Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172100 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Julius Irwandi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"Pemampatan citra merupakan proses mereduksi jumlah bit yang digunakan dalam representasi suatu citra dan bertujuan untuk memperoleh suatu kumpulan data yang lebih kecil dan dapat direkonstruksi menjadi citra baru tanpa penurunan kualitas citra yang berarti. Pemampatan citra sangat bermanfaat dalam efisiensi media penyimpanan dan transmisi citra tersebut.
Salah satu metode pemampatan citra yang cukup efektif adalah metode Human Visual System (HVS) yaitu pemampatan citra dengan menghilangkan redudansi psikovisual yang dikandung pada suatu citra dengan mengikuti karakteistik sistem visual mata manusia. Untuk memperoleh unjuk kerja sistem pemampatan citra yang optimal dilaksanakan analisis dan simulasi terhadap sistem pemapatan citra metode HVS Thresholding dan kuantisasi Subyektif dengan menggunakan transformasi wavelet Orthogonal (Daubechies-12) dan Biorthogonal (Spline) dengan beberapa model persamaan HVS (Ngan, Mannos, Nill dan Bowan) melalui variasi norm (p).
Dari hasil simulasi dan analisis menggunakan citra diam dengan ukuran 256 x 256 pixel dipero!eh unjuk kerja sistem optimal yaitu rasio pemampatan 20.03 dan PSNR 25.88 dB dengan wavelet Biorthogonal, 3 level dekomposisi, model HVS Ngan pada norm 3, harga K = 0.005 dan q =0.0075.
Selain itu Penggunaan metode kuantisasi subyektif juga terbukti dapat meningkatkan rasio pemampatan rata-rata sebesar 24 % untuk wavelet orthogonal dan sebesar 43 % untuk wavelet biorthogonal
Pemampatan citra menggunakan wavelet Biorthogonal menunjukkan hasil yang lebih baik daripada wavelet Orthogonal karena pada nilai rasio pemampatan yang sama wavelet Biorthogonal meghasilkan nilai PSNR yang lebih baik dari wavelet orthogonal untuk parameter sistem yang sama.

Image compression is a process to reduce bit information used in representation an image. The purpose is to obtain fewer amounts of data and can be reconstructed as a new image without significant decreasing the quality. Image compression is very profitable in efficiency of storage media and transmission of the image.
One of the effective methods is Human Visual System (HVS) method. The HVS image compression can decrease pshycovisual redundancy contained of an image following the characteristic human visual. To obtain an optimal performance image compression system, analysis and simulation HVS image compression system were done by using Orthogonal Wavelets (Daubechies-12) and Biorthogonal Wavelets (Spline) transform. Several models of HVS such as Ngan, Mannos, Nill and Bowon HVS models were done before threshold and quantization process through variation of norm.
Simulation and Analysis of still image 256 x 256 pixel show that the optimal performance (compression ratio 20.03 and PSNR 25.88 dB) occurred on wavelet Biorthogonal, 3 level decomposition, Ngan HVS model, norm 3, K = 0.005 and q = 0.0075.
Subjective quantization method also proved that its can increase average compression ratio 24 % for orthogonal wavelets and 43 % for biorthogonal wavelets.
Image compression system using Biorthogonal wavelets shows better than Orthogonal wavelets since in the same compression ratio, PSNR of Biorthogonal Wavelets is greater than Orthogonal Wavelets.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
TA3063
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hakim Agung Ramadhan
"Kompresi citra medis telah lama menjadi suatu penerapan teknologi kompresi yang kontroversial. Terdapat dua jenis kompresi citra: lossless dan lossy. Nilai rasio kompresi pada lossless compression tidak terlalu besar sehinga lossy compression diterapkan. Perhatian utama pada kompresi citra medis adalah penentuan visually lossless threshold dimana ditentukan nilai batas kuantisasi sehingga kompresi terhadap citra medis dapat dilakukan sebelum terjadi distorsi yang tertangkap oleh sistem visual manusia. Pada skripsi ini dilakukan simulasi kompresi citra medis berdasarkan contrast threshold dan visual masking yang diujikan pada modality computed tomography, mammography, dan X-ray. Evaluasi subjektif dilakukan untuk menilai kualitas citra medis hasil dekompresi dengan melibatkan dokter spesialis radiologi sebagai penguji. Tingkat kejelasan algoritma yang digunakan pada citra medis pada modality X-ray, mammography, dan computed tomography masing-masing adalah 90,00%, 85,00%, dan 89,1666667%. Rasio kompresi dan waktu yang diperlukan untuk melakukan kompresi dan dekompresi bervariasi pada setiap citra medis yang diujikan.

Medical image compression has been a controversial application of compression technology. There are two types of image compression: lossless and lossy. The value of compression ratio in the lossless compression is not too big so that lossy compression is applied. The main concern in the medical image compression is the determination of visually lossless threshold limit of quantitation where values are determined so that the compression of medical images can be applied before the distortion is captured by the human visual system. In this thesis, a simulation of medical image compression based on contrast threshold and visual masking is tested on modalities: computed tomography, mammography, and X-ray. Subjective evaluation was conducted to assess the quality of medical image decompression results involving radiologist as testers. The degree of clarity of the algorithms used in medical image on the modality of X-rays, mammography, and computed tomography, respectively are 90,00%, 85,00%, and 89,1666667%. Compression ratio and time required to perform compression and decompression vary on each medical image tested."
2011
S171
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Washington: MSDN , 2003
005MICV001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Juni Ardi Irawan
"Dalam skripsi ini dibahas pembuatan simulasi visual ladder logic dan sistem vacuum lifter dengan memanfaatkan teknik pemrograman object oriented dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0.
Simulasi ini dimaksudkan untuk mewakili proses vacuum lifter yang sebenarnya Ladder Logic PLC pada sistem vacuum lifter disimulasikan sehingga dapat dilihat input dan output yang sedang ON atau OFF sehingga akan sangat membantu dalam proses belajar mengajar mengenai aplikasi PLC pada Vacuum Lifter."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39090
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danus Hamid
"Dalam mengendalikan suatu plant atau proses, dapat menggunakan kontroller yang diproduksi oleh beberapa manufaktur kontrol. Untuk plant yang berskala kecil sampai dengan menengah dapat menggunakan Programmable Logic Controller (PLC), namun untuk plant berskala menengah keatas dapat menggunakan Distributed Control System (DCS). Untuk memperkenalkan pengendalian plant dengan menggunakan DCS, maka simulasi ini dibuat mendekati pengendalian yang sebenarnya dengan menggunakan Visual Basic 6.0. Dimana DCS yang dimaksud mengacu pada salah satu manufaktur kontrol yaitu ABB (Asea Brown Boveri).
Plant yang digunakan sebagai contoh adalah plant bagian pengolahan air yang akan dipanaskan dan didinginkan untuk didistribusikan kembali, dimana sumbernya berasal dari air buangan (waste water) yang diolah oleh unit pengolahan air (water treatment), sehingga terjadi perputaran aliran. Mode pengendalian pada DCS diterapkan dalam simulasi ini. Simulasi ini dibuat untuk sarana latihan pengendalian plant yang sepenuhnya dengan komputer yang terdiri atas monitor, keyboard, dan mouse. Beberapa aturan pengendalian proses yang sebenarnya juga akan diterapkan pada simulasi ini."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S40013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barry, Ann Marie Seward
New Jersey: State University of New York, 1997
302.2 BAR v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bailey, Robert W.
New Jersey: Prentice-Hall, 1982
R 620.82 BAI h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, Antoni Bona Foncus
"Human Factor Analysis and Classification System Framework merupakan suatu metode yang telah banyak digunakan untuk investigasi kecelakaan diberbagai bidang seperti penerbangan, pertambangan, kereta api, dan industri lainnya. Metode HFACS terdiri dari beberapa lapisan seperti organizational influences, unsafe leadership, precondition to unsafe act dan unsafe act. Di PT X sendiri belum pernah dilakukan investigasi kecelakaan menggunakan metode ini. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan analisis kecelakaan di PT X yang terjadi selama tahun 2014. Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa setiap level pada lapisan HFACS memiliki kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki untuk memperkuat pertahanan.
Unsafe act terdiri dari error dan violation. Kelemahan yang terdapat dalam error berupa skill based error yaitu kegagalan pengoperasian dan kontrol yang tidak benar, kesalahan navigasi dan persiapan dan pemeliharaan alat yang tidak memadai. Untuk Decision error yang menjadi kelemahan adalah berupa prosedur manuver yang tidak benar, gagal mengenali kondisi berbahaya dan penempatan peralatan dan material yang tidak benar. Perceptual error memiliki kelemahan berupa kesalahan memperkirakan jarak, ketinggian, kedalaman, berat dan kondisi permukaan. Sedangkan yang menjadi kelemahan pada Violation adalah berupa tingginya pelanggaran SOP, kegagalan mengamankan peralatan dan pelanggaran batas kecepatan.
Kelemahan pada precondition to unsafe act yang terdiri dari environmental factor, condition of employee serta personal factor yaitu environmental factor berupa kondisi cuaca yang buruk, kondisi jalan tambang yang berbahaya, jalanan licin serta peralatan dan tools yang rusak. Sedangkan untuk condition of operator yaitu kurangnya kompetensi. Untuk personal factor yang menjadi kelemahan adalah komunikasi dan koordinasi bahaya yang buruk. Pada level unsafe leadership yang menjadi kelemahan terbesar terdapat pada elemen inadequate leadership yaitu berupa pengawasan pekerjaan yang tidak memadai serta kegagalan melakukan penilaian risiko. Level terakhir pada HFACS yaitu organizational influences dimana pada level ini yang menjadi kelemahan adalah berupa pelaksanaan kebijakan yang tidak konsisten serta manajemen feedback dari karyawan yang tidak memadai.

Human Factor Analysis and Classification System Framework is a method that has been commonly used to investigate accidents in every different sector such as aviation, mining, railway and other industry. HFACS method is consist of some sections like organizational influences, unsafe leadership, precondition to unsafe act and unsafe act. In PT X itself was never been doing accident investigation using this method. Therefore, the author try to analyze the accidents which happened in PT X during 2014. From the analysis result it?s been known that every level on HFACS layer has weaknesses which need to be improved to strengthen defences.
Unsafe act is consist of error and violation. The weakness which are inside the error such as skill based error are inadvertent operation and incorrect control, navigational error, inadequate prepared and maintenance of equipment. For decision error the weakness are improperly of maneuver procedure, failure to recognize unsafe condition and improperly placement of equipment and material. Perceptual error has a weakness such as misjudgement of distance, height, depth, weight and surface condition. The weakness of violation is such as disregard of SOP, failure to secure equipment and violation of speed limit.
The weaknees of precondition to unsafe act which is consist of environmental factor, condition of employee and personal factor, where environmental is like inclement weather condition, unsafe mining road, slippery road and defective of equipment and tools. For condition of operator is lack of competency. For personal factor, the thing which become the weakness ia about inadequate communication and coordination. At the unsafe leadership level the biggest weakness is on the inadequate leadership element which like inadequate monitoring of work and failure to conduct risk assessment. The last level of HFACS is organizational influences where at this level, the things which become the weakness is the inconcistency implementation of policyand inadequate feedback from employee to management."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>