Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206954 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Ichsan
"Penggunaan jaringan ADSL di Indonesia sampai saat ini masih terbatas pada akses internet berkecepatan tinggi dengan bit rate sebesar 384 dan 512 Kbps. Dengan kapasitas jaringan ADSL 2+ yang mencapai 25 Mbps, penggunaan jaringan ADSL hanya untuk akses internet saja dinilai masih memiliki tingkat utilisasi yang rendah. Munculnya IPTV sebagai teknologi baru di bidang televisi yang berbasis IP diharapkan dapat menambah utilisasi jaringan ADSL sekaligus menambah pengalaman baru dalam menonton televisi bagi para pelanggan. Namun, bagaimana unjuk kerja IPTV pada jaringan ADSL sendiri hingga saat ini, belum ada penelitian yang membahasnya.
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis unjuk kerja IPTV pada jaringan ADSL dengan simulasi menggunakan OPNET IT GURU v.8.0.c dan pengukuran menggunakan DSLAM Testbed PT. Telkom RisTI Bandung. Parameter unjuk kerja yang diukur adalah delay dan throughput. Kinerja sistem pada simulasi ditinjau dengan melakukan variasi resolusi dan frame rate video. Sementara kinerja sistem pada pengukuran ditinjau dengan melakukan variasi bit rate video dan bandwidth pada DSLAM. Dari data simulasi diperoleh hasil bahwa resolusi dan frame rate mempengaruhi delay dan throughput yang dihasilkan (resolusi dan frame rate bertambah, delay dan throughput bertambah).
Dari data pengukuran diperoleh hasil bahwa delay dan throughput dipengaruhi oleh bit rate video (bit rate video bertambah, delay dan throughput bertambah), sedangkan pengaturan bandwidth pada DSLAM belum terlihat pengaruhnya.

The using of ADSL network in Indonesia is still limited to high speed internet access with 384 and 512 Kbps bit rate. With the capacity of ADSL 2+ network reaching 25 Mbps, the utilization of ADSL network only for internet access is still low. IPTV as a new technology in television, IP-based, is expected to increase the utilization of ADSL network and adding costumer's experience in watching television. However, until now there has been no research in analizing IPTV's performance over ADSL network.
This thesis is made to analyze the performance of IPTV over ADSL network with simulation using OPNET IT GURU v.8.0.c and by measurement using DSLAM testbed PT. Telkom RisTI Bandung. Performance parameters measured are delay and throughput. System's performance in simulation analyzed by variating video's resolution and frame rate. While system's performance in the measurement analyzed by variating video's bit rate and DSLAM's bandwidth. From simulation's result known that resolution and frame rate influencing delay and throughput (the increasing of resolution and frame rate resulting in increasing of delay and throughput).
From measurement's result known that delay and throughput influenced by video's bit rate (the increasing of video bit rate resulting in increasing of delay and throughput), while the influence of bandwidth setting in DSLAM is not yet be seen.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40677
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yomma Hendra Putra
"Virtual Private Network (VPN) hadir untuk menjawab permasalahan keamanan yang kerap kali muncul pada transmisi data melalui jaringan publik berskala besar seperti Wide Area Network (WAN). Teknologi VPN menggunakan metode enkripsi-dekripsi untuk melindungi data yang dikirim melalui jaringann publik, Namun sayangnya keunggulan kemanan yang ditawarkan VPN ini harus dibayar dengan peningkatan delay pada jaringan.
Penelitian ini mencoba untuk mengajukan solusi yang dapat diimplementasikan untuk mengurangi delay pada VPN. Karena tujuannya adalah mengurangi delay, maka aplikasi yang dijalankan pada VPN adalah aplikasi yang sensitif terhadap delay, dan pada penelitian ini digunakan Streaming Multimedia yang berjalan pada aplikasi HTTP.
Dalam proses pengujian dilakukan empat skenario untuk melihat performa jaringan, parameter yang dilihat yaitu packet loss, delay, throughput dan page response time dari aplikasi HTTP. Skenario pertama melihat performa jaringan pada kondisi normal, skenario kedua menambahkan saluran VPN pada jaringan, skenario ketiga merubah ukuran TCP Window dari 8k menjadi 32k dan skenario keempat hanya digunakan untuk perbandingan, yaitu menguji seberapa besar peninkata performa jaringan dengan meng-upgrade link WAN dari DS1 ke DS3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menaikkan ukuran TCP window menjadi 32k dapat mengurangi delay TCP sebesar 0.02s, page response time berkurang sebesar 0.1s, queuing delay berkurang sebesar 0.2ms.

Virtual Private Network (VPN) comes out as a solution addressed to the security issues that emerge in Wide Area Network (WAN). VPN technology uses encryption-decryption method to secure the data transferred through public network. Unfortunately, this advantage of security must be paid with the lack of network performance due to the delay increment.
The aim of this research is to propose the solution to reduce the delay on VPN network. Streaming Multimedia application was chosen to assess the network performance because of its sensitivity of delay. The streaming multimedia ran over the HTTP application.
VPN network performance was examined by conducting four scenarios, and there are several network parameters that measured during the simulation such as delay, throughput, HTTP page response time, and packet loss. The first scenario tried to assess the network performance on the normal condition, second scenario assessed the network performance with VPN implementation, third scenario assessed the performance of VPN-based network with higher TCP window size of 32k, as comparison the fourth scenario tried to see the improvement of the VPN network by upgrading the WAN link from DS1 to DS3.
The result shows that by increasing the TCP window size would reduce the delay up to approximately 0.02s, and page response time reduced up to approximately 0.1s, and queuing delay on WAN link reduced approximately 0.2ms.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51102
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mulatua, Tresna Soaduon
"Jaringan bisa menjadi sibuk karena banyaknya antrian paket akibat dari “bottleneck”, dan dibutuhkan suatu metode untuk mengaturnya. Pada skripsi ini akan dibahas tentang perancangan dan kinerja dari bermacam-macam metode antrian menggunakan perangkat lunak OPNET Modeler 14.5, antara lain First In First Out (FIFO), Priority Queue (PQ), Weighted Fair Queue (WFQ), Custom Queue (CQ), dan Modified Weighted Round Robin (MWRR) pada jaringan WAN. Rancangan pengujian pada skripsi ini akan dibuat 2 skenario rancangan pengujian yaitu : kondisi jaringan dengan beban 75% dan dengan kondisi jaringan beban 100% pada jalur WAN DS1.
Dari hasil analisa yang dilakukan, didapatkan hasil pada aplikasi FTP untuk skenario 75% beban dan 100% beban metode yang mempunyai hasil response time untuk proses download dan upload terkecil adalah metode Custom Queue (CQ). Hasil delay terkecil dan paling mendekati standar ITU pada aplikasi video conference juga didapatkan saat menggunakan metode Custom Queue (CQ) pada kedua skenarionya dengan nilai 152 msec. Aplikasi VoIP mempunyai jitter terkecil pada skenario 75% dihasilkan saat menggunakan metode PQ, dan saat skenario 100% beban dihasilkan saat menggunakan metode WFQ, sedangkan untuk delay terkecil pada kedua skenario beban dihasilkan oleh metode WFQ dengan nilai 250 msec.

Network can have a congestion state because so many packet stuck in queue line of “bottleneck” and need a method to arrange the traffic. This thesis analyze about performance and implementation from many queue method using OPNET Modeler 14.5 sofware such as, First In First Out (FIFO), Priority Queue (PQ), Weighted Fair Queue (WFQ), Custom Queue (CQ), and Modified Weighted Round Robin (MWRR) in WAN network. The testing design for this thesis will be using 2 scnearios which are : a condition with 75% background load and a condition with a heavier background load 100% in DS1 WAN link.
The result from analyzing network, FTP application for 75% and 100 % network load, method that have the lowest delay for download response time and upload response time was custom queue (CQ) method. Result for the lowest delay for video conference application and the most closer to the ITU standard is also from custom queue method for both scenario with 152 msec. VoIP application for 75% network load have the most least jitter using priority queuing (PQ) method, and for 100% network load the most least jitter was using weighted fair queuing (WFQ) method. And the most least delay for both scenario was result by weighted fair queuing (WFQ) method at 250 msec.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Maulana
"Setelah hadirnya TV kabel dan TV satelit, kini muncul Internet Protocol Television (IPTV) dengan memberikan layanan yang lebih beragam. Dengan IPTV, pelanggan dapat berinteraksi dengan penyedia layanan, meminta layanan yang diinginkan sewaktu-waktu. Alokasi bandwidth yang diperlukan untuk mengimplementasikan layanan IPTV yaitu 2 - 6 Mbps untuk Standard Definition Television (SDTV) dan 12 - 19 Mbps untuk High Definition Television (HDTV). Untuk memenuhi kebutuhan bandwidth tersebut maka digunakan teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line Two Plus (ADSL2+) yang memiliki kecepatan downstream mencapai 24 Mbps dan upstream 1 Mbps. Pengiriman layanan IPTV memiliki kendala jarak. Pelanggan yang berada jauh dari Digital Subscriber Line Access Multiplexer (DSLAM) akan menerima layanan IPTV dengan kualitas yang buruk. Skripsi ini bertujuan untuk menentukan jarak maksimum pelanggan dari DSLAM untuk pengiriman layanan IPTV pada platform jaringan ADSL2+. Parameter kualitas layanan IPTV yang akan dianalisis adalah throughput, delay, packet loss, dan Moving Picture Quality Metric (MPQM). Throughput dan delay diperoleh dari hasil pengukuran, sedangkan packet loss dan MPQM diperoleh dari pengolahan data hasil pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan memvariasikan bandwidth dan jarak. Dari data hasil pengukuran dan pengolahan menunjukkan bahwa jarak maksimum pelanggan dari DSLAM untuk pengiriman layanan IPTV yang memenuhi parameter throughput, delay, packet loss, dan MPQM dengan bandwidth 2 Mbps (minimum) adalah 4,5 kilo meter (km), 3 Mbps adalah 4 km, 4 ? 6 Mbps adalah 3 km, 8 ? 12 Mbps adalah 2 km, dan 14 ? 18 Mbps adalah 1 km. Sedangkan untuk bandwidth 7 Mbps, 13 Mbps, dan 19 Mbps memiliki jarak maksimum yang berbeda-beda. Dengan demikian, DSLAM baru dapat ditambahkan minimum pada jarak 4,5 km dari DSLAM utama.

After the presence of satellite TV and cable TV, Internet Protocol Television (IPTV) has emerged to provide more varied services. With IPTV, subscriber can interact with service provider to request for services according to subscriber?s desire. Bandwidth allocation for implementing IPTV services is 2 - 6 Mbps for Standard Definition Television (SDTV) and 12 - 19 Mbps for High Definition Television (HDTV). To fulfill this requirement, Asymmetric Digital Subscriber Line Two Plus (ADSL2+) technology which has downstream speed up to 24 Mbps and upstream speed up to 1 Mbps is used. Delivering IPTV services encounters a distance problem. The subscriber who is located far away from Digital Subscriber Line Access Multiplexer (DSLAM) will receive bad quality IPTV services. The purpose of this research is to determine maximum distance subscriber from DSLAM for delivering IPTV services on ADSL2+ network platform. The parameters of Quality of Service (QoS) of IPTV which will be analyzed are throughput, delay, packet loss, and Moving Picture Quality Metric (MPQM). Throughput and delay are measured, whereas packet loss and MPQM are obtained from processing of throughput measured. These data are taken by varying bandwidth and distance. From the processed and measured data, it shows that maximum distance subscriber from DSLAM for delivering IPTV services which fulfill throughput, delay, packet loss, and MPQM with bandwidth 2 Mbps (minimum) is 4.5 kilo meter (km), 3 Mbps is 4 km, 4 ? 6 Mbps is 3 km, 8 ? 12 Mbps is 2 km, and 14 ? 18 Mbps is 1 km. Whereas, bandwidth 7 Mbps, 13 Mbps, and 19 Mbps have different maximum distance. In conclusion, additional DSLAM can be added at a minimum distance of 4.5 kilo meter from core DSLAM."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S40366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmuhammet Baljayev
"[WLAN merupakan jaringan teknologi komunikasi yang menggunakan media gelombang sebagai jalur lintas data. Teknologi WLAN penting karena semakin lama semakin banyak yang mengganti teknologi LAN (jaringan kabel) ke jaringan nirkabel. Hal ini menunjukkan bahwa masa depan teknologi nirkabel akan dibutuh lebih banyak karena instalasi dan pemakaiannya lebih mudah dan murah.
Di dalam penelitian ini dibahas tentang analisis kinerja di antara standar WLAN 802.11a dan 802.11g menggunakan Simulator OPNET. Di skripsi ini akan dianalisa QoS 2 jenis WLAN dengan 3 variabel data rate dan 2 aplikasi, dengan data rate 6, 12, 54 mbps dan aplikasi VOIP dan FTP.
Hasil dari simulasi secara kesuluruhan WLAN 802.11g memiliki performa lebih bagus dari pada 802.11a terhadap nilai delay, jitter, dan throughput. Nilai delay paling rendah pada standar WLAN 802.11g dengan data rate 54 mbps, yaitu sebesar 0.000061 ms dan nilai delay paling besar pada standar WLAN 802.11a dengan data rate 54 mbps sebesar 0.0026 ms. Nilai throughput paling tinggi pada standar WLAN 802.11a dengan data rate 12 mbps (skenario 7) sebesar 654.735 bit/sec dan nilai throughput yang paling kecil pada standar WLAN 802.11a dengan data rate 54 mbps sebesar 229.866 bit/sec. Nilai jitter paling rendah pada standar WLAN 802.11g dengan data rate 54 mbps sebesar 0.000084 ms dan nilai jitter paling tinggi pada standar WLAN 802.11a dengan data rate 54 mbps sebesar 0.012862 ms., WLAN is a technology of communications network that uses media as a wave of data traffic lane . WLAN Technology is important because the longer the more you replace Technology LAN (cable network ) to the wireless network . And it shows that the future of wireless technology will be needed more for installation and use easier and cheaper . In this skripsi discussed about performance analysis between WLAN standards 802.11a and 802.11g with using OPNET Simulator. The skripsi will be analyzed two types of WLAN QoS with variable data rate 3 and 2 applications, with a data rate of 6, 12, 54 mbps and VOIP and FTP applications.
The whole results of thesis has performed that WLAN 802.11g is better than the 802.11a against values delay, jitter, and throughput. The lowest value of delay is on Standarization WLAN 802.11g with data rate 54 mbps, that is equal to 0.000061 ms and the highest value of delay on Standarization WLAN 802.11a with data rate 54 mbps, that is equal to 0.0026 ms. The best value of throughput is on Standarization WLAN 802.11a with data rate 12 Mbps (Scenario 7), that is equal to 654.735 bit/sec and the smallest value of throughput is on Standarization WLAN 802.11a with data rate 54 mbps, that is equal to 229.866 bit/sec. The lowest value of jitter is on Standarization WLAN 802.11g with data rate 54 mbps, that is equal to 0.000084 ms and the highest value of jitter is on Standarization WLAN 802.11a with data rate 54 mbps, that is equal to 0.012862 ms.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Hardiyani
"Tujuan skripsi ini adalah untuk mengetahui kinerja dan menganalisa hasil simulasi perbandingan parameter kualitas layanan dari protokol OSPFv3 dan protokol RIPng pada aplikasi FTP (File Transfer Protocol) di jaringan Mobile IPv6 menggunakan OPNET. Setiap protokol akan dibagi menjadi 2 skenario, yaitu saat kondisi Akses Point sama (tidak terjadi perpindahan akses point) dan saat kondisi Akses Point berbeda (terjadi perpindahan akses point). Dengan hasil simulasi yang didapat dari kedua skenario, nilai dari parameter yang dihasilkan oleh protokol OSPFv3 dan protokol RIPng selalu menghasilkan nilai dengan selisih yang tidak berbeda jauh. Pada skenario 1, nilai yang dihasilkan pada parameter delay RIPng adalah 70% dari nilai OSPFv3, throughput RIPng adalah 41% dari nilai OSPFv3, traffic sent RIPng adalah 93% dari nilai OSPFv3, traffic received RIPng adalah 36% dari nilai OSPFv3, download response time RIPng adalah 98% dari nilai OSPFv3, dan upload response time RIPng 97% dari nilai OSPFv3. Pada skenario 2, parameter delay RIPng adalah 74% dari nilai OSPFv3, throughput RIPng adalah 71% dari nilai OSPFv3, traffic sent RIPng adalah 84% dari nilai OSPFv3, traffic received RIPng adalah 68% dari nilai OSPFv3, download response time OSPFv3 adalah 96% dari nilai RIPng, dan upload response time OSPFv3 adalah 79% dari nilai RIPng. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja protokol OSPFv3 dan protokol RIPng pada aplikasi FTP tidak memiliki perbedaan yang signifikan, tetapi hasil parameter yang ditunjukkan membuktikan bahwa kinerja protokol OSPFv3 lebih baik dari protokol RIPng.

The purpose of this thesis is to determine the performance and analyze the simulation results comparison of quality of service parameters of the protocol OSPFv and RIPng protocol on the application FTP (File Transfer Protocol) in Mobile Ipv6 networks using OPNET. Each protocol will be divided into two scenarios, which are at the same Access Point condition (no displacement access point) and the different Access Point condition (moving event access point). By the simulation results obtained from the two scenarios, the value of the parameter produced by the protocol OSPFv3 and RIPng protocol always produces a value that does not differ too much. In scenario 1, the value of RIPng delay parameter is 70% of the value of OSPFv3, RIPng throughput is 41% of the value of OSPFv3, RIPng traffic sent is 93% of the value of OSPFv3, RIPng received traffic is 36% of the value of OSPFv3, download response time RIPng is 98% of the value of OSPFv3, RIPng and upload response time 97% of the value of OSPFv3. In scenario 2, RIPng delay parameter is 74% of the value of OSPFv3, RIPng throughput is 71% of the value of OSPFv3, RIPng traffic sent is 84% of the value of OSPFv3, RIPng received traffic is 68% of the value of OSPFv3, download response time is 96% OSPFv3 of the value of RIPng, OSPFv3 and upload response time is 79% of the value of RIPng. It can be concluded that the performance of the protocol OSPFv3 and RIPng protocol on FTP application does not have a significant difference, but the parameter results proved OSPFv3 shows better performance than RIPng protocol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Daniel Martua Helya
"Seiring dengan tuntutan akan akses internet secara realtime dan juga perkembangan teknologi nirkabel, teknologi MIPv6 menjadi teknologi yang cukup diminati untuk dikembangkan lebih lanjut. Teknologi MIPv6 yang mampu menangani user dengan mobile device-nya untuk berpindah dan berkomunikasi antar jaringan yang berbeda dengan tetap memelihara kelangsungan hubungan komunikasi ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan MIPv4.
Pada skripsi ini, akan disimulasikan jaringan MIPv6 route optimization enable untuk menganalisa pengaruh Router Advertise Interval pada performa jaringan MIPV6. Parameter yang diamati adalah hasil delay dan throughput.
Hasil dari skripsi ini, dapat dilihat bahwa router advertise interval mempunyai pengaruh besar dalam performa jaringan MIPv6. Hasil terbaik didapatkan dari hasil skenario 3d dimana hasil simulasi menunjukkan peningkatan throughput sebesar 69% atau 3201 bits/detik dan penurunan delay sebesar 32% atau 0.0010 detik ketika konfigurasi router advertise interval diperkecil 75%.

Along with the demand for a realtime Internet access and also the development of wireless technology, MIPv6 technology becomes quite attractive technology for further development. MIPv6 technology which is able to serve users with its mobile devices to move and communicate between different networks while still maintaining continuity of communication has advantages than MIPv4.
In this paper, a MIPv6 network with route optimization enable will be simulated to analyze the effect of the Router Advertise Interval to MIPv6 network performance. Parameters observed are delay and throughput.
The results of this skripsi, show that the router advertise interval has a major effect on MIPv6 networks performance. The best results obtained from scenario 3d where the simulation results showed a 69% increase in throughput or 3201 bits / second and decreases delay by 32% or 0.0010 seconds when the configuration of router advertise interval is reduced 75%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jarot Widyatmoko
"Era hyper kompetisi bisnis telekomunikasi dan informasi membawa dampak yang signifikan bagi TELKOM yang ditandai dengan pertumbuhan negatif pendapatan dari sambungan lokal dan sambungan langsung jarak jauh domestik. Kurva pertumbuhan kedua coba diciptakan melalui penyediaan layanan akses internet baik dial up (TELKOMnet Instan) maupun broadband ADSL (Speedy) menggunakan jaringan kabel telpon yang ada.
Konvergensi akses broadband, IP serta konten hiburan melahirkan satu teknologi baru yaitu IPTV. IPTV dapat disalurkan menggunakan jaringan ADSL. Jumlah pesawat TV di Indonesia diperkirakan sebesar 30 juta pada tahun 2005, dan hanya 1,3% yang berlangganan layanan TV berbayar. Kondisi tersebut merupakan sebuah potensi pasar yang besar bagi TELKOM untuk menyediakan layanan IPTV.
Mengingat bahwa jaringan akses ADSL yang tersedia semula dirancang untuk menyediakan layanan akses broadband internet dengan kualitas best effort sedangkan IPTV adalah layanan yang membutuhkan kualitas yang terkendali (controlled QoS), maka perlu dikembangkan suatu analisa kesiapan penyediaan layanan IPTV berbasis ADSL dengan tanpa mengurangi fungsi semula yaitu sebagai jaringan akses broadband internet (Speedy).
Berdasarkan hasil analisa kesiapan penyediaan layanan IPTV diperoleh satu kesimpulan bahwa perangkat IP-DSLAM dan BRAS yang telah diinstalasi saat ini, mendukung untuk layanan IPTV. Sejumlah 38,15% dari total kapasitas sebesar 2.249.030 jaringan akses tembaga yang ada di Divre 2 yang mendukung layanan IPTV.
Untuk mendukung penyediaan layanan IPTV dan Speedy maka harus dilakukan peningkatan kapasitas jaringan metro akses regional, minimal menjadi 5,19 Gbps dan maksimal menjadi 14,33 Gbps untuk layanan Speedy ; ditambah dengan satu STM-1 jika layanan IPTV menggunakan teknik kompresi MPEG-4/AVC atau dua STM-1 jika menggunakan teknik kompresi MPEG-2. Disamping itu harus dibangun PE router tersendiri untuk layanan IPTV dan mengalihkan routing yang ada dari jalur akses BRAS Manajemen Lebar Pita PE router IP backbone GB menjadi BRAS PE router IPTV IP backbone GB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada Mobile Ad hoc NETwork (MANET), node yang dilengkapi dengan peralatan wireless memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengorganisasi secara mandiri, walaupun tanpa kehadiran suatu infrastruktur jaringan. Jaringan ad hoc hybrid, memungkinkan beberapa node yang bergerak bebas (mobile) membangun komunikasi yang seketika (instant) dan terbebas dari ketergantungan pada infrastruktur dapat mengakses ke Local Area Network (LAN) atau ke Internet. Fungsi dari jaringan ad hoc sangat tergantung pada routing protocol yang menentukan jalur atau rute diantara node. Ad hoc On-demand Distance Vector (AODV) adalah salah satu routing protocol pada jaringan ad hoc yang bersifat reactive. Protokol ini adalah salah satu protokol yang paling banyak diteliti dan digunakan. Pada penelitian ini dilakukan pengkajian protokol AODV dengan membangun suatu testbed menggunakan Personal Computer, beberapa Laptop (sistem operasi Linux Red Hat 9.0 dan Fedora Core 2), serta Personal Digital Assitant (PDA). Penelitian ini juga membuat package yang lengkap dengan cara cross compilation untuk PDA iPAQ. Hasil yang didapat dari analisa simulasi protokol AODV dengan menggunakan Network Simulator NS-2 didapatkan rata-rata packet delivery ratio 99,89% , end-to-end delay sebesar 0,14 detik dan routing overhead sebesar 1.756,61 byte per detik. Kemudian hasil pengukuran simulasi dibandingkan dengan hasil pengukuran testbed. Dari hasil pengukuran testbed didapatkan packet delivery ratio adalah sebesar 99,57%, end-to-end delay sebesar 1,004 detik dan routing overhead sebesar 1.360,36 byte per detik.

Abstract
In Mobile Ad hoc NETwork (MANET), node supplemented with wireless equipment has the capacity to manage and organise autonomously, without the presence of network infrastructures. Hybrid ad hoc network, enable several nodes to move freely (mobile) to create instant communication. Independent from infrastructure. They could access the Local Area Network (LAN) or the Internet. Functionalities of ad hoc network very much dependent on the routing protocol that determines the routing around node. Ad hoc On-demand Distance Vector (AODV) is one of routing protocols in ad hoc network which has a reactive characteristic. This protocol is the most common protocol being researched and used. In this Research, AODV protocol investigation was conducted by developing a testbed using Personal Computer, several Laptops (the Linux Red Hat operation system 9.0 and Fedora Core 2), and Personal Digital Assistant (PDA). This research also made a complete package by mean of cross compilation for PDA iPAQ. In general, results obtained from the simulation of AODV protocol using Network Simulator NS-2 are packet delivery ratio 99.89%, end-to-end delay of 0.14 seconds and routing overhead of 1,756.61 byte per second. Afterwards results from simulation were compared to results from testbed. Results obtained from testbed are as follows: the packet delivery ratio is 99.57%, the end-to-end delay is 1.004 seconds and the routing overhead is 1,360.36 byte per second."
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
"Skripsi ini membahas mengenai salah satu aplikasi dari IP Multimedia Subsystem (IMS) yakni Internet Protocol Televison (IPTV). Dalam emulasi jaringan ini digunakan Open IMS Core, UCT IMS Client, dan jaringan yang terdiri dari 2 router, dan 1 buah switch. Sedangkan untuk pengambilan dan pengujian data digunakan program Wireshark untuk menganalisa message flow registrasi client, pemohonan layanan IPTV sampai deregistrasi dan parameter-parameter Quality of Service (QoS) seperti: delay, dan packet loss. Pengujian dilakukan dengan merubah bandwidth pada hubungan kedua rouer, dengan kisaran nilai dari 64 kbps sampai 2.112 kbps. Pada setiap nilai bandwidth, dilakukan 3 kali percobaan dan kemudian nilai parameter-parameter QoS yang didapatkan akan dirata-ratakan. Hasil dari pengujian ini didapatkan bandwidth optimum untuk layanan iPTV yakni 2112 kbps dengan packet loss 0,85% (sesuai dengan standar ITU-T yakni kurang dari 1 %).

This final assignment discusses about one of the applications of IP Multimedia Subsystem (IMS), namely Internet Protocol Television (IPTV). This network emulation is using Open IMS Core, UCT IMS Client, and network that consisting of two router and a switch. While for the taking and testing data are used Wireshark program to analyze the message flow from client registration, request for IPTV service, client deresgistration, and Quality of Service (QoS) parameters such as: delay, and packet loss. Testing is doing by changing the bandwidth on the network between two router, with a range of values from 64 kbps to 2,112 kbps. In each bandwidth, there are three times experiments and then the QoS parameters that obtainable is divided to get mean score. The result from this test showed the optimum bandwidth for IPTV service is 2112 kbps with packet loss 0.85 % (in accordance with ITU-T standard that is less than 1%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51163
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>