Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50308 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambun, Halomoan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S38131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Pratiwi
"Salah satu komponen sistem proteksi yang digunakan pada saluran transmisi 500 kV Jawa bagian barat antara gardu induk Suralaya hingga Suralaya Baru adalah proteksi relai jarak dengan setting yang telah ditentukan oleh PT. PLN (Persero). Dalam studi ini, berdasarkan setting tersebut, dilakukan analisis dengan beberapa skenario gangguan hubung singkat dengan lokasi yang berbeda dengan tujuan untuk mempelajari koordinasi zona proteksi relai jarak dalam mengatasi gangguan tersebut. Selain itu, studi juga akan memperhitungkan impedansi saluran yang akan diproteksi terkait penentuan zona kerja relai jarak. Dengan menggunakan simulasi berbantuan perangkat lunak DIgSILENT PowerFactory serta acuan standar IEEE C37.113.2015 dan NPAG Alstom, dilakukan pembahasan terhadap hasil skenario gangguan hubung singkat tiga fasa dan analisis jangkauan kerja relai jarak melalui plot R-X diagram. Hasil simulasi DIgSILENT menunjukan terjadi jangkauan kurang proteksi (underreach) yang menyebabkan relai terlambat dalam mengamankan gangguan. Kondisi underreach tersebut terjadi pada zona 2 relai RB-F (Jawa 7 bay LBE) dengan impedansi setting sebesar 16,45 ohm (27,21% kurang dari standar) dan pada zona 1 relai RE-R (Suralaya Baru bay LBE) dengan impedansi setting sebesar 0,182 ohm (20% kurang dari standar). Setelah dilakukan resetting sesuai standar, proteksi gangguan dapat dilakukan dengan lebih cepat, dengan impedansi resetting zona 2 relai RB-F sebesar 21,349 ohm (meningkat dari 92,46% menjadi 120%), serta impedansi resetting zona 1 relai RE-R sebesar 0,304 ohm (meningkat dari 48,42% menjadi 80%).

One of the protection system components used on the western Java 500kV transmission line between the Suralaya to Suralaya Baru substations is distance relay protection with settings determined by PT. PLN (Persero). In this study, based on these settings, an analysis was carried out with several short circuit fault scenarios at different locations with the purpose of studying the coordination of the distance relay protection zone in overcoming the fault. Moreover, this study will also consider the impedance of the line to be protected in relation to the determination of the working zone of distance relay. By using a simulation assisted by the DIgSILENT PowerFactory software and standard reference IEEE C37.113.2015 and NPAG Alstom, a discussion of the results of three-phase short circuit fault scenarios and analysis of the working range of the distance relay through R-X diagram plots are carried out. The DIgSILENT simulation results show that there is underreach which causes the relay to be late in securing the fault. The underreach condition occurs in zone 2 of the RB-F relay (Jawa 7 bay LBE) with a setting impedance of 16.45 ohms (27.21% less than the standard) and in zone 1 of the RE-R relay (Suralaya Baru bay LBE) with impedance setting of 0.182 ohm (20% less than the standard). After resetting according to standards, fault protection can be done more quickly, with the resetting impedance of zone 2 of the RB-F relay of 21.349 ohms (increased from 92.46% to 120%), and the resetting impedance of zone 1 of the RE-R relay of 0.304 ohms (increased from 48.42% to 80%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
M. Aulia Akbar Muzakki
"Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia semakin meningkat dan teknologi semakin berkembang, hal ini juga akan mempengaruhi tingkat permintaan akan tenaga listrik. Kebutuhan listrik masyarakat Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, menurut RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) PT. PLN 2013-2022, konsumsi listrik Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 189 TWh pada tahun 2013 menjadi 386 TWh pada tahun 2022. Untuk itu, dimungkinkan memberikan kesempatan pada pihak ketiga non-IPP untuk membangun dan menyediakan listrik dengan melalui skema power wheeling. Power wheeling merupakan pemanfaatan suatu jaringan tenaga listrik oleh penyedia listrik lain sebagai suatu alternatif permasalahan penyediaan pasokan serta keandalan sistem tenaga listrik. Terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan pada pemanfaatan bersama jaringan transmisi (PBJT), namun dalam hal ini penulis menggunakan metode MVA-Mile dan Postage Stamp untuk diterapkan pada jalur transmisi 150 kV dan 500 kV pada area Jakarta-Banten dengan menganalisis beberapa permasalahan yang ada pada sistem jaringan transmisi tersebut. Dengan jarak penghantar daya yang sama, penggunaan jalur transmisi 500 kV dan 150 kV dalam penyaluran daya memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan hanya menggunakan jalur transmisi 150 kV, namun pada sistem yang hanya menggunakan jalur 150 kV lebih mudah dalam perhitungan biaya transmisi.

Along with the development, human needs are increasing and technology is growing, it will also affect the level of demand for electric power. The electricity needs of the people of Indonesia is increasing every year, according to RUPTL (Electrical Power Supply Business Plan) PT. PLN 2013-2022, Indonesia's electricity consumption is expected to increase from 189 TWh in 2013 to 386 TWh in 2022. To that end, it is possible provide opportunities for third-party non-IPP to build and provides electricity to power wheeling through the scheme. Power wheeling is the use of an electric power network by another electricity provider as an alternative to the provision of supply problems and power system reliability. There are several methods that can be applied to the joint utilization of the transmission network (PBJT), but in this case the authors use the method of MVA-Mile and the Postage Stamp to be applied to the transmission lines of 150 kV and 500 kV in the area of Jakarta, Banten by analyzing some of the problems that exist in The transmission network system. With the same power conductor spacing, use of transmission lines of 500 kV and 150 kV in the transmission of power has a higher degree of efficiency compared to only use 150 kV transmission lines, but in a system that only uses 150 kV lines easier in the calculation of transmission cost.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59300
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Tri Sulistyowati
"Pertumbuhan penduduk, ekonomi dan pembangunan yang terus meningkat memerlukan antisipasi pemenuhan berbagai kebutuhan, yang salah satunya adalah permintaan daya listrik yang terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan listrik, pemerintah melalui PT PLN (persero) melaksanakan program interkoneksi kelistrikan. Penyaluran tenaga listrik dari pembangkit ke tempat lain yang jaraknya jauh dilakukan melalui saluran transmisi tegangan tinggi, yaitu Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Di Pulau Jawa, SUTET yang beroperasi bertegangan 500 kV (PLN, 2003). Walaupun teknologi pembangunan pembangkit tenaga listrik beserta sistem transmisinya telah diupayakan dengan teknologi yang lebih canggih, efektif, tepat guna dan aman, namun kendala yang dihadapi tetap ada, salah satunya adalah semakin sulitnya menempatkan saluran transmisi bertegangan tinggi yang bebas dari permukiman. Radiasi yang dihasilkan oleh arus bolak balik (Alternating Current) pada saluran transmisi tegangan tinggi tergolong radiasi nan-pengion dan di dalam spektrum gelombang elektromagnetik berada pada frekuensi yang sangat rendah (di bawah 300 Hertz), yaitu gelombang elektromagnetik ELF (Extreemely Low Frequency) yang ditengarai dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap kesehatan manusia (Shimitzu, 1995). Gangguan kesehatan dapat terjadi karena pengaruh faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan faktor lingkungan. Pengaruh terbesar dari faktor lingkungan adalah lingkungan fisik, antara lain medan elektromagnetik. Potensi gangguan kesehatan akibat pajanan medan elektromagnetik SUTET 500 kV antara lain pada sistem biologis, psikologis, sosial budaya dan hipersensitivitas. Manifestasi hipersensitivitas dikenal dengan istilah hipersensitivitas-elektromagnetik (Anonb; IRPA, 1990).
Hipersensivitas elektromagnetik merupakan problem kesehatan masyarakat yang semakin berkembang akibat pembebanan lingkungan oleh medan elektromagnetik (Riedlinger, cited Januari 2005). Tanda dan gejala hipersensitivitas elektromagnetik antara lain sakit kepala (headache), pening (dizziness), gangguan tidur (sleep disturbances), keletihan menahun (chronic fatique syndrome), jantung berdebar-debar (cardiac palpitations), rasa mual dan gangguan pencernaan (nausea and digestive problems) yang tidak jelas penyebabnya, gangguan konsentrasi (difficulty in concentrating), telinga berdengung (tinnitiss), muka terbakar (facial burning) serta kulit meruam (rashes), kejang otot (muscle spasme), kebingungan (confussion), dan gangguan kejiwaan berupa depresi (Rea, 1991; Grant, 1995; Bergdahl,1995).
Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) mengetahui kuat medan elektromagnetik di Iingkungan tempat tinggal penduduk di sekitar jaringan transmisi SUTET 500 kV (2) mengetahui adanya hubungan medan elektromagnetik jaringan transmisi SUTET 500 kV dengan gangguan kesehatan penduduk yang bertempat tinggal di bawah jaringan transmisi SUTET 500 kV berupa hipersensitivitas elektromagnetik (3) mengetahui adanya pengaruh keberadaan jaringan transmisi SUTET 500 kV terhadap Iingkungan sosial penduduk di sekitar jaringan transmisi SUTET 500 kV.
Penelitian ini adalah studi epidemiologi analitik observasional cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Lokasi penelitian adalah permukiman yang dilalui jaringan transmisi SUTET 500 kV Gresik - Paiton di kabupaten Sidoarjo, provinsi Jawa Timur yaitu di kecamatan Tulangan (desa Kajeksan dan desa Kepunten) dan di kecamatan Wonoayu (desa Wonokalang). Subyek dalam penelitian dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok terpajan dan kelompok kontrol. Total sampel adalah 133 responden (65 responden kelompok terpajan dan 67 responden kelompok kontrol).
Hasil penelitian: kuat medan listrik maupun medan magnet di daerah yang terpajan jaringan transmisi SUTET 500 kV adalah masih di bawah standar WHO (5 kV/m untuk medan listrik dan 80 A/m untuk medan magnet), yaitu kuat medan listrik rata-rata di luar rumah adalah 88,10 V/m, sedangkan kuat medan listrik rata-rata di dalam rumah adalah 12,96 V/m. Kuat medan magnet rata-rata di dalam rumah 304,60 mA/m, dan kuat medan magnet rata-rata di luar rumah sebesar 292,33 mA/m. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh pajanan medan elektromagnetik SUTET 500 kV dengan risiko terjadinya hipersensitivitas elektromagnetik. Besar risiko terjadinya hipersensitivitas elektromagnetik pada penduduk yang bertempat tinggal di bawah SUTET 500 kV Iebih besar dibandingkan dengan penduduk yang tidak bertempat tinggal di bawah SUTET 500 kV, yaitu:
(a) Besar risiko menderita sakit kepala 5,89 kali lebih besar
(b) Risiko terjadinya gangguan tidur adalah 4,27 kali lebih besar
(c) Risiko untuk menderita mual 4,40 kali lebih besar dibandingkan penduduk yang tidak tinggal di bawah jaringan transmisi SUTET 500 kV.
Ditinjau dari sisi sosial masyarakat ternyata tidak tampak adanya perubahan pola yang berarti. Masyarakat masih mempertahankan sistem nilai dan perilaku sosial yang sama sebelum kehadiran jaringan transmisi SUTET 500 kV.

The ever increasing growth in population, economy and development require the constant fulfilling of demands, one of which is the increasing demand for electricity. To meet the demand for electricity, the Government through PT PLN (persero) has embarked on an electric power interconnection program. The distribution of electric power from the power plants to distant areas is conducted through high voltage power transmission lines (SUTET) and extra high voltage power transmission lines (SUTET), which on Java island operate at 500 kV (PLN, 2003). Although generating and distributing electric power and its transmission system have been conducted using sophisticated technology, higher efficiency, effectiveness and safety, problems remain unsolved, one of which is the difficulty of finding suitable unpopulated locations for the high voltage transmission lines. The resulting radiation from the alternating current in the PLN transmission lines is a non-ionic type radiation which in the electromagnetic waves spectrum has a very low frequency reading - below 300 Hertz - termed as the ELF (Extremely Low Frequency) electromagnetic waves, and considered as having the capability of inflicting various averse effects on human health (Shimitzu, 1995).
Health disorders can be caused by factors of heredity, health service, habits and environment. The most prominent effect is from the environment factor, including physical environment, for instance electromagnetic fields. Health disorders caused by exposure to electromagnetic SUTET 500 kV is found among others in the biological, psychological, socio culture and hypersensitivity. Manifestation of hypersensitivity is known under the term of electromagnetic hypersensitivity (Anonb; IRPA, 1990).
Electromagnetic hypersensitivity has become an increasingly growing community health problem, due to the added burden of electromagnetic fields on the environment (Riedliriger, cited January 2005). Indications and symptoms pointing to the presence of electromagnetic hypersensitivity are among others headaches, dizziness, sleep disturbances, chronic fatigue syndrome, cardiac palpitations, nausea and digestive problems with unknown causes, concentration difficulty, tinnitus, facial burning, rashes, muscle spasm, confusion, and mental disorder in the form of depression (Rea, 1991; Grant, 1995; Bergdahl, 1995).
The primary objectives of this research are (1) to determine the strength of electromagnetic fields at inhabited areas located near SUTET 500 kV transmission lines (2) to determine the correlation between SUTET 500 kV electromagnetic transmission lines and health disorders caused by electromagnetic hypersensitivity among people living under the transmission lines (3) to determine the effect of SUTET 500 kV transmission lines on the social environment of the population around the transmission lines.
The survey research was an analytic observation epidemiological study of cross sectional using quantitative and qualitative approach. The survey was conducted at an inhabited location traversed by a SUTET 500 kV Gresik - Paiton transmission lines in Sidoarjo Regency, East Java, i.e. in Tulangan Subregency (Kajeksan and Kepunten villages), and in Wonoayu Subregency (Wonokalang village). The subjects of this survey were divided into two groups, an exposed group and a control group. The total sample in the survey comprises 133 respondents (66 respondents in the exposed group, and 67 respondents in the control group). It was found that the strength of the electrical field as well as the magnetic field at the areas exposed by SUTET 500 kV was far below WHO acceptable standards (5 kVJm for electrical field and 80 AJm for magnetic field). The average strength of electrical field outside the houses or dwellings was 88,10 Wm, while inside the houses the average strength was 12,96 Wm. The average strength of the magnetic field inside the houses was 304,60 mAJm, and the average strength of the magnetic field outside the houses was 293,33 mA/m. The result also indicated that SUTET 500 kV electromagnetic field had affected the people with the risk of electromagnetic hypersensitivity. The extent of electromagnetic hypersensitivity risk to the people living directly under the SUTET 500 kV lines was greater compared to those not living under the SUTET 500 kV lines viz.
a) The risk level of suffering headaches was 5,89 times more
b) The risk level of acquiring sleep disorders was 4,27 times greater
c) The risk of acquiring nausea was 4,40 times more compared to those living in the control area, namely the people not living directly under the transmission lines.
From the view of community's social values, no substantial pattern changes were observed in the community's values and social behaviour from those they had before the presence of SUTET 500 kV transmission lines.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irbah Hanifah
"Perencanaan pembangunan jalur transmisi tenaga listrik dengan tegangan 500 kV untuk mentransmisikan daya sebesar 1700 MW oleh pembangkit listrik tenaga gas. Dalam pembangunan jalur transmisi tenaga listrik terdapat lokasi yang bersimpangan dengan saluran pipa gas yang sudah dibangun. Dimana persimpangan ini dapat mengakibatkan adanya fenomena Interferensi AC yang dihasilkan oleh jalur transmisi 500 kV terhadap saluran pipa. Jalur transmisi 500 kV memiliki 3 jenis pengaruh terhadap saluran pipa yaitu kapasitif, induktif dan konduktif. Pengaruh dari jalur transmisi 500 kV dapat berdampak pada keamanan personil yang melakukan kontak dengan saluran pipa dan integritas terhadap pipa itu sendiri yang disebut korosi AC. Bahaya ini dapat dihasilkan pada kondisi operasi normal atau dalam kondisi gangguan. Sebagai pencegahan bahaya ini, berbagai standard internasional telah menetapkan batasan parameter tegangan dan arus yang ditimbulkan oleh fenomena AC Interference pada saluran pipa. Maka itu dibutuhkan adanya kajian teknis yang membahas mengenai dampak yang dihasilkan oleh perencanaan pembangunan saluran transmisi tenaga listrik 500 kV terhadap saluran pipa yang letaknya bersimpangan. Hasil perhitungan menunjukan bahwa dalam kondisi eksisting, kedua lokasi persimpangan masih dalam batasan aman terhadap pengaruh kopling kapasitif, induktif dan konduktif baik dalam kondisi operasi normal dan kondisi gangguan. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan skenario keadaan terburuk, kedua lokasi persimpangan dalam batasan aman terhadap pengaruh kopling kapasitif dan induktif namun untuk menghindari pengaruh kopling konduktif dibutuhkan jarak terdekat antara tower transmisi dan pipa maximal 20 meter dan 13.2 meter pada lokasi T02-T03 dan T20-T21.

Planning for construction od an electric power transmission with a voltage of 500 kV to transmit 1700 MW of power by the generator gas power. In the construction of the electric power transmission line, there is a location that cross with gas pipelines that has been built. The crossing of 500 kV transmission line with pipeline may result in the AC Interference phenomenon. Where there will be 3 types of influence, namely capacitive, inductive, and conductive. The interference of 500 kV transmission line can have an impact on the safety of personnel in contact with pipeline and the integrity of the pipeline itself which is called AC Corrosion. These hazard may result under normal condition or under fault condition. To prevent this hazard, various international standard have been made to set the limits of the voltage and current on pipeline that caused by AC Interference. So it is necessary to have a technical study that discusses the impact generated by planning the construction of a 500 kV electric power transmission line on pipelines that are located at intersections. The calculation results show that in the existing conditions, the two crossing locations are still within safe limits against the effects of capacitive, inductive and conductive coupling both under normal operating conditions and fault conditions. Meanwhile, based on the calculation of the skenario keadaan terburuk, the two crossing locations are within safe limits against the effects of capacitive and inductive coupling, but to avoid the effect of conductive coupling, the closest distance between the transmission tower and the pipeline is a maximum of 20 meters and 13.2 meters at locations T02-T03 and T20-T21."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Meiresta
"ABSTRAK
Aliran transmisi 150 kV subsistem Ungaran memiliki peranan penting dalam penyaluran energi listrik di wilayah semarang bagian barat. Untuk itu diperlukan sistem proteksi untuk menjaga keandalan dari sistem transmisi. Salah satu peralatan yang digunakan untuk melindungi saluran transmisi 150 kV adalah relai jarak. Relai jarak merupakan proteksi utama pada saluran transmisi 150 kV, dengan membandingkan impedansi gangguan dan impedansi setelan relai, diharapkan relai jarak dapat selektif dalam menangani gangguan. Keselektifan dan keandalan sistem proteksi pada relai jarak bergantung pada koordinasi penyetelan zonanya agar tidak terjadi overlapping. Oleh karena itu diperlukan simulasi gangguan untuk dapat mengetahui apakah penyetelan koordinasi relai jarak sudah tepat. Simulasi dilakukan pada kondisi saat ini/existing yang diberikan gangguan 3 fasa. Berdasarkan simulasi tersebut, penyetelan koordinasi relai jarak saat ini perlu dilakukan evaluasi kembali atau resetting karena terjadi tumpang overlapping pada zonanya. Salah satu relai jarak yang disetel ulang adalah relai jarak penghantar Ungaran arah Bukit Semarang Baru, dimana nilai sebelum disetel sebesar zona 1 = 2,9 ohm; zona 2 = 4,4 ohm; zona 3 = 33,9 ohm dan setelah disetel ulang menjadi zona 1 = 3,1 ohm; zona 2 = 4,7 ohm; zona 3 = 7,44 ohm.

ABSTRACT
Transmission line 150 kV Ungaran subsystem has an important role in the distribution of electrical energy in west Semarang. It is necessary for the protection system to safeguard the reliability of the transmission system. One of the tools used to protect the 150 kV transmission line is distance relays. Distance relays is the main protection of 150 kV transmission line, by comparing fault impedance and impedance settings relays, distance relays can be expected to be selective in dealing with distractions. Selectivity and reliability of the protection system at distance relay depends on the coordination of zoning adjustment in order to avoid overlapping. It is therefore necessary for the interference simulations can determine whether adjustments are appropriate coordination distance relays. Simulations performed on the current condition / existing 3-phase given disorder. Based on this simulation, tuning coordination distance relays this time needs to be evaluated again or resetting due to an overlap in the overlapping zones. One relay distance is distance relays reset conductor Ungaran Semarang directions Bukit Baru, where the value before the set of zone 1 = 2.9 ohm; Zone 2 = 4.4 ohm; zone 3 = 33.9 ohms and after reset into zone 1 = 3.1 ohm; Zone 2 = 4.7 ohm; zone 3 = 7.44 ohm.
"
2015
S59238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halomoan, Cristof Naek
"Sistem proteksi adaptif merupakan salah satu alternatif koordinasi rele yang dapat disesuaikan dengan perubahan keadaan sistem transmisi (on-line) memungkinkan pengamanan yang lebih efektif dan efisien. Konsep adaptif dapat mencegah rele dari kegagalan operasi yang disebabkan oleh efek reaktansi. Konsep ini dibuat sebagai pengukuran standar dari saluran ganda, misalnya adanya tegangan dan arus tiga fasa dari saluran yang terganggu dan pertambahan arus urutan nol dari saluran yang baik digunakan sebagai sinyal masukan rele. Konsep ini berdasarkan perubahan posisi dari karakteristik rele jarak sehingga diperlukan kompensasi terhadap efek dari reaktansi. Oleh karena itu diperlukan sebuah vektor geser yang ditetapkan pada perhitungannya.

An adaptive distance protection system is an alternative coordination relay that can appropriated with the changes of condition transmission system which can make more effective and efficient. An Adaptive algorithm allowing one to prevent the relay from mis- or mal-operation caused by the reactance effect. The algorithm is designed for a standard availability of measurements from one-end of the double-circuit line, in example, when three-phase voltage and current from the faulted line circuit, and additionally zero-sequence current from the healthy line circuit, are provided as the relay input signals. The algorithm is based on changing the position of the distance relay characteristic in such away that the reactance effect is effectively compensated for. For this purpose the shift vector is determined in on-line relatively simple calculations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52157
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Rinaldi
"SUTET 500 kV Ungaran - Bandung Selatan terbentang sepanjang 342.8 km menghubungkan area l&2 (Distribusi Jakarta Raya & Tangerang dan Distribusi Jawa Barat ) dengan area 3&.4 (Distribusi Jawa Tengah dan Distribusi Jawa Timur & Bali). Pada tanggal 3 Mei 1998 sejak pukul 12.03, proses sinkronisasi sulit dilakukan karena tidak tercapainya kondisi sinkron di kedua sisi.
Data pada alat Perekam Data Gangguan (DPR = Data Fault Recorder) di Bandung Selatan-Ungaran menunjukkan adanya distorsi (osilasi) gelombang tegangan. Osilasi (distorsi) gelombang tegangan berupa tegangan lebih menyebabkan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) Bandung Selatan tidak sinkron dengan GITET Ungaran. Osilasi tegangan diatas adalah suatu fenomena resonansi inti besi (ferroresonance) Karena di sisi 500 kv tidak ada gangguan, maka osilasi ini diduga disebabkan adanya flash over di sisi selcunder Trafo Tegangan Kapasitor
Untuk membuktikan terjadinya resonansi inti besi di sisi sekunder Trafo Tegangan Kapasitor dilakukan simulasi dengan menggunakan perangkat lunak Electromagueiic Transien! Program ,HffTP). Simulasi dilakukan dengan melakukan penutupan saklar (switching) di GITET Bandung Selatan pada keadaan GITET Ungaran terbuka , kemudian dilihat kurva tegangan di sisi primer dan sekunder CVT di Ungaran_ Dari hasil simulasi diketahui terjadi Resonansi Inti Besi di sisi sekunder CVT yang ditandai dengan terdistorsinya gelombang tegangan sehingga salah satu syarat sinkronisasi yaitu tegangan di kedua GITET harus sama tidak terpenuhi. Simulasi kedua dilakukan pemasangan FSC (Ferroresonance Suppression Circuit) dalam selang waktu tertentu, kemudian dilepas. Simulasi ini dilakukan unluk memilih lama waktu pemasangan FSC yang tepat, sehingga saat FSC dilepas tidak terjadi lagi distorsi gelombang tegangan. Simulasi ketiga dilakukan dengan ntenggunakan perangkat Iunak MATLAB versi 5.0 yang memiliki fasilitas FFT (Fast Fouder Transform) untuk melihat frekuensi yang dominan pada gelombang tegangan sekunder CVT."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudyandy Praditya
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S35912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>