Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166342 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suryo Cahyono
"Personal Handy-Phone System (PHS ) merupakan generasi terbaru dari sistem komunikasi bergerak digital yang sedang berkembang pada saat ini. Sistem ini menggunakan teknologi wireless ( tanpa kabel ) dengan teknologi akses TDMA. Perkembangan sistem ini dimulai di negara Jepang dan mulai dikernbangkan di negara lain seperti Australia, Korea dan Indonesia.
Dalam penyusunan skripsi ini Kami melakukan pengambilan data dari Perwakilan Nippon Telegraph and Telephone ( NTT ) di Indonesia. Sedangkan untuk perencanaannya diambil daerah sekitar kawasan Arion, Jakarta Timur. Daerah tersebut cukup mewakili daerah keramaian dan urban pada umumnya. Dari data yang ada dihitmmg redaman, perkiraan trafilc dan propagasi daerah tersebut. Berdasarkan perhitungan tersebut jumlah Cell Station yang diperlukan ada 2 yaitu Cell Station yang dipasang diatas gedung dan di ruang bawah tanah. Dengan demikian perancangan di daerah tersebut dapat dilakukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S38769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Sugiarti
"Mobile Ad Hoc Network (MANET) merupakan jaringan yang dapat berdiri sendiri, sehingga memungkinkan perangkat mobile dapat membangun komunikasi tanpa adanya infrastruktur pusat. Semakin besamya kebutuhan akan koneksi internet bagi user yang mobile, maka perlu dilakukan interkoneksi antara MANET dengan internet. Interkoneksi antara MANET dengan Jaringan internet dapat dicapai dengan menggunakan Gateway yang berfungsi sebagai penghubung antara MANET dengan internet. Sebelum berkomunikasi dengan internet sebuah mobile node hams mencari rute menuju gateway. Oleh karena itu dibutuhkan mekanisme pencarian gateway (gateway discovery). Ada tiga pendekatan gateway discovery yaitu proactive, reactive, dan hybrid. Pada penulisan tugas akhir ini dilakukan perbandingan terhadap kinerja dari masing-masing metode gateway discovery tersebut dengan mengubah-ubah advertisement interval dari gateway. Routing protocol MANET yang digunakan adalah Ad Hoc On-demand Distance Vector (AODV) yang telah dikembangkan untuk dapat melakukan interkoneksi antara MANET dengan internet. Untuk dapat melihat kinerja dari ketiga metode gateway discovery tersebut maka dilakukan simulasi dengan menggunakan Network Simulator (NS-2). Hasil simulasi untuk skenario yang digunakan pada tugas akhir ini menunjukkan bahwa packet delivery ratio cukup tinggi untuk semua metode gateway discovery, metode reactive memiliki packet delivery ratio 99,996 %, sedangkan proactive dan hybrid gateway discovery 100 _/o. Untuk end-to-end delay metode reactive menunjukkan delay paling besar dari dua metode lain. Untuk overhead AODV metode hybrid menghasilkan overhead AODV yang paling besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Indra Rizal
"Sistern telekomunikasi selular gencrasi ketiga akan menggunakan jaringan berbasiskan imerner protocol (IP) untuk melayani penggunanya di masa yang akan datang khususnya layanan multimedia. Untuk itu diperlukan suatu protokol pensinyalan untuk dapat memulai, mengakhiri dan menj aga suatu hubungan pada jaringan tersebut.
Beberapa badan standar tengah mengembangkan penelitian untuk jaringan bcrbasiskan IP terscbut dan menggunakan protokol pensinyalan yang telah berkembang dalam inrernet telephony seperti I-L323 dan SIP.
Skripsi ini akan membandingkan kedua protokol pensinyalan pada iniernet relephony tersebut pada kompleksitas, ekstensibilitas, skalabilitas sistem dan Quality of Service (Qoé), untuk melihat protokol pensinyalan yang sesuai untuk dipakai pada jaringan generasi ketiga.
Dari hasil perbandingan terlihat bahwa SIP mempunyai beberapa kelebihan dari 11.323, sehingga membuat protokol tersebut sesuai bagi jaringan generasi ketiga."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rolies Eka Putra
"Mobile Ad Hoc Network MANET dapat menjadi platform yang baik dalam penyebaran service Voice over Internet Protocol VoIP. Dengan menggunakan sifat MANET yang memiliki flexibilitas dan mobilitas yang tinggi, sehingga Bagaimana pun, tiap routing protocol memiliki karakteristik dan kinerja yang berbeda dalam men-support voice. Sehingga penentuan routing protocol pada MANET sangat diperlukan agar didapatkan rute data yang paling efisien, dikarenakan VoIP menggunakan transmisi real-time yang memberikan tantangan besar dalam hal persyaratan Quality of Service QoS. Pada skripsi ini akan menunjukan perbandingan kinerja dari routing protocol yaitu OLSR dan GRP pada MANET dalam lalu lintas VoIP. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi masing-masing routing protocol dengan beberapa indikator QoS seperti delay, network load dan throughput. Simulasi akan dijalankan menggunakan OPNET modeler versi 14.5, di mana tiap routing protocol akan diuji dengan variasi jumlah node, kecepatan gerak node, menjalankan aplikasi VoIP serta penambahan node yang melakukan serangan Blackhole.Hasil simulasi menunjukkan bahwa routing protocol OLSR memiliki kinerja terbaik dari pada routing protocol GRP pada saat jumlah node yang tidak terlalu besar, sedangkan pada jumlah node yang besar dan saat terjadinya serangan Blackhole, routing protocol GRP jauh lebih unggul dikarenakan perubahan variasi parameter tidak memberikan pengaruh yang besar pada routing protocol GRP.

Mobile Ad Hoc Network MANET could be a good platform for deploying Voice over Internet Protocol VoIP services across multiple application scenarios. However, each routing protocol has different characteristics and performance in supporting voice. So the determination of the routing protocol in MANET is necessary to obtain the most efficient data route, because VoIP uses real time transmission which poses great challenges in terms of Quality of Service QoS requirements.In this thesis will show comparison of performance of routing protocol that is OLSR and GRP at MANET in VoIP traffic. Simulations were performed to evaluate each routing protocol with some QoS indicators such as delay, networkload and thoughput. The simulation will be run using OPNET modeler version 14.5, where each routing protocol will be tested by variation of number of nodes, node velocity, running of VoIP application and addition of nodes that conduct Blackhole attack.The simulation results show that the OLSR routing protocol has the best performance than the GRP routing protocol when the number of nodes is not too large, whereas in the large number of nodes and when the Blackhole attacks occur, the GRP routing protocol is much superior because changes in parameter variation does not give great affect on the GRP routing protocol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Bayhaki
"Dalam penelitian ini, dirancang sistem lampu jalan pintar berbasiskan komunikasi nirkabel menggunakan ZigBee 2.4 GHz yang dilengkapi dengan sensor (sensor cahaya, sensor gerak, sensor arus dan tegangan), pembaca waktu dan mikrokontroler sehingga sistem mampu mengatur fungsi kerjanya secara otomatis sesuai dengan waktu dan kondisi lingkungan sekitar. Sistem komunikasi lampu jalan pintar ini menggunakan konfigurasi jaringan ad-hoc untuk mengirimkan informasi data dari setiap titik lampu (node) menuju server. Konfigurasi jaringan ad-hoc membuat sistem lebih fleksibel karena setiap node dapat saling berkomunikasi secara langsung tanpa harus melalui access point. Selain itu, sistem ini juga menggunakan lampu LED serta menerapkan teknologi on-grid yang menggunakan tenaga cahaya matahari sebagai sumber daya utamanya, sehingga mampu menghemat konsumsi energi.
Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa sistem telah dapat bekerja sesuai dengan algoritma yang dirancang (algoritma pemilih sumber daya, algoritma fungsi kerja sensor dan lampu serta algoritma komunikasi data). Pada pengujian komunikasi data dari node router ke node coordinator, diperoleh tingkat keberhasilan penerimaan data sebesar 82.085%. Kemudian dari hasil simulasi perhitungan efisiensi sistem didapatkan total penggunaan daya lampu jalan pintar per tahun hanya sebesar 59.09 KWh / lampu. Sehingga sistem lampu jalan pintar jauh lebih efisien dalam konsumsi energi dibandingkan dengan sistem lampu jalan eksisting lainnya.

In this study, the authors designed a smart street lighting system based on wireless communication using ZigBee 2.4 GHz which is equipped with sensors (light sensor, motion sensor, current and voltage sensor), time readers and the microcontroller so that the system is able to regulate its function automatically according to the time and environmental conditions. Smart street lights communication system using Ad-hoc network configuration to transmit the data information of each point of light to the server. Ad-hoc network configuration makes the system more flexible because each node can communicate with each other directly without having to go through an access point. In addition, this system also uses LED lights and apply on-grid technology that uses the energy of sunlight as its primary power source, so it is able to save on energy consumption.
From the test results can be seen that the system has been able to work in accordance with an algorithm that is designed (resources switching algorithms, work function of light and sensor algorithms and data communication algorithms). On data communications testing for transmitting data from router node to coordinator node, obtained data reception success rate of 82.085%. Then from the results of the calculation simulation of the efficiency of the system obtained the total power usage of smart street lights per year only amounted to 59.09 KWh / lamp. So the smart street lighting system is much more efficient in terms of energy consumption compared to other existing street lighting system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Vektorendra Wahyuda
"Makalah ini membahas implementasi NDN ada jaringan V2V. V2V sendiri merupakan bagian dari Vehicular Ad-Hoc Network VANET yang memungkinkan kendaraan dapat berkomunikasi pada kecepatan tinggi. Named Data Networking NDN merupakan protokol baru yang berbasis data sentris dan memungkinkan implementasi V2V dengan lebih baik karena pada NDN lebih berorientasi pada konten data dibandingkan pembentukan sesi antar dua node. Penggunaan node terluar sebagai node relay untuk melakukan proses relay paket data dari produsen ke konsumen memberikan dampak pada kualitasnya, ditunjukkan dengan meningkatnya proses pengiriman kembali paket data ke node konsumen. Node terjauh yang berfungsi sebagai node relay memberikan dampak pada menurunnya interest satisfaction rate di sisi konsumen. Dengan jarak lebih dari 100 meter, interest satisfaction rate akan turun hingga kurang dari 50 . Berdasarkan kondisi ini, perlu dilakukan evaluasi penentuan lokasi node relay yang berfungsi sebagai next forwarder serta daya transmisi yang lebih tepat untuk dapat digunakan dalam proses transmisi data pada komunikasi antar kendaraan dalam protokol NDN sehingga interest satisfaction rate yang dihasilkan dapat mencapai angka di atas 90 . Dengan membandingkan berbagai titik lokasi yang digunakan sebagai node relay dengan daya transmisi yang bervariasi, dapat diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan kendaraan dengan lokasi 70 dari jangkauan maksimum transmisi data dari produsen melalui node relay dengan daya transmisi 15 dBm memberikan hasil terbaik untuk digunakan, dengan ditunjukkan oleh interest satisfaction rate di atas 99 untuk semua kondisi.

This paper disscuses the implementation of NDN on V2V network. V2V is part of the Ad Hoc Network Vehicle VANET technology that enables data communications on high speed. Named Data Networking NDN is new protocol that based on data centric and considered to implement V2V because NDN more oriented to data content than creating sessions between two nodes. Outer relay node as a relay node to retransmitt data packets from the producer to the consumer have some impacts in increasing the data packet re transmitting process to the consumer relay nodes. The furtherst node as relay node has an impact on decreasing the interest satisfaction rate on the consumer side. With a distance of more than 100 meters, the interest satisfaction rate drops to below 50 . Based on this condition, it is necessary to evaluate the relay node location that acts as a next forwarder, as well as more precise transmission power to be used in data transmission process on Vehicle to Vehicle V2V communication in the NDN protocol. Therefore the data packet to be delivered can provide the success rate of delivery more tha 90 . By comparing various location points that used as relay nodes with varying transmission power, we can concluded that by using a vehicle with a location of 70 of the maximum range of data transmitted as a relay node with 15 dBm transmission power will provide the best result, which is characterized by the Interest satisfaction rate of more than 99 for all conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amiruddin
"ABSTRAK
Jumlah dan ragam aplikasi terus meningkat seiring dengan perkembangan
teknologi untuk Internet of Things (IoT) seperti pada Wireless Sensor Network (WSN),
Mobile Ad hoc Network (MANET), dan ZigBee. Namun, isu keamanan juga terus
meningkat dan meluas, termasuk pada area MANET, WSN, dan ZigBee, terutama
peranti-peranti dengan memori, daya komputasi, dan sumber energi kecil. Perlindungan
privasi adalah salah satu isu keamanan yang sangat penting dalam MANET, WSN dan
ZigBee karena sangat terkait dengan keselamatan data yang ditransmisikan.
Pada penelitian ini, diusulkan algoritma-algoritma baru untuk pembangkitan
kunci acak, enkripsi, dan dekripsi dalam mendukung perlindungan privasi untuk aplikasi
pada MANET, WSN, dan ZigBee. Algoritma pembangkitan kunci acak usulan
menggunakan Fibonacci teracak dengan penambahan faktor pengacak untuk
menghasilkan rangkaian kunci acak dan panjang tetapi memiliki komputasi rendah,
sedangkan algoritma enkripsi/dekripsi menggunakan One Time Pad (OTP) teracak
dengan penambahan faktor pengacak yang bertujuan untuk memenuhi uji keacakan,
difusi, dan konfusi pada Ciphertext yang dihasilkan. Simulasi untuk evaluasi algoritma
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Matlab, NS-2, dan peranti ZigBee.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa algoritma-algoritma usulan menghasilkan
rangkaian kunci dan Ciphertext yang acak. Melalui pengujian kecepatan, korelasi,
autokorelasi, difusi, dan konfusi, hasil simulasi menunjukkan kelebihan algoritmaalgoritma
usulan dibanding algoritma lain. Untuk pembuktian konsep, algoritmaalgoritma
usulan sudah dismulasikan pada MANET dengan perangkat lunak simulator
jaringan, NS-2. Hasil simulasi jaringan memperlihatkan adanya peningkatan throughput
seiring dengan meningkatnya jumlah node dalam jaringan serta delay yang relatif tetap
untuk 20- 60 nodes yang mengindikasikan bahwa proses algoritma-algoritma usulan tidak
mengurangi secara signifikan kinerja jaringan. Sementara implementasi testbed pada
ZigBee memperlihatkan bahwa dengan memvariasikan ukuran data, transmisi data
menghasilkan delay yang meningkat perlahan yang menunjukkan bahwa ukuran data
mempengaruhi proses transmisi. Persentase rata-rata Packet Delivery Ratio (PDR) untuk
satu perangkat akhir dan satu koordinator mencapai kisaran 80% dan menurun seiring
dengan meningkatnya jumlah perangkat akhir. PDR ini menunjukkan nilai yang baik dan
mendekati nilai normal sebagaimana diketahui bahwa rata-rata PDR untuk ZigBee dengan Baudrate 9600 menggunakan Crystal Frequency 12.000 MegaCycles (MC)
adalah 85%. Sementara, jarak antara dua node yang berkomunikasi juga mempengaruhi
nilai rata-rata persentase PDR, semakin jauh jaraknya, semakin rendah persentase PDR.
Pada penelitian terakhir dari disertasi ini telah dikembangkan sebuah gateway
multiprotokol yang dapat mengakomodir protokol-protokol RF/WiFi/Etherent, ZigBee,
BLE, dan memanfaatkan protokol TCP/IP untuk pemrosesan data lebih lanjut setelah
melewati gateway. Selain itu, ditambahkan algoritma enkripsi data untuk perlindungan
privasi/data yang ditransmisikan melalui gateway usulan tersebut. Simulasi pengiriman
data terenkripsi dari beberapa end-device ZigBee, BLE, dan WiFI ke gateway telah
berhasil dilakukan. Untuk menampilkan data yang diterima server, ditambahkan halaman
dashboard untuk gateway. Secara umum, proses dekripsi memerlukan waktu pemrosesan
yang sedikit lebih lama dibanding proses enkripsi untuk ukuran data yang sama. Hal ini
dapat terjadi karena pada algoritma enkripsi dan dekripsi terjadi dua proses fungsi yang
sama yaitu AND, XOR, dan Circular Shift, dan satu proses fungsi yang berbeda yaitu
Addition pada proses enkripsi dan Subtraction pada proses dekripsi. Perbedaan kedua
fungsi tersebut mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan lamanya waktu pemrosesan
data. Hasil testbed menunjukkan bahwa protokol WiFi mengungguli XBee dan BLE
dalam kinerja throughput. XBee memiliki nilai throughput yang terendah di antara ketiga
protokol. Meskipun demikian, ketiga protokol mengalami peningkatan nilai throughput
ketika ukuran data yang diproses juga meningkat untuk rentang ukuran data 10-100
Bytes. Terjadinya peningkatan throughput pada saat ukuran data meningkat mungkin
dapat terjadi selama masih di bawah ukuran maksimal kapasitas jaringan yang digunakan

ABSTRACT
The number and variety of applications continue to increase along with the
development of technology for the Internet of Things (IoT) such as Wireless Sensor
Network (WSN), Mobile Ad hoc Network (MANET), and ZigBee. However, security issues
are also increasing and widespread, including in areas of MANET, WSN, and ZigBee that
have low-capacity devices in terms of memory, computing power, and energy sources.
Privacy preservation is one of the most important security issues in MANET, WSN and
ZigBee as it is closely related to the security of transmitted data.
In this research, new algorithms are proposed for random key generation,
encryption, and decryption to support privacy preservation on WSN, MANET and ZigBee.
The random key generation algorithm uses scrambled Fibonacci with the addition of
scrambling factor to generate random key sequence with required length, but having a
low computational overhead, while the encryption/decryption algorithm uses scrambled
One Time Pad (OTP) with the addition of scrambling factor that aims to satisfy
randomness test, diffusion, and confusion of the generated Ciphertext. Evaluation of the
proposed algorithms is conducted using Matlab, NS-2, and ZigBee devices.
The results show that the proposed algorithms produce a series of keys and
random Ciphertext. Through speed, correlation, autocorrelation, diffusion, and
confusion testing, the simulation results show the advantages of proposed algorithms over
other algorithms. To prove the concept, the proposed algorithms have been simulated on
MANET with network simulator software, NS-2. Network simulation results show an
increase in throughput along with an increase in the number of nodes in the network and
a relatively fixed delay of 20-60 nodes indicating that the proposed algorithm processes
do not significantly reduce network performance. While the testbed implementation on
ZigBee shows that by varying the size of the data, data transmission generates slowly
increasing delay which indicates that the size of the data affects the transmission process.
The average percentage of Packet Delivery Ratio (PDR) for one end-device and one
coordinator reaches the 80% range and decreases as the number of end-devices
increases. This PDR shows good value and close to normal value as it is known that the
average PDR for ZigBee with Baudrate 9600 using Crystal Frequency 12,000
MegaCycles (MC) is 85%. Meanwhile, the distance between two communicating nodes also affects the mean value of PDR percentage, the farther the distance, the lower the
PDR percentage.
In the last part of the research for this dissertation, a multi-protocol gateway has
been developed that can accommodate RF / WiFi / Etherent, ZigBee, BLE protocols and
utilize TCP / IP protocol for further data processing after passing through the gateway.
In addition, a data encryption algorithm is added for the security of the data transmitted
through the proposed gateway. In general, the decryption process takes a bit longer
processing time than the encryption process for the same data size. This can happen
because the encryption and decryption algorithms even though they apply the same
operations of AND, XOR, and Circular Shift, they have a different function that is
Addition for the encryption process and Subtraction for the decryption process. The
difference between the two functions may cause the difference in data processing time.
The testbed results show that the WiFi protocol outperforms XBee and BLE in throughput
performance. XBee has the lowest throughput value among the three protocols.
Nevertheless, all three protocols have an increase in throughput value when the size of
the processed data is also increased for a range of 10-100 Bytes of data size. An increase
in throughput at the time of increased data size may occur as long as it remains below
the maximum capacity of the network used."
2018
D2393
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kunto Wibisono
"Kinerja jaringan nirkabel ad-hoc dalam penelitian ini ditinjau dari sisi mobilitas/perpindahan dan pengaruhnya terhadap sumber daya jaringan. Pergerakan node (node mobility) dalam suatu jaringan ad-hoc multihop secara umum akan meningkatkan penggunaan sumber daya (resources overhead) suatu node ad-hoc. Keterbatasan sumberdaya akan mernpengaruhi pula kualitas dan kuantitas komunikasi data antar node dalam jaringan.
Tesis ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pergerakan (mobility) dalam suatu jaringan ad-hoc multihop. Pengaruh yang ditinjau dalam hal ini adalah effek handover dari satu node ke node yang lain selama perpindahan terhadap Throughput rata-rata untuk TCP dan UDP, Jitter dan Packet Delivery Ratio untuk UDP Rowe DIZYCOVZUJ Time, Round Tr¢ Time dan Routing Overhead.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pergerakan node mengakibatkan menurunkan kinelja jaringan ad-hoc. Untuk throughput TCP, terdapat penurunan sebesar 51 % untuk satu hop, 38 % untuk dua hop dan 35,6 % untuk 3 hop. Untuk parameter lain seperti, round trip time dan packet delivery ratio terdapat kecenderungan yang sama dimana pergerakan node akan menurunkan meningkatkan RTT, Jitter dan Packer Roaring Overhead, dan pada saat yang sama menurunkan Packet Delivery Ratio.
Dari pengujian juga terlihat, bahwa jurnlah node antara (hop) dari node sumber ke node tujuan berpengaruh terhadap kinerja jaringan. Semakin banyak jumlah hop maka akan semakin menurunkan kinerja jaringan karena semakin banyak packet routing yang dikirimkan (routing overhead). Perubahan jumlah hop ini ditandai dengan handover tratik antar node yang menimbulkan kehilangan paket."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada upaya rehabilitasi pascabencana, ketersediaan fasilitas telekomunikasi memiliki peranan yang sangat penting. Namun, proses untuk memperbaiki fasilitas telekomunikasi di daerah bencana memiliki resiko jika dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, metode jaringan yang dapat bekerja secara efisien, efektif, dan mampu mencapai area seluas mungkin diperlukan. Penelitian ini memperkenalkan sebuah protokol routing berbasis klaster bernama Adaptive Cluster Based Routing Protocol (ACBRP), yang dilengkapi dengan metode Ant Colony Optimization, dan diimplementasikan pada simulator yang dikembangkan penulis. Setelah data dianalisis dan dilakukan uji statistik, disimpulkan bahwa protokol routing ACBRP beroperasi lebih baik daripada protokol routing AODV maupun DSR.

Abstract
In post-disaster rehabilitation efforts, the availability of telecommunication facilities takes important role. However, the process to improve telecommunication facilities in disaster area is risky if it is done by humans. Therefore, a network method that can work efficiently, effectively, and capable to reach the widest possible area is needed. This research introduces a cluster-based routing protocol named Adaptive Cluster Based Routing Protocol (ACBRP) equipped by Ant Colony Optimization method, and its implementation in a simulator developed by author. After data analysis and statistical tests, it can be concluded that routing protocol ACBRP performs better than AODV and DSR routing protocol."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Bayuseno
"[ABSTRAK
VANET adalah sebuah jaringan tanpa infrastruktur yang terdiri dari entitas atau node bergerak yang memiliki perangkat wireless untuk berkomunikasi satu sama lain. VANET memiliki topologi yang dinamis yang disebabkan oleh mobilitas dari node-node pada VANET. Dalam simulasi pada vanet dibutuhkan model mobilitas yang mencerminkan keadaan sebenarnya. Model mobilitas menentukan pergerakan dari entitas/node, bagaimana node bergerak, kecepatan dan percepatan dalam VANET. Untuk mencegah kemacetan di jalan raya dilakukan load balancing/pengalihan arus kendaraan untuk membagi trafik kendaraan, dengan satu jalur jalan raya, kepadatan kendaraan akan sangat tinggi, pada topologi grid map dengan load balancing, kepadatan kendaraan dapat berkurang. Pada simulasi didapatkan penurunan kinerja pada model mobilitas grid map dengan load balancing. Pada load balancing, perubahan topologi yang menjadi lebih besar mengakibatkan penurunan kinerja dari load balacing pada model mobilitas gridmap dengan 19,3% pada delay, 5,08% pada packet delivery ratio dan 5,46% pada throughput dalam paramater AODV dan 0,01% pada delay, 12,70% packet delivery ratio dan 12,73% pada throughput dalam parameter DSDV.

ABSTRACT
VANET is an infrastucture less network that consist of entities or mobile nodes that contain wireless device for communicating each other. VANET has dynamic topology due to node mobility. VANET simulation is need mobility model that reflecting the real situation. Mobility model determines the movement of mobile nodes how their location, velocity and acceleration in VANET. To prevent congestion on the road, grip map topology is use to divide the traffic, with the one lane road map, the vehicles density will very high, with load balance grid map topology the vehicles density will separated to other road. On simulation result we get the decrease performance on the load balacing of grid map mobility model. On the load balancing dynamic topology will cause scalability of the network and impact to performance of mobility model. From simulation, load balancing of grid map mobility model has lower performace than common grid map with 19,3% on delay, 5,08% on packet delivery ratio, and 5,46% on throughput with AODV parameters and 0,01% on delay, 12,70% on packet delivery ratio and 12,73% on throughput with DSDV parameters;VANET is an infrastucture less network that consist of entities or mobile nodes that contain wireless device for communicating each other. VANET has dynamic topology due to node mobility. VANET simulation is need mobility model that reflecting the real situation. Mobility model determines the movement of mobile nodes how their location, velocity and acceleration in VANET. To prevent congestion on the road, grip map topology is use to divide the traffic, with the one lane road map, the vehicles density will very high, with load balance grid map topology the vehicles density will separated to other road. On simulation result we get the decrease performance on the load balacing of grid map mobility model. On the load balancing dynamic topology will cause scalability of the network and impact to performance of mobility model. From simulation, load balancing of grid map mobility model has lower performace than common grid map with 19,3% on delay, 5,08% on packet delivery ratio, and 5,46% on throughput with AODV parameters and 0,01% on delay, 12,70% on packet delivery ratio and 12,73% on throughput with DSDV parameters, VANET is an infrastucture less network that consist of entities or mobile nodes that contain wireless device for communicating each other. VANET has dynamic topology due to node mobility. VANET simulation is need mobility model that reflecting the real situation. Mobility model determines the movement of mobile nodes how their location, velocity and acceleration in VANET. To prevent congestion on the road, grip map topology is use to divide the traffic, with the one lane road map, the vehicles density will very high, with load balance grid map topology the vehicles density will separated to other road. On simulation result we get the decrease performance on the load balacing of grid map mobility model. On the load balancing dynamic topology will cause scalability of the network and impact to performance of mobility model. From simulation, load balancing of grid map mobility model has lower performace than common grid map with 19,3% on delay, 5,08% on packet delivery ratio, and 5,46% on throughput with AODV parameters and 0,01% on delay, 12,70% on packet delivery ratio and 12,73% on throughput with DSDV parameters]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>