Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75014 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Chairudin
"Pemanfaatan Pemanas air berbasis energi matahari atau dikenal Solar Water Heater mulai memasyarakar khususnya di Indonesia. Energi matahari sebagai pembangkit tenaga adalah energi yang tidalc memburuhkan biaya unruk mendapatkannya dan ramah Iingkungan Dengan demikian pengembangan pemanas air tersebut menjadi salah satu alternatif yang diminati konsumen.
Pada solar water terdapat dua komponen yang utama yaitu tangki penyimpanan dan koiektor. Pada umumnya tangki penyimpanan terbuat dari baja iahan karat sedangkan kolektor Ierbuat dari lembaga. Permasalahan yang terjadi adalah kegagalan pada tangki yaitu adanya kebocoran sebelum mosa umur pakai kurang dari 5 tahun.
Untuk mengetahui penyebab kebocoran, dilakukan prosedur analisa kegagalan terhadap sampel material solar water hearer sehingga dapat dilakukan iangkah-Iangkah pencegahannya yang dapa! memperpanjang umur pakai tangki lersebui.
Hasil penelitian menunjukkan terjadinya korosi piring dan crevice pada base material akibat pengaruh media korosif yang mengandung ion khlorida serta temperatur yang relatjpanas (sekitar 80°C). Kecenderungan terjadinya piring ditunjukkan dengan pengujian kurva polarisasi siklik Pada kenaikan temperatur korosi pirting makin mudah terjadi yang ditunjukkan dengan menurunnya breakdown poteniial dari + 0,260 V vs kalomel pada Iemperalur ruang (28° C) menjadi - 0,130 V vs kalomel pada temperatur 80°C serra rapat arus pasU"dari sekitar 104 Amp/cm? pada temperarur ruang menjadi sekilar .105 Amp/cmz. Kebocoran yang diakibarkan oleh laorosi pitting dari bagian dalam tang/ci selanjutnya menyebabkan terjadinya korosi crevice pada bagian Iuar tangki.
Selain itu terjadi pula korosi retak tegang (SCC) yang berupa intergranular dan transgranular cracking di sekitar daerah lasan serta adanya sensitisasi pada daerah HAZ Hieat ajected zone) yang menyebabkan preszpirasi karbida di baras burir. Ha! ini terjadi akibar pengaruh prose: pengelasan pada saat fabrikasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharmawan Adiwijaya
"Waste heat water heater adalah salah satu alat penukar kalor yang digunakan untuk memanaskan air menggunakan energi panas buang dari gas engine. Pada skripsi ini dilakukan perancangan waste heat water heater untuk proses pemanasan gas alam yang akan digunakan sebagai bahan bakar Turbin gas Generator. Dalam merancang waste heat water heater digunakan metode beda suhu rata-rata logaritmik (LMTD) untuk mencari luas area perpindahan panas.
Hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa luas perpindahan panas adalah sebesar 35,06 m2. Spesifikasi konstruksi dari alat penukar kalor untuk mengakomodasi luas perpindahan panas yang didapat yaitu pipa carbon steel sch 40 berdiameter 1 inch dengan panjang 2 m dan jumlah pipa sebanyak 168 buah.

Waste heat water heater is one of the heat exchanger that used for boiling water using waste heat energy from gas engine. This project is about designing waste heat water heater for heating natural gas that will be used as fuel for gas turbine generator. Log Mean Temperature Difference (LMTD) will be used in the designing waste heat water heater to determine the range of area of the heat transfer.
The result according to the calculation show that the heat transfer area is about 35,06 m2. The construction specification that meet the requirement to accommodate the heat transfer area is carbon steel sch 40 tube with diameter 1 inch and length 2 m with total 168 tube.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Elfan Haris
"ACWH merupakan salah satu sistem pemanas air yang hemat energi karena hanya memanfaatkan panas buang dari Air Conditioner. Kendala yang dihadapi adalah proses perawatan terhadap pipa penukar kalor yang sulit dilakukan karena tangki air dan pipa penukar kalor dibuat tetap. Pada penelitian ini telah dilakukan perancangan tangki penyimpanan air untuk ACWH dengan alat penukar kalor dengan tipe serpentine. Alat penukar kalor tipe serpentine merupakan tipe yang paling baik digunakan pada sistem ACWH karena menggunakan prinsip natural convection dimana pipa serpentine diletakkan di dasar tangki air sehingga kalor dapat berpindah dari dasar tangki menuju ke bagian atas tangki. Hal itu membuat perpindahan kalor pada air lebih merata sehingga temperatur air lebih cepat naik.
Pada perancangan ini, tangki penyimpanan air dan pipa penukar kalor dapat dibongkar pasang sehingga proses perawatan dapat dilakukan dengan mudah. Dengan begitu ACWH lebih awet untuk digunakan. Selain itu perhitungan ekonomis satu unit produk ACWH dilakukan untuk mengetahui prospek dari penjualan produk ACWH ini. Biaya yang dikeluarkan untuk satu unit produk ACWH sangat terjangkau dan dapat bersaing di pasaran karena memiliki banyak kelebihan seperti waktu yang singkat untuk memanaskan air yaitu sekitar 1,5 - 2 jam, dapat melakukan proses perawatan dengan mudah, dan dapat melakukan penghematan biaya operasional dibandingkan dengan menggunakan AC dan pemanas air secara terpisah.

ACWH is one of the water heating systems that has a minimum energy requirements because it only utilizing waste heat from the Air Conditioner. Maintenance process for the heat exchanger pipe is difficult because the water tank and heat exchanger pipe is made permanently. This study has been conducting the design of water storage tank for ACWH with serpentine type heat exchanger. Serpentine type heat exchanger are best used on the Air Conditioner Water Heater system because it uses the principle of natural convection where serpentine pipe placed at the bottom of the water tank, so the heat can move from the bottom to the top of the tank. It makes the heat transfer in water more effective and the temperature of the water rises faster.
On this design, water storage tanks and heat exchanger pipe can be assembling, so that the maintenance process can be done easily. Besides, the economic calculation of the S-ACWH product conducted to determine the prospects of sales of these S-ACWH products. The costs for a unit of S-ACWH product are very affordable and can compete in the market because it has many advantages such as short time to heat the water, it's around 1,5-2 hours, we can maintenance the water storage and the heat exchanger, and we can saving our money for the operational cost compared with the use of air conditioning and heating water separately.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42259
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mikhael Yonas
"Penggunaan solar water heater yang semakin menjadi kebutuhan primer saat ini menuntut para produsen untuk lebih inovatif dalam melakukan perancangan dan pemilihan bahan untuk solar water heater. Salah satu bahan yang sedang dikembangkan untuk menjadi absorber dari solar water heater adalah plastik noryl dengan penampang berbentuk segiempat. Absorber berbahan noryl memiliki berbagai macam kelebihan yaitu : lebih ringan, kuat dan murah daripada absorber yang ada dipasaran yang sebagian besar berbahan aluminium. Untuk digunakan sebagai pengganti absorber yang sudah ada, maka absorber berbahan noryl ini perlu diuji terlebih dulu karakteristik koefisien gesek dan tekanan jatuhnya. Pengujian dilakukan untuk memperoleh nilai faktor gesekan, head yang dapat diatasi dengan adanya pemanasan, pengaruh aliran sekunder dan merancang header supaya aliran pada setiap salurannya sama. Hasil pengujian secara eksperimental menyatakan bahwa faktor gesekan dari absorber berbahan plastik noryl bervariasi antara 6,58 x 10-2 sampai dengan 3,71 x 10-2 untuk kisaran bilangan Reynolds 3,7 x 103 sampai dengan 8,1 x 103, sedangkan rata-rata ketinggian yang dapat diatasi oleh aliran akibat adanya efek termosifon (karena pemanasan) adalah 2,876 mm. Untuk memperoleh aliran yang sama pada setiap saluran absorber maka digunakan sebuah pengumpul aliran yang juga berfungsi sebagai masukan. Munculnya fenomena aliran sekunder dengan (aspek rasio) a/b < 1 pada pipa berpenampang segiempat mengakibatkan perbedaan trend tekanan jatuh antara pipa berpenampang segiempat dan pipa berpenampang bundar.

The use of solar water heater that is being more important this days is making the producent of solar water heater more innovative in designing and selecting the material for solar water heater. One of the popular material that being developed for the absorber of solar water heater is noryl that has square ducting. The absorber made by noryl have several advantages such as : more lightweight, stronger and cheaper than the usual absorber made by aluminium in market. To be used as a substitution of the existing absorber, the noryl absorber should be tested first for it's roughness characteristic and pressure drop. The experiment is done to test the friction factor, head that can be handled with the presence of heat, secondary flow and to design a header to make sure that each duct have the same flow. The experimental result show that the friction factor of the noryl absorber is between 6,58 x 10-2 and 3,71 x 10-2 for the range of Reynolds number between 3,7 x 103 and 8 x 103, and the average head that can be handeled by the fluid with the presence of heat is 2,876 mm. In order to obtain an equal flow in every duct at solar absorber, we used a header which is also has a function as an input. The presence of secondary flow and aspect ratio a/b < 1 in square pipe makes a different value and trend of pressure drop in square pipe and circular pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Shelina Adjani
"Indonesia secara geografis dilalui garis khatulistiwa, sehingga Indonesia menjadi negara yang menerima sinar matahari secara kontinu dan merata. Setidaknya sebanyak 60% panas dari sinar matahari memasuki bangunan gedung melalui atap. Kondisi tersebut menyebabkan ketidaknyamanan penghuni, peningkatan cooling load, dan peningkatan emisi karbon yang dihasilkan oleh bangunan. Konservasi energi termal dari sinar matahari dapat dijadikan solusi tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Energi termal yang berhasil dikonservasi dapat dialokasikan untuk aplikasi pemanasan tepat guna, seperti solar water heater. Penelitian ini menggunakan Closed Loop Pulsating Heat Pipe (CLPHP) sebagai heat exchanger pada sistem solar water heater. Closed Loop Pulsating Heat Pipe (CLPHP)  akan menyerap panas yang diterima atap bangunan. Fluida kerja di dalam Closed Loop Pulsating Heat Pipe (CLPHP)  akan bergerak ke bagian condenser dengan bantuan gaya gravitasi, dan memindahkan jumlah panas tersebut untuk memanaskan air. Eksperimen ini akan menggunakan fluida kerja De-Ionized (DI) Water. Filling ratio dengan variasi 40%, 50%, 60%, 70%, dan 80% menjadi variabel eksperimen. Eksperimen dilaksanakan dengan representasi iradiasi matahari sebesar 1.322 W/m2 sebagai heat input. Hasil eksperimen menunjukan bahwa filling ratio 50% menunjukkan hasil paling optimum dengan nilai resistansi termal (0,35 °C/W), waktu start-up sistem (11,43 menit), dan perolehan suhu akhir air di dalam tangki condenser (41,65 °C).

Indonesia is located near the equator line, making it a country that receives abundant and continuous sunlight. At least 60% of the heat from sunlight enters the building through the roof. These conditions cause occupant discomfort, increased cooling loads, and increased carbon emissions produced by buildings. Conservation of thermal energy from sunlight can be the right solution to overcome these problems. The conserved thermal energy can be allocated for appropriate heating applications, such as solar water heaters. This research will use Closed Loop Pulsating Heat Pipe as the heat exchanger of the system. Closed Loop Pulsating Heat Pipe will absorb the thermal energy from the solar irradiance, and with the help of working fluid and gravitational force the heat will be transferred from evaporator to condenser section to complete the heating process of water. The working fluid used in this experiment is De-Ionized (DI) Water. Filling ratio with variations of 40%, 50%, 60%, 70%, and 80% will be used as variables to obtain the optimum design of the solar water heater system with CLPHP, using representative optimum solar irradiance in Depok, at 1.322 W/m2  as the heat input. The experimental results show that the filling ratio of 50% shows the most optimum results with the lowest thermal resistance value (0.35 °C/W), the fastest system start-up time (11.43 minutes), and the highest final water temperature gain in the condenser tank (41.65 °C)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimasena Duanda Harimawan
"Mengurangi dan menghemat konsumsi energi di era modern merupakan hal penting untuk dilakukan. Tidak hanya di masa sekarang, penggunaan konsumsi energi dalam waktu dekat untuk hidup berkelanjutan dengan lingkungan yang ramah lingkungan juga sangat penting. Pemanas air membutuhkan energi listrik yang tinggi dibandingkan peralatan rumah tangga lainnya. Saat ini sudah banyak pemanas air yang menggunakan energi terbarukan sebagai sumber utama, namun masih banyak pemanas air pada sistem perumahan yang tidak ramah lingkungan karena tidak menghemat penggunaan energi. Begitu juga dengan penggunaan AC di perumahan dan juga di perkantoran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan panas buang dari udara kondenser AC split sebagai pemanas awal dalam heater air atau Air Conditioner Water Heater (ACWH) dengan menggunakan heat pipe. Sehingga diharapkan konsumsi energi untuk pengoperasian water heater menjadi lebih rendah. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menambahkan perangkat heat pipe heat exchanger di sisi keluar udara outdoor kondenser, dimana sisi evaporator heat pipe diletakkan di sisi udara panas buang kondenser, sedangkan sisi kondenser heat pipe diletakkan diletakkan di air dalam tangki. Perangkat heat pipe terdiri dari 17 heat pipe, satu baris, dimana sisi evaporator dilengkapi sirip-sirip, dan sisi kondenser tanpa menggunakan heat pipe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguaan heat pipe mampu menghasilkan suhu air meningkat 3 oC pada siang hari, sedangkan pada malam hari suhu air menurun pada kondisi ruangan tanpa beban kalor.

Reducing and saving energy consumption in the modern era is an important thing to do. Not only in the present, the use of energy consumption in the future for sustainable living in an environmentally friendly environment is also critical. Water heaters require higher electrical energy than other household appliances. Currently, many water heaters use renewable energy as the primary source. However, there are still many water heaters in residential systems that are not environmentally friendly because they do not save energy use, likewise with the usage of air conditioning in housing and offices. The purpose of this study was to utilize the exhaust heat from split AC condenser air as a preheater in a water heater or Air Conditioner Water Heater (ACWH) using a heat pipe. So, it is expected that energy consumption for water heater operation will be lower. The method used in this study is to add a heat pipe heat exchanger device to the outside of the condenser outdoor air, where the evaporator side of the heat pipe is placed on the hot air exhaust side of the condenser. In contrast, the condenser side of the heat pipe is placed in the water in the tank. The heat pipe device consists of 17 heat pipes, one row, where the evaporator side is equipped with fins, and the condenser side without using a heat pipe. The results showed that the use of heat pipes was able to produce an increase in water temperature of 3 ° C during the day, while at night the water temperature decreased in room conditions without the cooling load."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Emanuel Kefi
"Sistem ACWH memiliki 2 kondensor yang berfungsi untuk memanaskan air dan membuang panas ke lingkungan yang masing-masing memiliki katup in/out pada pipa refrigerant. Dalam sistem ACWH seluruh refrigerant akan dialirkan ke DPHE untuk didinginkan, sehingga bukaan katup DPHE 100% terbuka, sementara aliran refrigerant ke air condenser tertutup. Media pendingin pada DPHE bersumber dari tangki penyimpanan yang di insulasi, jika air tidak digunakan untuk mandi berarti air akan bersirkulasi secara terus menerus dan terus mengalami peningkatan temperatur karena menyerap panas dari refrigerant sehingga panas tersimpan dalam tangki. Temperatur media pendingin terus meningkat menyebabkan pertukaran panas pada sistem tidak maksimal sehingga terjadi penurunan efisiensi kompresor serta peningkatan tekanan dan temperatur discharge. Untuk mengatasi peningkatan tekanan dan temperatur pada kompresor, panas pada sistem harus dilepaskan ke lingkungan sehingga refrigerant harus dialirkan ke air condenser untuk melepaskan panas ke lingkungan. Refrigerant tidak sepenuhnya dialirkan ke air condenser karena panas tetap dibutuhkan ke DPHE untuk memanaskan air, sehingga katup pada kedua kondensor tetap dibuka dengan perbandingan tertentu sesuai dengan kondisi. Katup pada DPHE akan tertutup ketika air panas sudah mencapai temperatur yang diminta. Pada saat ini katup masih dikontrol secara manual sehingga akan tidak efektif ketika digunakan. Untuk mengatasi kendala tersebut katup ini akan dikontrol secara otomatis dengan input command berdasarkan analisis karakter perpindahan panas pada beberapa bukaan katup berbeda pada masing-masing kondensor. Hasil percobaan yang didapatkan hasil tercepat untuk pemanasan air adalah dengan membuka katup ke DPHE 100% dan menutup katup ke kondensor air cooled dengan waktu pemanasan air 31 menit, tetapi terjadi over pressure dan over heat pada discharge kompresor yang mencapai tekanan >25 bar. Sementara pada bukaan 50% DPHE dan 50% air condenser, waktu pemanasan air dari 28°C ke 55°C mencapai 56 menit. Pada mode 3 & 4 dilakukan pengaturan katup ketika temperatur discharge kompresor mencapai 60°C, terlihat penurunan tekanan secara signifikan dalam beberapa saat. Variasi terbaik dari 4 percobaan diatas adalah diawali dengan 100% DPHE dan 75% DPHE, 25% kondensor saat temperature discharge kompresor mencapai 60°C. Hal ini dikarenakan memiliki laju perpindahan panas yang baik dan tekanan discharge terkendali karena Sebagian tekanan dialirkan ke kondensor. Jika tekanan melebihi 16 bar maka bukaan katup DPHE dikurangi dan membuka katup air condenser.

The ACWH system has 2 condensers which serves to heat water and dissipate heat to the environment, both has an in/out valve on the refrigerant pipe. In the ACWH system, all refrigerant will flow to the DPHE to be cooled, so that the DPHE valve opening is 100% open, and the refrigerant flow to the air condenser is closed. The cooling medium in DPHE comes from an insulated storage tank, if the water is not used for bathing it means the water will circulate continuously and the temperature will continue to increase because it absorbs heat from the refrigerant and heat will be stored in the tank. The temperature of the cooling medium continues to increase causing the heat exchange in the system to be not optimal, and causing decrease in compressor efficiency and an increase in discharge pressure and temperature. To overcome the increase in pressure and temperature in the compressor, the heat in the system must be released to the environment so that the refrigerant must be flowed into the air condenser to release heat to the environment. Refrigerant is not completely flowed into the air condenser because heat is still needed to the DPHE to heat the water, so the valves on both condensers are still opened with a certain ratio according to conditions. The valve on the DPHE will close when the hot water has reached the required temperature. At this time the valve is still controlled manually, so it will be ineffective when used. To overcome these obstacles, this valve will be controlled automatically with an input command based on the analysis of the heat transfer character at several different valve openings in each condenser. The experimental results obtained the fastest results for heating water are to open the valve to 100% DPHE and close the valve to the water cooled condenser with a water heating time of 31 minutes, but there is over pressure and over heat on the compressor discharge which reaches a pressure of >25 bar. Meanwhile, at 50% DPHE and 50% air condenser openings, the water heating time from 28°C to 55°C reaches 56 minutes. In mode 3 & 4, the valve is adjusted when the compressor discharge temperature reaches 60°C, a significant drop in pressure is seen in a few moments. The best variation from the 4 experiments above is starting with 100% DPHE and 75% DPHE, 25% condenser when the compressor discharge temperature reaches 60°C. This is because it has a good heat transfer rate and the discharge pressure is controlled because some of the pressure is supplied to the condenser. If the pressure exceeds 16 bar then the DPHE valve opening is reduced and the air condenser valve opens."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Adinugroho
"Penggunaan listrik yang berlebih akan berdampak ke lingkungan, terutama Indonesia yang salah satu pemasok listrik terbesar berasarl dari batu bara. Perlu adanya upaya penghematan listrik untuk mengurangi potensi global warming. Salah satu penghematan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara mengubah sistem AC konvensional ke ACWH. Dengan ACWH dapat dimanfaatkannya panas yang dibuang oleh kompresor AC untuk memanaskan air yang nantinya dapat digunakan untuk keperluan yang menggunakan air panas. Dalam penelitian ini, akan membahas karakteristik dari suatu AC konvensional yang telah ditambahkan sistem pemanas air, maka dari itu menjadi ACWH. Performa pada sistem ini jelas tentu beda, karena membandingkan air cooled dan water cooled. Untuk menentukan performa AC menggunakan COP. Dari hasil penelitian didapatkan nilai COP pendinginan pada variasi tekanan 5,1 bar set point 18°C 4,09, tekanan 5,1 bar set point 20°C 4,32, tekanan 5,5 bar set point 20°C 4,64 dan 5,5 bar set point 20°C 4,38  Dari hasil tersebut, untuk menghasilkan air panas tercepat yaitu dengan kondisi tekanan 5,1 bar set point 18°C.

Excessive use of electricity will have an impact on the environment, especially Indonesia, which is one of the largest suppliers of electricity from coal. There needs to be an effort to save electricity to reduce the potential for global warming. One of the savings that can be made is by changing the conventional AC system to ACWH. With ACWH, the heat released by the AC compressor can be utilized to heat water which can later be used for purposes that use hot water. In this study, we will discuss the characteristics of a conventional air conditioner to which a water heating system has been added, so it becomes ACWH. The performance of this system is definitely different, because it compares water cooled and water cooled. To determine the performance of the AC using the COP. From the results of the study, it was found that the cooling COP value at a pressure variation of 5.1 bar set point 18°C 4.09, pressure 5.1 bar set point 20°C 4.32, pressure 5.5 bar set point 20°C 4.64 and 5.5 bar set point 20°C 4.38 From these results, to produce the fastest hot water with a pressure condition of 5.1 bar set point 18°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoyon Mulyana
"ABSTRAK
Solar Water Heater inerupakan suatu produk yang relatif masih
baru di Indonesia, seakan pula dengan anjuran pemerintah tentang
penggunaan energi alternatif, maka Solar Water Heater merupakan
pilihan yang cukup menarik untuk dikembangkan oleh perusahaan di
Indonesia. Disamping makin terbatasnya energi fosil yang semakin
lama semakin sulit karena tidak terbarukan, matahari merupakan
sumber energi yang cukup melimpah di Indonesia. Satu hal yang
sangat menguntungkan Indonesia karena secara geografis terletak
di negara Equator, dimana hampir sepanjang tahun matahari bersi
nar dan memancarkan energinya.
Bisnis Solar Water Heater di Indonesia dimulai pada tahun
1984 yang dipelopori oleh salah satu perusahaan yang mengageni
salah satu produk dan Australia dimana sampai pada tahun 1992
perusahaan yang bergerak dalam bidang ini sudah mencapai ± 6
perusahaan. Kebanyakan dan perusahaan yang ada merupakan agen
dan produk terkenal dan luar negeri. Namun akhir-akhir ini
telah ada pula yang mulai melaksanakan pembuatan produknya di
dalam negeri.
Dengan semakin banyaknya perusahaan yang memasuki bisnis
Solar Water Heater ini menyebabkan iklim usaha semakin kompeti
tif. Kondisi persaingan semakin ketat menempatkan posisi pemasa
ran sebagai hal yang mendapat perhatian dan perusahaan Solar
Water Heater.
Karya akhir ini merupakan suatu studi mengenai strategi
pemasaran bisnis Solar Water Heater di Indonesia yang dilaksana
kan melalui studi kasus pada PT Sinar Surya, Tujuan studi ini
antara lain adalah untuk memperoleh gambaran umum usaha Solar
Water Heater di Indonesia, mempelajari strategi pemasaran yang
diterapkan oleh PT Sinar Surya, mengetahui kekuatan dan kelemahan
perusahaan serta mengetahui peluang dan ancaman dan tingkat
persaingan yang dihadapi. Pada akhirnya diharapkan dapat diformu
lasikan strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh PT Sinar
Surya.
Guna mencapai tujuan diatas, pembahasan yang dilakukan
meliputi Analisis Internal, untuk mengetahui kekuatan dan kelema
han perusahaan, Analisis Eksternal untuk mengetahui peluang dan
ancaman yang mungkin timbul serta Analisis Bisnis Fortofolio
dengan pendekatan Analisis BCG. Adapun metodologi penelitian yang
digunakan merupakan analisa data primer dan data sekunder yang
kami peroleh dan perusahaan PT Sinar Surya ditambah pula dengan
data statistik serta data pendukung lainnya.
PT Sinar Surya meinulai bisnis Solar Water Heater pada tahun
1988. Dasar PT Sinar Surya memilih bisnis ini adalah karena
penggunaan energi alternatif diluar minyak dan gas bumi merupakan
suatu upaya yang menjanjikan untuk jangka panjang. Karena energi
yang berasal dan fosil suatu saat akan ada habisnya dan akan
semakin langka. Disamping Indonesia merupakan negara tropis yang
memiliki energi matahari yang melimpah.
Adapun misi perusahaan PT sinar surya, adalah sebagai berikut :
?Terkemuka dalam bidang usahanya, tumbuh dan berkembang
berkesinambungan sebagai perusahaan yang sehat dengan meme
nuhi harapan dan kepuasan pelanggan serta berperan aktif
sebagai pelaku pembangunan melalui produk konversi energi
dengan pelayan mutu yang ditingkatkan terus menerus dengan
teknologi dan inovasi secara profesional?
Meskipun cakupan misinya yang cukup luas, yang menyangkut
masalah konversi energi namun pida tahap sekarang konsentrasi
bisnis lebih diarahkan pada produk Solar Water heater.
Sejalan dengan misi tersebut PT Sinar Surya telah berupaya
untuk membangun citra yang baik dihadapan konsumennya. Dari hasil
analisis internal perusahaan menunjukan bahwa PT Sinar Surya
mempunyai kekuatan yang cukup tinggi dalam hal kemampuan produk
si, kemampuan rekayasa dan keuangan yang telah dibuktikan oleh
hasil yang cukup baik pada masing-masing fungsi tersebut. Namun
dalam hal strategi pemasaran masih banyak kelemahan diantaranya
saluran distribusi yang masih terbatas, disamping citra produk
yang masih belum terbentuk karena konsumen lebih mengenal Sola-
hart sebagai produk pemanas air tenaga matahari.
Hasil analisis lingkungan eksternal menunjukan bahwa kondisi
ekonomi akan lebih membaik di tahun 1993 yang membawa dampak pada
meningkatnya pembangunan perumahan, baik rumah sederhana, menen
gah maupun rumah mewah. Kondisi ini memberikan peluang pasar
Solar Water Heater yang meningkat. Disamping itu dari analisis
data statistik dapat pula disimpulkan bahwa potensi pasar Solar
Water Heater dan rumah lama yang belum mempunyai pemanas air
masih sangat tinggi. Secara total potensi pasar Solar Water
Heater tahun 1993 baik dan pembangunan rumah baru maupun dan
rumah lama menunjukkan angka 42.778 unit, suatu angka yang sangat
potensial untuk digarap. Sementara itu dan data demografi menun
jukkan pula bahwa meningkatnya jumlah para eksekutif muda akan
menambah pasar potensial Solar Water Heater dimasa yang akan
datang.
Dari hasil analisis industri menunjukan bahwa hambatan
pendatang baru tidak terlalu besar karena kebutuhan investasi
yang relatif kecil dan skala ekonomi yang rendah sehingga memung
kinkan perusahaan dengan skala yang kecilpun sudah dapat mengem
bangkan bisnis Solar Water Heater. Namun hambatannya terletak
pada pengelolaan jaringan distribusinya.
Dalam Lingkungan Operasional PT. Sinar Surya menghadapi
persaingan yang sangat tajam dan Solahart yang merupakan pesaing
utama yang telah ada. Solahart telah melakukan pula strategi
multi branding dengan membawa merk lain dengan jaringan distri
busi yang berbeda. Didalam persaingan ini kelompok Solahart tetap
menguasai pangsa pasar terbesar dengan perolehan sebesar 44,5 %
sedangkan PT Sinar Surya menempati posisi kedua sebesar 28,8 %
dan Posisi ketiga dipegang oleh Solar Edward dengan perolehan
sebesar 13,3 %, sisanya terbagi atas merk-merk lainnya.
Dari Analisis Fortofolio dengan menggunakan pendekatan
Analisis BCG menghasilkan posisi PT Sinar Surya berada pada sel
question mark, tetapi dalam perjalanannya posisi tersebut sejak
tahun 1990 mulai bergeser dan question mark menuju kearah Star.
Posisi ini telah menempatkan PT ?inar Surya sebagai market cha
langer dan yang berhadapan langsung dengan pesaing utamanya yaitu
Solahart. Dan evaluasi pilihan strategi dengan pendekatan grand
strategy selection matrix Pierce & Robinson, diperoleh kesimpulan
bahwa PT Sinar Surya dapat menerapkafl strategi market develop
ment.
Sebagai kesimpulan terakhir yang diperoleh dan studi ini.
adalah bahwa untuk mendukung tujuan utama pemasarannya yaitu
meningkatkan pangsa pasar pada pasar yang sedang tumbuh, maka
strategi utama yang dilaksanakan adalah market development, yaitu
memasarkan produk yang ada kepada pelanggan baru dengan menambah
saluran distribusinya dengan implikasi bauran pemasaran sebagai
berikut :
1. Produk yang dipasarkan adalah sama seperti yang telah dipa
sarkan pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu ; type T 150 LX
dan T 300 LX dengan diberikan sedikit sentuhan perbedaan
pada kualitas dan atributnya sehingga terdiferensiasi.
2. Harga jual tetap dipertahankan pada harga lama, hal ini
dapat dilakukan karena skala ekonomi yang semakin membaik
sehingga harga pokok tidak akan naik. Dengan demikian seli
sih harga jual dengan Solahart akan semakin jauh.
3. Prornosi ditingkatkan pada media cetak dan elektronik yang
mempunyai scope Nasional.
4. Adanya penambahan saluran distribusi untuk kota-kota besar
dipropinsi lainnya dengan prioritas diutarnakan pada kota
dengan potensi pasar yang besar, diantaranya ; Ujung Pan
dang, Manado, Pontianak, dan Banjarmasin.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>