear resistance resulting for plastic deformation before heat treatment and the effect of austenitizatin soaking time.Specimen with combination of deformation percentage of 24.6% with austenitization soaking time 600s has the finest PAG with 4.182 µm. PAG size has effect on material’s highest hardness and wear resistance (volume loss) which is 63.26 HRC and  0.120mm3 which confirmed by Rockwell C hardness testing and abrasive wear resistance testing. From this research, it can be concluded that the higher deformation percentage has tendency in resulting to produce finer PAG size which affecting in improving material’s hardness and wear resistance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nira Parihanti
"Dewasa ini, baja HSLA semakin banyak dibutuhkan untuk berbagai aplikasi karena memiliki Sifat mekanis yang lebih baik, yakni kekuatan yang tinggi. Kekuatan yang tinggi tersebut dihasilkan dengan menambahkan unsur-unsur paduan mikro yang meningkatkan kemampuan melalui mekanisme pengenalan presipitat dan juga penghalusan butir ferit. Pada penelitian ini diamati besar butir austenit prior yang dipengaruhi oleh peningkatan temperatur, karena hal itu sangat penting untuk menghasilkan butir ferit yang halus setelah canai panas.
Baja HSL/4 dengan kandungan 0, 029% Nb as-casr, digunakan sebagai benda uji dalam penelitian ini. Proses pemanasan dilakukan secara isorthermal pada temperatur 900 sampai 1300°C dengan waktu tahan 1 jam.
Pertumbuhan butir austenir prior terjadi lebih cepat pada temperatur diatas 1200°C. Hal ini disebabkan oleh karena pada temperatur tersebut, presipitat Nb(C]\0 dalam baja itu telah larut seluruhnya, sehingga tidak lagi menahan pertumbuhan butir. Peningkatan pertumbuhan bulir tersebur diawali dengan pengkasaran butir yang terjadi pada temperatur sekitar ll-42°C. Energi aktivasi pertumbuhan butir dari baja HSLA 0, 029% Nb dengan pemanasan isothermal adalah -134,58 k.l/m0/ dengan nilai n = -1,07 dan A = J, 19.1'03?. Pertumbuhan butir pada baja HSLA as-chast lebih besar daripada baja HSLA as-1-oHea1 dengan waktu tahan pemanasan yang berbeda Pertumbuhan butir pada baja HSLA-Nb lebih besar daripada pertumbuhan butir baja HSLA-Ti."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mujisantoso
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41008
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilana Puspawartaningtyas
"Kebutuhan akan baja dengan kombinasi sifat mekanis yang baik, yaitu antara lain kekuatan yang tinggi, ketangguhan, mampu las, dan ketahanan korosi yang baik semakin meningkat. Untuk itu dikembangkan baja paduan ringan, yaitu dengan penambahan sejumlah kecil (0,15%) unsur paduan tertentu yang menghasilkan sifat mekanis yang baik melalui penguatan presipitat dan penghalusan butir. Untuk itu dilakukan penelitian untuk mengamati perilaku pertumbuhan butir austenit prior yang akan berpengaruh terhadap sifat mekanis akhir setelah proses canai panas melalui pengamatan mikrostruktur. Benda uji yang digunakan yaitu baja HSLA 0,037% Nb hasil coran kontinyu, yang dipanaskan pada temperatur 1200°C dengan waktu tahan yang berbeda-beda, yaitu 0,5 jam; 1 jam; 1,5 jam; dan 2 jam. Peningkatan waktu tahan pada baja HSLA 0,037% Nb hasil coran kontinyu selama pemanasan isothermal pada temperatur 1200_ akan meningkatkan ukuran butir austenit prior. Hal ini terjadi karena pada temperatur tersebut, presipitat Nb(CN) yang berfungsi menghambat pertumbuhan butir austenit telah larut seluruhnya sehingga pertumbuhan butir menjadi normal dan seragam. Peningkatan waktu tahan akan meningkatkan migrasi atom pada batas butir melalui proses difusi sehingga butir akan bertambah besar. Energi aktivasi dari pertumbuhan butir (Q) baja HSLA 0,037% Nb hasil coran kontinyu selama pemanasan isothermal pada temperatur 1200°C dengan waktu tahan yang berbeda-beda, yaitu 0,5 jam; 1 jam; 1,5 jam; dan 2 jam sebesar 436000 J/mol dengan nilai n sebesar 4,0617 dan kostanta A sebesar 2,7145 x 1023. Nilai tersebut memperlihatkan prediksi model yang mendekati hasil pengamatan yang dilakukan.

Requirement of steel with combination of good mechanical properties, i.e. strength, toughness, weldability, and good corrosion resistant increase progressively. So that microalloyed steels are developed by addition small number (0,15%) of certain alloying element that promote good mechanical properties by precipitation strengthening and grain refinement. This research is done to study prior austenite grain growth behavior that has an effect on final mechanical properties after hot rolling process by microstructure perception. Sample is HSLA 0.037% Nb as cast, reheating at isothermal temperature 1200°C, with different holding time, that is 0.5 hour, 1 hour, 1.5 hour, and 2 hour. With increase in holding time of HSLA 0.037% Nb steel as cast at isothermal temperature 1200°C, prior austenite grain size will increase, because at that temperature, Nb(CN) precipitate that will detract austenite grain growth have dissolve entirely so that grain growth become normal and uniform. Atom migration on grain boundary will increase with increase in holding time by diffusion so that austenite grain sizes growing larger. Activation Energy (Q) of grain growth on HSLA 0,037% Nb as cast at isothermal temperature 1200°C, with different holding time, that is 0.5 hour, 1 hour, 1.5 hour, and 2 hour is 436000 J / mole with value of n is 4,0617 and A constant is 2,7145 x 1023. The values show prediction of model that coming near result of research that has been done."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darnila Rahmawati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>