Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Baja perkakas DAIDO DC11 (ekivalensi AISI D2) merupakan baja perkakas pengerjaan dingin yang pada aplikasinya membutuhkan kepresisian yang tinggi. Baja jenis ini memiliki kemampukerasan yang tinggi sehingga dapat terbentuk fasa martensit walaupun dengan laju pendinginan yang rendah setelah prosis pengerasannya. Sejumlah austenit sisa akan tetap ada setelah proses quenching-nya. Jumlah austenit sisa ini dapat ditekan dengan proses subzero dimana benda didinginkan setelah quenching temperatur dibawah nol.
Pada penelitian ini subzero dilakukan dengan media dry ice yang mampu mendinginkan sampel hingga temperatur -78°C. Sebelum perlalman subzero dilakukan proses pengerasan pada temperatur 1030°C yang diikuti dengan pendinginan udara. Juga dilakukan pengerasan sampel tanpa perlakuan subzero sebagai perbandingan. Berkurangnya austenit sisa hasil proses subzero dapat diindikasikan dengan meningkatnya kekerasan dan ketahanan aus yang didapatkan dari sampel as-quenched dan setelah proses penemperan pada temperatur 200, 250, 300 dan 350°C baik pada sampel dengan atau tanpa perlakuan subzero. Pengujian kekerasan dilakukan dengan metode indentasi Rockwell C dan pengujian keausan dengan mesin uji aus abrasif Ohgoshi.
Dari penelitian didapatkan bahwa perlakuan subzero mampu meningkatkan kekerasan dan ketahanan aus masing-masing dengan rata-rata peningkatan 3,4 % dan 11,1% lebih besar daripada sampel tanpa perlakuan subzero. Sebagai contoh pada sampel as-quenched perlakuan subzero mampu meningkatkan kekerasan dari 61,44 HRC menjadi 63,22 HRC sedangkan laju aus menurun (ketahanan aus meningkat) dari 7,34 x 10-07 mm3/mm menjadi 7,19 x l0-07 mm3/mm.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustafa Kamal
"Baja SPHC CQt yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah baja lembaran canai panas produksi PT COLD ROLLING HILL CCRM. PT Krakatau Steel, Cilegon. Baja ini termasuk kelompok SPHC. Baja ini umumnya sebagai bahan baku untuk proses canai dingin dan selanjutnya dapat diperuntukkan sebagai bahan baku metal forming. Rangkaian penelitian yang dilakukan adalah untuk mencari temperatur anil optimum pada Lembaran baja SPHC CGI yang telah mengalami canai dingin 65%. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa temperatur anil 65O°C menghasilhan Lembaran baja dengan sifat mampu bentuk yang optimum. Lembaran baja hasil ini memiliki nilai rata-rata bilangan besar butir ASTM (6)8.7Q3, koefisien anisotropt CR) 1.3294 dan koefisien pengerasan regangan Cn) sebesar 0.2533 serta kehuatan tarik 32.951 kg/mm2. Lembaran baja hasil anil 700 dan. 750°C memiliki nilai ukuran bulir, koefisien n dan R yang lebih tinggi dibandingkan lembaran baja hasil anil 650°C, tetapi lembaran-Lembaran baja hasil kedua anil ini memiliki kekuatan tarik yang lebih rendah C3O.19i dan 29.262 kg/mm2J dan ukuran butir yang cukup rasa cweaah mengalami penumbuhan bulir cg masing-masing adalah 8.538 dan 8.452)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramodya Wardhani
"Baja ASSAB Dievar dan baja ASSAB 8-107 Supreme merupakan 2 jenis hot work tool steel yang banyak dipakai sebagai material pembuatan diesel. Sesuai dengan aplikasinya maka kedua jenis baja ini harus memiliki kekerasan yang tinggi dan kestahilan dimensi yang baik saat mengafami pemana.mn. Da!am penelitian ini dilakukan pengamatan perilaku kcdua baja tersebur di atas terhadap proses temper dengan variasi temperatur 200, 570 dan 600 "C dan dilakukan di dalam dapur fluidized bed dan dapur vakum dengan remperatur pengerasan 11120 "C. Hasil penelitian menzmjukkan bahwa pengaruh variasi temperatur temper terhadap kekerastm baja ASSAB Dievar adalah kekerasan akan menurun dengan semakin tingginya temperatur temper, sedangkan pada baja A&t;AB 8407 Supreme nilai kekerasannya beifluktuasi, di mana nilai kekerasan lertinggi diperoleh pada temperalur Jemper 570 "C, yatu sebesar 485 BHN dengan dapur fluidi:=ed bed dan sebesar 468 BHN dengan dapur vakum."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41341
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Setiawan
"Baja perkakas merupakan jenis baja yang digunakan untuk membentuk komponen dies dan perkakas permesinan sehingga didesain untuk memiliki kekerasan yang tinggi dan ketahanan aus yang baik. Baja ASSAB 88 merupakan baja perkakas paduan sedang penger jaan dingin (medium alloy cold work tool steel) dengan komposisi kimia hasil modifikasi yakni di antara baja XW-12 dan XW-10, yang diharapkan jenis baja ini dapat mempunyai kinerja lebih baik dari baja XW-10 namun lebih efisien dari XW-12. 0leh karena itu dibutuhkan proses perlakuan panas untuk mendapatkan sifat mekanis yang baik dan tangguh dalam aplikasinya dengan efisiensi biaya produksi yang tinggi. Pada Penelitian ini dilak ukan variasi temperatur (200℃-560℃) dan waktu temper (1-1 jam) sehingga dapat dianalisa pengaruh penempetan terhadap ktangguhan yang terkait dengan kekerasan pada baja ASSAB 88. Di samping itu dilakukan pula perlakuan panas pada baja XW-10 untuk memhandingka mya dengan ASSA B 88, dilihat dan dianalisa sifat mekanis dan efisiensi prosesnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan baja ASSAB 88 pada penemperan yang berulang akan lebih tinggi dibandingkan dengan kekerasan pada single t emper dengan waktu tem per yang panjang. Temper yang berulang hanya meningkatkan kestabilan mikrostruktur dan tidak mengubah mikrostruktur. Kekerasan baja XW-10 pada proses penemperan dengan peningkatan temperatur (200℃-530℃) akan cenderung mengalami penurunan disebabkan secondary hardening telah terjadi oada temperature 500℃ dengan kekerasan 58 HRC. Aplikasi baja perkakas ASSAB 88 cukup baik digunakan pada kekerasan 60 HRC dengan proses single temper 560℃, waktu temper 1x4 jam sedangkan baja XW-10 dapat digunakan dengan kombinasi ketangguhan yang baik 9,74 J/cm2 untuk kekerasan 61,5 HRC untuk kondisi single temper 200℃ dengan waktu temper 1x2 jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Machmudi Kanosri
"Proses celup panas telah banyak mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada benda-benda yang berada disekitar kita. Aplikasi ini terus berkembang mulai dari baut hingga menara-menara kimstruksi. Perkembangan pada proses celup panas tentunya membutuhkan pula perbaikan-perbaikan menuju kualitas hasil yang optimal.
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas lapisan galvanis tersebut akan diambil dua yaitu waktu pencelupan dan tebal baja. Dengan benda kerja yang digunakan ialah baja A252 dengan kandungan phosphor maksimum 0,05%. Kemudian variabe ang digunakan untuk waktu celup ialah 3 menit, 5 menit, dan 8 menit. Dan variable untuk ketebalan baja ialah 6 mm, 8 mm, 12 mm, 16 mm, dan 20 mm. Pada penelitian ini akan dipelajari bagaimana hubungan antara waktu pence1upan, tebal baja terhadap ketebalan lapisan galvanis serta kekerasab setiap fasa yang terbentuk.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semakin lama waktu pencelupan maka akan semakin tebal lapisan yang terbentuk. Didapatkan hasil pada waktu 8 menit dihasilkan ketebalan lapisan sebesar 285 mikro. Dan nilai kekersan tertinggi didaptkan pada fasa delta disusul dasa zelta dan eta. Nilai kekerasan rata-rata ketiganya 150 HVN, 100 HVN, dan 50 HVN. Dan ketebalan fasa-fasa ini berturut-turut 0,034 mikron, 0,0154 mikron, dan 0,02 mikron.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Baja perkakas pada saat ini merupakan salah satu material yang penting dalam industri manufaktur terutama dalam proses pembentukan dan permesinan. Oleh karena itu perlu terus dilakukan penelitian untuk mengembangkan baja perkakas tersebut.
Penelitian yang dilakukan adalah mengenai pengaruh perlakuan sub-zero terhadap sifat mekanis dan struktur mikro dari baja perkakas. Perlakuan sub-zero dilakukan untuk mengurangi jumlah anstenit sisa dan meningkatkan kekerasan baja. Penelitian ini dilakukan pada baja perkakas GOA (O1) yang tergolong baja perkakas pengerjaan dingin. Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan hasil dari sampel yang tidak diberi perlakuan sub-zero sebelum tember dengan sampel yang diberi perlakuan sub-zero sebelum temper pada variasi temperatur temper 400, 450, 500, dan 550ºC. Hasil yang didapat berupa hasil dari pengujian kekerasan dengan metode Rockwell C dan pengujian laju keausan dengan metode Ogoshi, serta struktur mikro dari sampel.
Perlakuan sub-zero yang diberikan pada sampel sebelum proses temper dapat meningkatkan nilai kekerasan, dan menurunkan laju keausan baja perkakas GOA (O1). Sebagai perbandingan, pada temperatur temper 400ºC nilai kekerasan sampel meningkat dari 48,46 HRC tanpa perlakuan sub-zero menjadi 51,46 HRC dengan perlakuan sub-zero. Dan laju keausan sampel berkurang dari 8,25x10^-7mm³/mm tanpa perlakuan sub-zero menjadi 7,49x10^-7mm³/mm dengan perlakuan sub-zero. Struktur mikro dari sampel yang diberi perlakuan sub-zero juga menunjukkan distribusi martensit yang lebih homogen dengan butir yang lebih halus, sehingga dapat diperkirakan jumlah austenit sisa telah berkurang dibandingkan dengan sampel yang tidak diberi perlakuan sub-zero."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41278
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Tiara Sofyan
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnandar Adi Rijanto
"Proses perlakuan panas bertujuan untuk memperoleh sifat-sifat tertentu yang diinginkan agar dalam penggunaannya dapat lebih bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis. Baja 55 Si 7 merupakan baja struktural yang digunakan sebagai material baku dalam pembuatan penambat rei kereta api (Spring Clip tipe DE) yang diproduksi oleh salah satu BUMN di Indonesia, Baja 55 Si 7 memerlukan. suatu perlakuan panas tertentu dengan tujuan mendapatkan sifat mekanis tertentu yaitu kekerasan. Adapun nilai kekerasan yang disyaratkan untuk baja 55 Si 7 sebagai material baku Spring Clip tipe DE adalah 390-432 HBN. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh viskositas dan volume media celup oli serta temperatur periakuan panas (hardening dan tempering) terhadap kekerasan dan struktur mikro baja 55 Si 7. Nilai kekerasan baja 55 Si 7 sebelum mengalami perlakuan panas adalah 285 HBN. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai kekerasan baja 55 Si 7 menurun dengan meningkatnya temperatur austenisasi dan viskositas media celup oli, Sedangkan nilai kekerasan baja 55 Si 7 meningkat dengan meningkatnya volume media celup oli. Dari hasil penelitian ini juga diperoleh proses perlakuan panas yang menghasilkan baja derr.gan nilai kekerasan yang memenuhi nilai kekerasan yang disyaratkan adalah: l, Temperatur austenisasi 870'C, media celup oli SAE 40 dengan viskositas kinematik !40.74 (40',cSt), volume media celup oli 0,5 liter, temperafur temper 40ifC dengan waktu tahan 60 mentt didapatkan kekerasan sebesar 4l7 HBN. 2. Temperatur austenisasi 9UfC, media celup ali SAE -10 dengan viskositas kinematik 140,74 (40',cSt), volume media eel up o/i 0,5 liter, temperatur temper 400'C dengan waktu tahan 60 men it didapatkan kekerasan sebesar 423 HBN."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>