Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188161 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sirmonadi
"Meningkatnya permintaan sena berkembangnya ragam baru layanan telekornunikasi menyebabkan perlunya perbaikan pada infi'astruktur jaringan untuk dapat memberikan layanan yang lebih baik terutama pada pelanggan bisnis sebagai sumber pemasukan terbesar penyelenggara Telekomunikasi.
Kemajuan teknologi telel-comunikasi yang begitu pesat telah memungkinkan pengelola telekomunikasi memberikan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan dinamika masyarakat yang serba ingin cepat ,tepat, mudah dan fleksibei. Khususnya di jaringan akses, jaringan telekomunikasi yang berhubungan Iangsung dengan pelanggan, telah ditemukan konsep bam unmk meningkatkan kualitas transmisi dan agar mampu mendukung berbagai ragam pelayanan telekomunikasi di tingkat akses.
Konsep tersebut adalah penggunaan teknologi transmisi Syncrhonous Digital Hierarchy (SDH) yang dapat diintcgrasikan dengan teknologi serat optik Passive Oprical Network (PON) yang akan memeberikan banyak keunggulan baik dari peningkamn kapasitas, kualixas jaringan maupun umuk rnngantisipasi layanan baru B-ISDN, disamping Iayanan POTS, 64 Kbit/s, payphane, leased line/ 2Mbit/s, ISDN-BRA, ISDN-PRA dll."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S38754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramita Utami
"Persaingan di bidang industri telekomunikasi di Indonesia menjadi semakin ketat satu sama lainnya. Dimana terjadinya perubahan kebutuhan tidak hanya voice saja, tetapi berkembang ke arah layanan data. Perkembangan yang menuju ke arah pertumbuhan pangsa pasar yang sangat tinggi dalam kebutuhan broadband yang diiringi dengan pertumbuhan pendapatan yang relatif mendatar di sisi pendapatan untuk operator. Hal ini terjadi pula pada Telkom Flexi, oleh karena itu perlu dilakukan cost optimization agar tidak terjadi kerugian yang cukup besar.
Salah satu langkah optimasi biaya itu adalah optimasi pada jaringan mobile broadband yang bertumpu pada infrastruktur backhaul. Saat ini suatu BTS untuk mencapai BSC/RNC yang dimilikinya harus menggunakan approach link, yang dapat berupa link radio, HDSL, maupun OMUX. Akan tetapi selain biaya yang diperlukan baik untuk pengadaan baru maupun perawatan cukup mahal, kemampuannya pun hanya dapat untuk point-to-point. Selain itu jumlah gangguan pada BTS yang diakibatkan gangguan pada radio link mencapai 14% dari total seluruh gangguan, dengan MTTR sebanyak 20% dari MTTR total yang terjadi di Flexi pada tahun 2010.
Oleh karena itu Telkom Flexi mulai mempertimbangkan untuk menggunakan teknologi backhaul GPON sebagai backhaul menuju BTS, yang diharapkan dapat mensolusikan gangguan yang terjadi pada radiolink, hemat biaya, maupun mampu memfasilitasi untuk roadmap menuju NGN dan juga memiliki kemampuan multipoint. Implementasi GPON ini membutuhkan investasi yang cukup besar sehingga harus diimbangi dengan analisa kelayakan investasi.
Pada tesis ini akan membahas aspek teknis, aspek manajemen dan sumber daya manusia, dan aspek ekonomi, dalam hal ini profitability indicator, dimana implementasi GPON ini merupakan substitusi dari link sebelumnya.
Hasil yang didapatkan bahwa secara teknis maupun manajemen dan sumber daya manusia investasi implementasi GPON ini layak untuk dilakukan. Dan hasil yang didapatkan dari analisis financial menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki tingkat profibilitas yang cukup baik baik menggunakan optik eksisting maupun penarikan optik baru. Dengan melakukan analisis kelayakan implementasi ini, diharapkan implementasi GPON sebagai backhaul ini menjadi lebih tepat.

Competition in the telecommunication industry in Indonesia has become increasingly tight between each other. There is also changing needs from the customer, they are not only need voice service but also evolved toward data services. Development of market also brings to share broadband demand coupled with relatively flat revenue growth in revenue for the operators. Decreased revenue happens also in Telkom Flexi, therefore needs to do cost optimization to minimize losses.
Alternative solution for cost optimization is reducing cost of mobile broadband network that relies on the backhaul infrastructure. Currently, configuration of a BTS to reach BSC/RNC has had to use the approach link, which may consist of radio link, HDSL, OMUX, or etc. However, using of that type approach link may increase cost both for new procurement and maintenance, and its ability was only able to handle point to point connection also one of the cons. Besides of that, amount of failure that cause by interrupt in radio link has reach 14% of the total disorder with mean time to repair about 20% of the total time to repair in all failure in 2010.
Therefore Telkom Flexi began considering using GPON technology as substitution of backhaul solution to the BTS, which is expected to solve failure that occurs in radiolink, with more cost effectiveness and abl to facilitate the roadmap to NGN. GPON implementation will be substantial investment and should be balanced with investment feasibility analysis.
This thesis will discuss about technical aspects, management and human resources aspects and also economic aspect to deal with profitability indicator with consideration of substitusion of previous link.
The results of GPON implementation from technical, human resource management and financial aspect is feasible to implemented. And the result from the financial analysis shows which zona has a good level profitabilitas to be implemented. By the conclusion of analyzing the feasibility of this implementation can be used to assist management to choose right decision of using GPON as the backhaul.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31031
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Adisatya
"Passive Optical Network atau biasa disingkat PON merupakan salah satu teknologi dalam penerapan fiber optik yang banyak dipakai saat ini. Saat ini terdiri beberapa jenis PON yang tersedia dan ada beberapa yang masih dalam tahap pengembangan, salah satunya yakni XG-PON. XG-PON merupakan salah satu jenis PON hasil pengembangan dari G-PON, yang merupakan teknologi fiber optik yang kita pakai saat ini. Pada penelitian ini membahas mengenai teknologi atau konfigurasi XG-PON untuk FTTH dan perbandingannya dengan G-PON. Penelitian ini menggunakan perangkat lunak Optisystem untuk menguji konfigurasi dari G-PON dan XG-PON sekaligus mengetahui performa XG-PON melalui nilai Q Factor dan BER dari hasil simulasi XG-PON yang dilakukan. Penelitian ini memperhitungkan konfigurasi XG-PON Downstream dan Upstream dengan menggunakan rasio splitter 1:32 dan 1:64. Dari simulasi yang telah dilakukan, didapat hasil untuk FTTH XG-PON 1:32 Downstream efektif pada jarak 40-41 km, FTTH XG-PON 1:64 Downstream efektif pada jarak 23 – 24 km, FTTH XG-PON 1:32 Upstream pada jarak 38 – 39 km, dan FTTH XG-PON 1:64 Upstream pada jarak 23-24 km. Dari hasil yang di dapat, ditemukan bahwa Q Factor terhadap penambahan jarak untuk XG-PON berbanding terbalik, sedangkan BER berbanding lurus terhadap penambahan jarak.

Passive Optical Network or commonly abbreviated as PON is one of the technologies in the application of optical fiber that is widely used today. Currently, there are several types of PON available and some are still in the development stage, one of which is XG-PON. XG-PON is a type of PON developed from G-PON, which is the optical fiber technology that we use today. This study discusses the technology or configuration of XG-PON for FTTH and its comparison with G-PON. This study uses Optisystem software to test the configuration of G-PON and XG-PON as well as to determine the performance of XG-PON through the Q Factor and BER values ​​from the XG-PON simulation results. This study takes into account the XG-PON Downstream and Upstream configurations using a 1:32 and 1:64 splitter ratio. From the simulations that have been carried out, the results obtained for FTTH XG-PON 1:32 Downstream effective at a distance of 40-41 km, FTTH XG-PON 1:64 Downstream effective at a distance of 23 – 24 km, FTTH XG-PON 1:32 Upstream at distance of 38 – 39 km, and FTTH XG-PON 1:64 Upstream at a distance of 23-24 km. From the results obtained, it is found that the Q Factor for the addition of distance for XG-PON is inversely proportional, while BER is directly proportional to the addition of distance"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Perwira Warjiyo
"Kebutuhan telekomunikasi akan layanan berbasis data, suara, dan video terus mengalami peningkatan. Salah satu terobosan telekomunikasi untuk menjawab kebutuhan ini adalah Metro Ethernet. Metro Ethernet dapat digunakan dalam jaringan 3G. Metro Ethernet adalah pengembangan dari Ethernet. Berbagai kelebihan dari Ethernet juga terdapat pada Metro Ethernet, dengan skala yang berbeda. Selain itu, ada pengembangan dari sistem yang banyak digunakan sekarang, yaitu SDH, untuk mengakomodasi kebutuhan layanan data. Sistem tersebut adalah Ethernet over Synchronous Digital Hierarchy. Analisa dibatasi pada pengunaannya pada jaringan akses 3G. Kedua sistem ini mempunyai kelebihan dan kekurangan bila dibandingkan satu sama lain. Metro Ethernet memiliki kelebihan pada sisi biaya operasional, skalabilitas, dan efisiensi transport. Ethernet over SDH memiliki kelebihan pada sisi biaya pembangunan dan reliabilitas.

Telecommunications needs for services based data, voice, and video continues to increase. One of the telecom breakthrough to address this need is Metro Ethernet. Metro Ethernet can be used in 3G networks. Metro Ethernet is the development of Ethernet. Various advantages of Ethernet is also available on Metro Ethernet, with different scales. In addition, there is the development of systems that are widely used today, namely SDH, to accommodate the needs of data services. The system is Ethernet over Synchronous Digital Hierarchy. Analysis is limited to its use on the 3G access networks. Both of these systems has advantages and disadvantages when compared with each other. Metro Ethernet has advantages on the side of the operating cost, scalability, and efficiency of transport. Ethernet over SDH has an advantage in the cost of construction and reliability."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S44026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Aestetika
"Seiring dengan berkembangnya dunia telekomunikasi dan pola hidup masyarakat saat ini, dibutuhkan suatu media transmisi dengan bandwidth yang lebar (broadband), sehingga mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan tinggi. Pengembangan jaringan akses yang dapat menyediakan layanan pita lebar ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan sistem jaringan terintegrasi yang berisi sejumlah saluran komunikasi point-to-point antara sisi sentral dengan sisi pelanggan melalui sistem transmisi serat optik. Sistem tersebut dapat diterapkan dengan menggunakan perangkat Digital Loop Carrier Multi-Services Optical Access Network (DLC MSOAN).
Kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini adalah merancang suatu jaringan telekomunikasi yang menerapkan teknologi DLC MSOAN sebagai penyedia layanan broadband di kota Yogyakarta, khususnya di area layanan Sentral Telepon Otomat (STO) Kotabaru dan STO Pugeran. Perancangan meliputi penempatan perangkat DLC MSOAN dan perhitungan kebutuhan kapasitas transpor sinyal infonnasi yang hams disediakan berdasarkan prediksi demand untuk sepuluh tahun ke depan.
Perencanaan ini menghasilkan jaringan DLC MSOAN yang terdiri dari 2 perangkat Central Terminal (CT) dan 24 perangkat Remote Terminal (RT). Penempatan perangkat CT dan RT disesuaikan dengan densitas demand di wilayah Kotamadya Yogyakarta, misalnya di lokasi pemukunan, pertokoan, perkantoran, tempat penginapan, maupun di kawasan pendidikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S39961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S38397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Al Amin
"Pada skripsi ini akan membahas tentang perencanaan jaringan Fiber To The Home dengan teknologi Gigabit Passive Optical Network untuk Komplek Perumahan Graha Hijau 2 yang berada di daerah Ciputat, Tangerang Selatan. Perumahan ini merupakan salah satu kawasan elit di Ciputat, namun masih memakai kabel tembaga sebagai perantara komunikasi, maka dari itu dibuatlah perencanaan Fiber To The Home di daerah ini. Dari perolehan data perumahan, dimana ada sekitar 124 rumah pada perumahan ini. Lalu didesain sebuah sistem jaringan akses FTTH dengan teknologi GPON yang membutuhkan 4 buah ODC, 32 buah ODP dan 124 buah ONT di rumah pengguna FTTH. Sesuai dengan penghitungan link budget menunjukkan nilai margin yang didapat pada keadaan uplink adalah 6,15 dB dan pada keadaan downlink adalah 7,72 dB, keduanya di atas nilai margin 3 dB. Sedangkan untuk penghitungan rise time budget menunjukkan nilai rise time total yang didapat pada keadaan uplink adalah 0,25 ns dan pada keadaan downlink adalah 0,262 ns, keduanya tidak melebihi 70 persen periode bit NRZ, yaitu 0,563 ns untuk uplink dan 0,281 ns untuk downlink. Nilai link budget dan rise time budget yang didapat menunjukkan bahwa jaringan FTTH telah memenuhi parameter yang ditentukan.
In this paper, we will discuss about Fiber To The Home network planning with Gigabit Passive Optical Network technology for Residential of Graha Hijau 2 which is in the Ciputat area. This housing is one of the elite in Ciputat, yet still use copper wires as a mediator of communication, therefore a single planning FTTH in these areas. Data acquisition of housing, where there are 124 houses on this estate. Then designed a system of access network FTTH GPON technology that require 4 pieces of ODCs, 32 ODPs and 124 ONTs at home FTTH users. According of network link budget calculations showed the value of the margin obtained when the uplink is 6,15 dB and when the downlink is 7,72 dB, both above the value of the margin of 3 dB. Whereas for the calculation of rise time budget shows the value rise time total obtained uplink is 0.25 ns and downlink is 0,262 ns, both of which does not exceed 70 per cent of the period, i.e. NRZ bit 0,563 ns for the uplink and 0,281 ns for the downlink.The value of link budget and rise time budget that be obtained indicates network of FTTH has fulfilled defined parameters."
Depok: [Fakultas Teknik Universitas Indonesia, ], 2014
S55961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irvan Hardiyana
"Seiring dengan kemajuan dunia telekomunikasi saat ini, kemampuan peralatan telekomunikasi untuk menghantarkan informasi semakin canggih. Kecanggihan ini diiringi juga dengan kebutuhan dan permintaan informasi yang semakin besar sehingga memicu peningkatan kebutuhan bandwidth. Universitas Indonesia yang merupakan salah satu Universitas terbesar di Indonesia memiliki jaringan komunikasi tersendiri yang dikenal dengan Jaringan Universitas Indonesia Terpadu (JUITA). Untuk mengantisipasi adanya peningkatan kebutuhan bandwidth, JUITA membutuhkan perencanaan sistem transmisi serat optik yang sesuai dengan kondisi yang ada.
Pada skripsi ini, akan dilakukan analisis perencanaan sistem transmisi serat optik CWDM Jaringan Universitas Indonesia Terpadu (JUITA), dengan melihat dari kecenderungan pertumbuhan kebutuhan bandwidth pada layanan Metro Ethernet JUITA yang meningkat dimulai dari periode tahun 2008 sebesar 98 Mbps sampai tahun 2012 yang mencapai 1023 Mbps atau 1,23 Gbps. Berdasarkan data yang diolah dengan metode regresi linier, diketahui bahwa adanya pola peningkatan kebutuhan bandwidth terhadap waktu.
Perhitungan power link budget dan rise time budget digunakan untuk menentukan apakah perencanaan yang dilakukan sudah memenuhi kriteria untuk diimplementasikan di lapangan. Hasil yang didapat dalam proses perhitungan menunjukkan bahwa perencanaan ini telah memenuhi kriteria untuk diimplementasikan di lapangan. Hal ini dibuktikan dengan power link budget dapat menjangkau jarak tempuh transmisi sejauh 54 km, sedangkan jarak tempuh link JUITA sejauh 32,776 km sehingga tidak dibutuhkan penguat optik. Selain itu, power budget sistem perencanaan juga menghasilkan nilai yang sesuai yaitu daya yang dideteksi oleh detektor sebesar -19,238 dBm masih lebih besar dibandingkan sensitivitas pada penerima (-30 dBm). Sedangkan, pada nilai rise time budget perencanaan telah memenuhi nilai rise time sistem sebesar 1125 ps.

Along with the progress of today's telecommunications world, the ability of telecommunications equipment to conduct information is more sophisticated. The sophistication is accompanied also by necessity and demand information getting to be a great. Its trigger bandwidth needs to increase. The University of Indonesia who is one of the largest universities in Indonesia has its own communications network known as the integrated network of the University of Indonesia (JUITA). In anticipation of an increase in bandwidth needs, JUITA requires planning optical fiber transmission system in accordance with existing conditions.
In this thesis, would have done the analysis of fiber-optic transmission system planning CWDM, by looking at the trend of growth of bandwidth needs on Metro Ethernet service is increasing, starting from the 2008 period amounting to 100 Mbps until 2012 to reach the 1023 Mbps or 1.23 Gbps. Based on data that is processed by the method of linear regression, it is noted that the existence of a pattern of increased bandwidth needs with respect to time.
Calculation power link budget and rise time budget used to determine whether the planning are appropriate to implemented. The result of calculation showed that this planning is appropriate to implemented. This is evidenced by the power link budget can reach as far as transmission mileage 54 km, while the distance traveled as far as JUITA link 32,776 km so that optical amplifier is not needed. In addition, power budget planning system also generates a value that corresponds to the power detected by a detector-19,238 dBm is still greater than the sensitivity in the receiver (-30 dBm). Meanwhile, the value of the rise time budget planning meets the value rise time systems of 1125 ps.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanni Riana
"Generasi pertama pada sistem komunikasi serat optik dalam jaringan telepon telah mempergunakan arsitektur tersendiri, format multiplexing, dan prosedur perawatan khusus. Para pengguna peralatan tersebut memerlukan suatu standar sehingga mereka dapat menggabungkan dan menyesuaikan peralatan dari produsen yang berbeda. Salah satu standar internasional yang dapat dipergunakan adalah Synchronous Digital Hierarchy (SDH). Kegiatan yang dilakukan dalam skripsi ini adalah menganalisis perfomansi jaringan akses broadband milik PT.TELKOM yang mempergunakan teknologi SDH di Sentral Telepon Otomat (STO) Tebet. Perangkat SDH yang terdapat di STO Tebet terdiri dari beberapa merk yaitu Wuhan, Ericson dan Marconi. Perangkat SDH yang akan dianalisis pada skripsi adalah perangkat dengan merk Wuhan. Service node interface (SNI) yang dipergunakan pada jaringan akses ini adalah SNI dijital V5.2. Jaringan akses serat optik di STO Tebet memiliki beberapa permasalahan antara lain yaitu sistem seringkali hang baik di sisi interface maupun di sisi remote terminal (RT) sehingga pelanggan tidak dapat melakukan hubungan telepon. Selain itu, terdapat pula gangguan yang dialami pada saat sambungan telepon sedang berlangsung yaitu putusnya sambungan secara tiba-tiba Secara garis besar pada jaringan akses serat optik STO Tebet, terdapat dua sumber permasalahan untuk diteliti yaitu interface dan perangkat SDH yang ada di ONU/RT. Pada skripsi ini, analisis perfomansi jaringan akses juga dilakukan dari sisi power budget dengan melakukan pengukuran dan perhitungan. Analisis power budget akan menunjukkan kelayakan jaringan dalam mengirim informasi.

First generation of optical fiber communication system in telephone network has been using its own architecture, multiplexing format and certain maintanance procedure. The users of that equipments need a standard, so they can connect and match the equipment from different product. One of the international standards that can be use is Synchronous Digital Hierarchy (SDH). The activity which doing in this final task is to analyze the perfomance of broadband access network with SDH technology belong to PT.TELKOM in Sentral Telepon Otomat (STO) Tebet. There are three different brand of SDH equipment in STO Tebet. They are Wuhan, Ericson and Marconi. Wuhan is the brand that going to be analyzed here. Service node interface (SNI) which is used in this access network is V5.2 digital SNI. Optical fiber access network in STO Tebet has some problems, such as its system is eventually down. This can be happens in the interface part and remote terminal (RT). Beside that, there is also a kind of disturbance that exist during the telephone connection in off hook position. The disturbance is line can be suddenly loss of connection in the middle of conversation. Most of all, there are two source of problems here to be analyzed. They are interface and SDH equipment which located in RT. In this final task, perfomance of this access network analysis also do from power budget point of view. Power budget analysis will show network capability in sending information."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S40385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>