Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167208 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Julian Restudy
"Baja HSLA dan baja karbon rendah merupakan jenis baja yang banyak diaplikasikan pada bidang konstruksi maupun otomotif dimana keuletan dan ketangguhan yang baik sangat dibutuhkan. Adanya penambahan sejumlah kecil (0,15%) unsur paduan tertentu pada baja HSLA yang menghasilkan sifat mekanis yang baik melalui penguatan presipitat dan penghalusan butir menyebabkan baja ini lebih unggul dari baja karbon rendah biasa. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari sejauh mana komposisi kimia mempengaruhi morfologi ferit yang terbentuk pada baja HSLA dibandingkan baja karbon rendah yang akan berpengaruh pada sifat mekanis akhir serta ketahanan korosinya. Benda uji yang digunakan yaitu, baja HSLA 0,029% Nb dan baja karbon rendah yang dipanaskan ulang pada temperatur 1200 °C dengan waktu tahan 1 jam dengan pencelupan air.
Perlakuan pemanasan ulang sampai pada temperatur 1200 °C dengan waktu tahan 1 jam dengan pencelupan air akan menyebabkan berubahnya morfologi ferit dari baja HSLA maupun baja karbon rendah. Perubahan morfologi dari ferit ini akan menyebabkan sifat mekanis dan ketahanan korosi dari baja HSLA dan baja karbon rendah mengalami perubahan yang antara lain dipengaruhi oleh adanya transformasi fasa serta bertambah besarnya diameter butir ferit. Pemanasan pada temperatur 1200 °C dengan waktu tahan yang cukup lama (1 jam) menyebabkan meningkatnya migrasi atom pada batas butir melalui proses difusi sehingga ukuran butir akan bertambah besar yang nantinya akan mempengaruhi sifat ketahanan korosinya.
Perlakuan pemanasan ulang dengan pendinginan yang cepat menyebabkan terbentuknya lath martensit serta struktur widmanstatten ferit pada mikrostruktur baja HSLA. Berbeda dengan baja karbon rendah yang tetap memiliki struktur ferit namun ukuran butirnya tidak seragam pada mikrostrukturnya. Pemanasan ulang menghasilkan ukuran butir ferit yang lebih besar dari sebelumnya serta meningkatkan ketahanan korosi dari baja dengan baja HSLA memiliki ukuran butir ferit yang lebih besar dan ketahanan korosi yang lebih baik dibandingkan dengan baja karbon rendah biasa.

HSLA steel and low carbon steel has a good ductility and toughness which is needed in constructional and automotive aplication. Additional small number (0,15%) of certain alloy on HSLA steel increasing it mechanical properties, by precipitation strenghtening and grain refinement, to better than normal low carbon steel. This research is done to study the comparison of influence chemical composition to ferrite morphology that occur after isothermal process on HSLA steel and low carbon steel and their corrosion resistant. Sample is HSLA 0,029% Nb and low carbon steel (0,15% C), reheating at isothermal temperature 1200 °C, with about 1 hour, with water quenching.
Reheating at isothermal temperature 1200 °C, with holding time about 1 hour, with direct water quenching cause the transformation of ferrite morphology of both HSLA steel and low carbon steel that influence the change of mechanical and corrosion properties. The change of mechanical and corrosion properties influenced by increasing the ferrite grain size and also the phase transformation of steel. High temperature of reheat (1200 °C) and long holding time (1 hour) enhance the atom migration on grain boundary so that the austenit grain size growing larger and as result the ferrite grain size is larger.
High reheating temperature with rapid cooling cause the lath martensite and widmanstatten ferrite formed on microstructure of HSLA steel. On the other hand, there is no phase transformation changing on low carbon steel, it still has ferrite with rough grain size. Reheating process will increase both the ferrite grain size and corrosion resistant of steel with HSLA steel has larger the ferrite grain size and better corrosion resistant than low carbon steel."
2008
S41679
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anita Juliawatri
"Perkembangan teknologi dewasa ini, membutuhkan baja yang memiliki kombinasi antara kekuatan yang tinggi. Ketangguhan dan kemampuan las yang baik serta biaya produksi yang rendah. Jenis baja yang mampu menjawab tantangan diatas ialah baja HSLA sebab dengan penamhahan sejumlah kecil (<0.15 %) unsur-unsur paduan tertentu atau yang sering disebut Microalloyed, baja ini mampu menghasilkan sifat mekanis yang baik melalui penguatan presipital serta penghalusan butir.
Pada penelitian ini akan diamati perilaku butir austenit prior yang berbeda dengan baja C-Mn biasa, dimana butir austenite prior terbentuk akan menentukan mikrostruktur. Akhir setelah canai panas. Benda uji yang digunakan pada penelitian ini ialah baja H SLA 0.029 % Nb hasil coran kontinu, yang dipanaskan pada temperatur 1250°C dengan waktu tahan yang berbeda-beda, yaitu 1 jam, 1.5 jam, 2 jam, 2.5 jam dan 3 jam.
Peningkatan waktu tahan pada baja HSLA 0,029 % Nb selama pemanasan isothermal temperatur 1250°C akan memperbesar ukuran butir austenit. Hal ini dikarenakan pada temperatur tersebut, presipitat Nb(CN) yang berfungsi menghambat pertumbuhan butir austenit telah larut seluruhnya sehingga terjadi pertumbuhan butir normal yang kontinu dan seragam. Peningkatan waktu tahan akan meningkatkan migrasi atom-atom pada batas melalui proses difusi sehingga butir akan bertambah besar.
Energi aktivasi dari pertumbuhan butir (Qgg) baja HSLA 0,029% Nb hasil coran kontinu, yang dipanaskan pada temperature 1250 °C dengan waktu tahan yang berbeda-beda, yaitu 1 jam, 1.5 jam, 2 jam, 2.5 jam, dan 3 jam adalah 438300 J/mol dengan nilai n= 3,05 dan konstanta A= 8,31.10 20. Nilai Qgg konstanta A dan n yang sesuai akan memperlihatkan prediksi model yang mendekati hasil pengamatan yang dilakukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiyono
"Telah dilakukan penelitian transformasi fasa pada 3 grade baja yaitu 45 K, SCM 435 dan 12 A, ketiganya dapat dibuat spheroidite namun hanya SCM 435 dan 45 K yang dapat dibuat menjadi martensite dan martemper. Hal ini terlihat dari mikrostruktur yang diperkuat data uji tarik dan hardness. Grade 12 A tidak cocok untuk aplikasi industri baut dan mur.

Have been conducted by research of transformation fasa at 3 grade become militant that is 45 K, SCM 435 and 12 A, third of grade can be made by spheroidite but only SCM 435 and 45 K which can be made to become martensite and martemper. This matter is seen from microstructure strenghtened by data of interesting test and hardness. Grade 12 A incompatible for the industrial application of bolt and nut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Naek
"ABSTRAK
Pena pegas daun adalah salah satu komponen automotif yang bahan dasarnya baja karbon S 45 C., Baja karbon ini merupakan baja yang paling banyak dan mudah didapatkan dipasaran- Pena pegas daun adalah komponen penghubung antara sasis kendaraan dan pegas daun. Dalam fungsinya komponen ini menerima beban dinamis dan gesekan yang cukup besar. Pengujian terhadap pena pegas daun yang selama ini diperoleh dari supplier menunjukkan hasil masih dibawah standard spesifikasi yang diinginkan.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat mencari solusi peningkatan sifat tarik dan kekerasan pada pena pegas daun tersebut. Untuk mencapai spesifikasi tersebut dilakukan perlakuan panas yang meliputi pemanasan hingga suhu austenisasi, pencelupan kedalam air atau oli, penemperan pada berbagai temperatur dan berbagai waktu temper serta permukaan luar benda uji diberikan perlakuan panas dengan cara induksi.
Pengujian yang dilakukan terhadap pena pegas daun tersebut meliputi ; analisa komposisi kimia bahan, mikrostruktur, kekerasan, uji tarik dan ketahanan aus﷓
Hasil penelitian menunjukkan, peningkatan kekerasan pada pena pegas daun tersebut sehingga memenuhi spesifikasi yang diinginkan yaitu :
- kuat tarik 710 - 800 N/m2.
- kekerasan dipermukaan Hv 650 - 700 = (59 - 60) HRc
- kedalaman pengerasan 1 -1,5 mm.
Kesimpulan.
Untuk mencapai spesifikasi standard, pena pegas daun dilakukan perlakuan panas dengan dipanaskan mencapai suhu austenisasi 850 ° C dan dicelup kedalam air dan ditemper pada temperatur 570 ° C atau kedalam oil dan ditemper pada temperatur 250 ° C dengan waktu temper masing-masing 1 jam, yang terakhir pena pegas daun permukaannya dikeraskan dengan cara induksi dengan berbagai kecepatan skanning

ABSTRACT
The leaf spring is one of the automotive components made from Steel S 45 C. This Carbon steel is most available and easy to get in the market. The leaf spring pin is a joint component between chasiss of vehicle and leaf spring. In its function, this component receive dynamic load and friction on the surface. Test result of leaf spring pin obtained from supplier are generally below the spesification standard requested. In this research it is expected to get solution, how to increase tensile strength and hardness of leaf spring pin.
To reach the specification, the heat treatment process have been performed. They heated until austenit temperature, and quenched into water or oil. Subsequently the pin was tempered at various temperature and time. After that, the sample pins were subsequently hardened by induction hardening technique. The test was performed to the leaf spring pin, are chemical composition, microstructure, hardness, tensile strength and wear resistance.
The result of research shown, that the hardness of leaf spring pin increased and fulfill the request spesification namely :
- Tensile strength 710 - 810 N/m2
- Hardness on the surface Hv 650 - 700 ( 59 - 60) HRc
- Depth of hardness = 1 -1,5 mm.
Conclusion
To reach the standard specification the leaf spring pin was performed heat treatment, by heating up until austenit temperature 850 °C, quenched into water and subsequently tempered at temperature 570 °C or quenched into oil and tempered at temperature 250 °C, each of them during 1 hour, and the last the leaf spring pin to be hardened on the surface by induction hardening with various scanning speed."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tonny Hartono
"ABSTRAK
Pelat baja S275J0 merupakan salah satu jenis pelat baja karbon rendah yang
digunakan dalam industri alat berat. Penggunaan pelat ini adalah untuk struktur
komponen dalam alat berat sehingga sangat vital untuk memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan baik dari nilai minimal yield strength maupun dari tensile
strength-nya . Selain properti mekanik juga ada elemen kualitas penting yang
menjadikan pembandingan ini penting dilakukan yakni tingkat kelengkungan
(bowing) pada saat dipotong untuk dibuat menjadi komponen yakni 4 mm
(maks).Fenomena tingkat kelengkungan ini sering diistilahkan sebagai “coil
memory” yakni suatu istilah menggambarkan masih adanya sisa tegangan setelah
koil baja diproses untuk pembuatan komponen dari baja lainnya. Studi ini
dilakukan untuk melihat perbedaan yang ada antara pelat baja karbon rendah
S275J0 yang diproduksi dengan proses penggulungan dengan pelat baja S275J0
yang diproduksi dari milling slab tanpa melalui coiling. Penelitian dilakukan
terhadap pelat S275J0 setelah dilakukan pemotongan dengan pemotong plasma
menjadi 6 lembar dan melakukan pengukuran terhadap kelengkungannya, karena
hasil yang diperoleh tidak sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan (maksimal 4
mm), maka dilakukan percobaan sebanyak 6 kali sebagai upaya perbaikan. Selain
itu dilakukan karakterisasi antara pelat koil dan pelat non koil atau plate mill
untuk membandingkan baik sifat mekanik maupun struktur mikronya. Terhadap
karakterisasi ini didapakan hasil berupa komposisi kimia kedua pelat terdapat
perbedaan dalam hal kadar Si, sedangkan dari struktur mikro terdapat perbedaan
adanya fasa acicular ferrite dan terdapatnya perbedaan kandungan Silikon (Si)
yang tinggi dalam komposisi baja mereka.

ABSTRACT
S275J0 steel was one of low carbon steel used by heavy equipment manufacturer
to build their component. A structural component required particular strength to
ensure its capability to perform heavy duty job during its operations such as
digging, excavating etc.. A min Tensile Strength and Yield Strength is essential
requirement which have to be met before it can be utilized for manufacturing
heavy equipment’s components. The low carbon steel S275J0 was produced
through Hot Rolling Process and Coiling and another S275J0 was produced
through milling their slab without coiling process. Although this S275J0 steel
plate from HRC-Coiling was met those requirements, however there is a quality
problem which might very disturbing. i.e. existing of what it called coil memory
phenomena - a bowing or unflattening of steel plate while further processing
through cutting. Another S275J0 which produced from milling slab without
coiling is comparable reference to do a comparing study whether its chemical
composition or microstructure is significantly difference or not. This research
conducted when plates were cut using plasma cutting, once this process done then
it will be cut into 6 pieces and inspect the flatness, however due to the result were
out of specification (max 4 mm) then it will try to improve through 6 times
improvement efforts. A part of this research also doing characterization between
coil steel plate and plate mill steel to compare whether its mechanical or
metallography properties has a difference. A fact was found that there is a slight
different on their microstructure i.e. forming an acicular ferrite phase on coil steel
plate and there is higher Silicon (Si) on plate mill steel."
2013
T35280
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Setiawan
"Baja perkakas merupakan jenis baja yang digunakan untuk membentuk komponen dies dan perkakas permesinan sehingga didesain untuk memiliki kekerasan yang tinggi dan ketahanan aus yang baik. Baja ASSAB 88 merupakan baja perkakas paduan sedang penger jaan dingin (medium alloy cold work tool steel) dengan komposisi kimia hasil modifikasi yakni di antara baja XW-12 dan XW-10, yang diharapkan jenis baja ini dapat mempunyai kinerja lebih baik dari baja XW-10 namun lebih efisien dari XW-12. 0leh karena itu dibutuhkan proses perlakuan panas untuk mendapatkan sifat mekanis yang baik dan tangguh dalam aplikasinya dengan efisiensi biaya produksi yang tinggi. Pada Penelitian ini dilak ukan variasi temperatur (200℃-560℃) dan waktu temper (1-1 jam) sehingga dapat dianalisa pengaruh penempetan terhadap ktangguhan yang terkait dengan kekerasan pada baja ASSAB 88. Di samping itu dilakukan pula perlakuan panas pada baja XW-10 untuk memhandingka mya dengan ASSA B 88, dilihat dan dianalisa sifat mekanis dan efisiensi prosesnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan baja ASSAB 88 pada penemperan yang berulang akan lebih tinggi dibandingkan dengan kekerasan pada single t emper dengan waktu tem per yang panjang. Temper yang berulang hanya meningkatkan kestabilan mikrostruktur dan tidak mengubah mikrostruktur. Kekerasan baja XW-10 pada proses penemperan dengan peningkatan temperatur (200℃-530℃) akan cenderung mengalami penurunan disebabkan secondary hardening telah terjadi oada temperature 500℃ dengan kekerasan 58 HRC. Aplikasi baja perkakas ASSAB 88 cukup baik digunakan pada kekerasan 60 HRC dengan proses single temper 560℃, waktu temper 1x4 jam sedangkan baja XW-10 dapat digunakan dengan kombinasi ketangguhan yang baik 9,74 J/cm2 untuk kekerasan 61,5 HRC untuk kondisi single temper 200℃ dengan waktu temper 1x2 jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>