Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178529 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rusnaldy
"Kabel atau. kawal alurmmium banyak digumzkan. pada instalasi listrik dan telekomunikasi. Agar dihasilkan kawot atau kabel yang mermlliki kualitas yang baik, maka proses pembenzukun, kawat, yaitu proses penarikan. kawat hams dilakukan dengan. baik. Untuk itu perlu diketahui pengaruh parameter proses penarikan kawat terhadap basil akhir berupa sifat meka-nik dan konduktivitas listriknya, Adapun. parameter proses penarikan. kawat yang diteliti aclalah besarnya persentase reduksrl penarikan, (Z5%; 16125%; 20%; 27,5%; 3Z5%,' dan, 38%) Izecepalan proses penarikan. kdwat (13 cm/ detik; I8 cm/detik; dan 23 cm/detik) dan. kondisi pelumasan (pelumas yang digunakan. gemuk, ali mesin dan bimali). Hasil penelitahn, menunjukkon, bertambah besamyapersentase reduksi penarikarz. mengakibatkan, meningkatnya harga kekuaum mrik, kekuawn. luluh, dan tegangan penarikan, yang dibutmhkan, serta terjadinya penurunan, harga elongasi dan, konduksimltas liszrik. kawat. Kecepatcm. penurikan 23 cm/detik rnemberikan kenaikan kekuatan luluh yang besar (41, 7%) dun juga memberikan penurunan rullml elongasi yang besar (50,9%), serta membutuhkan, tegangun penarikan. dari luar yang kecil. Sedangkan kecepatcm penarikun 18 cm delik memberikan penururum konduktivitas kecil (2, 5 %) bila dibandingkan dengan. sampel awal. Kondisi pelumasan dengan menggunakan. gemuk memberikcm. hasil yang terbaik dari semua nilai yang diinginkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Idris
"Proses penelitian penuaan buatan temperatur tinggi ini memakai bahan baku awal hasil penarikan kawat di PT Kabelindo Murni dengan diameter 2,25 mm yang belum mengalami penuaan buatan. Temperatur penuaan buatan yang diteliti adalah 175° C,200° C dan 225° C dengan waktu tahan masing-masing 30 menit penuaan buatan ini bermaksud untuk mempercepat proses difusi unsur paduan yang terlarut lewat jenuh dalam matriks Al untuk ketuar dari kisi malriks Al membentuk endapan Mg,Si. Dari hasil proses penuaan buatan temperatur tinggi ini akan diukur nilai min-rata konduktivitas listrik,kekuatan tarik,penuluran,kekerasan dan struktur mikro kawal AI tipe 6201-T8 (AAAC). Dari hasil pengujian ini didapat suatu kondisi yang lebih singkat proses penuaan buatan dibandingkan dengan proses penuaan buatan di PT Kabelindo Murni yang biasanya 160° C dengan waktu tahan 6 jam yaitu pada kondisi penuaan temperatur 200° C dengan waktu tahan 30 menit yang memenuhi standar mutu kawat AAAC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Afandi
"Dalam industri kawat konduktor listrik paduan Aluminium, proses pembuatannya sangat menekankan dalam hal sifat konduktivitas listrik, kekuatan tarik dan elongosinya. Biasanya paduan Aluminium yang sering digunakan adalah kelompok 6XXX, salah satunya yaitu type 6201. Untuk memperoleh karakteristik spesifikasi standar PLN dilakukan proses aging buatan (penuaan). Penelitian yang dilakukan menggunakan temperatur aging 200 °C dengan waktu bervariasi antara 15 hingga 60 menit. Hasil pengujian menunjukkan bahwa waktu aging ,30 menit memberikan hasil yang paling baik dibandingkan 15. 45 ataupun 60 menit. Berdasarkan kaidah bahwa penggunaan temperatur aging yang lebih tinggi akan menurunkan penggunaan waktu aging, maka sumbangan yang dapat dberikan dari hasil penelitian ini adalah didapatkannya alternatif baru penggunaan waktu dan temperatur aging saat pembuatan konduktor listrik sehingga dapat memenuhi standar PLN."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41945
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Ariyanti
"Adanya perkembangan teknologi bahan, khususnya untuk aplikasi kabel penghantar listrik menyebabkan terjadinya pergeseran terhadap bahan yang digunakan untuk konduktor listrik yang sebelumnya menggunakan tembaga dan sekarang mulai digeser oleh paduan Aluminium. Pergeseran tersebut disebabkan oleh paduan aluminium mempunyai keunggulan dibandingkan dengan kawat tembaga antara lain; mempunyai berat jenis lebih rendah, proses pembuatan relatif lebih mudah, serta harga relatif lebih murah. Bahan konduktor tidak selalu berada pada lingkungan yang ideal.
Isu pencemaran udara tidak luput dari kualitas bahan konduktor di lapangan, salah satu contohnya adalah hujan asam. Hujan asam dapat mempengaruhi kualitas bahan konduktor. Hujan asam dapat membuat korosi dan menurunkan konduktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan penyebab menurunnya konduktivitas bahan konduktor aluminium dan paduan aluminium dengan melakukan pengujian konduktor yang terkontaminasi oleh larutan H2SO4. Bahan konduktor yang digunakan adalah aluminium murni, AlZrCe+Mg 1%+ Al2O31% dan AlZrCe + Al2O31%.
Penelitian dilakukan dengan merendam bahan konduktor didalam larutan H2SO4 1%, 3%, dan 5% selama 7 hari dan data diambil pada hari pertama, kedua, ketiga dan ketujuh. Konduktivitas hari pertama dan ketujuh mengalami penurunan konduktivitas akibat larutnya butir butir aluminium dan paduan aluminium. kondisi awal konduktivitas aluminium murni IACS pada hari ketujuh atau 7x24 jam terjadi penurunan menjadi 57,584% IACS pada larutan 1%, 56,486% IACS pada larutan 3% dan 55,632% IACS pada larutan 5%. Hal ini dapat terjadi karena elektron bebas yang melewati kisi-kisi kristal yang terdistorsi, maka elektron-elektron akan dibelokkan sehingga jarak bebas rata-ratanya menurun atau tahanan listrik menjadi naik dan kisi kristal terdistorsi didapat dari paduan Aluminium

The development of materials technology, especially for the application of electrically conductive wires causing a shift to materials used for electrical conductors previously using copper and are now starting to be shifted by Aluminum alloy. The shift is caused by aluminum alloys have advantages over copper wire, among others; lower specific gravity, easy manufacturing process, cheaper price. Conductor materials are not always at the ideal environment.
The issue of air pollution does not escape from the conductor material quality in the field, one example is acid rain. Acid rain can affect the quality of the conductor material. Acid rain can create corrosion and lowers conductivity. This study aimed to obtain the decrease in the conductivity of the conductor material of aluminum and aluminum alloy conductors by testing contaminated by H2SO4solution Conductor material used is pure aluminum, AlZrCe Mg + 1% + Al2O31% and AlZrCe + Al2O3 1%.
The study was conducted by immersing the conductor material in solution H2SO4 1%, 3%, and 5% for 7 days and the data taken on the first, second, third and seventh. The first day of the seventh conductivity and conductivity decreased due to the dissolution of the items to aluminum and aluminum alloys. Initial conditions IACS conductivity of pure aluminum on the seventh day or 7x24 hours decreased 57.584% IACS into a solution of 1%, 56.486% IACS in a solution of 3% and 55.632% IACS at a 5% solution. This may occur because the free electrons which pass through a crystal lattice that is distorted, then the electrons will be deflected so that the mean free path decreases or the electrical resistivity to be increased and distorted crystal lattice obtained from Aluminum alloy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Margono
"Telah dilakukan substitusi parsial Gd terhadap La pada sistem superkonduktor suhu kritis tinggi La1.85Sr0.15CuO4 , momen magnet Gd diharapkan akan merusak superkonduktivitas bahan dan menurunkan L. Pengukuran Tc-nya dilakukan dengan alat susceptometer. Konsentrasi Gd dari senyawa La1.85Sr0.15CuO4 bervariasi dari x = 0 sampai dengan 0.16. Hasil pengulcuran. memperlihatkan penurunan Tc yang relatif lambat.

Partial substitution of Gd for La had been conducted in high-Tc La1.85Sr0.15CuO4 superconductor system, Gd magnetic moment was expected to reduce superconductivity and decrease critical temperature L. Tc measurement was performed by using an ac susceptometer. Gd concentration of La1.85Sr0.15CuO4 compound was varied from x = 0 up to 0.16. The result showed that L decrease was relatively slow."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Rakhmawan
"Sampai saat ini cara penyambungan antar konduktor dengan menggunakan selongsong tekan adalah cara yang paling banyak digunakan. Dalam konduktor dan sambungan akan timbul kalor yang dihasilkan oleh aliran arus listrik yang melaluinya serta dapat direpresentasikan oleh perubahan nilai temperaturnya. Salah satu faktor yang memengaruhi kualitas sambungan tersebut adalah panjang bidang kontak antara selongsong penyambung dengan konduktor. Tesis ini menyampaikan tiga langkah penelitian yang saling mendukung, yaitu pertama menentukan persamaan empiris panjang sambungan akibat dari variasi teknik penyambungan, kedua menentukan persamaan empiris hubungan temperatur terhadap waktu melalui pengujian arus pada sambungan tersebut serta ketiga melakukan analisis pengaruh teknik penyambungan terhadap temperatur sambungan. Sebagai parameter kualitas sambungan adalah temperatur dan parameter variabelnya adalah panjang sambungan dan arus uji. Variabel panjang sambungan merupakan fungsi dari variasi teknik penyambungan. Dari hasil pengujian, teknik penyambungan dari sisi ujung ke bagian tengah selongsong tekan menghasilkan sambungan lebih panjang dan mempunyai nilai temperatur setimbang yang paling tinggi dibandingkan dua cara lainnya. Namun demikian ketiga teknik penyambungan selongsong tekan yang diuji masih menghasilkan sambungan yang berkinerja baik.

Until now the connection method between the conductor by using the compression splice is the method that often was used. In the conductor and jointing will emerge heat that was produced by the electric current that went through it as well as could represented by the change of the temperature. One of the factors that affect the quality of this jointing is the contact lenght field between the cover of the connector and the conductor. This thesis gaves three steps in the supportive research mutually, the first is determined the empirical equality of jointing lenght resulting from the variation of the connection technique, second determined the empirical equality of temperature relations towards time through the current testing in this jointing as well as, and the third carried out the analysis influence of the jointing technique on the temperature connection. As the quality parameter of jointing was the temperature and its variable parameter was jointing lenght and the current test. The lenght variable jointing was the function from the variation of the connection technique. From the testing results, the connection technique from the side of the tip to the cover middle pressed produced longer jointing and had the value of the balanced temperature was highest compared by two other methods. Nevertheless the three techniques of the connection pressed that was tested still have good performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24375
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prantasi Harmi Tjahjanti
"Peneltian ini bertujuan urduk memperoleh kandungan superkonduktor (Bi-Pb)-2223 setinggi mungkin dengan cara variasi doping Pb dengan proses sintesis dua tahap, juga untuk memahami mekanisme pernbentukan superkonduktor yang bersangkutan khususnya peranan Pb di dalam proses tersebut. Metode `basah' digunakan dalam pembentukan superkonduktor (Bi-Pb)-2223 yang dibuat melalui prekursor (Bi-Pb)-2212 dengan ditambah bahan pelengkap Ca2CuO3 dan CuO. Perhitungan fraksi volume fase 2223 dan kurva p-T untuk sampel Bil,8;Pb0,4 (Bi1,8Pbo,4Sr2CaCu2O8) menunjukkan hasil yang terbaik. Doping Pb sebesar 0,4 merupakan harga paling optimal. Fraksi volume fase 2223 yang dicapai sebesar 92,34%, sedangkan Tc tertinggi yang dicapai adalah 110 K. Dari pengamatan SEM nampak bertuk butiran fase 2223 berupa pelat yang lebar dan memanjang. Hasil perhitungan parameter kisinya menunjukkan bahwa fase 2223 berstruktur ortorombik dengan a = (5,3924±0,0022)A, b = (5,3932±0,0023)A dan c = (37,0467 ±0,0126)A.

The goal of this experiment is to obtain the highest contents of high Tc superconductor (BI-Pb)-2223 with variation of Pb dopant, in a two step synthesized process, to understand the formation of phase and the role of Pb. Superconductor (Bi-Pb)-2223 was formed from the precursor (Bi-Pb)-2212 with addition of Ca2CuO3 and CuO, all the process is done in 'wet' methode. From the volume fraction of XRD spectra and p-Tcurves, in found that sample Bi1.8;Pb0.4 (Bi1.8Pbo4Sr2CaCu2O8) is the best. The optimum Pb dopant is 0.4 and the highest Tc is 110 K. From SEM result superconductor (Bi-Pb)-2223 phase has a plate wide and long grain texture. Superconductor (Bi-Pb)-2223 has orthorombic stucture and calculate lattice parameter of : a = (5,3924±0,0022)A, b = (5,3932±0,0023)A dan c = (37,0467 ±0,0126)A."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Zamroni
"Salah satu penggunaan paduan aluminium yang cukup panting adalah sebagai kawat transmisi listrik. Sebagai kawat transmisi listrik, aluminium dituntut untuk memberikan konduktivitas listrik yang balk. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerugian daya pada transmisi listrik tersebut. International Electrical Comission (EEC) menetapkan harga konduktivitas listrik minimal yang harus dipunyai oleh konduktor dengan material paduan aluminium sebesar 61 %-IACS (International Annealed Copper Standard) pada temperatur 20°C.
Akhir-akhir ini, kapasitas jaringan transmisi listrik udara dibuat semakin besar sehingga dalam pengoperasiannya sering menimbulkan panas yang cukup tinggi, dengan temperatur sekitar 250°C. Pada kondisi demikian, kawat ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced) biasa, yang sering digunakan sebagai konduktor transmisi tegangan tinggi, tidak dapat digunakan lagi secara laik, karena mengalami penurunan kekuatan dan terjadi proses pemuluran.
Menurut informasi literatur, unsur zirkonium dapat meningkatkan sifat tahan panas suatu material akan tetapi menurunkan konduktivitas listrik-nya, sedangkan unsur logam tanah jarang meningkatkan konduktivitas listrik suatu material. Penelitian ini hendak mengamati pengaruh penambahan kedua unsur tersebut terhadap sifat tahan panas dan konduktivitas listrik kawat ACSR, dengan harapan dapat diperoleh komposisi paduan yang menghasilkan peningkatan sifat tahan panas kawat ACSR dengan tidak mengurangi konduktivitas listriknya.
Pada penelitian ini dilakukan proses pembuatan kawat secara keseluruhan (dalam skala laboratorium), mulai dad proses pengecoran, pengerolan dan penarikan. Dari rangkaian proses tersebut banyak variabel yang mempengaruhi sifat mekanis dari hasil kawat yang diperoleh, antara lain : proses solidifikasi, penambahan unsur paduan, deformasi akibat pengerolan dan penarikan serta proses periakuan panas. ()fah karena itu, pada penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh unsur paduan (Zr dan logam tanah jarang, dalam hal ini Ce) terhadap sifat tahan panas dan konduktivitas listrik dari hasil kawat yang diperoleh, dengan menjaga variabel yang lain konstan. Sifat tahan panas dari kawat ditunjukkan oleh karakteristik kekuatan tank kawat pada berbagai kondisi anil, karakteristik kekuatan tank kawat pada temperatur tinggi, serta karakteristik creep dari masing-masing kawat pada temperatur rendah dan tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan, penambahan 0,051 %-Ce pada ACSR dapat meningkatkan harga konduktivitas listriknya sebesar 0,72 %-IACS, sedangkan penambahan 0,107 %-Zr pada ACSR menyebabkan konduktivitas listrik mengalami penurunan sebesar 5,5 %-IACS. Akan tetapi penambahan Zr dapat memperbaiki sifat tahan mulur kawat.
Dari hasil penelitian secara keseluruhan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Zr menyebabkan turunnya harga konduktivitas listrik kawat, sebaliknya Ce meningkatkan harga konduktivitas listriknya. Pengaruh Ce terhadap sifat tahan panas belum dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini.
Dari semua sampel penelitian yang dibuat, komposisi Zr dan Ce yang memberikan hasil terbaik adalah 0,088 %-Zr dan 0,114 %-Ce, dengan harga konduktivitas listrik sebesar 58,55 %-IACS serta temperatur maksimum sebesar 300°C (jangka pendek) dan 250°C (kontinyu). Sedangkan ACSR tanpa pemadu mempunyai harga konduktivitas listrik sebesar 60,42 %-IACS serta terperatur maksimum sebesar 210 °C (jangka pendek) dan 170 °C (kontinyu). Hasil terbaik tersebut belum memenuhi standard konduktivitas minimal yang ditetapkan (yaitu 61 %-IACS). Oleh karena itu komposisi Ce hams ditingkatkan lagi. Hasil estimasi komposisi Ce yang menghasilkan konduktivitas 61 %-IACS adalah 0,2 °A-Ce."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T10520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>