Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210137 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Beton dengan baja tulangan sebagai penguat merupakan material konstruksi yang memiliki sifat mekanis yang sangat baik dan umur layanan yang relatif tinggi. Beberapa tahun terakhir ini telah muncul sejumlah kasus dalam pengaplikasian beton pada berbagai bidang struktural. Kasus yang sering muncul yaitu korosi pada baja tulangan dalam beton akibat serangan ion klorida yang umumnya terjadi pada bangunan-bangunan dan jembatan-jebatan yang terdapat di sekitar laut. Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan penambahan inhibitor korosi Ca(NO3)2. Mekanisme inhibisi inhibitor Ca(NO3)2 terhadap perilaku korosi baja tulangan diamati dengan menggunakan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS).
Penelitian dilakukan dengan mencelupkan baja karbon rendah yang telah dipreparasi ke dalam larutan pori artifisial yang mengandung 35 gpl NaCl dengan perubahan inhibitor Ca(NO3)2 masing-masing dengan konsentrasi 0 gpl (tanpa inhibitor), 1.302 gpl, 1.860 gpl, dan 2.418 gpl. Pengukuran dilakukan setiap minggu dari minggu kesatu hingga minggu kelima. Dengan metoda EIS, sistem baja tulangan dalam larutan pori digambarkan sebagai rangkaian listrik ekivalen yang harga tahanan dan kapasitasnya dapat diukur pada berbagai frekuensi (5000 Hz sampai 0.002 Hz). Interpretasi perilaku korosi baja tulangan digambarkan melalui enam model rangkaian ekivalen, dan penentuan model yang sesuai dilakukan dengan mengalurkan hasil pengukuran dan hasil interpretasi (fitting) model dalam bentuk kurva Nyquist dan kurva Bode.
Hasil penelitian menunjukkan potensial larutan SPS + 35 gpl NaCl tanpa inhibitor berada antara -538 mV hingga -355 mV. Untuk larutan yang mengandung inhibitor Ca(NO3)2, konsentrasi 1.302 gpl menunjukkan efek inhibisi yang lebih baik. Namun demikian konsentrasi yang digunakan masih belum efektif dalam menginhibisi korosi baja tulangan dalam larutan. Efek inhibisinya dari akhir minggu kesatu hingga akhir minggu kelima ekivalen dengan model 2 yang menunjukkan bahwa telah terbentuk lapisan pasif yang belum merata di seluruh permukaan baja."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Korosi baja tulangan dalam beton merupakan permasalahan utama pads
struktur-struktur bangunan seperti pada jembatan dan bangunan di sekitar laut. Hal
ini disebabkan karena serangan ion klorida pada baja tulangan yang menyebabkan
kualitas dan umur pakai beton menurun. Salah satu metode pengendalian korosi
tersebut adalah dengan cara penambahan inhibitor korosi Ca(NO3)2 ke dalam
lingkungan beton. Mekanisme inhibisi inhibitor Ca(NO3)2 terhadap pedlalcu korosi
baja tulangan dipelajari dengan menggunakan metode EIS (Electrochemical
Impedance Spectroscopy).
Pada penelitian ini, baja tulangan yang akan diukur dengan metode EIS
dicelup ke dalam larutan pori artifisial yang mengandung 35 gp! NaCl dan inhibitor
Ca(NO3)2 dengan variabel konsentrasi sebesar 4.65, 5.21, dan 5.77 gpl. Pengukuran
EIS dilakukan setiap minggu sampai akhir minggu kelima dengan memberikan
potensial bolak-balik 10 mV dan selang frekuensi darii 5000 Hz sampai 0.001 Hz.
Dengan metode EIS ini, proses korosi dapat dimodelkan berupa komponen-
komponen rangkaian listrik. Penentuan model rangkaian listrik dilakukan dengan
cara pencocokan (fitting) hasil pengukuran dan hasil interpretasi model dalam
bentuk kurva Nyquist dan Bode.
Secara umum, hasil firing kurva Nyquist dan Bode yang menggunakan
program Zview dari Sciibner Msociates menunjukkan bahwa penambahan inhibitor
Ca(N03)2 dengan variabel konsentrasi sebesar 4.65, 5.21, dan 5.77 gpl temyata
tidak dapat membantu baja tulangan dalam membentuk lapisan pasif stabil yang
mmgalcibaxkan baja tetap terkorosi. Dalam hal semakin bertambah konsentrasi
inhibitor Ca(N03)1, baja tulangan semakin terkorosi. lnterprelasi mekanisme korosi
yang terjadi ekuivalen dengan rangkaian listrik model 5."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Korosi baja tulangan dalam beton adalah permasalahan yang umum ditemui
dalam struktur konstruksi di sekitar lingkungan air laut. Penyebab utama korosi ini
adalah serangan ion klorida dari air laut yang akan menurunkan umur pakai dan
kualitas beton. Salah satu usaha untuk mengatasi terjadinya korosi ini adalah
penambahan zat yang dapat mengurangi laju korosi baja tulangan yang dikenal
dengan istilah inhibitor. Jenis inhibitor yang dapat digunakan antara lain adalah
Natrium benzoat. Inhibitor ini adalah jenis inhibitor organik yang akan
mengabsorbsi permukaan logam dan melindunginya dari korosi.
Penelitian ini menggunakan sampel baja tulangan dalam selimut beton
dengan penambahan konsentrasi inhibitor Natrium benzoat 0 I/m3, 35 L/mj, 45 L/ms
yang dicelup dalam air Iaut buatan (35 gpl). Penelitian dilakukan dari minggu ke-26
sampai 30 perendaman melanjutkan penelitian sebelumnya, yaitu minggu ke-3 dan
ke-4 selama curing Serta minggu ke-5 sampai ke-9 perendaman. Pengukuran yang
dilakukan adalah Iaju korosi dengan metode potensiodinamik (overpotensial +_ 20
mV dan scan rate 0,1 mV/menit) dan mekanisme inhibisi inhibitor dengan metode
Electrochemical Impedance Spectroscopy (porensiai AC 10 mV dan selang frekuensi
5000-0, 002 Hz). Spektra impedance hasil pengukuran EIS dipresentasikan dalam
bentuk kurva Nyquist dan Bode.
Hasil pengukuran potensiodinamik menunjukkan nilai Icorr ketiga variasi
Sampel yang hampir sama dan cenderung semakin meningkat dari minggu ke-26
sampai minggu ke -30. Sedangkan hasil pengukuran EIS dengan melakukan fitiing
kurva Nyquisi dan Bode dengan program Zview dari Scribner Associaies
menunjukan kondisi semua sampel baik dengan maupun tanpa inhibitor telah
terkorosi. Kondisi tersebut berdasarkan nilai Rp tahanan poIarisasi-nya dalam
rentang 250-2500 ohm/cm2 yang menunjukan Iaju korosi yang tinggi dan nilai CPE,”
tidak berada pada rentang 40-60 #F/cm. Jadi, penelitian minggu ke-26 sampai 30
ini menunjukan penambahan inhibitor Natrium benzoar kurang eféktif lagi
memproduksi baja tulangan dalam selimut beton dari proses korosi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Beton memberikan perlindungan terhadap baja tulamgan dengan membentuk lapisan pasif pada permukaan baja. Lapisan pasif dapat terbentuk dalam selimut beton pada pH lingkungan yang basa sekitar 12,5-13,8. Korosi baja tukmgm1 dalam beton disebabkan oleh dua hal utama yaitu: korosi lokal yang disebabkan oleh penetrasi ion klorida hingga mencapai permukaan baja tulangan, dan korosi merata yang diakibatkan oleh reaksi beton dengan karbon dioksida di udara. Penggunaan inhibitor natrium nitrit sebagai salah satu proses pengon alan proses korosi beton bertulang berclujuan untuk menghasi/kan lapisan protektif yang stabil pada permukaan baja tulangan dan mampu menahan serangan dan penetrasi ion klorida. Untuk mempelajari penganruh yang diberikan inhibitor natrium nitrit terhadap prose krosi pada baja tulangan dalam beton digunakan metoda tahanan polarisasi linier. Selain itu pengaruhnya terhadap sifat fisik beton dilakukan melalui biji kekuatan beton.
Pengukuran dengan metoda tahanan polarisasi linier dilakukan setiap minggu selama tujuh minggu setelah beton direndam kedalam air laut 35 gpl, yaitu minggu ke-3 dan 4 (setelah pengecoran beton atau selama proses curing), dan minggu ke-5 hingga ke-9
(1 hingga 5 minggu setelah proses curing). Pengukuran diiakukan ferhadap betron dengan variabel konsenlrasi inhibitor nalrium nitrir sebesar 25 L/m3, 35 L/m3, 45 L/m3, yaitu dengan mem berikan overpotensial DC ±60 mV dengan scan raie 6 mV/menit.
Pengolahan terhadap data hasil pengukuran mendapatkan nilai tahanan polarisasi dan rapat arus korosi, menghasilkan grafik perubahan nilai potensial dan rapat urus
korosi per variabel pada setiap minggunya. Melalui penelitian ini ditermukan suatu
kecenderungan bahwa penambahan inhibitor sejumlah 45 L/m3 mampu menghasilkan nilai potensial korosi relotif Iebih positif (-327 mV sampai -383 mV) dan rapat arus korosi yang relalif paling rendah (0, 069 - 0,117 /μA/cm2). Selain itu melalui uii kegiatan beton, tercatat bahwa dengan meningkatkan penambahon jumlah inhibitor natrium nitrif akan semakin menurunkan kekuatan beton hingga mencapai 256 Kg/cm2 untuk penarnbahan inhibitor natrium nitrit 45 L/m3 , dari kekuatan awal 400 Kg/cm2 pada belon tanpa penambahan inhibitor nairium nitrit.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Korosi bcja tulungan daiarn selimut beton teiah merjadi masaiah utama dalam apiilcasi struktur-struktur bangunan terutama pada jernbatan dan bangunan disekitar laut. Pada kondisi lingirungan air lout, ion klorida yang lerdapa! dalam Iinglcungan air [aut dapat berdgiui masuk kedaiam seiimut beton menyebabkan Iaju icorosi bcya tulangan daiam selimut beton meningkat, sehingga umur pakai dan kualitas beton rnenjadi berlairang.
Usaha dan penelitian banyak dilaicukan untuk mengatasi masalah ini, antara Iain dengan penambahan inhibitor Migrating Corrosion Inhibitors (MCIs) ke dalam campuran beton. Inhibitor ini digunakan karena selain e_k/aff dalam menghambat ietjadinya proses korosi pada bcya tulangan juga tidal: menurunkan kekuamn tekan beton.
Parameter kondisi beton daiam peneiitian ini dibuat dengon perbandingan air-semen 0,6 dengan variabel lconsentrasi 0, 01 %VoI., 0,001 %Voi., dan tanpa inhibitor yang dicelup ke dalam air iaut buatan (35 gp! NaCl teknis). Untuk rnenguimr Iaju korosi digunakan metode poiarisasi linier dengan mernberiican overpotensial sebesar i 20 mV dan scanrate QI mV/detik. Sedangicon untuk mengetahui mekanisme inhibisi inhibitor MCls digunakan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dengan memberikan potensiai bolalc-baiik 10 mV dan selang jrekuensi dari 5000 Hz sampai 0,002 Hz. Hasil pengukuran EIS dioresentasikan dalam bentuk kurva N yq nist dan Bode.
Hasil pengujian dengan menggunakan metode polarisasi liner menunjuk/fan iaju korosi baja tuiangan daiam seiimut beton akan meningkat seiring dengon penambahan /fonsentrasi inhibitor MCIs sebesar 0%VoI. MCIS; 0, 001 %Vo!. MCIS;
0, 01 %Vol. MCIs dengan nilai iaju korosi rata-rata pada minggu ke-28 sebesar 4.25 xI0`7 A/cmz; 1.44 x10'6 A/crnz; I,8xl0’° A/cmz. Sedangican hasil fitting kurva Nyquist dan Bode hasil pengujion EIS dengan menggunakan program Zview dari Scribner Associates, diperolch nilai CPEdJ dari sampel dengan penambahan inhibitor MCI.: dan tanpa inhibitor MCIS berada pada rentang 1,8 #F/cmz - 27 ,uF/cm! yang menunjukan icondisi biga tulangan dolam keadaan terkorosi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Degradasi beton bertulang akibat reaksi beton dengan lingkungan merupakan
masalah yang paling banyak ditemui. Rusaknya lapisan pasif antara muka baja-beton
akibat hadirnya ion-ion agresif seperti klorida yang berasal dari air Iaut atau zat
aditif menyebabkan mudahnya terjadi korosi baja tulangan. Salah satu usaha untuk
mengatasi terjadinya korosi adalah menambah zat yang dapat mengurangi Iaju
korosi baja tulangan yang dikenal dengan istilah inhibitor.
Migrating Corrosion Inhibitors (A/fCI.s) merupakan inhibitor alternatif selain
kalsium nitrit dan natrium nitrit. MCIS dapat digunakan sebagai campuran atau
dapat juga digunakan melalui proses penyerapan permukaan struktur beton. Dengan
penyerapan permukaan, perpindahan difusi MCIs dapat mencapai lapisan paling
dalam beton, sehingga lebih efektif jika digunakan pada saat perbaikan struktur
beton.
Pengukuran laju korosi dengan menggunakan metode tahanan polarisasi
linier dilakukan pada beton dengan penambahan inhibitor MCIS sebesar GJ; 0,01
dan 0,001 % saat pengadukan serta pada beton tanpa penambahan MCIs.
Pengukuran dilakukan pada minggu ke-3 dan ke-4 selama curing seria minggu ke-5
sampai ke-9 (setelah curing), setelah beton direndam dalam larutan NaCl 35 gp!
dengan memberikan overporemial sebesar 1- 60 ml/ dan scanrate 6 mV’menif.
Pengujian terhadap kekuatan beton juga dilakukan setelah waktu curing.
Selama rentang waktu pengukuran tersebut, penambahan inhibitor MCIS
menghasilkan nilai rapat arus korosi yang rata-rom mendekati nilai rapat arus korosi
tanpa penambahan inhibitor dan potensial korosi antara -385 sampai -486 mV (vs
SCE). Sedangkan kekuatan beton sendiri tidak terlalu berpengaruh terhadap
penambahan inhibitor MCIS."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Bahanan
"ABSTRAK
Pengelasan resisitansi titik dengan dua material berbeda telah banyak digunakan
pada struktur kendaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanik
dari pengelasan dua material yang berbeda. Pada penelitian ini pengelasan
dilakukan antara baja karbon rendah SPCC dan aluminium paduan A5052 dengan
pengelasan resistansi titik dengan dua tipe penyambungan. Tipe pertama
menyambungkan dua tumpukan (SPCC/A5052) dan tipe kedua menyambungkan
tiga tumpukan (SPCC/A5052/SPCC). Pembahasan utama dalam penelitian ini
adalah menganalisa pengaruh arus pengelasan terhadap sifat mekanik sambungan
dari kedua tipe penyambungan tersebut. Parameter pengelasan yang digunakan
adalah waktu pengelasan 1 detik, tekanan elektroda 150 kgf, dan variasi arus 6kA,
8kA, 10kA, dan 12 kA. Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
pengujian tarik-geser, pengujian kekerasan mikrovickers, dan pengukuran lebar
manik las yang terbentuk. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada
pengelasan dua tumpukan kekuatan tarik-geser tertinggi pada arus 6kA dan pada
pengelasan tiga lembaran kekuatan tarik-geser meningkat seiring peningkatan arus
pengelasan. Nilai kekerasan vickers tertinggi pada daerah lasan mencapai 249,2
HV. Nilai kekerasan meningkat dengan meningkatnya arus pengelasan di kedua
tipe sambungan.

ABSTRACT
Resistance spot welding with dissimilar workpiece have been widely used in the
structure of the vehicle. This study aims to determine the mechanical properties of
this joint. In this research, low carbon steel SPCC and aluminium alloy A5052 has
been welded using resistance spot welding with two kind of joint type. The first
type is joined two stack sheets (SPCC/A5052) and the second type is joined three
stack sheets (SPCC/A5052/SPCC). The main discussion in this research is to
analyse the influences of welding current to the mechanical properties of the both
of joint types. Welding parameters used are 1 second welding time, 150 kgf
electrode pressure, and current variations are 6kA, 8kA, 10kA, and 12kA. The
characterizations including tensile-shear testing, mikrovickers hardness testing,
and measurement of nugget width. It is found that the highest tensile-shear
strength of two stack sheets is on the welding current 6 kA and the tensile-shear
strength of three stack sheets increases with increasing welding current. The
highest vickers hardness value in the weld area reached 249,2 HV. Hardness
values increased with increasing welding current in both of joint types.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43848
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Kurniawan
"Daerah sambungan balok-kolom pada struktur gedung dari beton bertulang merupakan bagian yang sangat penting karena sambungan balok-kolom merupakan bagian struktur yang mentransfer gaya-gaya yang bekeija. Keruntuhan bangunan seringkali disebabkan kegagalan sambungan dalam mentransfer beban yang bekerja terutama beban lateral seperti gempa. Dengan demikian pendetailan di daerah sambungan perlu mendapat perharian khusus karena daerah sambungan menerima gaya momen dan geser yang besar.
Untuk itu penulis melakukan penelitian ini untuk mempelajari perilaku sambungan balok-kolom beton bertulang dengan penjangkaran tulangan sesuai dengan standar SKSNI. Latar belakang dari penelitian ini adalah berdasaikan fakta bahwa pemilihan model penjangkaran tulangan pada sambungan balok-kolom sangat menentukan kualitas dan kekuatan dari suatu struktur. Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk mendesain penjangkaran tulangan yang efisien dan ekonomis.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan membuat spesimen benda uji sambungan balok-kolom yang merupakan pemodelan dari sambungan balok-kolom pada gedung 6 lantai dengan skala 1 : 2. Spesimen ini dibebani dengau beban aksial sebesar 5 ton pada ujung balok yaitu sejarak 100 cm dari sisi dalam sambungan balok-kolom.
Model spesimen dibuat sedemikian rupa agar dapat mewakili keadaan yang sesungguhnya. Data yang dihasilkan dari percobaan selanjutnya akan dibandingkan dengan analisa numerik yang memanfaatkan metode fiber model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S35021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>