Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144936 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Trisnawati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S41072
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dean Ande Priyani
"Komposit serat kaca yang diperkuat dengan bahan polimer Glasss Fibre Reinforced Polymer GFRP memiliki kekurangan yaitu kurang tahan terhadap api. Penggunaan clay dapat meningkatkan sifat tahan api terhadap GFRP. Akan tetapi, diperlukan pencampuran yang baik agar clay dapat terdispersi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh clay dan kondisi pencampuran terhadap sifat anti bakar, kuat impak, dan modulus lengkung komposit GFRP/clay. Polimer Unsaturated polyester UP , serat kaca, dan 3-Aminopropyltriethoxysilane masing-masing digunakan sebagai matriks, penguat, dan compatibilizer untuk membuat komposit. Unsaturated polyester-clay-silane dicampur menggunakan magnetic stirrer dengan variasi kecepatan dan waktu pencampuran. Komposit unsaturated polyester-serat kaca-clay-silane difabrikasi menggunakan metode vacuum bagging. Variasi clay yang digunakan adalah 1 wt. , 2wt. , dan 3 wt.. Variasi kecepatan rotasi dan waktu pencampuran masing-masing 100,150, 200 rpm dan 60, 90, dan 120 menit. Komposit UP ndash; serat kaca digunakan sebagai bahan pembanding.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposit dengan kandungan clay 1wt tidak terbakar dengan nilai laju bakar sebesar 0 mm/min. Tidak terdapat perubahan variabel yang signifikan pada kuat impak dengan mekanisme berbeda seperti shear dan difusi yang bekerja bersamaan saat mendispersikan clay. Nilai modulus lengkung optimum dimiliki oleh komposit dengan komposisi clay 1 wt _200 rpm_60 menit sebesar 10 0.4 GPa , yang mengalami kenaikan 20 dibandingkan dengan UP ndash; serat kaca.

Glass fibre reinforced polymer GFRP composites have a weakness in fire resistant property. The addition of clay can improve the fire resistant property of GFRP. However, a good mixing is needed to disperse the clay. This research aims to observe the effect of clay and mixing conditions on fire resistance, impact strength, and flexural modulus of GFRP clay composites. Unsaturated polyester UP , glass fiber and 3 Aminopropyltriethoxysilane respectively were used as a matrix, a reinforcement and a compatibilizer respectively to build the composites. Unsaturated polyester clay silane were mixed using a magnetic stirrer with a variation of rotation speed and mixing duration. The composites were fabricated using a vacuum bagging method. The composition of clay was varied from 1, 2, and 3 wt. The rotation speed and mixing time were varied at 100, 150, 200 rpm and 60, 90, and 120 minutes, respectively. UP glass fiber was used as a comparison material.
The results showed that composites with 1 wt clay content was not burned with the buring rate value of 0 mm min. There were no significant effects of variables on impact strength in between the boundaries that attributed to different mechanisms such as shear and diffusion that worked together to disperse the clay. The optimum flexural modulus was found in the 1 wt clay 200 rpm 60 minute composites with a value of 10 0.4 GPa in which 20 higher compared to the UP glass fibre composites.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Arifin
"Komposit polimer epoksi berpenguat serat gelas (GFRP) merupakan salah satu material yang dewasa ini sangat populer, karena nilai ekonomis dan kehandalan nya. Aplikasi GFRP pada lingkungan bawah air, menyebabkan terjadinya proses wet curing yang dapat mempengaruhi sifat mekanik.
Penelitian ini membahas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari material GFRP dan daya rekat komposit tersebut dengan logam, faktor-faktor tersebut diantaranya seperti durasi curing, temperatur dan salinitas. Komposit GFRP dengan dua tipe hardener yaitu poliamin dan siklikamin dimanufaktur dengan menggunakan metode hand lay-up. Spesimen GFRP selanjutnya dengan variasi durasi curing 12, 24 dan 48 jam dimanufaktur pada lingkungan udara, air laut dan air distilat dengan temperatur dan salinitas yang berbeda. Kemudian dilakukan pengujian tarik, tekuk dan impak serta uji kekuatan bonding dan pengamatan SEM.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa GFRP dengan hardener poliamin gagal membuat ikatan crosslink pada proses wet curing, sedangkan dengan hardener siklikamin crosslink berhasil terbentuk, nilai karakteristik sifat mekanik pada proses wet curing sedikit menurun dibandingkan dengan proses dry curing, seperti hasil uji tarik menurun sebesar 10% dan uji daya rekat sambungan logam dengan komposit turun sebesar 16%. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan uji coba dilapangan.

Glass Fiber Reinforced Polymer (GFRP) is very popular among other material due to its economic value and reliability. As an application to subsea pipeline, the main challenge of GFRP is the process of wet curing which is required by epoxy composite to form a strong bonding of cross link in subsea environment and consequently can effect mechanical properties.
This study evaluated the factors that might affect the performance of epoxy composite material and its bonding to metal, i.e. curing duration, temperature, and salinity. GFRP composite with two different types of hardener which are polyamine and cyclic amine were manufactured by hand lay-up method. Then, the specimens were manufactured in atmospheric, sea water, and distillation water with different variables such as 12, 24, and 48 hours curing time; temperature; and salinity. Then, the specimens were tested for their tensile, flexural, impact, and bonding strength. The last, observation of fracture appearance was done by SEM.
Result of the study, concluded that GFRP with polyamine hardener was failed to create cross link on wet curing process while the one with cyclic amine hardener successfully created cross link. However, the mechanical characteristic was a bit lower, such as the tensile strength decreased to 10% and the adhesion strength of the bonding decreased to 16%. For the future, this study can be investigated by field testing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Saptono
"Komposit serat gelas/polyester laminasi basah merupakan material komersial yang mempunyai aplikasi cukup luas, terutama bidang kelautan, otomotif dan industri kimia. Kekuatan material ini sangat dipengaruhi oleh cacat-cacat yang terjadi baik selama proses pembuatan maupun akibat pembebanan selama pemakaiannya. Cacat yang paling sering terjadi pada material ini adalah delaminasi (pelapisan lapisan) yang dapat mengakibatkan kegagalan struktur komposit dalam aplikasinya. Penelitian ini bertujuon untuk mengetahui sejauh mana pengaruh cacat delaminasi terhadap kekuatan struktur komposit serat gelas/polyester laminasi basah. Untuk itu dibuat spesimen yong mengandung cacat delaminasi buatan berupa polyester film dengan panjang cacat bervariasi ( 10 mm, 20 mm, 30 mm. 40 mm don 50 mm) dan lebar cacat dijaga konstan (5 mm). Terhadap spesimen tersebut dilakukan pengujian Ientur (dengan standar ASTM D 790). pengujian tarik (dengon standar ASTM D 638M) dan pengujian tekan (dengan standar ASTM D 695). Spesimen yang telah mengalami perpatahan diamoti secara visual dan juga dengan menggunakan mikroskop untuk melihat penampang makra hasil patahan. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa adanya cacat delaminasi buatan akan menurunkan kekuatan tarik dan kekuatan tekan struktur komposit serat gelas/polyester laminasi basah. Dengan meningkatnya panjang cacat, maka kekuatan tarik dan tekan struktur semakin rendah. Sedangkan kekuatan lentur struktur komposit tidak mengalami penurunan yang cukup berarti dengan adanya cacat delaminasi, kecuali untuk panjang cacat yang cukup besar dan retak akibat beban Ientur bersinggungan dengan cacat delaminasi buatan (dalam penelitian ini untuk panjang cacat 50 mm). Dari hasil analisa perpatuhan terlihat bahwa perambatan retak yang dominan terjadi pada daerah antar muka serat WR (Woven Roov/bg/ yong kontinyu. Selain itu juga terlihat jumlah serat WR yang terlepas dari matriksnya (resin polyester) lebih banyak daripada serat CSM (Chopped Strand Mat). Hal ini menunjukkan bahwa pemabasahan resin polyester terhadap serat CSM Iebih kuat daripada terhadap serat WR. Release film berupa polyester film yang berfungsi sebagai cacat delaminasi buatan tidak mengalami kerusakan akibat beban yang diterima oleh struktur komposit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryana
"Komposit serat gelas/poliester telah banyak digunakan pada aplikasi perkapalan, dimana dalam aplikasinya pengaruh lingkungan telah terbukti dapat menurunkan sifat-sifatnya baik sifat fisis dan sifat mekanisnya. Salah satu pengaruh lingkungan yang sering dialami oleh material ini adalah adanya kenaikan temperatur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh temperatur pemanasan terhadap kekuatan impak dan lentur 4 titik material komposit serat gelas/poliester. Spesimen yang dipakai adalah komposit serat gelas/poliester yang dibuat dengan menggunakan metode laminasi basah. Komposisi dari serat gelas adalah 80% CSM dan 20% WR dengan susunan [3CSM/IWR/BCSM/IWR/2CSM]. Kcmudian pada material ini dilakukan pemanasan pada suatu dapur dengan variasi temperatur 60°C, 80°C, dan 100°c. Selanjutnya dilakukan pengujian impak metode Charpy dengan standar pengujian ASTM D256-93a dan pengujian lentur 4 titik dengan standar pengujian ASTM D790-92. Disamping itu untuk mengetahui bentuk dan mode perpatahan yang terjadi dilakukan foto makro dan mikro pada sampel yang telah diuji. Hasil pengujian impak, menunjukkan bahwa pengaruh temperatur terhadap kekuatan impak tidak dapat diketahui. Hasil pengamatan patahan akibat pembebanan impak menunjukkan mode kegagalan total dari material komposit ini yaitu berupa patah serat, delaminasi, hancumya matriks dan fiber pull-out. Hasil pengujian lentur 4 titik menunjukkan bahwa pengaruh temperatur pemanasan terhadap kekuatan lentur cenderung naik sampai temperatur 80°C, kemudian turun kembali pada pemanasan selanjutnya. Pengamatan perpatahan akibat pembebanan lentur 4 titik menunjukkan mode kegagalan yang didominasi oleh delaminasi pada daerah antarmuka WR dan CSM dan pengamatan patahan mikro memperlihatkan adanya retak matriks, patahan akibat lentur pada daerah WR."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S35812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S40936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuha Dhia Fajri
"Penggunaan serat alam dapat menjadi alternatif penguat pada material komposit. Serat bambu merupakan salah satu serat alam yang dapat dijadikan penguat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tarik dan lengkung dari komposit Polyester/ Serat Bambu Haur Hejo yang memenuhi syarat SNI 01-4449-2006 untuk papan serat. Proses alkalisasi menggunakan larutan NaOH dilakukan pada bambu Haur Hejo. Fabrikasi komposit dilakukan dengan metode laminasi basah dengan variasi fraksi berat bambu Haur Hejo sbesar 10 wt%, 20 wt%, dan 30 wt%. Uji tarik, uji lengkung, dan densitas dilakukan pada papan komposit, serta dilakukan pengamatan pada permukaan papan komposit sebelum dan sesudah pengujian.
Komposit Polyester/Serat Bambu Haur Hejo 20 wt% memiliki nilai modulus tarik tertinggi yaitu (377,9 ± 38,7) MPa, nilai ini 66,05% lebih tinggi dari nilai modulus tarik Polyester. Nilai modulus lengkung tertinggi terdapat pada komposit Polyester/Serat Bambu Haur Hejo 30 wt% sebesar (3128,9 ± 341,5) MPa. Semua Komposit yang dihasilkan termasuk dalam kategori Papan Serat Kerapatan Tinggi mengacu pada standar SNI 01-4449-2006 dengan densitas komposit > 0,84 g/cm3. Hasil pengamatan morfologi komposit memperlihatkan adanya void, yang mungkin menyebabkan penurunan modulus dan kuat tarik untuk komposit dengan fraksi berat lebih dari 10 wt%.

The use of natural fibers can be an alternative reinforcement in composite materials. Bamboo fiber is one of the natural fibers that can be used as reinforcement. This study aims to determine the tensile and flexural strength of Haur Hejo bamboo fiber/polyester that meets the requirements of SNI 01-4449-2006 for fiberboard. The alkalization process using NaOH solution was carried out on Haur Hejo bamboo. Composite fabrication was carried out by wet lamination method with a variation of Haur Hejo bamboo weight fraction of 10 wt%, 20 wt%, and 30 wt%. Tensile test, bending test, and density were carried out on composite, and observations were made on the composite surface before and after testing.
Haur Hejo Bamboo Fiber / Polyester Composite 20 wt% has the highest modulus of tensile value (377.9 ± 38.7) MPa, this value is 66.05% higher than Polyester tensile modulus. The highest flexural modulus is found in Haur Hejo Bamboo Fiber/Polyester Composite 30% wt% composite at (3128.9 ± 341.5) MPa. All Composites produced are included in the category of High Density Fiber Board referring to SNI 01-4449-2006 standard with composite density> 0.84 g/cm3. Composite morphology observations show voids, which might cause a decrease in modulus and tensile strength for composites with a weight fraction of more than 10 wt%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dirajaya PR
"Penelitian kekuatan komposit ferrocement dengan penambahan serat serabut kelapa untuk aplikasi lambung kapal adalah sebuah pembahasan ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan komposit yang baru dan dapat diaplikasikan sebagai material pembangun kapal.Serat alam yaitu serat serabut kelapa diaplikasikan sebagai serat (fiber) pada komposit FRC (Fiber Reinforced Concrete) jenis ferrocement. Serat alam sendiri memiliki kelebihan daripada serat sintetis dari segi karakteristik mekaniknya dan ketersediaannya yang berlimpah. Hal inilah yang menjadi latar belakang perlu dilakukannya penelitian mengenai serat alam.
Penelitian kali ini dilakukan untuk melihat karakteristik mekanis dari komposit tersebut. Sampel uji yang digunakan divariasikan sesuai dengan fraksi volumenya yang telah disesuaikan oleh persyaratan penggunaan serat pada FRC. Dilakukan pengujian di laboaratorium untuk melihat kekuatan tarik, besarnya defleksi,lebar retak,berat spesifik, water absorbtion dan kandungan air dari sampel uji. Dimana karateristik tersebut dibandingkan dengan data mekanis ferrocement yang telah diaplikasikan pada lambung kapal. Sedangkan sampel uji dengan penambahan serat serabut kelapa berkisar 5,7.5, 0 % dari volume fraksi sample.
Dari hasil pengujian test lentur dan didapat nilai kekuatan Beban lentur sebesar 403,33 ; 473,33 ; 501,67 dan 460 N pada masing-masing spesiemen (0,5,7.5 dan 10%), sedangkan dalam analisa struktur tegangan tarik pada masing-masing spesimen A =4,698 Mpa (681,377 psi),spesimen B = 5,833Mpa (826,247 psi),Spesimen C = 5,697 Mpa (845,995 psi) dan Spesimen D = 4,31 Mpa (625,213 psi). Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara defleksi, lebar retak, water absorbtion dan kandungan air dengan kenaikan fraksi volume serat serabut kelapa.

The research of ferrocement composite with adding coconut fiber for ship hull application is an scientific subject that purpose to get a new composite and applied for boat building. Natural fiber that's coconut fiber is used to as reinforcement in fiber reinforced concrete (FRC) inside of ferrocement. Coconut natural fiber has self uniques mechanical properties and widely available than syntetic fiber which is used for reinforcement. Based on it's research is carried out.
The research is done to observe mechanical properties of ferrocement composite. The variation of sample tests are prepared according to faction volume that's qualify of fiber reinforced concrete (FRC). Tests are done at laboratory to observe tensile strength, level of deflection, wide of crack, specific weight, water absorption, water content of sample tests. Those properties compare with mechanical properties of ferrocement that's applied for hull ship construction. The variation of sample tests which is adding of coconut fiber based on 5 %, 7,5 % and 10 % of faction volume.
The result of test shows flexural strength values are 403,33 ; 473,33 ; 501,67 dan 460 N for each specimen (0%,5%,7.5% and 10% faction volume). Result of analysis structure shows the tensile strength for each specimen that specimen A =4,698 Mpa (681,377 psi); specimen B = 5,833Mpa (826,247 psi); specimen C = 5,697 Mpa (845,995 psi) and specimen D = 4,31 Mpa (625,213 psi). The result shows relation of deflection, water absorption, water content with level of faction volume coconut fiber on specimen too.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38088
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>