Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188320 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Kemajuan teknologi yang pesat di bidang teknologi informasi melahirkan produk-produk baru yang makin memanjakan pengguna, seperti teleconference, professional image communications, voice mail, dan sebagainya. Teknologi ATM sebagai teknologi pengguna yang dipakai dalam lntegrated Broadband Commmication Network (ISDN) terus dikembangkan untuk meningkatkan fasilitas layanan. Satu hal yang pasti akan terjadi adalah terjadinya kongesti pada jaringan ATM sehingga untuk mengoptimalkan hasil yang didapat, pengaturan kongesti adalah suatu yang sangat. Tidak adanya standarisasi tentang skema mana yang harus digunakan memungkinkan adanya pemakaian beberapa skema kontrol pada suatu jaringan ATM beberapa skema tersebut dapat saling bekerjasama dan saling menunjang atau sebaliknya saling meniadakan fungsinya masing-masing.
Hasil simulasi mengenai interoperabilitas skema kontrol kongesti rate-
based EPRCA dan ERICA pada layanan ABR menunjukkan bahwa dalam waktu simulasi antara 0 sampai 100 msec dengan menggunakan NIST simulator, kedua skema ini dapat saling menunjang dan bekerjasama dengan formasi terbaik EPRCA-ERICA-ERICA. Fairness index yang merupakan konstanta keadilan jaringan didapat F1 terbesar = 0, 999977 dan F1 terkecil = 0, 9984796. Didapatkan pula nilai jaringan terkecil adalah 84,545 % dan terbesarnya = 91,537 %. Antara sel maksimal nada switching menandakan besarnya yang dibutuhkan agar tidak terjadi sel yang hilang (cell loss)."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S39598
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teknologi Asynchronouos Transfer Mode (ATM) dikembangkan untuk
mengintegrasikan berbagai bentuk pelayanan komunikasi. Salah satu jenis pelayanan
komunikasi yang berkembang saat adalah jenis pelayanan data. Pelayanan ini di
dalam ATM dikategorikan kepada jenis layanan available Bit Rate (ABR).
Skema Phantom dan ERICA mempakan bagim dari mekanisme pengelolaan
kongesti (congestion managemenr) pada jatingan ATM. Sehingga diharapkan dengan
diterapkannya mekanisme pengelolaan kongesn pagia ATM akan diperoleh
kinexja jaringan yang optimum yang akan menguntungka.n operator jaringan ATM
dan pengguna layanan ATM itu, khususnya pengguna layanan ABR.
Dalam penulisan ini dibandingkan performansi dari kedua skema kontrol
kongesti diatas. Performansi tersebut meliputi fairness, utilisasi link, throughput, dan
panjang antrian. Untuk melihat performansi yang dilakukan oleh skema Phaniom dan
ERICA terhadap layanan ABR, dilakukan sebuah simulasi dengan menggunakan
sebuah simulator jaringan yaitu ATB/I/HFC Network Simularor yang dikembangkan
oleh NIST (National Institute of Standards and Technology). Simulator ini dibuat
dalam bahasa C dan dijalankan pada X Window Sysrem yang berbasis pada UNIX.
Sebuah topologi jaringan didesain untuk menganalisis perfonnansi kontrol kongesti
ERICA pada trafik ABR dalam jaringan ATM.
Setelah mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari hasil simulasi
ditunjukkan bahwa untuk skema Phantom memiliki keunggulan dalam hal fairness
dan panjang antrian, sedangkan skema ERICA memiliki keunggulan dalam hal
utilisasi link dan throughput."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Prakoso
"Kontrol kongesti merupakan hal yang mendasar dalam jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) untuk mendukung layanan `best-effort' atau Available Bit Rate (ABR). Dengan kontrol kongesti yang memadai kita dapat memakai jaringan yang ada tanpa harus menegosiasikan kontrak terlebih dahulu dengan jaringan tersebut. Kongesti terjadi bila jumlah kecepatan masukan lebih besar dibandingkan dengan kapasitas keluaran saluran. Pemilihan kontrol kongesti yang tepat memungkinkan setiap kelas layanan dalam ATM berfungsi secara efektif, untuk itu dalam jaringan ATM dikenal dua macam kontrol kongesti `closed loop', yaitu rate-based dan credit-based.
Dalam tesis ini akan dianalisa unjuk kerja dua macam skema kontrol kongesti dalam trafik ABR, yaitu skema ERICA dan MIST (rate-based), serta skema QFC (credit-based). Secara umum skema QFC mempunyai throughput keluaran dan Fairness Index yang lebih baik (82 % dan 1) dibandingkan dua skema lainnya pada aplikasi Metropolitan Area Network (MAN), sedangkan kebutuhan bufer ketiga skema relatif kecil. Pada aplikasi Wide Area Network (WAN), nilai throughput dan fairness index skema QFC sebesar 79% dan 0,999 juga merupakan yang terbaik diantara ketiga skema tersebut.

Congestion control is essential for Asynchronous Transfer Mode (ATM) network in providing 'best-effort' service, or Available Bit Rate (ABR). With proper congestion control, we can use the network at any time without first negotiating a traffic contract with the network. Congestion will occur when total input rate is larger than the output link capacity. To enable each service class to function effectively two closed loop congestion control, rate-based and credit-based have been introduced for ATM network.
This thesis will analyzes performance of two congestion control in ABR traffic, that is ERICA and NIST scheme (rate-based), also QFC scheme (credit-based). As a result, QFC scheme has better throughput and fairness index (82 % and I) than the other scheme in the Metropolitan Area Network (MAN) application. Buffer requirement is relatively small for all schemes. In the Wide Area Network (WAN), QFC scheme is still the best with 79 % of throughput and 0,999 of fairness index.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T5512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandun Widhiantoro
"Analisa unjuk kerja penggunaan empat skema kontrol explicit rate untuk layanan Available Bit Rate (ABR) dalam satu jaringan ATM telah dilaksanakan. Empat skema kontrol tersebut adalah EFCI, EPRCA, ERICA dan KIST. Analisa penggunaan keempat skema kontrol tersebut dilakukan dengan menggunakan sebuah model topologi jaringan ATM point to point dengan konfigurasi `parking lot'. Dengan topologi jaringan tersebut, keempat skema kontrol tersebut dikonfigurasikan dalam dua tahap penelitian, yaitu 4 dan 12 skenario konfigurasi jaringan.
Berdasarkan hasil simulasi dan analisa penelitian tahap 1, skenario konfigurasi 2 menghasilkan throughput terbesar yaitu 98,58 % dari throughput ideal dan juga menghasilkan nilai fairness index terbesar 0,9865. Skenario konfigurasi 1 menghasilkan throughput terkecil 96,33 % dari throughput ideal dan juga menghasilkan nilai fairness index paling kecil 0,9806.
Berdasarkan hasil simulasi dan analisa penelitian tahap II, Skenario konfigurasi 6 menghasilkan throughput terbesar 96,52 % dari throughput ideal dan juga menghasilkan nilai fairness index terbesar 0,9887. Skenario konfigurasi 10 menghasilkan throughput terkecil 88,84 % dari throughput ideal dan juga menghasilkan nilai fairness index terbesar 0,9532.

Performance analysis of usage of fourth explicit rate control scheme for ABR services in an ATM network have been performed. The fourth control schemes are EFCI, EPRCA, ERICA and NIST. The analysis of usage of fourth control scheme was performed in a point to point ATM network topology model with 'parking-lot configuration'. With that network topology, the fourth control scheme was configured in two phase of research, which is 4 and 12 configuration scenarios.
Based on the first phase research' simulation and analysis results, the 2nd configuration scenarios giving the biggest throughput, that is 98.58% from expected throughput and also giving the biggest fairness index value, that is 0.9865. The 1st configuration scenarios giving the smallest throughput, that is 9633% from expected throughput and also giving the smallest fairness index value that is 0.9806.
Based on the second phase research' simulation and analysis results, the 6th configuration scenarios giving the biggest throughput, that is 96,52% from expected throughput and also giving the biggest fairness index value, that is 0.9887. The 10th configuration scenarios giving the smallest throughput, that is 88.84% from expected throughput and also giving the smallest fairness index value that is 0.9532.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T9772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayatullah
"Teknologi Asynchronouos Transfer Mode (ATM) dikembangkan untuk mengintegrasikan berbagai bentuk layanan komunikasi. Salah satu jenis layanan komunikasi yang berkembang saat ini adalah jenis layanan data. Layanan ini di dalam ATM dikategorikan kepada jenis layanan Available Bit Rate (ABR).
Pada pengelolaan jaringan ATM, layanan ABR ini banyak dikorbankan oleh twitch (karena menuliki prioritas sel yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis layanan CBR dan VBR), pada saat switch mengalami kondisi kongesti karena beban yang harus dilayani oleh jaringan sangat tinggi. Untuk menghindari tingkat cell loss yang tinggi pada ABR maka dikembangkan sebuah metode congestion avoidance ERICA yang diharapkan dapat mengadaptasikan laju kecepatan transmisi layanan ABR terhadap kondisi trafik jaringan. Hal ini dilakukan karena jenis layanan ABR memiliki kemampuan untuk meningkatkan atau menurunkan kecepatan transmisi datanya.
Untuk melihat performansi yang dilakukan oleh ERICA terhadap layanan ABR, dilakukan sebuah simulasi dengan menggunakan sebuah simulator jaringan yaitu A7M/HFC Network Simulator yang dikembangkan oleh NIST (National Institute of Standards and Technology). Simulator ini dibuat dalam bahasa C dan dijalankan pada X Window System yang berbasis pada UNIX. Sebuah topologi jaringan didesain untuk menganalisis performansi kontrol kongesti ERICA pada trafik ABR dalam jaringan ATM. Berdasarkan hasil yang didapat dari simulasi ditentukan nilai fairness, efisiensi, throughput, dan panjang antrian (queue) dari kontroI kongesti ERICA untuk topologi jaringan ini."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S39674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Suhartono
"Analisa unjuk kerja penggunaan skema kontrol N15T dan skema kontrol ERICA dalam satu jaringan ATM untuk layanan Available Bit Rate (ABR) dengan simulasi sudah dilakukan. Analisa penggunaan kedua skema kontrol tersebut dilakukan dengan menggunakan sebuah model topologi jaringan ATM point to point, Dengan topologi jaringan tersebut, kedua skema control dikonfigurasikan dalam 1 6 skenario konfigurasi jaringan.
Berdasarkan hasil simulasi dan analisa, skenario konfigurasi 16 menghasilkan throughput paling besar yaitu 99.30% dari ideal throughput sedangkan skenario konfigurasi 11 memberikan hasil throughput paling kecil yaitu 94.03% dari ideal throughput. Nilai Fairness index paling besar dihasilkan oleh skenario konfigurasi 12 yaitu 0.9930 dan paling kecil dihasilkan oleh skenario konfigurasi 2 yaitu 0.9755.
Untuk konfigurasi dengan komposisi dan posisi skema kontrol N15T dan skema kontrol ERICA seperti skenario konfigurasi 6 dan 11, pengubahan posisi skema kontrol NIST dengan skema kontrol ERICA (konfigurasi 11 menjadi konfigurasi 6) meningkatkan throughput sebesar 4.15% dari 94.0396 menjadi 98.18%.
Hasil pembobotan berdasarkan nilai throughput dan nilai fairness index dari 16 skenario konfigurasi, diperoleh skenario konfigurasi dengan kategori best case mempunyai nilai bobot 0,9867, middle case dengan nilai bobot 0.9783 dan worst case dengan nilal bobot 0.9642.
Hasil pembobotan unjuk kerja untuk menentukan kestabilan berdasarkan nilai throughput dan nilai fairness index hasil simulasi tahap 2, menghasilkan nilai bobot rata-rata untuk konfigurasi best case sebesar 0.9784, middle case sebesar 0.9728 dan worst case 0.9491. Dari hasil pembobotan ini, konfigurasi best case mempunyai unjuk kerja yang stabil dengan throughput rata-rata sebesar 98.8596 dari throughput ideal.

Performance analysis of usage of both ERICA and NIST control scheme in an ATM network for ABR service has been performed. The analysis of usage of those two control scheme was performed in a point to point ATM network topology model. Both of control schemes was configure in 16 configuration scenarios.
Based on the simulation and analysis results, the 16' configuration scenario giving the biggest throughput, that is 99.30% from expected throughput, while the 11" configuration scenario giving the smallest throughput (=94.03% from expected). The biggest of fairness index value giving by 12h (=0.9930) configuration scenario, while the smallest of fairness index value giving by 2' configuration scenario (=0.9755).
The configuration was arranged by ERICA and N15T control scheme like a 1st and 16th scenario, replacing the position each other (l 1" to be 16=h configuration) enhance about 4, 15% of throughput.
Three category of selected scenario configuration based on the throughput and fairness index value; labeled best case, middle case and worst case.
Performance stability of three category best case, middle case and worst case was decided by rank of the throughput and fairness index value of part two simulation results. The best case configurations have good stability with 98.85% from expected throughput."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Suhartono
"Analisa unjuk kerja penggunaan skema kontrol NIST dan skema kontrol ERICA dalam satu jaringan ATM untuk layanan Available Bit Rate (ABR) dengan simulasi sudah dilakukan. Analisa penggunaan kedua skema kontrol tersebut dilakukan dengan men9gunakan sebuah model topologi jaringan ATM point to point, Dengan topologi jarin9an tersebut, kedua skema kontrol dikonfigurasikan dalam 16 skenario konfigurasi jaringan. Berdasarkan hasil simulasi dan analisa, skenario konfigurasi 16 menghasilkan throughput paling besar yaitu 99.30% dari ideal throughput sedangkan skenario konfigurasi 11 memberikan hasil throughput paling kecil yaitu 94.03% dari ideal throughput. Nilai Fairness index paling besar dihasilkan oleh skenario konfigurasi 12 yaitu 0.9930 dan paling kecil dihasilkan oleh skenario konfigurasi 2 yaitu 0.9755. Untuk konfigurasi dengan komposisi dan posisi skema kontrol NIST dan skema kontrol ERICA seperti skenario konfigurasi 6 dan 11, pengubahan posisi skema kontrol NIST dengan skema kontrol ERICA (konfigurasi 11 menjadi konfigurasi 6) meningkatkan throughput sebesar 4.15% dari 94.03% menjadi 98.18%. Hasil pembobotan berdasarkan nilai throughput dan nilai fairness index dari 16 skenario konfigurasi, diperoleh skenario konfigurasi dengan kategori best case mempunyai nilai bobot 0,9867, middle case dengan nilai bobot 0.9783 dan worst case dengan nilai bobot 0.9642. Hasil pembobotan unjuk kerja untuk menentukon kestobilon berdasarkan nilai throughput dan nilai fairness index hasif simufasi tahap 2, menghasilkan nilai bobot rata-rata untuk konfigurasi best case sebesar 0.9784, middle case sebesar 0.9728 dan worst case 0.9491. Dari hasil pembobotan ini, konfigurasi best case mempunyai unjuk kerja yang stabil dengan throughput rata-rata sebesar 98.85% dari throughput ideal.

Performance analysis of usage of both ERICA and NIST control scheme in an ATM network for ABR service have been performed. The analysis of usage of those two control scheme was performed in a point to point ATM network topology model. Both of control scheme was configure in 16 configuration scenarios. Based on the simulation and analysis results, the 16th configuration scenario glVmg the biggest throughput, that is 99.30% from expected throughput, while the 1 Jth configuration scenario giving the smallest throughput (=94.03% from expected). The biggest of fairness index value giving by 12th (=0.9930) configuration scenario, while the smallest of fairness index value giving by 2nd configuration scenario (=0.9755). The configuration was arranged by ERICA and NIST control scheme like an 7 7rh and 1 &"configuration scenario, replacing the position each other (1 Ph to be 16th configuration) enhance about 4, 1 5% of throughput. Three category of selected scenario configuration based on the throughput and fairness index value, labeled best case, middle case and worst case. Performance stability of three category best case, middle case and worst case was decided by rank of the throughput and fairness index value of part two simulation results. The best case configuration have good stability with 98.85% from expected throughput.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T40677
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandun Widhiantoro
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
TA3260
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Kurniawan
"Sampai saat ini ATM switch generasi Pertama menggunakan skema Explicit Forward Congestion Indication (EFCI) untuk kontrol kongesti layanan trafik ABR. Dengan cepatnya perkembangan teknologj Switching, generasi kedua ATM switch akan Dilengkapi dengan mekanisme kontrol kongesti Explicit Rate (ER). Skema Enhanced proportional Rate Control Algorithm, (EPRCA) merupakan salah satu mekanisme kontrol kongesti ER yang telah menjadi stand didalam ATM Forum. Karena mempunyai performansi yang cukup baik dan kemudahan dalarn implementasi, maka skema EPRCA akan menjadi pilihan beberapa vendor ATM untuk kontrol kongesti layanan trafik ABR.
Pada periode transisi dari generasj pertama ke generasi kedua ATM switch, penggun skema EFCI dengan EPRCA dalam suatu jaringan ATM tidak dapat dihindarkan. Karena terdapat perbedaan dalam Operasi kerjanya, maka interoperabilitas penggunaan kedua skema kontrol kongesti tersebut akan menimbulkan permasalahan dan isi performansi yang dihasilkan.
Dalam tesis ini, akan diteliti pengaruh penggunaan barga parameter kontrol Rate Increase Factor (RIF) yang berbeda terhadap hasil performansi pada skema EFCI dan skema EPRCA, serta pada interoperabilitas skema EFCI dengan EPRCA dalam suatu jaringan ATM.
Dari hasil simulasi dapat ditunjukkan bahwa beat-down problem yang terjadi pada Iingkungan skema EFCI merupakan fungsi dan parameter kontrol RIF dan dengan RIF yang agresif tinggi dapat diperoleh performansi yang cukup baik. Sedangkan pada skema EPRCA, pengaruh penggunaan harga RIF yang berbeda tidak akan menyebabkan beat-down problem dan performansi yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkan hasil performansi pada interoperabilitas skema EFCI dengan EPRCA sangat dipengaruhi oleh pemeliharaan harga RIF dan lokasi penempatan skema EPRCA. Untuk harga RIF yang konservatif rendah akan terjadi peningkatan performansi sebaliknya untuk harga RIF yang agresif tinggi akan mengakibatkan penurunan Performansi. Beat-down problem yang terjadi untuk sumber yang melewati multi-hop link pada lingkungan skema EFCI dapat dihilangkan jika skema EPRCA ditempatkan Pada least critical switch.

Currently, the first generation of the ATM switches use Explicit Forward Congestin Indication (EFCI) scheme for Congestion control mechanism of the ABR services. With the advances in switching technologies, the next generation of the ATM switches will employ the Explicit Rate (ER) congestion control mechanisms. The Enhanced Proportional Rate Coritol Algorithm (EPRCA) scheme is selected as one of the ER congestion control mechanisms by the ATM Forum. Because the EPRCA scheme has good performance and low implementation complexity, the ATM switch vendors will use it for congestion control mechanism of the ABR services.
During transition period from the first to the second generation of the ATM switches, the interoperability between EFCI and EPRCA schemes in the ATM net? ork became unavoidable. Because of the differences in their basic operating incehanisilis, their interoperation may be problematic in terms of the network perfoniiance. This thesis focuses on the impact on performance of the Raie Increase Factor (RIF) parameter selection in the EFCI and EPRCA schemes, also in the ititeroperahility between EFCI and EPRCA schemes.
The simulation results show that beat-down problem in an all EFCI scheme environment is function of RIF parameter. A more aggressive RIF value leads to a hìgher performance. However, in the EPRCA scheme environment with use different value of the RIF parameter, it will not make any beat-down problem and the performance results as expected.
From the interoperability perspective, the simulations conducted show that the RIF parameter selection and location of the EPRCA scheme will drive the performance of interoperability between EFCI and EPRCA schemes. With conservative RIF value will leads to performance improvement. On the other hand, with aggressive RIF value will leads to performance degradation. Beat-down problem of a multi-hop link in the EFCI scheme environment might be omitted if the EPRCA scheme is located at ihe Least critical switch.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T3766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>