Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183939 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fajar Herfanola Hermawan
"Tool Steel merupakan jenis baja paduan khusus yang digunakan sebagai perkakas dimana aplikasinya untuk memotong dan membentuk material lain menggunakan baja perkakas maka dibutuhkan sifat mekanik yang baik. Fasa austenit sisa memiliki sifat yang lunak dan tidak stabil yang dapat merubah sifat mekanik dari baja perkakas sehingga austenit sisa dalam jumlah yang banyak cenderung menurunkan sifat mekanik dari baja perkakas. Penelitian ini menggunakan AISI O1 tool steel yang merupakan salah satu jenis cold work tool steel dengan variasi temperatur austenisasi yaitu 750, 800, 850, 900, dan 950oC. Penelitian ini difokuskan untuk menentukan temperatur austenisasi yang paling optimal dimana jumlah austenit sisa paling ideal pada material baja AISI O1 dengan tetap mempertahankan kekerasan dari material baja AISI O1 sesuai aplikasi yang diinginkan. Metode karakterisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Optical Microscope dengan software image-J, dan uji kekerasan Brinell dan Vickers. Fasa yang terkandung pada mikrostruktur secara umum adalah martensit berbentuk jarum, bainite island, austenit sisa, dan fasa karbida yang jumlahnya sangat sedikit. Meningkatnya temperatur austenisasi menyebabkan jumlah karbida yang terlarut semakin banyak, jumlah austenit sisa semakin banyak pada sampel As Quench (γr 1,57% - 7,46%) maupun sampel As Temper (γr 1,23% - 5,66%). dan fasa martensit menjadi lebih kasar. Meningkatnya temperatur austenisasi menyebabkan peningkatan nilai kekerasan sampel As Quench maupun sampel As Temper pada temperatur 750oC - 800oC dan menurunnya nilai kekerasan pada temperatur 800oC – 950oC yang disebabkan faktor kandungan karbon dan paduan pada matriks, jumlah austenit sisa, dan besar butir. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara sampel As Quench dengan sampel As Temper terhadap mikrostruktur, jumlah austenit sisa, dan nilai kekerasan. Temperatur austenisasi paling ideal terdapat pada variabel 800oC dimana sampel as Quench dan As Temper berturut – turut memiliki nilai 4,62% dan 3,84% dengan nilai kekerasan sebesar 756,6 HB dan 685,52 HB.

Tool Steel is a special type of alloy steel used as a tool where the application to cut and form other materials. Tool steel required good mechanical properties. Retained austenite has soft and unstable properties that can change the mechanical properties of tool steel so that a large amount of retained austenite tends to lower the mechanical properties of tool steel. This study uses AISI O1 tool steel which is a type of cold work tool steel with austenitizing temperature variations of 750, 800, 850, 900, and 950oC. This research is focused on determining the most optimal austenitizing temperature where the most ideal amount of retained austenite in AISI O1 while maintaining the hardness of the AISI O1 according to the desired application. The characterizations carried out in this study are Optical Microscope with software Image-J, Brinell hardness test, and Vickers hardness test. The phases contained in the microstructure, in general, are needle-shaped martensite, bainite island, retained austenite, and a very small carbide phase. Increased austenitizing temperatures cause the number of dissolved carbides to increase, the number of retained austenite is increasing in the As Quench sample (γr 1.57% - 7.46%) as well as the As Temper sample (γr 1.23% - 5.66%), and the martensite phase becomes coarser. Increased austenitizing temperatures led to an increase in the hardness value of As Quench and As Temper samples at 750oC - 800oC and decreased hardness values at 800oC – 950oC due to the effect of carbon and alloy content in the matrix, the amount of retained austenite, and grain size. There was no significant influence between the As Quench sample and the As Temper sample on the microstructure, the amount of retained austenite, and the hardness value. The most optimal austenitizing temperature is found in the variable 800oC where the sample as Quench and As Temper respectively have a value of 4,62% and 3,84% with a hardness value of 756,6 HB and 685,52 HB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Adi Chandra
"Peningkatan sifat mekanis baja perkakas untuk pengerjaan panas telah menjadi perhatian dunia industri sebagai prioritas untuk menghasilkan produk dengan kualitas dan efektifitas produksi terbaik. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan sifat mekanis dari proses High Impact Treatment (HIT) yang mengalami pendinginan dengan media oli pada temperatur 180oC dan pendinginan oleh angin dan sifat mekanis yang diperoleh dengan menggunakan proses High speed quenching. Hasil penelitian ini digambarkan dalam grafik laju pendinginan, harga impak dan nilai kekerasan yang menjadi parameter dalam menentukan hasil yang dianggap lebih baik. Sampel dengan penggunaan metode HIT dengan media quenching oli memiliki nilai harga impak yang paling tinggi yaitu 25 J pada permukaan dan 28 J di bagian tengah sampel. Sementara proses high speed quenching memiliki nilai kekerasan paling tinggi dengan nilai 47 HRC di permukaan dan 45 di bagian tengah. Dengan tujuan meningkatkan ketangguhan baja perkakas, metode HIT dengan media quenching oli pada temperature 180oC dianggap mampu menjadi alternatif pengganti metode High speed quenching.

Improving the mechanical properties of hot work tool steel has become one of industry’s the biggest concern to get a better product by its quality and effectiveness of production. The research was conducted by comparing the mechanical properties of the High Impact Treatment (HIT) which is quenched by oil at temperatures of 180oC and gas quenching, and the mechanical properties which is obtained by using High speed quenching process. The results of this study were illustrated in the cooling rate graph, the impact values and hardness as the parameters that are considered in determining the better process. Samples of HIT process with oil quenching have the best impact value with 25 J on the surface and 28 J on its core. On the other hand, sample of high speed quenching claims the biggest value of 47 HRC for hardness on the surface and 45 HRC in the core. For improving the toughness of tool steel, HIT process with oil quenching medium at temperatures of 180oC is considered to be an alternative High speed quenching process."
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Calista Amalia
"Kualitas logam baja menurun karena kontak dengan bahan lain, namun teknologi rekondisi memungkinkan manusia untuk meningkatkan kekerasan dan ketahanan aus logam. Dengan memanfaatkan teknik Pulsed Lased Deposition, kekerasan logam dan ketahanan aus dapat ditingkatkan. Penelitian ini mengkaji proses pelapisan TiAl pada substrat AISI H13 atau SKD 61 dengan variasi parameter deposisi termasuk panjang gelombang laser, periode pelapisan, dan komposisi target. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi lapisan tipis dan pengaruh parameter proses terhadap kekerasan lapisan TiAl H13/SKD61. Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan Hardness Rockwell Tester Future tech FR-3EL dan pengujian perekat dilakukan menggunakan alat yang sama sesuai dengan pedoman VDI 3198. Struktur mikro dan komposisi unsur dipelajari menggunakan XRD, FESEM, dan EDS. Dengan kondisi tersebut, proses PLD Nd:YAG menghasilkan lapisan tipis pada SKD 61. Sampel yang dilapisi selama 25 menit memiliki partikel Al dan Ti yang lebih banyak pada permukaannya dan kekerasan rata-rata yang lebih besar (45,8 HRC) daripada sampel yang dilapisi selama 20 menit. Panjang gelombang laser fundamental (1064 nm) menghasilkan sampel dengan kekerasan tertinggi 47,3 HRC, sedangkan panjang gelombang second harmonic menghasilkan 45,5 HRC. Semua lapisan sampel memiliki daya rekat yang sangat baik, dan ketahanan ausnya termasuk kategori HF1.

The quality of steel metal declines due to contact with other materials, however reconditioning technology allows humans to enhance the metal's hardness and wear resistance. By utilizing Pulsed Lased Deposition coating, metal hardness and wear resistance can be increased. This study examines the TiAl coating process on AISI H13 or SKD 61 substrates. Deposition parameters included laser wavelength, coating period, and target composition. The research aims to determine whether thin coating occurred and the effect of process parameters on H13/SKD61 TiAl layer hardness. Hardness testing was done using Hardness Rockwell Tester Future tech FR-3EL and adhesive testing was done using the same tool according to VDI 3198 guidelines. Microstructure and elemental composition were studied using XRD, FESEM, and EDS. With these conditions, the PLD Nd: YAG process deposits a coating on SKD 61. The sample coated for 25 minutes has more Al and Ti particles on its surface and a greater average hardness (45.8 HRC) than the sample coated for 20 minutes. Fundamental laser wavelength (1064nm, 125mJ) produced sample with the highest hardness of 47,3 HRC, while 2n harmonic wavelength (532nm, 75mJ) produced 45.5 HRC. All sample layers had excellent adhesion, and their wear resistance was HF1."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrna Ariati
"In this study, H13 tool steel and Cr-Mo-V steel were treated by two different types of surface treatments, i.e. double shot peening with nitriding and single shot peening. Samples were dipped into the molten aluminum alloy ADC12 as a simulation of the die casting process and held there for 0.5, 5, and 30 minutes. Several characteristics were analyzed, including surface hardness, microstructure observation, and identification of elements on the intermetallic layer formed. The results of the research showed that H13 steel treated by double shot peening with nitriding had higher surface hardness (1402 VHN) than when treated by shot peening only (536 VHN). A similar tendency emerged with the Cr-Mo-V steel, which had 1402 VHN and 503 VHN after treatment with double shot peening with nitriding and the single shot peening process. In addition, with a dipping time of 30 minutes, the H13 steel treated by double shot peening with nitriding produced a lower average thickness of the compact intermetallic layer. Moreover, double shot peening did not form a broken intermetallic layer, while single shot peening formed one (91.66 µm). Likewise, the Cr-Mo-V steel treated by double shot peening with nitriding produced a thinner compact intermetallic layer than single shot peening, 22.2 µm vs. 27.77 µm, as well as a lower average thickness of the broken intermetallic layer, 40.2 µm vs. 113 µm. This indicates that material treated by double shot peening with nitriding could minimize the occurrence of die soldering."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2016
UI-IJTECH 7:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Johny Wahyuadi Mudaryoto
"Electrical Discharge Machining (EDM) adalah suatu proses pemesinan non-tradisional yang memanfaatkan energi panas untuk menghilangkan atau mengambil logam atau sebagian logam yang tidak diinginkan dalam desain. Energi panas didapatkan dari spark (bunga api) yang dihasilkan secara repetitif dalam jumlah sangat banyak oleh elektrode dan menumbuk permukaan benda kerja dengan kecepatan yang sangat tinggi. Panas yang dihasilkan dapat meleburkan dan menguapkan logam yang ingin dihilangkan.
Salah satu aplikasinya adalah EDM Wire-Cutting yang menggunakan kawat yang bergerak sebagai elektrode. Kecepatan umpan elektrode kawat mempengaruhi kondisi permukaan yang dihasilkan, aik kenampakan luar maupun sifat mekanisnya. Akibat dari permesinan ini antara lain perubahan permukaan benda kerja. Untuk mengurangi perubahan tersebut, antara lain dapat dilakukan penemperan dan pengolesan lektrolitik.
Kecepatan umpan kawat yang rendah (75 mm/det) menghasilkan permukaan potong yang relatif lebih halus dengan kekerasan permukaan yang relatif lebih rendah dibanding yang dihasilkan pada kecepatan umpan kawat tinggi (200 mm/det). Penemperan mampu menurunkan kekerasan permukaan yang meningkat akibat pemesinan. Sedangkan pemolesan elektrolitik dapat mengurangi lapisan putih panas yang terbentuk pada permukaan hasil potong dengan EDM Wire-Cutting."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Kurniawati
"Pada penelilian ini diiakukan unrulc mengefalmi efek yang dirimbullran akibar penggzmaan proses wire cuuing EDM. Dan juga mengeiahui pengaruh reinperarur ausrenisasi rerhadap efek yang dihasilkan akibar penggrmaan prases wire curfing EDM Temperaiur ausrenisasi yang digunakan adaiah 930°C. 980°C. I 030°C, I 080°C. Penggunaan dari proses wire cniting EDM ini memberikan ejék yang cu/cup besar. Hal ini dapar diiiha! dar-i hasil penelitian yang telah dilaimkan Bahwa dengan menggunaifan proses wire czrtring EDM akan menghasiikan suaiu /apisan dipermukaannya yang memiiiki niiai kekerasan yang lebih linggi jika dibandingkan dengan nilai lcekerasan pada base mcmlnya. Pada Iemperaiur austenisasi 930°C menghasilkan Iapisan recavr layer yang memiliki niiai ke/cemsan sebesar 588 H PC Scdanglmn pada remperamr ciuwenisasi 980°C menghasiilcan Iapisan yang memiliki nilai peningkalan kekermnn sebesar I5_ 45 % menjadi 679 H V Pada lemperaiur aiislenisasi 1o3o°C mengiursi/lcmz Iapiivan recasl layer yang memiliki nilai kekerasan yang optimum. Peningkamn kelrerasannya .vebesar 15.52 % menjrnii 784' HI( Serra _nada lempcrarm' nusfenisasi l080°C, Iapisan yang diliasiikan memiliki penurunan nilni /re»'fcra.s'an sebesar 3.8 % .vebesar 755 HV. Scdangkan nilai da/'i kekerasnn yung didapatkan pada sampe! yang lidak dilakukan proses pemoiongcm dengan menggunakan wire cutting EDM adalah pada teuqrieratur 930°C ni/ai kekerasmw mcncapai 505 H I/. Sedangkan pada lemperatur misienisasi 980°C, nilai ke/'fera.mn .mmpel yang iidak dilakukan pemorongan dengan menggunakan wire curring EDM meningkat sebesar 1' 6. 7% menjadi 589 H K Niiai ke/ccrasan pada sampe! tems' mcningkat sanipai pada lcmperamr mfstenisasi 1030" C sebcsar 18.9% mcrjadi 70] HV Unmk nilai keusnn, .rrunpel yang relrzli riifakuknii [)!'0.\?C.S` pemonmgrm dengan menggwrakan wire culfing EDM' ringkal kctalrfman Cllf.SlI_}/(I Iebih Iinggi jika dibamlingkan dengan sampel yang iidak diIakul:an proses pemotongan Ha! ini dapa! dilihal dari nilai volume ierabra.s?i, bahwa smnpel yang dilalmkan proses pemorongan rnemiii/ci volume terabrasi yang lebi/2 kecz? daripada sarupe! yang Iidak dilalrukan pro.s'c.s' pemorongan Sampel yung lidak fiilcikrikan proxes pemolongan dengan nienggunakan wire czmfing EDM uufmi/iki niiai impair yang Iebih ringgi jika dibandingkan dengan .mmpef yang lelah dilalmkan prases pemotongan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Yoffi Oviandri
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S41059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>