Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171291 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Al-Qausar bin Abdullah
"Gemuk Kalsium Oleat Asetat Kompleks merupakan gemuk sabun kompleks yang dihasilkan melalui reaksi saponifikasi kalsium hidroksida dengan asam oleat dan asam asetat sebagai agen pengompleks. Penggunaan kalsium hidroksida dalam pembentukan thickening agent dapat memberikan efek ketahanan terhadap air yang baik pada pelumas. Namun, reaksi saponifikasi antara kalsium hidroksida dan asam-oleat masih memiliki yield yang tidak terlalu tinggi sehingga masih terdapat sisa kalsium hidroksida yang dapat mempengaruhi karakteristik dari gemuk yang dihasilkan. Pada penelitian ini, reaksi saponifikasi dilakukan dengan memanfaaatkan sistem pengadukan 3 impeller yang mencakup pengaduk anchor (jangkar), dan dua pengaduk turbin. Sistem ini melibatkan penggunaan ketiga poros pengaduk yang berbeda untuk mencapai fungsi pengadukan, dan penyebaran pada saat yang sama. Pada penelitian ini, dibuktikan bahwa reaksi saponifikasi menggunakan tiga impeller menghasilkan reaksi yang lebih efektif ditinjau dari persen massa kalsium hidroksida tersisa yang lebih rendah (0.,66%) dibandingkan dengan pengaduk single shaft (1,09%). Sistem pengadukan tiga impeller juga membantu menaikan kualitas gemuk kalsium oleat yang dihasilkan, dengan dropping point 130,5oC, nilai penetrasi 290,2 x 0.1mm , ketahan keausan yang lebih tinggi dan tekstur dengan fibril panjang.

Calcium Oleate Acetate Complex Grease is a complex soap grease produced through the saponification reaction of calcium hydroxide with oleic acid and acetic acid as complexing agents. The use of calcium hydroxide in the formation of the thickening agent can provide good water resistance in lubricants. However, the saponification reaction between calcium hydroxide and oleic acid still has a relatively low yield, leaving residual calcium hydroxide that can affect the characteristics of the resulting grease. In this study, the saponification reaction was carried out using a three-impeller stirring system, including an anchor impeller and two turbine impellers. This system involves the use of three different stirring shafts to achieve mixing and dispersion simultaneously. It was demonstrated that the saponification reaction using three impellers resulted in a more effective reaction, as evidenced by a lower residual mass percentage of calcium hydroxide (0.66%) compared to a single-shaft stirrer (1.09%). The three-impeller stirring system also helped to improve the quality of the resulting calcium oleate grease, with a dropping point of 130.5°C, a penetration value of 290.2 x 0.1 mm, higher wear resistance, and a texture with long fibrils."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Shintarini Murwakani
"ABSTRAK
Latar Belakang. Residu medikamen kalsium hidroksida yang tertinggal dalam saluran akar dapat memengaruhi kualitas pengisian saluran akar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dua metode pembersihan medikamen kalsium hidroksida. Metode. Tiga puluh dua premolar rahang bawah dipreparasi dengan ProTaper Next hingga X3. Gigi kemudian diberikan medikamen kalsium hidroksida dan dilakukan pemindaian awal menggunakan Micro-CT. Setelah diinkubasi selama 7 hari pada suhu 37 C, medikamen kalsium hidroksida dibersihkan dengan larutan irigasi yang diaktivasi menggunakan instrumen sonik EDDY trade;, VDW dan menggunakan instrumen ultrasonik Irrisave, Acteon Satelec . Setelah dibersihkan, dilakukan pemindaian kedua dengan Micro-CT untuk mengetahui voume residu kalsium hidroksida. Data kemudian di rekonstruksi dan dianalisis menggunakan perangkat lunak NRecon dan CTAn. Hasil. Kelompok ultrasonik memiliki rerata volume residu kalsium hidroksida yang lebih sedikit dibandingkan kelompok sonik. Namun secara statistik tidak memiliki perbedaan yang bermakna p=0,225 . Kesimpulan. Teknik sonik dan ultrasonik memiliki kemampuan yang sama dalam membersihkan medikamen kalsium hidroksida.

ABSTRACT
Background. The residual calcium hydroxide medicinal residue in the root canal can affect the quality of root canal filling. The purpose of this study was to evaluate two methods of cleansing the calcium hydroxide medicaments. Method. Thirty two mandibular premolars were prepared with ProTaper Next to X3. The tooth was then given a calcium hydroxide medicament and an initial scan was performed using Micro CT. after incubation for 7 days at 37 C, the calcium hydroxide medicaments were cleaned with irrigation solution which was activated using sonic instrument EDDY trade , VDW and using ultrasonic instrument Irrisave, Acteon Satelec . After cleaning, a second scan with Micro CT is done to determine the voume of calcium hydroxide residue. The data were then reconstructed and analyzed using NRecon and CTAn software. Results. ultrasonic group had a lower mean residual volume of calcium hydroxide than the sonic group. However, statistically, there was no significant difference p 0,225 . Conclusion. Sonic and ultrasonic techniques have the same ability to clean the calcium hydroxide medicaments."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Nyoman Putri Artiningsih
"Latar Belakang: Menghilangkan seluruh bakteri, khususnya E. faecalis di dalam saluran akar masih menjadi masalah dalam perawatan saluran akar karena bentuknya yang ireguler di sepertiga apikal. Jumlah kunjungan perawatan endodontik konvensional yang berulang juga masih di rasakan tidak praktis. Pemakaian laser terapi foto dinamik dan kalsium hidroksida dalam bentuk larutan adalah upaya menemukan teknik dan bahan untuk eliminasi tersebut. Mengetahui sifat-sifat spesifik bakteri berupa keragaman genotip dan karakter fenotip yaitu perilakunya terhadap perubahan lingkungan, diharapkan akan dapat menemuka tekanik dan medikamen terbaik untuk sterilisasi saluran akar.
Tujuan: Menganalisis perbedaan jumlah dan karakter genotip bakteri E. faecalis di saluran akar yang mengalami infeksi intra radikuler primer dan persisten serta menganalisis perubahan karakter fenotip pada kasus infeksi intra radikuler persisten setelah mendapat perlakuan dengan laser terapi foto dinamik dan larutan kalsium hidroksida 50%.
Material dan Metode: Bakteri E. faecalis diisolasi dari saluran akar kemudian dilakukan penentuan tipe genotip cps nya. Perubahan karakter fenotip dilakukan dengan melihat sensitivitas, profil protein dan profil kapsul polisakarida dengan di beri perlakuan menggunakan sinar laser foto dinamik terapi dan larutan kalsium hidroksida 50%.
Hasil: Sensitivitas bakteri E. faecalis terhadap Laser foto dinamik terapi dan kalsium hidroksida 50% yang diaplikasikan selama 60 detik pada infeksi intra radikuler persisten efektif dalam sterilisasi saluran akar.
Kesimpulan: Laser foto dinamik terapi dan kalsium hidroksida 50% dapat menyebabkan perubahan sensitivitas, profil protein dan profil kapsul polisakarida pada genotip cps 1, 2 dan 5 bakteri E. Faecalis pada infeksi intra radikuler persisten.

Background: Eliminating all bacteria, especially E. faecalis in the root canal remains a problem in root canal management due to its irregular shape at one third of apical area. The repeating endodontic visits also seem to be less practical. Utilization of photo dynamic laser and calcium hydroxide solution therapy is an attempt in finding the suitable technique and materials for eliminating this issue. Knowledge of specific characters of bacteria such as the various genotypes and the phenotype character, which is its behavior towards environmental changes, is expected to be helpful in finding the best technique and medicament for root canal sterilization.
Objective: Analyse the amount and genotypic characters difference of E. faecalis in the root canal affected with primary and persistent intra radicular infection and analyse phenotypic character changes in persistent intra radicular infections cases after application of photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide therapy.
Material and Method: E. faecalis was isolated from the root canal and its cps genotype was determined. Phenotypic character changes were observed with sensitivity, protein profiling and polysaccharide capsule profiling after getting photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide 50% therapy.
Results: E. faecalis sensitivity towards photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide treatment for 60 seconds acquired from persistent intra radicular infection was effective in root canal sterilization.
Conclusion: Photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide therapy can change the sensitivity, protein profile, and polysaccharide capsule profile of cps 1, 2 and 5 genotype E. faecalis in persistent intra radicular infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36499
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.V. Putra Widjajatri
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S41051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Askar Triwiyanto
"ABSTRAK
Selama pengelasan terjadi siklus termal yang dapat mengakibatkan terjadinya deformasi plastis yang tidak seragam, sementara pada perlakuan panasnya deformasi ini menjadi tegangan sisa yang disebabkan oleh gradien temperatur dan peruhahan fasa atau kombinasi keduanya selama pendinginan. Tegangan sisa (residual stress) ini ditimbulkan pada material yang mengalami pengelasan yang penyehab utamanya adanya konlraksi dari logam cair yang membeku. Tegangan sisa pada daerah lasan ini memberikan dampak utama, yaitu menghasilkan distarsi bemuk atau dimensi dan menyebabkan kegagalan prematur dari daerah lasan.
Untuk menghiddari kemungkinan tersebut dari produk pengelasannya maka dilakukan perlakuan panas pasca las, dalam hal ini pembeban tegangan (stress relieving) dengan pemanasan seragam pada struktur atau komponen pada temperatur yang sesuai dibawah temperatur rekristalisasinya, alu ditahan pada waktu lerrenru yang diikuti pendinginan juga seragam untuk mencegah munculnya disrorsi baru atau tegangan sisa yang baru.
Penelitian ini dilakukan pada komponen Turbine Exhaust Case pesawat bermesin jet Pratt&Whitney JT9D-7Q dengan material baja tahan karat Metrrensitik jenis Greek Ascoloy S41800 sebagai material uji dengan ketebalan 1,9 mm sebanyak 2 buah pada masing-masing perlakuan. Perlakuannya yairu, logam untuk lampu perlakuan, hasil pengelasan dan ketiga hasil pengelasan dan stress relieving. Pengelasan yang dilakukan menggunakan metode GTA (Gas Tungsren Arc Welding dengan arus 120-140 ampere. Perlakuan berikutnya, material hasil las dipanaskan hingga temperatur 570 ℃ yang ditahan selama 2 jam dan diikuti pedinginan perlahan hingga temperature kamar. Pengujian kekerasan dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan panas terhadap kekrasan material, karena tujuan utama stress reliaving ini adalah meningkatkan keuletan dan ketangguhan dengan mereduksi kekerasannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kekerasan logam las HAZ (daerah terpengaruh panas) hasil las tanpa perlakuan panas memiliki nilai kekersan tertinggi dan getas karena material memiliki strukturmikro martensitik. Dari fenomena ini disimpulkan hasil perlakuan panas pasca las memiliki kekerasan logam las dan HAZ yang lebih rendah dan sifat mekanik lebih baik dimana perbedaan kekersan dengan logam induknya tereduksi dan kegetasan berkurang.

"
2001
S41490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibramanto Warganegara
"Latar Belakang: Perawatan endodontik regeneratif (ER) adalah perawatan yang dirancang untuk menggantikan struktur gigi yang rusak secara fisiologis. Penggunaan medikamen pada prosedur perawatan ER menggunakan Calcium hydroxide yang telah ditentukan sebagai bahan medikamen utama yang ditetapkan American Association of Endodontik (AAE). Bahan medikamen lainnya seperti Triple antibiotic paste (TAP) juga banyak digunakan pada perawatan ER dalam konsentrasi 1 mg/ml.
Tujuan: Mengetahui sitotoksisitas medikamen Ca(OH)2, TAP, dan kombinasi keduanya terhadap sel punca pulpa.Cs) yang telah 80% confluent (telah melalui uji stem cell marker CD 90 98%, CD 105 88,7%, CD 73 94%, LinNeg 0,5%) dan mencapai P3-P4 dilakukan starvation 24 jam,  diberikan perlakuan berupa Ca(OH)2, TAP 0,1 dan 1 mg/ml dan kombinasi Ca(OH)2dan TAP 0,1 dan 1 mg/ml dengan DMEM sebagai kontrol. Pengamatan viabilitas dan sitotoksisitas hDPSCs dengan uji kuantitatif MTT assay dan uji kualitatif pewarnaan DAPI.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan sitotoksisitas kombinasi medikamen Ca(OH)2 + TAP 0,1 mg/ml dan Ca(OH)2 + TAP 1 mg/ml dibandingkan dengan Ca(OH)2, TAP 0,1 mg/ml dan TAP 1 mg/ml terhadap sel punca pulpa.
Kesimpulan: Bahan medikamen Ca(OH)2, TAP, dan kombinasi keduanya tidak toksik terhadap sel punca pulpa.

Background: Regenerative endodontic treatment (ER) is a treatment designed to replace damaged tooth structure physiologically. In regenerative endodontic treatment (ER) procedures, the medicament used is calcium hydroxide, which has been determined as the primary medicament recommended by the American Association of Endodontics (AAE). Another medicament used in ER treatment is Triple antibiotic paste (TAP), typically at a concentration of 1 mg/ml.
Objective: To determine the cytotoxicity of Ca(OH)2, TAP, and their combination on dental pulp stem cells (hDPSCs).
Methods: Primary human dental pulp stem cells (hDPSCs), which have reached 80% confluence (tested for stem cell markers CD90 98%, CD105 88.7%, CD73 94%, LinNeg 0.5%), and have reached passages 3rd to 4th, were subjected to 24-hour starvation. They were then treated with Ca(OH)2, TAP at concentrations of 0.1 and 1 mg/ml, and a combination of Ca(OH)2 and TAP at the same concentrations, with DMEM as the control. The viability and cytotoxicity of hDPSCs were observed using the quantitative MTT assay and qualitative DAPI staining.
Results: There was no significant difference in the cytotoxicity between the combination of Ca(OH)2+ TAP 0.1 mg/ml and Ca(OH2 + TAP 1 mg/ml compared to Ca(OH)2  0.1 mg/ml and TAP 1 mg/ml in dental pulp stem cells.
Conclusion: The medicaments Ca(OH)2, TAP, and their combination are not toxic to dental pulp stem cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Qurniawan
"Penerapan ilmu evaluasi tak merusak saat ini tidak hanya berkisar pada proses pendeteksian dan evaluasi jenis cacat dari suatu material, akan tetapi lebih jauh lagi ilmu ini telah mencapai sualu tingkatan evaluasi sifat dan perilaku suatu material. Hal ini berkembang didasarkan alas fakta bahwa material yang relatif pada awalnya bebas cacat bias juga mengalami degradasi sifat fisik yang disebabkan oleh kondisi pemakaian ataupun kondisi lingkungan. Sebagai contoh adalah adanya perbedaan besar butir yang terlalu ekstrim antara daerah lasan dan logam induk yang dapat menyebabkan daerah lasan semakin reman terhadap serangan k orosi.
Salah satu metode untuk mengevaluasi kondisi degradasi material yang berpengaruh langsung terhadap kondisi orfologi dan srutktur mikro material baja adalah pengtujian ultrasonik. Dari sekian banyak variable kondisi morfologi dan struktur mikro salah satunya adalah ukuran butir. Perbedaan ukuran butir dapat dilakukkan oleh uji ultrasonik dalam bentuk perbedaan kecepatan gelombang dan koefisien atemasi gelombang ultrasonik.
Pada penelitian ini dibuat beberapa benda uji sebagai model material dengan variasi ukuran butir tertentu, dimana untuk hal itu digunakan material baja AISI 1017 yang melalui proses perlakuan panas yang berbeda. Pengujian ultrasonik pada benda uji dilakukan dengan metode gema-pulsa dan menggunakan probe normal 4 MHZ berdiameter transducer 10 m.
Dari penelitian didapatkan bahwa dengan semakin besarnya ukuran butir baja AISI 1017 mengakibatkan kecepatan gelombnag longitudinal dan koefisien atenuasi gelombang ultrasonic yang melaluinya semakin tinggi. Secara kuantitatif dapat dilihat dimana sampel dengan diameter rata-rata butir 15,8 μm mengakibatkan kecepatan gelombang longitudinal ultrasonic sebesar 5907 m/det dan koefisien atemuasi gelombang ultrasonic 50 dB/m. bertambahnya diameter rata-rata butir diikuti dengan bertambahnya nilai kedua besaran tersebutt, sehingga pada sampel dengan diameter rata-rata butir terbesar yaitu 26,7 μm mengakibatkan kecepatan gelombang sebesar 5930 m/det dan koefisien atemasi sebesar 78 dB/m. selanjutnya dari grafik dapat dikatakan bahwa kecenderungan hubungan anatara diameter butir ? ecepatan gelombang dan hubungan diameter butir ? kecepatan gelombang dan hubungan diameter butir ? koefisien atemasi adalah bersifat linier."
2000
S41497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>