Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49948 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Pangaribuan, Josua
"Interaksi K+p diturunkan sebagai potensi pertukaran-hadron, dengan hadron dipertukarkan adalah skalar-meson-vektor-mesonhyperon. Interaksi ini dirumuskan menggunakan pengurangan Blankenbecler-Gula, yang dibangun sepanjang pedoman yang sama seperti yang diterapkan dalam interaksi NN dari Bonn one-bosonexchange potensi. Parameter cutoff ditentukan melalui proses pemasangan data eksperimental penampang diferensial K+p untuk energi laboratorium kaon sekitar 21 MeV hingga 951 MeV. Kami menghitung penampang diferensial menggunakan tiga dimensi teknik tanpa ekspansi gelombang parsial. Proses pemasangan memberikan hasil $ 2/N nilai 17,38. Model ini tampaknya membatalkan kontribusi untuk interaksi. Tampaknya perlu untuk mempertimbangkan resonansi pertukaran tambahan untuk ini model untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

The K+p interaction is derived as a hadhed-exchange potential, with a hadron exchanged is scalar-meson-vector-meson-hyperon. This interaction was formulated using the Blankenbecler-Sugar reduction, which was constructed as long as the same guidelines as applied in the NN interaction from Bonn one-bosonexchange potency. The cutoff parameter is determined through the installation process experimental data of the K+p differential cross section for the laboratory energy ca. about 21 MeV up to 951 MeV. We calculate the differential cross section using three dimensions technique without partial wave expansion. The installation process yields $ 2/N value of 17.38. This model seems to cancel the contribution (1385) to the interaction. It seems necessary to consider the additional exchange resonance for this a model to get better results."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lentara Pundi Syaina
"ABSTRACT
One of the simple models to address quantum many body effects in materials with impurities is Anderson Impurity Model. It describes a system consisting of non interacting conduction electrons having hybridization with a localized orbital with strong electron electron interaction at a particular site. This model has been proven successful to explain the phenomenon of metal insulator transition through Anderson localization. Despite the well understood behaviors of the model, little has been explored theoretically on how the model properties gradually evolve as functions of hybridization parameter, impurity concentration, and temperature. Here, we propose to do a theoretical study on those aspects of a single impurity Anderson model using the distributional exact diagonalization method. We solve the model Hamiltonian by randomly generating sampling distribution of a few energy levels of conduction electrons with various number of occupying electrons, starting from zero to the maximum number allowed by the available single orbital states. The resulting energy eigenvalues and eigenstates are then used to define the local single particle Green function for each sampled electron energy distribution using Lehmann representation. Later, we extract the corresponding self energy of each distribution, then average over all the distributions to obtain the final self energy of the system and construct the local Green function of the system to calculate the density of states. We repeat this procedure for various values of hybridization parameters, impurity concentrations, and temperatures. We discuss our results in connection with the criteria of the occurrence of metal insulator transition in this system.

ABSTRACT
Salah satu model sederhana yang menunjukkan efek kuantum sistem banyak partikel pada material yang memiliki impuritas adalah Anderson Impurity Model. Model tersebut mendeskripsikan sebuah sistem yang memiliki elektron konduksi yang tidak saling berinteraksi namun mengalami hibridisasi dengan orbital yang terlokalisasi, dimana terjadi interaksi yang cukup kuat antar elektron pada orbital tersebut. Model ini terbukti berhasil menjelaskan fenomena metal-insulator transition melalui Anderson localization. Meskipun secara umum model ini telah dipahami, masih sedikit penjelasan teoretis terkait bagaimana model impuritas ini bergantung terhadap parameter hibridisasi, konsentrasi impuritas, dan suhu. Pada penelitian ini, kami mengusulkan studi teoretik mengenai pengaruh aspek-aspek tersebut terhadap single impurity Anderson model dengan menggunakan metode distributional exact diagonalization. Kami mengkontruksi Hamiltonian model ini dengan distribusi energi elektron konduksi yang acak dengan berbagai variasi jumlah elektron yang mengisi orbital sistem, berawal dari kondisi orbital kosong tidak terisi elektron sama sekali sampai jumlah maksimum yang diperbolehkan. Eigenvalue dan eigenvector yang dihasilkan dari setiap sampling digunakan untuk mendefinisikan fungsi Green orbital impuritas melalui Lehmann representation. Kemudian kami mengekstrak self-energy untuk setiap distribusi dan merata-ratakannya. Self-energy rata-rata yang diperoleh inilah yang diperlukan untuk mengkonstruksi fungsi Green total bagi elektron konduksi maupun elektron impuritas, dimana masing-masing fungsi Green tersebut digunakan untuk menghitung densitas keadaan. Kami mengulangi prosedur ini untuk berbagai variasi nilai parameter hibridisasi, konsentrasi impuritas, dan suhu. Diskusi terkait hasil penelitian yang diperoleh mengacu pada kriteria terjadinya fenomena metal-insulator transition pada sistem ini."
2017
S68367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet
"ABSTRAK
Salah satu aplikasi yung cukup potensial dari fenomena fotokatalisis adalah untuk mcngkonversi karbon padu senynwa anorganik seperti CO2 menjadi senyawa-senyawa organik yang lebih berguna. Selain diperolehnya produk senyawa organik yang dapat digunakan untuk keperluan tertentu, transformasi CO2 tersebut dalam kurun waktu tertentu dapat mengurangi laju emisi CO2 di atmosfer, yang akhir-akhir ini menjadi isu lingkungan global karena dipercaya dapat memberikan kontribusi yung signifikan terhadap timbulnya efek rumah kaca (green house effect). Efisiensi reduksi CO2 sangat tergantung pada fotokatalis yang digunakan. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa CO2 dapat direduksi secara fotokatalitik dalam uap air atau larutan dengan TiO2, akan tetapi efisiensinya masih sangal rendah. Studi ini difokuskan pada pengembangan fotokatalis yang efektif untuk proses reduksi CO3 menjadi metanol.
Fotokatalis TiO2 serbuk dengan berbagai komposlsi kristal anatase dan rutile dibuat dengan cara menghidrolisis TiCl2, yang dilanjutkan dengan kalsinasi pana berbagai temperatur. Modifikasi kalalis TiO2 film dilakukan dengan menambahkan polyethilene glycol atau sillika, menggunakan metodesol-gel dan dip-coating.
Fotokatalis tembaga-titania dibuat dengan metode impregnasi-termodifikasi menggunakan TiO2 Degussa P25 dan larutan tembaga nitrat, serta metode pencampuran fisik menggunakun serbuk TiO2 Degussa P25, CuO, Cu2O, dan Cu. Katalis-katalis yang telah dibuat kemudian dikarakterisasi dengan XRD, DRS, SEM/EDX/Mapping, ASS, dan BET. Uji kinerja katalis yang dilakukan meliputi uji aktivitas fasa cair dan gas, uji kinetika. dan uji mekanisme reaksi dengan metode in-situ FTIR.
Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan bantuan fotokatalis titania dan tembaga-titania, karbon dioksida dapat direduksi oleh air baik dalam sislem cair-padat maupun gas-padat, menghasilkan produk utama metanol. Metana, etanol, propanol dan aseton adalah senyawa-senyawa lain yang juga terbentuk, meskipun dalam jumlah yang relaif lebih sedikit. Aktivitas reduksi fotokatalisis CO2 pada larutan l M KHCO3 paling optimal diamati terjadi ketika keasaman larutan diatur pada pH 4. Katalis TiO2 serbuk dengan komposisi kristal anatase yg tinggi, ukuran kristal kecil, dan luas permukaan besar, mempunyai efisiensi fotoreduksi CO2 yang tinggi. Penambahan dopan PEG atau SiO2 sampai pada tingkat loading tertentu dapat meningkatkan porositas fotokatalis TiO2 film, sehingga kinerjanya menjadi lébih baik.
Katalis tembaga TiO3 dcngan loading tertentu menunjukkan kinerja fotokatalisis yang sangat efisien untuk reduksi CO3, balk pada sistem cair-padat maupun gas-padat.
Hasil investigasi menunjukkan bahwa Cu"O adalah spesi dopan yang paling signifikan dalam meningkatkan kinerjia TiO3 pada reduksi CO2 menjadi metanol. Loading optimal yang diperoleh pada katalis CuO/TiO3 hasil impregnasi adalah 3% berat Cu, sedangkan pada katalis yang dibuat dengan pencampuran fisik adalah 5% berat untuk dopan Cu2O dan l% berat untuk dopan CuO.
Peningkatan efisiensi reduksi CO2 menjadi metanol yang signifikan oleh dopan tembaga (terutama dalam bentuk metal oksida) pada fotokatalis TiO2 diduga karena adanya peran ganda yang sinergis dari dopan tembaga tersebut, yaitu sebagai electron trapper pada proses fotokatalisis dan sebagai intl aktif pada proses katalisis. Sebagai electron trapper, dopan tembaga secara efeklif dapat menghambat laju rekombinasi pasan gan elektron-hole sehingga secara signifikan dapat meningkatkan efisiensi reduksi CO2. Sebagai inti aktif pada proses katalisis, dopan tembaga diperkirakan dapat meningkatkan selektivitas produk metanol, dengan mekamisme melalui pembentukam intermediate format dan metoksida.
Uji kinetika yang dilakukan pada rentang temperatur 43 - 100 derajat C menunjukkam bahwa dopan CuO dapat meningkatkan laju reaksi, sehingga secara signifikan dapat meningkatkan photoefficiency dari katlalis TiO2. Nilai energi aktivasi teramati (Ea) yang diperoleh untuk katalis 3%CuO/TiO2 adalah sebesar +12 kJ/mol, yang mengindikasikan bahwa desorpsi produk adalah merupakan tahap penentu laju reaksi pada pembentukan metanol dari CO2 dan H2O dengan katalis 3%CuO/TiO2
"
2004
D1237
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reski Septiana
"Dalam hal transportasi fluida menggunakan pipa, penurunan koefisien gesek adalah aspek yang penting karena berkaitan dengan penghematan energi. Transportasi fluida tidak hanya menggunakan pipa bulat namun pipa lain seperti pipa persegi juga digunakan, khususnya untuk sistem ducting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan perbedaan drag reduction yang dihasilkan oleh Agar dengan ketebalan coating 1mm dan 3mm. Pipa persegi dengan diameter hidrolis yang sama tanpa Agar coating digunakan sebagai pembanding. Fluida kerjanya adalah air. Konsentrasi Agar untuk coating-nya 5%. Penelitian dilakukan di aliran laminar dan transisi. Hasilnya menunjukkan semakin tebal coating Agar, maka semakin besar pengurangan hambatan gesek akan didapatkan.

Drag reduction in fluid transport is an important thing to discuss, related to energy saving. The most common pipe which is used in fluid transport is circular pipe. But in ducting system, rectangular pipes are also used. The goal of this research is to compare drag reductions of Agar coating 1mm and 3mm. Rectangular pipe with the same hydrolic diameter is used as a comparison. Working fluid is water. Agar concentration is 5%. This research focused in laminar and transition flow. The research?s results were obtained drag reduction about 15% of 3mm and 9% of 1mm Agar coating."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talahatu, Marcus Alberth
"Usaha para peneliti untuk menciptakan alat transportasi air (kapal) yang hemat energi terus dilakukan hingga saat ini. Modifikasi geometri, dimensi dan jumlah lambung merupakan suatu hal yang penting dalam usaha pengurangan hambatan kapal. Penggunaan Jenis kapal berlambung banyak katamaran dan trimaran mencapai angka 40% dari total kapal yang berlayar. Hambatan total kapal terdiri atas hambatan gesek dan hambatan sisa. Hambatan gesek merupakan fungsi dari geometris, perubahan tekanan, kekasaran permukaan dan coating pada permukaan lambung. Hambatan sisa fungsi dari gaya seret gelombang yang terbentuk oleh masing-masing lambung kapal. Dengan kemajuan ilmu material, diciptakan berbagai macam cat yang dapat berfungsi sebagai pelindung dinding kapal dan sebagai pengurang koefisien gesek. Kulit ikan belut yang mengandung lendir merupakan biopolimer yang ramah lingkungan dan tidak beracun.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui efek variasi pelekatan biopolimer kulit belut (Monopterus Albus) pada lambung model kapal monohull, katamaran asimetris dan trimaran asimetris terhadap hambatan total model kapal dengan variasi bilangan Froude. Model kapal monohull, katamaran dan trimaran dengan pendekatan displacement yang sama dan diberikan variasi posisi pelekatan kulit belut pada lambung model kapal ditarik dengan variasi kecepatan pada kolam percobaan. Variasi sarat dan trim digunakan pada percobaan ini.
Pengukuran tegangan tali pada kecepatan kapal konstan (tercapainya terminal velocity) dilakukan dengan load cell transducer yang terhubung ke data akusisi. Percobaan dilakukan dengan teliti dan dilakukan pengulangan secepat mungkin untuk menghindari degradasi biopolimer lendir belut. Percobaan dilakukan pada air tawar dan perubahan temperatur seminimal mungkin (dijaga konstan). Hasil menunjukkan pelekatan biopolimer pada monohull menghasilkan drag reduction sebesar 8 % pada bilangan Re = 20.000. Pada kapal katamaran asimetris, S/L = 0,2 terjadi drag reduction sebesar 6 % pada bilangan Froude = 0,45. Pada kapal trimaran asimetris, S/L = 0,2 dan R/L = 0,0 terjadi drag reduction sebesar 10.4 % pada bilangan Froude = 0,35. Dimungkinkan efek biopolymer mempengaruhi distribusi kecepatan pada lapisan terluar (outer layer) sehingga laju kecepatan kapal bertambah.

Up to present time researchers are still continuously attempting to create energy saving water transportation vehicles (ships). Geometry, dimensions and number of hulls modification is an important effort to reduce the resistance of ship. The use of multi-hull ships such as catamaran and trimaran has reached 40% of total sailing ships. Total ship resistance consists of frictional resistance and residual resistance. Frictional resistance is the function of geometrics, pressure changes, surface roughness and coating of the hull surface. Residual resistance is the function of wave dragging force created by individual hull. With the advancement of material science various kind of paints have been created that could act as hull protection and as frictional coefficient reducer. Eel skin contents mucus that is environmentally friendly and non-toxic.
The objective of the research is to investigate the effects of Monopterus Albus biopolymer attachment variations on monohull, asymmetric catamaran, and asymmetric trimaran model hulls to ship model total resistance with variation of Froude numbers. Monohull, catamaran, and trimaran ship models with same displacement approach were attached with eel skin at various positions on their hulls, the ship models were towed with various speeds on the test basin. Variation of drafts and trims were applied on the experiment. The tensions of the towing string at constant ship speed (at the terminal velocity) were measured using load cell transducer which was connected to data acquisition. The experiment was conducted very carefully and repetitions were carried out very quickly in order to avoid the degradation of Monopterus Albus biopolymer. The experiment was carried out on fresh water with very little changes of temperatures (kept constant).
The results showed the attachment of biopolymer on monohull produced 8% of drag reduction at Re number = 20.000. On asymmetric catamaran with S/L = 0.2 produced 6% drag reduction at Fr = 0.45. On asymmetric trimaran with S/L = 0.2, and R/L = 0.0 produced 10.4% drag reduction at Fr = 0.35. These results are due to the effect of biopolymer in distributing the velocity at the outer layers that increase the velocity of the ships.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1453
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romualdo, Libertinus Juan
"Proses reduksi langsung bijih besi menjadi besi spons salah satunya adalah dengan menggunakan teknologi rotary kiln dimana bijih besi akan dibakar bersamaan dengan reduktor pada temperature tinggi dan akan diputar berlawanan arah jarum jam. Pada penelitian ini reduktor yang digunakan adalah arang batok kelapa. Terdapat beberapa parameter proses reduksi langsung pada rotary kiln salah satunya adalah kecepatan putar. Pada penelitian ini dilakukan investigasi pengaruh kecepatan putar dalam berbagai putaran per menit terhadap senyawa besi yang dihasilkan pada proses reduksi langsung. Kecepatan putar yang dioperasikan antara lain 0.75 rpm, 1.0 rpm, 1.5 rpm, 2.0 rpm, dan 2.5 rpm. Kandungan senyawa besi yang dihasilkan diinvestigasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). Hasil pengujian menunjukkan senyawa besi yang terbentuk pada hasil akhir reduksi langsung yaitu hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4). Selain itu didapatkan nilai kecepatan putar optimal pada 1.0 rpm dengan mengukur nilai intensitas hasil karakterisasi XRD.

Rotary kiln is one of technologies which support the sponge iron making in direct reduction process. Iron lump ore will be burnt together with coconut shell charcoal as reductor at high temperature while rotary kiln rotates in counterclockwise movement. This process has several parameters include rotation speed. This research investigates rotation speed effect to the sponge iron making process. The rotation speed is operated in various numbers that are 0.75 rpm, 1.0 rpm, 1.5 rpm, 2.0 rpm, 2.5 rpm. The iron compounds was investigated by using X-Ray Diffraction (XRD) method. The results showed that direct reduction process produces hematite (Fe2O3) and magnetite (Fe3O4) compound. Furthermore, the optimal rotation speed was determined and investigated by using X-Ray Diffraction with the value of iron compunds as the consideration. The results showed that 1.0 rpm is the most optimal rotation speed to applied in this technology."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanda Putra
"Pada skripsi ini dilakukan pemodelan dan simulasi reaktor unggun tetap aliran membalik heterogen satu dimensi, adiabatik untuk reaksi oksidasi S02 (dalam arah aksial) dengan mempertimbangkan faktor-faktor hidrodinamika yang ada pada reaktor, juga perpindahan massa dan energi antar fasa ( fasa gas dan fasa padatan ), serta reaksi permukaan.
Reaktor unggun tetap aliran membalik merupakan reaktor dengan arah aliran gas yang selalu berbalik untuk menjebak zona panas yang ada sehingga diperoleh pemanasan sendiri (autotermal) sehingga temperatur reaktor akan naik untuk rentang waktu yang ditentukan.
Model yang dikembangkan dibagi dalam dua fasa, yaitu fasa gas dan fasa padatan. Penyelesaian persamaan untuk kedua fasa dilakukan dengan mempergunakan metoda kolokasi orthogonal tujuh titik seperti yang telah dikembangkan oleh Finlayson. Persamaan aljabar dalam bentuk matriks yang diperoleh kemudian diselesaikan secara simultan dengan menggunakan metode Runge Kutta orde empat.
Hasil yang didapatkan dalam simulasi ini yaitu berupa profil temperatur dan konversi baik itu di fasa gas ataupun di fasa padat. Variasi berbagai parameter dilakukan untuk mengetahui perilaku model tersebut pada berbagai kondisi.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa konversi dan temperatur akan meningkat dengan semakin lamanya cycle time. Sedangkan peningkatan jari-jari pellet akan menurunkan temperatur dan konversi. Pertambahan panjang reaktor akan meningkatkan temperatur dan konversi sedangkan pertambahan fraksi dari umpan akan menyebabkan kenaikan temperatur, tetapi hal ini akan menyebabkan adanya penurunan pada konversi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>