Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124359 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Said Attamimi
"Persoalan regulasi di Indonesia tak pernah selesai. Hal ini setidaknya disebabkan oleh dua hal, yang pertama regulasi selalu tertinggal dari perkembang teknologi dan yang kedua pemerintah sebagai regulator juga berperan sebagai operator, sehingga hampir setiap kebijakannya menjadi bias.
Saat dunia telekomunikasi dikejutkan ketika beberapa bulan lalu disusul Bacrie Telecoinunication pada bulan ini dan tidak lama lagi PT Indosat meluncurkan jaringan telepon bergerak terbatas (limited mobility) dengan teknologi seluler CDMA 2000 IX dengan tarif sama dengan telepon rumah (PSTN). Tentu saja masyarakat menyambut baik karena mereka dapat menggunakan telepon genggam dengan tarif yang murah.
Lain dengan operator GSM menganggap produk ini melanggar regulasi, yang dilanggar dalam izinnya, jenis tarif, diskriminasi BHP frekuensi dan subsidi interkoneksi. Karena operator GSM menuntut Direktorat Pos dan Telekomunikasi dan Menteri Perhubungan membenahi operasional CDMA 2000 1X. Jika hal itu tidak dilakukan, maka mungkin akibatnya operator GSM akan gulung tikar, karena terjadi kompetisi yang tidak adil. Untuk kasus yang sama pernah terjadi di India.
Terlepas dari pro-kontra kepada operator seluler atau PT Telkom, penulis menganggap hal ini perlu diselesaikan segera, apakah peluncuran CDMA 2000 IX dengan pulsa rumah oleh PT Telkom, disusul oleh Bacrie Telecomunication dan sesudahnya PT Indosat apakah melanggar regulasi atau tidak ? Jadi thesis ini akan membahas kajian kelayakan pembangunan jaringan CDMA 2000 IX ditinjau dari sisi regulasi.

The problem with telecommunication regulation has never been completely solved. The main causes are that the regulation is always left behind by the technological advancement and the government is also act as an operator, therefore the government regulation is almost never impartial.
The telecommunication industry is surprised by PT Telkom of May 2003, Bacrie TeIecomunication at this month dan very soon PT Indosat will release limited mobility cellular, which is based on CDMA 2000 1X technology. The tariff is the same with the PSTN tariff. The consumer will be delighted but the GSM operators will see that this product is a regulation breach. The breach is on tariff type, license, BHP frequency discrimination and interconnection subsidy. Therefore the GSM operators require directorate general of Pos and Telecommunication regulate CDMA 2000 1X operation. If this is not taken then, the GSM operators may go to bankruptcy, because of unfair competition. The case has happened in India.
The writer thinks that this problem must be solved very soon. The question is that the launching of CDMA 2000 1X with household tariff by PT Telkom, Bacrie Telecommunication and PT Indosat is breaching any regulation or not. This thesis discus the feasibility of development of CDMA 2000 IX from the regulation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Rudolf P.
"Perubahan di abad informasi saat ini tak mungkin terbayangkan oleh kita semua. Perubahan yang terjadi di berbagai sektor begitu dramatis dan banyak mengubah hubungan antar sisi kehidupan manusia. Dibalik perubahan tersebut terdapat peran teknologi telekomunikasi dan informasi yang sentral. Teknologi telekomunikasi dan informasi kini telah menjadi tools yang efektif untuk mengubah efisiensi dan efektivitas interaksi manusia. Dalam perkembangtan bangsa-bangsa di dunia , kemajuan teknologi telekomunikasi dan informasi tampalknya akan menjadi daya dorong pergerakan peradaban tiap negara. Teknologi telekomunikasi selular berkembang cukup pesat. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penetrasi selular adalah value evaluation dari sisi content seluler sebagai life style, seluler sebagai jaringan substitusi. Dan kunci sukses operator seluler adalah terletak dari coverage area dan brand image. Pertumbuhan pelanggan yang begitu cepat harus diantisipasi dengan penambahan kapasitas dan perluasan jaringan. Dalam ha ini operator selular berusaha mencari jalan keluar agar belanja perusahaan bisa lebih efisisien dengan jalan membuat prosedur perencanaan dan implementasi infrastruktur jaringan yang sama."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isyana Gita Prastuti
"Perkembangan teknologi informasi mendorong peningkatan penggunaan komunikasi data yang semakin besar. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan frekuensi Ka-band. Namun penggunaan frekuensi Ka-band tidak mudah untuk diterapkan, banyak hal yang mempengaruhinya antara lain : redaman hujan, redaman awan, redaman gas-gas atmosfir, redaman scintilasi, dan depolarisasi. Didalam tugas akhir ini, perhitungan redaman hujan menggunakan beberapa model prediksi, yaitu : ITU-R-618-5, ITU-R-618-6, Global-Crane, serta Simple Attenuation model (SAM). Perhitungan redaman hujan dilakukan di 8 kota besar, dihasilkan bahwa redaman maksimum pada availability 99,99 % untuk uplink 139,75 dB (Global crane) dan downlink 73,66 dB (SAM). Redaman awan maksimum uplink 1,27 dB, downlink 0,56 dB. Redaman gas-gas atmosfir maksimum uplink 2,21 dB, downlink 1,81 dB. Redaman scintilasi maksimum uplink 0,79 dB, downlink 0,62 dB. Spesifikasi sistem meliputi: diameter antena VSAT 0,8 meter dengan power transmit 1 watt, antena HUB 5 meter dengan power transmit 5 watt, mampu melayani user dengan bitrate inbound 2 Mbps dan outbound 64 Mbps pada kondisi terburuk (sudut elevasi minimum dan kondisi hujan) dengan availability 99,2 %.

Development of information technology encourages the increased use of data communications. Solutions to overcome these problems is to use Ka-band frequencies. But the use of Ka-band frequencies are not easy to implement, many things that influence it are: rain attenuation, cloud attenuation, attenuation of atmospheric gases, scintilasi attenuation and depolarization. In this thesis, the calculation of rain attenuation using several prediction models, they are : ITU-R-618-5, ITU-R-618-6, Global Crane, and The Simple Attenuation Model (SAM). Rain attenuation calculations carried out in 8 major cities, resulting that the maximum attenuation at 99.99% availability for the uplink 139,75 dB (Global Crane) and downlink 73,66 dB (SAM). Cloud attenuation maximum uplink 1,27 dB and downlink 0,56 dB. Attenuation of atmospheric gases maximum uplink 2,21 dB and downlink 1,81 dB. Attenuation of scintilasi maximum uplink 0,79 dB and downlink 0,62 dB. Specification of the VSAT antenna system includes 0.8 m diameter, with 1 Watt transmit power, antenna HUB 5 m with 5 Watt transmit power, able to serve the user with a bitrate of 2 Mbps inbound and outbound 64 Mbps in the worst conditions (maximum elevation angle and the rain) with availability 99.2%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43018
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Rummi
"Untuk kerja sistem komunikasi bergerak dapat mengalami penumnan akibal pengaruh fading. Untuk mengurangi cfek fading metode yang biasa digunakan diantaranya adalah channel coding dan teknik diversitas. Penelilian ini akan menganalisa unjuk kerja direct sequence code division multiple access (DS-CDMA) dengan RS-code yang dikombinasi dengan teknik diversitas maximal ratio combining (MRC) pada kanal fading Nakagami. Unjuk kerja dianalisa dinyatakan sebagai bit error rate (BER), yang diperoleh dengan analisa matematika. Perhitungan BER sistem CDMA dengan menggunakan model kanal fading Nakagam`i, dimana distribusi Nakagami dapat memperkirakan distribusi Rician dan Lognormal dengan balk, serta distribusi Nakagami dapat juga memodelkan kondisi fading yang lebih lemah maupun yang lebih besar dibandingkan distribusi Rayleigh. Analisa matematika dilakukan untuk menurunkan persamaan BER sistern DS-CDMA dengan RS-cod dan diversitas MRC pada kanal fading Nakagami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unjuk kerja BER sistem kombinasi DS-CDMA dengan RS-code dan diversitas MRC pada kana! fading Nakagami akan semakin baik bila parameter fading Nakagami (rn), panjang code (n), gold sequence length (N) dan jumlah cabang diversitas (L) semakin besar. Jika jumlah user semakin besar BER dari sistem akan semakin buruk. Unjuk kerja sistem kombinasi DS-CDMA dengan RS-code dan diversitas MRC menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan sistem DS-CDMA dengan RS-code maupun sistem DS-CDMA dengan divcrsitas MRC.

The performance of communications suffers from multipath fading. Method to improve the performance which commonly using is channel coding and diversity technique. This research will analyse perfonrlance of direct sequence code divisionmultiple access (DS-CDMA) combine with RS-code and maximal ratio combining (MRC) diversity in Nakagami fading channel. In here, the performance analysed to be expressed as bit error rate ( BER), which obtained using mathematics analysis. Calculation of BER CDMA system by using model of Nakagami fading channel, where distribution of Nakagami can estimate distribution of Rician and Lognormal better, and also distribution of Nakagami eam also model condition of feebler fading and also the larger ones compared to a Rayleigh distribution Mathematics analyse conducted to obtain equation of BER DS-CDMA combine with RS-Code and MRC in Nakagami fading channel.Result of the research indicate that BER performance of DS-CDMA combine with RS-code and MRC diversity in Nakagami fading channel is improved by increasing Nakagami fading (rn), long code (rr), gold sequence lenght (N) and branch diversity (L). If the number of users increase, BER of system will be decrease. BER performance of DS-CDMA combine with RS-code and MRC diversity is better than DS-CDMA with RS-code and also DS-CDMA with MRC diversity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Nina Evawaty
"PT. CAC merupakan pendatang baru (new comer) di dibidang Sistem Telekomunikasi Bergerak Seluler (STBS), dimana PT. CAC mendapatkan lisensi pada jaringan DCS 1800 pada Eekuensi operasi uplink 1775-1785 MHZ., downlink 1870-1880 MHz dan WCDMA FDD uplink 1920-1935 MHz dan Downlink 2110- 2125 MHz serta WCDMA TDD uplink dan downlink pada frekuensi 2010 MHz. Sebagai pendatang baru PT.CAC harus melakukan identifikasi dan analisis dari kondisi jaringan existing yang dimiliki oleh tiga operator yaitu PT. Telkomsel, PT. Indosat dan PT. Excelcom dengan memperhatikan kemampuan dan kendala dari intemal dan ekstemal untuk mencapai rencana yang diinginkan dalam bentuk Rencana Induk (Master Plan) yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan jaringan telekomunikasi dalam jangka waktu 5 tahun untuk meningkatkan produktifitas dan eiisiensi PT. CAC. Berdasarkan hasil analisis kesenjangan (gap analysis) yang mencakup Spesifikasi teknis, infrastruktur dan bisnis, PT. CAC perlu melakukan penggelaran jaringan secara bertahap. Adanya kewajiban PT. CAC untuk mernbangun jaringan pada tahun 2005, maka pembangunan harus dimulai pada tahun 2005 dengan cakupan wilayah awal daerah DKI Jakarta Rencana Induk Perencanaan Jaringan Telekomunikasi PT. CAC mencakup:
1. SpesifikasiTelmis
Kapasitas jaringan telekomunikasi yang dibangun akan memberikan kuali tas sinyal yang lebih baik dari best practice;
2. Cakupan Jaringan
Cakupan jaringan akan mancakup wilayah nasional pada akhir tahun 2009 dengan menggunakan jaringan tulang punggung (backbone) yang disewa dan dibangun sendiri di seluruh wiiayah Indonesia;
3. Infrastruktur
Jumlah infiastruktilr yang dibangun sebanyak sites 9.935 sites untuk 2.5G pada akhir tahun 2009 sehingga dapat menjadi operator ke-2 terbesar di Indonesia. Sedangkan infrastruktur untuk 3G sebanyak 300 sites yang colocated dengan 2.5G akan dibangun pada tahun 2006. PT. CAC hams tetap melanjutkan pembangunan ll1&3S\I1.I.k11l1? 3G tanpa perlu menunggu keputusan tender ulang 1isensi3G.
4. Peningkatan CAPEX sebanding dengan peningkatan infrastruktur jaringan. Sedangkan peningkatan OPEX tezjadi karena adany faktor penyusutan (depreciation and amortisation) dan faktor pemeliharaan dan perawatan (operation and maintenance);
5. Time Frame Implementasi
Implementasi dijadualkan secara ketat dan konsisten untuk mencapai target infrastruktur dengan menggunakan skala prioritas.

PT. CAC ls a new comer in the mobile communications industry, where PT. CAC have been awarded a licence to operate a DCS 1800 network with its Uplink on 1775-1785 MI-iz frequency band, and Downlink on 1870-1880 MHZ, as well as WCDMA with its FDD Uplink on 1920-1935 MHz and Downlink on 2110-2125 MHz in addition to WCDMA TDD Uplink and Downlink on the 2010 MI-lz frequency. As a new comer, PT.CAC must identify and analyse conditions for existing networks run by the three major operators PT. Telkomsel, PT. [ndosat and PT. Excelcom, paying attention to current capabilities and obstacles both internally and extemally in order to tiillil targets elaborated in its Master Plan, which sets out guidelines in network implementation and development over a 5-year period aimed at enhancing overall productivity and efficiency at PT. CAC. Based on a gap analysis covering specifications on the technical, infrastructure and business perspectives, PT. CAC must roll-out its network in stages. As PT. CAC is under the legal obligation to start building its network in 2005, implementation must commence in 2005 with an initial coverage area spanning the whole DK1 Jakarta. The Master Plan for PT. CAC?s Network Planning covers:
1. Technical Specitications
implemented capacity of telecommunication network will have a better quality compared to the best practice;
2. Network Coverage
National coverage will be achieved in 2008 by using backbone that will be rented and built all over Indonesia.
3. Inlifastructure
The 9.935 sites of 2.5G will be deployed until the end of 2009 then CAC will be the second largest operator in Indonesia. The 300 sites of 3G will be collocated with 2.5G sites, these 300 sites will be deployed in 2006. PT. CAC shall continue the development of 3G infrastructure without waiting for the decision of re-tender of 3G licence by government.
4. CAPEX and OPEX
The CAPEX will increase along with the network irL?&'astructure. The OPEX will increase every year due to depreciation and amortisation and operation and maintenance factor.
5. The Time Frame for Implementation
A tight and consistent schedule of implementation will be applied by using priority scale to pursue the target.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fauzan Edy Purnomo
"Analisis penerapan IMT-2000/UMTS dipilah menjadi 2 bagian: (i) analisis Iingkungan internal G-3 dan (ii) analisis lingkungan eksternal G-3, yang mencakup aspek teknis, bisnis dan regulasi dengan menggunakan metoda analisa SWOT.
Hasil analisis menyatakan bahwa pertama, penggelaran operator G-3 akan lebih balk peluang berhasilnya jika berasal dari penggabungan antara pendatang lama (operator G-2) dengan pendatang baru (newcomer). Kedua, strategi riset marketing yang terarah dan terpadu dalam menyelenggarakan layanan G-3 sangat penting dilakukan, untuk menjaga kelangsungan berbisnis operator G-3 dan menumbuhkan minat masyarakat pengguna jasa telekomunikasi terhadap layanan jasa G-3 tersebut.
Indonesia diperkirakan akan siap terjun secara komersial penuh dalam menyelenggarakan layanan IMT-2000/UMTS (wireless G-3), sekitar tahun 2010.

The implementation analysis of IMT-20001UMTS is divided into 2 parts: (i) internal analysis 3G environment and (ii) external analysis 3G environment, that cover technical, business and regulation aspects by using SWOT method analysis.
The result of analysis is first, implementation of 3G operator will yield better opportunities if it comes from synergy between existing players (2G Operator) and newcomers. Second, marketing research that is focused and integrated in implementing 3G service in order to sustain the business of 3G operators and to develop the interest of telecommunication users in using 3G service.
Indonesia is estimated to be ready for the implementation of IMT-2000/UMTS (wireless 3G) service in full commercial basis, by the year 2010.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T5801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasminta Budiyanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S38340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>