Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125440 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febrian Ripera
"Tailing yang dihasilkan dari PETI (Penambang Liar Tanpa Izin) di sekitar Cikotok diperkirakan masih banyak mengandung mineral berharga karena prosesnya yang kurang sempuma atau masih konvensional. Oleh karena itu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode thiourea leaching untuk mengetahui kadar unsur Au yang masih terdapat dalam hasil tailing. Thiourea leaching adalah proses pelarutan mineral khusus dari bijih atau konsentrat atau pelarutan unsur utama dengan menggunakan reagen thiourea. Proses thiourea leaching mempunyai beberapa keuntungan seperti dampak lingkungan yang rendah, penanganan reagent yang lebih mudah, pemisahan emas dan perak yang baik dan kinetika pelarutan emas yang lebih cepat. Hasil eksperimen di laboratorium yang menggunakan sampel sebanyak 20 gr, 30 gr, 40 gr dan 50 gr mengindikasikan bahwa kadar unsur Au yang didapat dengan pemakaian thiourea sebesar 1 gr tidak jauh berbeda dengan pemakaian 5 gr baik setelah ditambahkannya ferric sulfat, asam sulfat serta penyerapan menggunakan karbon aktif pada kondisi pH 1. Dari hasil proses elektrowinning dihasilkan efisiensi arus yang sangat besar yaitu sekitar 98% baik pada penambahan thiourea 1 gr dan 5 gr. Recovery yang didapat dari hasil penelitian yaitu sebesar 7,12 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41683
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngantung, Billy R.
"ABSTRAK
Leon adalah salah satu nama daerah deposit bijih emas PT X. Deposit Leon akan mulai ditambang pada tahun 2001, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik dan jenis bijih sehingga dapat mengatisipasi kendala dan menentukan proses pengolahan yang paling tepat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi leaching yang paling optimum untuk mendapatkan recovery yang maksimum.
Bijih Leon dileaching dengan menggunakan sianida dengan metode Column Leach Test selama 10 hari dengan pH larutan 10-11. Untuk mengetahui kondisi optimum proses digunakan variabel penelitian berupa konsentrasi NaCN (150, 250 dan 350 ppm) laju a liran (2, 6 dan 10 liter/hari), ukuran partikel (<4,75, >4,75-<6,3, >6,3-<12,5, >12,5-<25 dan >25 mm) dan penambahan MP7. Earutan dialirkan ke atas bijih sehingga larutan akan keluar dari ba wah kolom. Setiap hari dililakukan settling konsentrasi NaCN dan pH, serta analisa kadar emas dan air raksanya dengan metode AAS.
Hasil pengeujian menunjukkan kandungan emas pada bijih 3,47% gr/ton dan AuCN 3,18 mg/l dengan rasio AuCN/AuFA 91,56% sehingga bijih Leon termasuk bijih oksida kategori sub grade dan cocok untuk proses heap leaching.
Hasil penelitian menunjukkan ekstraksi maksimum didapatkan pada konsentrasi NaCN 250 ppm dengan laju aliran 10 lt/hari yaitu 89,48%. Ekstraksi maksimum terjadi pada ukuran partikel <4,75 mm sebesar 93,61%. Penambahan Amersep MP-7 berhasil mengendapkan Hg sebesar 20,24% dan tidak berpengaruh terhadap ekstraksi emas.

"
2001
S41525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Wahyu Pratama
"Dalam penelitian ini dilakukan pelindian terhadap platina dan emas menggunakan larutan pelindi asam klorida yang ramah lingkungan dari bijih Platina dengan penambahan 1vol H2O2 sebagai agen pengoksidasi. Karakterisasi dilakukan dengan difraksi dan pemendaran sinar x, mikroskop elektron, dan pengujian serapan atom. Proses pelindian dilakukan dengan empat parameter yaitu, waktu, pulp ratio Temperatur, dan waktu. Temperatur memberikan pengaruh pada pelindian sebesar 2.920 untuk platina dan 27.20 untuk emas. Penelitian ini menggunakan metode taguchi untuk optimasi terhadap proses pelindian. Hasil penelitian menunjukkan perolehan kembali sebesar 64,86 untuk platina dan 78,41 untuk perolehan kembali emas.

In this research, the leaching of platinum and gold used acidic chlorid solution with addition of 1vol H2O2 as oxidation agent. In this study, ore and residue of leaching examined with X ray diffraction, X ray Flouresence, Scanning Electron Microscope, and Absorbance Spectometry. Leaching process had four parameter used ie temperature, NaCl concentration, Pulp ratio, and time. This research used taguchi method to optimized leaching process. Temperature gives effect to 2,920 leaching for platinum and 27.20 for gold This research uses taguchi method to optimize leaching process. The results showed a recovery of 64.86 for platinum and 78.41 for gold recovery."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meitreya Taris
"Dalam penelitian ini, dilakukan proses pelindian pada bijih sisa ektraski emas menggunakan larutan asam klorida HCl untuk membentuk ion komplek, serta ditambahkan H2O2 sebagai agen pengoksidasi. Percobaan yang dilakukan menggunakan metode taguchi untuk mengetahui proses optimum pelindian dengan meminimalisir percobaan, dengan parameter yang digunakan antara lain : temperatur, konsentrasi NaCl, rasio masa bijih terhadap volume larutan pelindi dan waktu pelindian. Penelitian ini dilakukan karekterisasi kandungan senyawa dengan X-ray powder diffraction XRD dan kandungan unsur dengan X-ray Flourensence XRF pada bijih dan residu pelindian. Selain itu dilakukan pengamatan morfologi bijih dengan Scanning Elcetron Microscop SEM , serta uji Atomic Absorbance Spectometry AAS pada hasil pelindian untuk mengetahui masa platina dan emas yang larut pada pelindian. Hasil penelitian menunujukan semakin lamanya waktu pelindian meningkatkan nilai rasio S/N, yang dapat diterpretasikan sebagai meningkatnya perolehan kembali. Namun peningkatan yang terjadi tidak signifikan dikarenakan berdasarkan perhitungan efek parameter dengan ANOVA, waktu hanya memiliki efek sekitar 0.67 pada platina dan 0.40 pada emas terhadap pelindian. Hal ini dimungkinkan dekomposisi H2O2 akibat pengaruh Fe yang ikut larut. Oleh karena itu, kandungan Fe dalam percobaan juga diteliti dimana terjadi penurunan kadar saat pelindian. Hasil penelitian in mengahsilkan perolehan kembali tertinggi pada platina dan emas masing-masing 65 dan 78.

In this study, the leaching of platinum and gold from tailing of gold extraction was performed based on the formation of their chloro complexes of acidic chlorid solution with addition of 1vol H2O2 as oxidation agent. This experiment used taguchi method as experiment disign, with parameter used , ie temperature, NaCl concentration, Pulp ratio and leaching time. In this study, ore and residue of leaching examined with X ray powder diffraction XRD and X ray Flouresence XRF to get information what compound and element contain. Furthermore, ore examined with Scanning Elcetron Microscop SEM to get information about morfology and filtrate from leaching examined with Absorbance Atomic Spectometry AAS to get information about mass platina and gold wich dissolve in solution. In result show recovery increase with time of leaching process, because with time increase make longer reaction with ore and lixiviant in process. But the increase not significant, with value of effect parameter very low only 0.67 for platinum and 0.40 for gold. Not signifacant result, posibility in leaching process occur decomposition H2O2 because reaction with Fe wich dissolve in solution. So, Fe contain in ore examined with XRF. In result highest recovery for platinum is 65 dan for gold is 78."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radyan Prasetyo
"Tailing yang dihasilkan industri pertambangan menjadi perdebatan hangat karena volume yang dihasilkan sangat besar dan masih mengandung beberapa logam. Hal ini mengharuskan penempatan dan pemanfaatan tailing juga harus cermat. Volume tailing ini berpotensi menurunkan fungsi lingkungan. Selain itu tailing membutuhkan area khusus yang besar dan steril untuk lokasi penampungan yang dikenal sebagai tailing dam. PT. Antam UBPE Pongkor adalah salah satu penamambangan emas dengan sistem penambangan tambang bawah. Metode penambangan yang dilakukan di UBPE Pongkor ini adalah metode cut and fill yaitu pengambilan bijih, dan pengisian kembali rongga dengan tailing yang telah didetoksifikasi sebelumnya.
Tambang emas Pongkor menghasilkan 350 ribu ton tailing per tahunnya yang berasal dari proses pengolahan dan dari pekerjaan pengembangan tambang. Pemisahan dari penggunaan kembali tailings dibagi menjadi 2 kategori, dimana 60% material tailing dimanfaatkan dan sisanya dibuang ke tailing dam. Perlunya pemanfaatan kembali tailing ini adalah untuk mengurangi volume yang terbuang.
Untuk mengetahui konsentrasi logam yang tersisa, telah diambil sampel pada beberapa titik yaitu tailing dam, batako dan material filling. Sampel slurry kemudian dipisahkan menjadi sampel padatan dan sampel larutan. Sampel padatan dilarutkan dengan Aquaregia, kemudian kedua sampel dianalisis dengan AAS. Hasil pengukuran pada sampel larutan menunjukkan konsentrasi unsur Mn 0,86 mg/L, Fe 0,366 mg/L, Pb 0,035 mg/L, Cd 0,027mg/L, Zn 0,033 mg/L dan Cu 0,22 mg/L.
Hasil pengukuran sampel padat menunjukkan nilai Mn 6,68 mg/kg, Fe 61,96 mg/kg, Pb 0,28 mg/kg, Cd 0,01mg/kg, Zn 0,42 mg/kg dan Cu 0,31 mg/kg. Semua hasil pengukuran ini menunjukkan konsentrasi beada di bawah Baku Mutu. Selain itu dari uji LD50 dan TCLP yang dilakukan berkala oleh UBPE Pongkor menunjukkan nilai berada di bawah Baku Mutu. Kesimpulannya, tailing aman untuk dimanfaatkan.
Pemanfaatan tailing di Pongkor sebagai material filling mampu mengurangi volume tailing sebanyak 42,20% dari total produksi tahun 2007. Tingkat keefektifan backfilling ini hanya 70,20% dari target sebanyak 193.356 dmt. Sementara itu, pemanfaatan untuk batako hanya mencapai 1,8% dari seluruh total taling. Batako ini sampai saat ni hanya digunakan untuk keperluan internal tetapi memiliki potensi economic benefit untuk dimanfaatkan secara masal.
Selain pemanfaatan diatas, tailing juga dapat digunakan untuk pembuatan genteng bakar karena kesamaan struktur dengan lempung. Selain it juga dapat dimanfaatkan untuk penelitian lanjutan untuk mengetahui besarnya economic benefit dan penyerapan tenaga kerja.

Tailing produced by mining industries being an issue and debate because it has a huge volume and still remaining metals. Thats why the tailing placement and its reuse must be detail and persnickety. This huge volume of tailing is potentially caused an environmental descent function otherwise tailing need a steril spesific area for retain talling sludge that called as tailing dam. PT. Antam UBPE Pongkor is a gold mining company that use an undreground mining method. This method applyng a cut and fill system. Cut and fill is digging and supporting method that getting the gold ore, processing and filling the blank stope with tailing that detoxificate before.
The Pongkor gold mining field produce more than 350,000 tons tailing each year that derived from processing plant and mining development activity. This tailing is splitted into 2 categories in which 60% of tailing material going to reuse and the rest, placed into tailing dam. The important need to reuse tailing is to alleviating the tailing volume in tailing dam.
The goals of this research are as follow ; (1) To figure out the safety level of tailing reuse by analyzing metals concentration that remain in tailing, (2) To analyzing the combine of tailing reuse in UBPE Pongkor, (3) To find out effectivness of tailing reuse in UBPE Pongkor as brick, backfilling material and reclamation soil media in order to reduce tailing volume that dumped into tailing dam, (4) To analyzing impacts of tailing reuse in the field to environment and ecosystem sorrounding UBPE Pongkor.
This research is an expost facto method that conducted with descriptif analysis approach. Primary and secondary data were collected by taking samples in spesific place, measuring the metal concentration in samples with AAS, interview and documenting some of apropriate figure. To figure out the metal concentration in tailing, sample have been taken from tailing dam, tailing brick and also from filling material. Then all of these samples were analyzed with AAS. Another way finding out the volume that has been treated as reuse and the remains tailing, secondary data derived from Environmental Unit at UBPE Pongkor.
The measurement results are presented as follow, for example, the concentration of solutions sample are 0,86 mg/L, 0,366 mg/L, 0,035 mg/L, 0,027mg/L, 0,033mg/L and 0,22 mg/L for Mn, Fe, Pb, Cd, Zn and Cu respectively. Meanwhile the concentration of soids sample are 6,68 mg/kg, 61,96 mg/kg, 0,28 mg/kg, 0,01mg/kg, 0,42 mg/Kg and 0,31 mg/kg for Mn, Fe, Pb, Cd, Zn and Cu respectively. All of this metal concentration stated below the treshold limit. Meanwhile LD50 and TCLP test that have been done frequently by UBPE Pongkor show result all concentration below treshlod limit.
Conclusion is, tailing safe for reuse. The tailing reuse at the UBPE Pongkor for filling material has achieved only 42,20% from total tailing that produced in 2007 (193,356 dmt) or 70,22% from the target. Tailing reuse as tailing brick during 2007 only 1,8% from total tailing produced in 2007 and on for internal use only. The tailing brick hav a potentially economic benefit if only commonly in mass by people sourronded UBPE Pongkor area.
Except for reclamation media, backfilling material and tailing bricks, tailing also potentially as roof tile because having a similiarity texture and clays contents. In order to strengthened and durability longer, commonly brick klin added. Another potentially use for ceramics additive. The tailing bricks is better with deeply research especially involved with economic benefit and labour supply absorption."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24961
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Subagiyo
"ABSTRAK
Emas dan perak merupakan logam mulia, umumnya dihasilkan
dengan proses ekstraksi. Proses tersebut dinilai cukup baik
untuk memisahkan logam emas dan perak dengan logam lain dan
bijih tambang, walaupun masih banyak kekurangannya yakni, air
limbah mengandung CN dan timbul gas HCN selama proses berjalan
sehingga akan menceiani lingkungan Untuk mengatasi kekurangan
tersebut dilakukan berbagal penelitian ekstraksi emas
dan perak dengan berbagal pelarut, yang telah berhasil dengan
menggunakan pelarut thiourea
Prinsip ekstraksi logam dengan pelarut adalah berdasarkan
pembentukan senyawaan kompleks logam dengan pelarut yang
digunakan, sehingga logam dapat dipisahkan dari mineral lain
yang tidak dikehendaki
Ekstraksi emas dan perak dengan urea kurang begitu memuaskan,
yakni hasil ekstraksi optimum terjadi pada penambahan
35 kg/ton contoh, 100 ml 5 N 112SO4 , dan ekstraksi selama
48 jam sebesar 47,2 % untuk logam emas sedarigkan logam perak
tidak terekstraksi Ekstraksi emas dan perak dengan thiourea
dihasilkan kondisi optimum pada penambahan thiourea sebanyak
35 kg/ton contoh, 100 ml 5 N H2SO4 , dan waktu ekstraksi Selama
48 jam sebesar 88,83 % untuk logam emas dan 61,69 %
untuk logam perak Sedangkan proses siaradasi dengan waktu
yang sama pada kondisi optimum yakiii pada penambahan NaCN
sebanyak 1,0 kg/ton contoh, CaO sebanyak 1,25 kg/ton contoh
dihasilkan 77,7 % ekstraksi untuk logam emas dan 76,66 % ekstraksi
untuk logam perak
Dari hasil percobaan tersebut ternyata ekstraksi dengan
urea tidak sebaik dengan thiourea ataupun proses sianidasi,
hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan

"
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yaasiin Salam
"Logam emas dan platina merupakan logam berharga dengan nilai jual yang sangat tinggi. Cadangan sekaligus produsen platina terbesar terletak pada Afrika Selatan sedangkan produsen terbesar emas dikuasai oleh China. Dengan banyaknya permintaan di dunia maka sangat perlu bagi indonesia untuk bisa mengolah cadadangan mineral yang dimilikinya. Kandungan platina di indonesia tergolong kadar rendah dan deposit sedikit sehingga dibutuhkan metode proses yang efektif dan ekonomis. Salah satu metode yang efektif dan murah adalah dengan pelindian pada bijih menggunakan larutan asam klorida HCl untuk membentuk ion kompleks dengan platina dan emas, serta ditambahkan H2O2 sebagai agen pengoksidasi. Proses pelindian memiliki rasio solid-liquid yang berbeda untuk mengetahui kondisi pelindihan paling optimum. Proses pelindihan menggunakan metode Taguchi guna mereduksi jumlah percobaan agar percobaan menjadi lebih ekonomis dan efesien. Sehingga dihasilkanlah nilai perolehan kembali paling optimum dari emas dan platina secara berurut sebesar 75 dan 65 . Kondisi rasio umpan yang optimum diperoleh pada kondisi 0.1 g/L untuk platina dan 0.15 g/L untuk emas.

Platinum and Gold metal are precious metal which is also categorized as a precious metal. This condition provide economical reason to extract platinum from low grade ore found in IndonesiaThe largest reserves and platinum producers are located in South Africa while the largest producer of gold is controlled by China. With so much demand in the world it is very necessary for Indonesia to bias to process its mineral reserves. The platinum content in Indonesia is low grade and the deposit is small enough to require an effective and economical process method. An effective and inexpensive method is to leach the ore using a solution of hydrochloric acid HCl to form complex ions with platinum and gold, and add H2O2 as an oxidizing agent. The leaching process has different solid liquid ratios to determine the most optimum breaking conditions. The leaching process is using the Taguchi method to reduce the number of experiments to make the experiment become more economical and efficient. This resulted in the most optimum recovery of gold and platinum in the order of 75 and 65 , respectively. The optimum feed ratio condition was obtained under 0.1 g L for platinum and 0.15 g L for gold."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S40933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhar Yogaswara Sulistyawan
"Tailing dari limbah penambangan bauxite daerah Wacopek di pulau Bintan ternyata memiliki kandungan logam lantanida yang bernilai ekonomi sangat tinggi, yaitu lantanum oksida La2O3 dan yytrium oksida Y2O3 masing-masing sebesar 0,0041 dan 0,0052. Data tersebut memberikan informasi potensi yang sangat prospektif untuk memperoleh nilai tambah yang besar melalui ekstraksi logam-logam berharga dari limbah tailing bauxite. Dengan demikian, pemisahan lantanida dari limbah tailing bauxite tersebut menjadi solusi baik bagi lingkungan dan perekonomian karena dapat mengurangi limbah hasil pertambangan dan mengolahnya menjadi material yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pemisahan ion yttrium dari tailing bauxite mula-mula menggunakan ekstraksi padat cair, karena sifat fisik dari tailing bauxite sendiri, metode ekstraksi padat cair yang murah dan praktis dapat menggunakan metode heap leaching karena jauh lebih murah, praktis, karena tidak perlu destruksi, pemisahan padatan dengan cairan, dan preparasi yang tidak rumit.
Hasil dari ekstraksi heap leaching diperoleh pada konsentrasi optimum asam sulfat 0,1M dengan tingkat keberhasilan 24,39 untuk melarutkan lantanum, dan berhasil melarutkan 34,03 yttrium dari tailing bauxite. Setelah dilakukan pemisahan dengan ekstraksi padat cair dengan H2SO4 kemudian dilakukan juga pemisahan kembali dengan melakukan pengendapan menggunakan trisodium fosfat dan asam fitat untuk kemudian diperoleh hasil yttrium yang tidak terkontaminasi apapun. Dan proses 2 kali pengendapan berhasil meningkatkan kadar lantanum sebesar 83,6 menjadi 0,04411 ppm dan meningkatkan kadar yttrium sebesar 89,20 menjadi 0,28431 ppmKata.

Tailing from the bauxite mining waste from the area of Wacopek in Bintan Island evidently has a high economic value in the content of lanthanide metal. There are lantanum oxide La2O3 and yttrium oxide Y2O3 each of them have a weight of 0,0041 and 0,0052. These data provide potentially highly prospective information to obtain the great added value through the extraction of valuable metals from bauxite tailings waste. There has been no discovery of lanthanide elements from bauxite tailings so far, so the separation of lanthanides from the tailing bauxite waste becomes a solution for both the environment and also the economy because it can reduces the waste of mining products and processes them into materials that could have a high economic value. Therefore, the efforts to extract it through the enrichment methods is the exact and efficient separation that is proposed for this research. The separation of yttrium ion from tailing bauxite first uses liquid solid extraction because the physical properties of tailing bauxite itself. A cheap and practical liquid solid extraction method can use the heap leaching method because it is much cheaper and practical, there is no need for destruction separation of solids with liquids and the prepaparation is also uncomplicated.
The results from the heap leaching extraction were obtained at the optimum concentration of 0,1M sulfuric acid with a success rate of 24,39 to dissolve the lanthanum, and successfully dissolved 34,03 yttrium from the bauxite. After the separation between liquid solid extraction with the H2SO4, then it re separated again by precipitation using trisodium phosphate and phytic acid to obtain the uncontaminated results. Last, the twice sedimentation process successfully increased the lanthanum level from 83,6 to 0,04411 ppm and the yttrium levels from 89,20 to 0,28431 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>