Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121372 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Varindra Wibisono
"ABSTRAK
Perancangan awal indusrrijasa enameling yang difiryau dari aspek Ieknis ini, memberikan gambaran mengerzai proses produksi enameliug srerilfzer (cookware).
Sterifizer menqnakan salah salu jenis dari peralaran rumah rangga. Adapzrrqfzrngsinya adalah zmtuk meryaga kesterilan dari borol bayi yang biasa dqaergrmakan zmtuk memfusui. Pemakaiannya pada rumah, klinik dan rumah sakit.
Pelapisan sferilizer dengan enameling alum memberikan beberapa keunlungan yang berasal dari sU`a!-s{fat lapisan enamel ilu serzdiri yainr: mampn bertahan pada pemakaian .mlm tfnggi secara komimr, mudah unluk dibersihkan ling/rat /febersihan (higienis) yang baik, mempzmyai dqya tahan dari korosi serra kemampuan de/foratzf yang baik.
Ruang Iinglmp permlisan ini me/rgurai perancangan ini dalam Nga hal pokok yang melipuri: peralatan yang dapergunakan (unit operasi) dan lay-out pabri/casiuya, keseim hangar: neraca massa serla perancangan proses (Ho w-chan) produlyzsinya.
Jenis industri jasa ini membutuhkan peralalan utama yaim dapur pemarzggang (bveiy dan molen, sebailagxa ini didirikarf di Iokasi yang mempmgwai persedian air culmp barqyak arau lerdapat insia/asi air PAM dan areal yang diburzrhlran mencapai 1.300 mz.
Dengan kapasiras prodrrksi yang mencapai 25.600 srerilizer/minggu maka industri ini dapar dilcategorikan sebagai indusrri dengan slcala menengah dengarz /enaga Icerja yang dibutuhkan mencapai 100 orang derzgan lmalyikasi pendidikan yang menengah.

"
2000
S41618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Made Satria Wiguna
"Tanaman tebu merupakan bahan baku industri gula yang produksinya cenderung meningkat setiap tahunnya. Peningkatan industri gulajuga akan mcningkatkan sisa dari proses industri tersebut. Sisa terbesar dari industri gula berupa ampas tebu yang kandungannya mencapai 90% dari kandungan pohon tcbu total. Pemanfaatan ampas tcbu menjadi furfural akan meningkatkan nilai dari sisa industri pnanian tcrsebul.
Furfural itu sendiri merupakan senyawa kimia inlermediet yang dihasilkan dari reaksi hidrolisis dan dehidrasi pentosa. Pentosa dari senyawa hcmiselulosa, banyak terkandung didalam biomasssa tumbuh-tumbuhan, salah satunya ampas tebu. Furfural yang dihasilkan dari sisa induslri pcrtanian tersebut dapat dipergunakan sebfxgai pelarut kimia dalam proses pengolahan minyak bumi dan sebagai bahan baku utama sintesis iiurfuril alkohol.
Kebutuhnn furh1i'aI di Indonesia selarna ini dipenuhi oleh impor dari Cina. Dengan pertimbangan ketersediaan bahan baku dalam jumlah yang cukup besar, dan untuk menekan angka impor, maka perlu dipertimbangkan untuk mendirikan pabrik iizrfural yang menggunkan bahan baku ampas tebu di Indonesia.
Berdasarkan analisa pasar dalam negeri, maka didapatkan kapasitas pabrik lhrfural yang akan dibangun sebesar 510 ton/tahun. Pabrik ini direncanakan akan dibangun di Kawasan Industri Gresik (KIG), dengan total Iahan yang dibuiuhkan seluas lOl x 72 m2.
Berdasarkan perhitungan ekonomi, pabrik furfural yang akan dibangun ini membutuhkan investasi kurang Iebih scbesar US$ 4,7 juta dengan biaya manufaktur sebesar USS l.2juta.
Ne! Presenr Value (NPV) unfuk proyek ini kurang lebih sebcsar US$ 3.260.42I,47, dengan tingkat pengembalian Infernal Rate of Remrn (IRR) 2 l2.26%, Payback Period (PBP) 1 3.85 tahun, Ne! Return Rare (NRR) : 5.65%, Ne! Payout Dme (NPT) 3 4.53 tahun dan Return of Inveslmenf (ROI) sebesar 0.18 "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Nofriza
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S50827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan A. Setiawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S48800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfa Abadi
"Minyak jarak adalah komoditi yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia, demikian juga polyurethane dimana pasarnya berkembang pesat di Indonesia tanpa diiringi perkembangan industri polyurethane dalam negri. Bahkan dengan menggunakan minyak sebagai bahan baku memberikan nilai lebih terutama dalam hal sumber materi terbarukan dan memberi nilai tambah pada sifatnya. Melihat peluang yang baik tersebut, maka perlu dikaji suatu perancangan pabrik polyurethane berbasis minyak jarak. di Indonesia.
Dari analisis pasar diketahui bahwa kapasitas yang paling optimal untuk dibangun di Indonesia adalah 8,300 ton/tahun. Dan lokasi yang tepat untuk pabrik ini adalah kawasan MM2100 Industrial Town di Cikarang Barat, Propinsi Jawa Barat. Proses yang dipilih adalah dengan memodifikasi minyak jarak menggunakan metode transesterifikasi sebagai polyol. Proses selebihnya menghasiikan polyurethane diadaptasi dari proses yang telah banyak di pakai scpcrti pada PT Aristek HighpoJymer. Besarnya investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik ini adalah Rp21 Miliar. Untuk setiap ton produk membutuhkan biaya manuraktur (biaya operasi) sebcsar US$1,928 dimana harga jual produk diasumsikan sebcsnr US$3,000.
Dari analisis kelayakan, proyek pembangunan pabrik polyurethane berbasis minyak jarak ini dapat dikatakan layak dengan Net Present Value (NPV) sebesar US$22.5 juta, Internal Rate of Return (IRR) 40.3%, dan waktu pengembalian investasi (Payout Period) 2.03 tahun. Faktor yng paling sensitive yang dapat mempengaruhi kelayakan proyek ini adalah harga jual produk dan volume produksi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49398
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Rizkin N.
"Kebutuhan produksi asetaldehida di Indonesia akan terus meningkat seiring dengan berkembangnya kegiatan perindustrian, perdagangan dan jasa, serta pertambahan pendududuk di Indonesia. Semakin besarnya kebutuhan masyarakat terhadap suatu produk, akan berbanding lurus terhadap semakin meningkatnya pula kebutuhan suatu industri terhadap ketersediaan bahan bakunya. Untuk itulah pendirian pabrik asetaldehid ini diharapkan mampu memudahkan industri lainnya yang mempergunakan asetaldehid sebagai bahan baku atau bahan intermediet untuk memudahkan kegiatan produksinya.
Asetaldehida (CH3CHO) yang juga dikenal dengan nama Ethanal adalah suatu senyawa kimia turunan dari aldehid yang merupakan produk antara yang bisa diperoleh pada respirasi tumbuhan tingkat tinggi, fermentasi alkohol, dekomposisi gula didalam tubuh, dan produk utama pada sebagian besar oksidasi hidrokarbon. Penggunaan Asetaldehid sangat luas dibidang industri kimia, sebagai bahan baku untuk menghasilkan bahan kimia organik yang lain, sebagai contoh, asetaldehid merupakan bahan baku yang sangat penting dalam pembuatan asam asetat (CH3COOH), selain itu juga berperan penting sebagai bahan baku dalam pembuatan asetat anhidrat, etil asetat, chloral, glycoxal, alkylamina, pyridina, 2- etil hexanol, n-buthanol, chloral, asam laktat, dan crotonaldehyd, dan berbagai macam senyawa kimia lainnya yang dibutuhkan dalam industri kimia dan farmasi.
Asetaldehida secara komersial dapat dihasilkan dari 4 jenis proses, yaitu: Proses German (hidrasi asetilen), Proses Veba (bahan baku dari etanol), Proses Celanes Corp (oksidasi hidrokarbon jenuh), dan yang terakhir adalah dengan Proses Wacker (oksidasi etilen) Kapasitas produksi dari pabrik akan mempengaruhi perhitungan teknis maupun ekonomis dalam perancangan pabrik. Pada dasarnya, semakin besar kapasitas produksi, maka kemungkinan keuntungan juga akan semakin besar. Biaya produksi atau operasional dalam sistem industri memainkan peran yang sangat penting, karena ia menciptakan keunggulan kompetitif dalam persaingan antar industri dalam pasar global. Hal ini disebabkan proporsi biaya produksi dapat mencapai sekitar 70% - 90% dari biaya total penjualan secara keseluruhan, sehingga reduksi biaya produksi melalui peningkatan efisiensi akan membuat harga jual yang ditetapkan oleh produsen menjadi lebih kompetitif.
Pengolahan data untuk penelitian ini dimulai dengan menghitung jumlah kebutuhan asetaldehid di Indonesia berdasarkan data sekunder kebutuhan impor asetaldehid dari data yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) untuk umur pabrik minimal 10 tahun. Penaksiran harga peralatan berdasarkan cost index. Berdasarkan analisa didapatkan besarnya investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik ini sebesar Rp 335,879,934,782. Dari hasil analisa, nilai NPV untuk i = 17 % sebesar Rp. 654,174,924,091 dan nilai IRR sebesar 20%. Waktu pengembalian modal selama 5.5 tahun. Dan nilai BEP sebesar 45%. Nilai yang paling sensitif yang dapat mempengaruhi kelayakan proyek ini adalah harga jual produk dan harga bahan baku.

Acetaldehyde production demand in Indonesia will increased along with the development of industrial, trade, and service activities, and people population increasing in Indonesia. The more and more of people needs demand of the product will in linear proportion to increasing of raw material demands in industry. So, the development of this acetaldehyde plant have hopes for the other industries which utilized acetaldehyde for raw or intermediet material to facilitate industrial activites.
Acetaldehyde (CH3CHO) which recognized with the name of ethanal is the derivates of chemistry compound from aldehyde , which is the product from high level plants respiration, alcohol fermentation, fructose decomposition in body, and the first product for almost of hydrocarbon oxidation. Acetaldehyde utilized is very wide in industrial chemistry, as the raw material to produce the other of organic chemistry material, for the example, acetaldehyde is very important material to produce acetic acid (CH3COOH), and have an important role for production of anhydrat acetic, ethyl acetic, chloral, glycoxal, alkylamina, pyridina, 2-ethyl hexanol, n-buthanol, chloral, lactid acid, and crotonaldehyd, and the kind of the other chemistry compound which is need in industrial chemistry and pharmacy.
In commercial, acetaldehyde can produce from 4 kind process, there is German Process (acethylene hydration), Veba Process (raw material from ethanol), Celanes Corp Process (oxidation of surfeited hydrocarbon), and the last is with Wacker Process (ethylene oxidation). Production capacity from factory will influence calculation of technically and economics in plant design. Basically, the more and more of production capacity will increasing the profit of enterprise. Production cost or operational in industrial system, have the very important role, because it's create the superiority competitive in global market industrial competition. This is caused from the proportion of cost production can reach out for and touch 70-90% from selling total cost overall. There for, the production cost reduction from increasing of efficiency will make the selling price from producer will more competitive.
Data preparation for this research is made from calculation amount of acetaldehyde demand in Indonesia from secondary data of acetaldehyde import demand from Biro Pusat Statistik (BPS) for plant age minimum 10 years. Estimation for the inventory cost be based on cost index. From the analysis, cost investment for this plant is Rp 335,879,934,782. From the analysis, NPV value for i = 17 % is Rp. 654,174,924,091. IRR value is 20 %. Pay back period is 5.5 years, and BEP value is 45 %. The sensitive value which can influence this project worthiness is product selling price, and raw material price.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49818
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Najoan, Nestorius Sowor
"Industri pengolahan gas alam di Indonesia merupakan industri yang layak untuk investasi. Hal ini dikarenakan cadangan gas alam yang cukup banyak di Indonesia, pemanfaatannya yang kurang maksimal, kenaikan subsidi BBM, serta pasar yang menjanjikan.
Pabrik pengolahan gas alam yang akan dibangun ini mempunyai kapasitas sebesar 153,257.238 MMSCF/tahun dan diharapkan akan beroperasi selama 19 tahun. Angka tersebut didapatkan berdasarkan analisa pasar Indonesia. Pabrik ini akan dibangun di Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Proses yang ada dalam pabrik ini menggunakan mode operasi kontinyu.
Gas alam akan diproses menggunakan dua proses utama yaitu proses sweetening dan fraksionasi. Proses sweetening merupakan proses absorbsi menggunakan pelarut DEA yang bertujuan untuk membersihkan gas alam umpan.
Proses fraksionasi merupakan proses utama yang akan memisahkan gas alam menjadi produk gas kota, LPG serta kondensat. Produk gas kota direncanakan akan didistribusikan menggunakan dua alternatif transportasi yaitu dengan perpipaan atau CNG. Unjuk kerja proses yang baik ditunjukkan dengan effisiensi energi sebesar 82.61% (proses sweetening) dan 98.57% (proses fraksionasi).
Berdasarkan perhitungan ekonomi, pabrik pengolahan gas alam yang akan dibangun ini membutuhkan investasi sekitar US$ 160 juta dan biaya manufaktur sekitar US$ 57.7 juta.
Dengan analisa ekonomi, didapatkan nilai NPV untuk proyek ini sekitar US$ 94 juta, IRR sebesar 25%, dan PBP sekitar 6 tahun. Perubahan paling sensitif terhadap kelayakan pabrik ini adalah kapasitas produksi pabrik, dimana produksinya tidak boleh kurang dari 76136.884 MMSCF/tahun atau 49.68% dari kapasitas produksi dasar pabrik. Analisa resiko dengan metode Monte Carlo berdasarkan parameter IRR lebih besar dari tingkat diskonto (11%) menyatakan peluang kelayakan pabrik untuk distribusi gas kota dengan jaringan pipa sebesar 82.15% sedangkan dengan CNG sebesar 79.78%.
Berdasarkan analisa ekonomi yang telah dilakukan maka pabrik ini telah memenuhi tingkat kelayakan secara ekonomi dan layak untuk dibangun."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Natural gas industries in indonesia is a good industries to be invested. It is due to Indonesia has
many natural gas resources, the raising of BBM subsidies, and good promising market. From market
analysis, the capacity for this industry is about l53,257.238 MMSCF/year, and this industry will be
operated for about 19 years. This plant will be built in Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Central
Sulawesi. The natural gas will be processed in two main process which are sweetening process and
fraksionasi process. The operation mode of this plant is using continuous mode. Good process
performance of this plant is shown by energy efficiency of 82.61% (sweetening process) and 98.57%
(Faltsionasi process). Economic analysis calculated that the total investment to build this plant is about
USS l60 million with manufacturing cost of USS 57. 7 million. NPV for this project calculated at USS 94
million, 25% JRR, with payback periods in 6 years. The most sensitive for this project is production
capacity , which is no less than 76,l36.884 MMSCF/year or 49. 68% from basic production capacity of
this plant. Risk analysis of this plant using Monte Carlo 's method considering that the value of IRR is
more than the disconto level (11%), it can be summarized that the certainly of feasibility level of this
plant for city gas distribution using pipeline method is 82.l5%, whilst using CNG is 79. 78%. Based on
economic analysis mentioned above, this plant is considered being feasible for a commercial
commencement.
"
Jurnal Teknologi, 19 (4) Desember 2005: 327-337, 2005
JUTE-19-4-Des2005-327
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>