Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109570 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adithiya P. Adia
"Penelitian yang dilakukan adalah merupakan studi kasus yang terjadi pada PT. Gemala Kempa Daya Group, terutama pada divisi workshop yang memproduksi komponen-komponen (part) untuk mesin-mesin potong, forming, dan pembuatan cetakan (dies) melalui proses permesinan. beberapa hambatan sering dijumpai pada proses produksinya, terutama sekali masalah kehadiran cacat retak untuk produk-produk part yang menggunakan material dasar baja JIS S 45C. Cacat ini muncul setelah proses pengerasan dilakukan.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mencari solusi yang efektif untuk menghindari terjadinya cacat retak tersebut, di mana salah satu solusi yang ada adalah dengan melakukan perlakuan panas pada saat setelah permesinan dan sebelum pengerasan. Penelitian ini terfokus untuk mencari waktu perlakuan panas stress relief yang optimal sehingga didapatkan produk hasil pengerasan tanpa kehadiran retak, dengan tidak mengorbankan spesifikasi standar produk itu sendiri. Untuk mendukung hal tersebut dilakukan beberapa pengujian penunjang, yaitu pengujian kekerasan, pengujian die penetrant, pengamatan struktur mikro dan struktur makro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran cacat retak mengalami kecenderungan penurunan seiring dengan makin lamanya waktu perlakuan panas stress relief, dengan nilai kekerasan yang cukup memenuhi standar. Hasil yang didapat juga menunjukkan adanya suatu korelasi yang erat antara bentuk geometri produk komponen (part) dengan kehadiran cacat retak, di mana untuk geometri-geometri tertentu diperlukan proses perlakuan panas stress relief yang lebih lama."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Lemuil
"Baja Karbon merupakan logam yang paling banyak digunakan dalam segala bidang, termasuk dalam bidang industri otomotif. Pada saat ini, dimana industri otomotif di Indonesia sedang berkembang, penggunaan material baja dengan kualitas yang baik sangat dibutuhkan. Karbon merupakan unsur pengeras besi yang efektif dan murah, oleh karena itu umumnya sebagian besar baja komersial mengandung karbon dengan sedikit unsur paduan. Baja karbon merupakan bahan dasar pembuatan rangka-rangka mesin yang mana juga sebagai bahan dasar pembuatan Pin Spring untuk kendaraan niaga dengan menggunakan baja karbon standart JIS S 45 C atau standart AISI 1045. Pin Spring adalah pin yang digunakan untuk menahan spring dari gaya dinamis maupun statis akibat pemakaiannya di jalan ataupun untuk menahan beban yang berat yang diberikan serta meredam tegangan kejut yang terjadi. Jadi dalam hal ini, pin spring tersebut harus mempunyai kekuatan ketangguhan yang baik di dalamnya (core) sedangkan pada permukaannya harus mempunyai ketahanan aus yang tinggi. Pada produk pin spring sekarang ini, mempunyai kualitas yang masih dibawah standart yang diinginkan. Hal ini terjadi karena proses perlakuan panas pengerasan yang telah dilakukan tidak mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan. Dalam penelitian ini dilakukan proses perlakuan panas pengerasan terhadap baja karbon JIS S 45 C atau AISI 1045 untuk meningkatkan kualitasnya sesuai dengan standart yang telah ditentukan dengan variasi temperatur dan waktu temper serta media quench oli. Diperoleh adanya temperatur temper dan waktu temper yang sesuai untuk kualitas yang diinginkan. Juga diperoleh perubahan struktur mikro pada tiap-tiap variabel yang sesuai dengan standart yang diinginkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Sani
"Telah dilakukan penelitian terhadap besarnya distorsi angular terhadap ketebalan pelat serta pengukuran tegangan sisa dengan menggunakan difraksi sinar X. Pengelasan dilakukan dengan metode GMAW yang dibantu dengan Bug-O. Posisi pengelasan yaitu posisi posisi datar (1G) menurut AWS dilakukan dengan parameter ketebalan pelat 10 mm, 16 mm dan 20 mm. Pengukuran distrosi angular menggunakan dial gauge. Berturut-turut nilai perubahan sudut distorsi angular untuk ketebalan 10, 16, 20 mm yaitu 4,75°, 7,74°, dan 11,71 °. Pengukuran tegangan sisa dilakukan pada pelat 10 dan 20 mm di bagian logam las dan 5 mm ke arah dari logam las. Tegangan sisa tarik pada pelat 20 mm lebih besar dari pada pelat 10 mm. Pelat 20 mm memiliki tegangan sisa sebesar 750 MPa pada jarak 5mm dari pusat las sedangkan pelat 10 mm memiliki tegangan sisa sebesar 562 Mpa untuk posisi yang sama. Sedangkan pada logam las, tegangan sisa yang muncul berupa tegangan sisa tekan pelat 20 mm sebesar sebesar 186 MPa, dan pada pelat 10 mm sebesar 257 Mpa.

Research about welding angular distortion concerning on plate thickness has been conducted. Welding process is done by GMAW method using Bug-O. This research comes along with residual stress measurement on 10 and 20 mm of plate thickness by using X-Ray diffraction. The welding position is in flat position (1G) according to AWS code which done with 10 mm, 16 mm and 20 mm of plate thickness. The angular distortion measurement has been done using dial gauge. As follow as the value of angular distortion for 10, 16 and 20 mm of thickness o flat position is 4,75°, 7,74° and 11,71°. The measurement of residual stress on 10 and 20 mm of thickness is conducted on weldment and 5 mm from weldment. The result of residual stress on various plate shows that the thicker plate has higher value of residual stress."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51550
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferri Fatra
"Gekause merupakan komponen briket spring kendaraan truk mercedes benz yang mengikat per daun pada roda bagian depan terhadap chasis kendaraan tersebut. Dalam pemakaiannya gehause ini aka mengalami beban tekan, fatik impak dan torsi dimana sifat kekerasan mutlak diperlukan untuk menahan beban yang ada. Peningkatan kekerasan material ini dapat dilakukan dengan proses pengerasan martemper. Proses martemper diawali dengan austenisasi pada temperatur 850, 950 dan 1050 c dengan waktu tahan 5. 10 dan 15 menit. Setelah austenisasi dilakukan pencelupan dalam media air dan kemudian ditemper pada temperatur 250'c dengan waktu tahan 30 menit. Pengujian kekerasan dan struktur mikro dilakukan untuk menganalisa hasil proses pengerasan dan penemperan ini."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu metode pengerasan permukaan dengan jalan merubah komposisi kimia yaitu dengan proses cyaniding. Atom N (Nitrogen) diperoleh dari hasil reaksi garam KFe (CN)3 dengan oksigen/udara dengan aktivator Na2CO3. Atom N akan berdifusi masuk ke dalam permukaan sehingga permukaan akan diperoleh lapisan white keras Fe4N dan Fe2N yang sifatnya keras."
620 JTEK 9 (1-2) 2010
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indrasari
"Untuk mendapatkan umur pakai yang panjang pada mould and die pengerjaan panas, maka yang pertama harus diperhatikan adalah kondisi operasi dari baja yang akan digunakan. Kendala yang sering dihadapi pada baja untuk pengerjaan panas Sehubungan dengan pengaruhnya terhadap umur pakai baja diantaranya adalah aus, retak dan rapuh panas. Saat ini kekurangan tersebut hanya dapat di antisipasi dengan cara meningkatkan kekerasan dan ketangguhan baja. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dilakukan moditikasi komposisi kimia dan struktur mikro baja melalui suatu periakuan panas tertentu agar diperoleh sifat-sifat seperti di atas. Dengan kondisi proses yang tepat, maka dapat dihindari terjadinya retak akibat distorsi dan akibat pemanasan saat operasi, sehingga akan memperpanjang umur pakai. Baja DH-31 merupakan ekivaien dari AISI H-13 atau JIS SKD-61 moditikasi dengan 3.0 % unsur Mo, baja ini diproyeksikan untuk memiliki sifat ketangguhan tinggi meIaIui proses high impact value heat treatment (HIT) sebagai upaya peningkatan Icualitas baja DHA-1 yang sebelumnya biasa digunakan untuk bahan cetakan Iogam berukuran besar melalui metode pendinginan konvensional. Proses peningkatan ketangguhan dalam hal ini harga impak dilakukan dengan memberikan proses perlakuan panas melalui metode marlemperlng Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi perlakuan panas optimum dengan memvariasikan temperatur austenisasi 1010°C, 1030°C dan 1050°C dengan waktu tahan 45 menit dalam dapur jenis "Pit". Sebagai bahan perbandingan di sini juga dilakukan proses full harden dengan media pendinginan udara dan oli 80°C, sedangkan untuk proses marlempering media yang dipakai untuk menyamakan temperatur sampel uji adalah oli 200°C yang diagitasi, di mana sampei uji dicelup selama 3-5 detik kemudian dilanjutkan pendinginan udara. Variasi temperatur temper ganda dilakukan pada 580°C, 610°C dan 640°C (waktu tahan 1 jam). Berdasarkan variabel yang ada, diperoleh karakteristik hasil proses pengerasan optimal untuk HIT pada temperatur austenisasi 1050"C. Hal ini didukung oleh data hasii pengujian yang terdiri dari (i) uji kekerasan menggunakan digital hardness tester dengan metode Rockwell, (ii) uji impak menggunakan mesin mark "FRANK" dengan metode Charpy (beban ayun 30OJ) pada suhu kamar 28°C, (ii) uji tarik menggunakan mesin merk "GALDABINI" dengan metode tensile load (beban tarik > 2000kg) dan (iv) uji aus memakai mesin mem "OGOSHI" dengan metode abrasi menggunakan jarak Iuncur (JL:200m), beban (P1:6,32kg, P2:12,64kg dan P3:18,96kg) dengan kecepatan Iuncur (v1:0,94m/s, v2:2,38m/s, v3:3,62m/s) serta uji struktur mikro menggunakan mikroskop optik dengan etsa nital 7%. Adapun hasil optimal yang dicapai adalah kekerasan permukaan 5BHRc dengan harga impak 3.34kgfm/cm² dan kekuatan tarik 196kg/mm serta Iaju keausan yang cukup rendah (w:0.0028mm³ untuk v3:3,62m/s dan P3:18.96kg serta JL:200m). Seoara kuantitatif dapat disimpulkan bahwa harga ketangguhan dari proses HIT mengalami kenaikan 11% dibanding hasil full harden dengan pendingin udara (57HRc dan 3,01kgfm/cm²) dan 17% untuk full harden dengan pendingin oli 80°C (59HRc dan 2,85kgfm/cm²). Dengan metoda martempering, distorsi pada baja dapat dihindari sehingga mengeliminasi kemungkinan timbulnya retak khususnya untuk benda kerja yang memiliki kompleksitas bentuk, hal ini sesuai dengan aplikasi nantinya dalam industri."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T3203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erry Yudokusumo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rachmadiosi Muhammad
"Terjadi fenomena retak tertunda (delayed crack) pada produk bucket tooth PT. X yang merupakan salah satu komponen pada excavator. Proses pembuatan produk bucket tooth melalui beberapa tahapan proses perlakuan panas mulai dari tahap pengecoran, normalisasi, lalu dilanjutkan dengan tempering. Kemudian austenisasi dan quenching dengan medium polialkilen glikol (PAG) dan terakhir adalah proses double tempering. Hasil pengamatan mikrostruktur menunjukkan terjadinya fenomena dekarburisasi pada bagian permukaan material baja HSLA yang terlihat dari semua sampel produk mulai dari hasil pengecoran hingga double tempering. Kemudian terlihat pula adanya struktur dendritik dan/atau zona transformasi yang tidak hilang dari tahap awal perlakuan panas hingga sampel produk hasil double tempering walaupun telah melalui poses perlakuan panas normalisasi. Ini mengindikasikan proses normalisasi yang dilakukan belum optimal untuk menyeragamkan mikrostruktur produk bucket tooth. Selain itu juga teridentifikasi adanya austenit sisa sebesar 2,8% pada mikrostruktur sampel produk hasil double tempering yang merupakan tahap akhir proses perlakuan panas pada pembuatan produk bucket tooth. Hal ini berisiko untuk memicu terjadinya delayed crack pada produk bucket tooth. Temuan tersebut juga didukung oleh hasil pengujian kekerasan microvickers yang menunjukkan nilai kekerasan sebesar 296 VHN pada area terang pengamatan mikrostruktur produk hasil double tempering yang berada dalam rentang nilai kekerasan austenit.

Delayed cracking phenomenon occurs in the bucket tooth products of PT. X, which are one component of excavators. The bucket tooth productss making process goes through several stages of the heat treatment process starting from the casting, normalization, then proceed with tempering process. Then austenisation and quenching with polyalkylene glycol (PAG) medium and finally the double tempering process. Microstructure observation results show the phenomenon of decarburization on the surface of HSLA steel material which is seen from all product samples ranging from casting to double tempering. Then it also shows the dendritic structure and/or transformation zone that does not disappear from the initial stage of heat treatment to the sample of the double tempering product even though it has been through the normalized heat treatment process. This indicates that the normalization process is not optimal to uniform the bucket tooth product microstructure. In addition, 2,8% of the retained austenite was identified in the microstructure of the double tempering product sample which is the final stage of the heat treatment process in the production of bucket tooth products. This is a risk to trigger delayed cracks in bucket tooth products. This finding was also supported by the results of microvickers hardness testing which showed a hardness value of 296 VHN in the bright area of ​​of microstructure observation on double tempering product where in the range of the austenite hardness value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>