Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7349 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farid Wajdi
Depok: Universitas Indonesia, 2001
S39895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Faizal
"ABSTRAK
Jasa atau layanan untuk sistem komunikasi bergerak di masa depan terus rnengalami perkembangan dari jasa-jasa atau layanan yang disediakan oleh sistem kornunikasi tetap (fixed nuefwork) maupun komunikasi bergerak (cellular network) yang ada pada saat ini. Layanan yang diperkirakan menga1ami peningkatan yang pesat adalah layanan multimedia. Layanan ini merupakan layanan yang membutuhkan bit rate yang cukup tinggi sehingga spektrum ftekuensi yang dibutuhkan juga cukup lebar. Karena spektrum merupakan sumber yang terbatas dan berharga, maka harus digunakan dengan cara yang eflsien untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Tugas skripsi ini memperlihatkan analisa perhitungan kebutuhan spectrum UMTS untuk setiap jenis layanan pada lingkungan operasi yang berbeda di kola Jakarta. Dengan melakukan perubahan parameter-parameter yang digunakan akan ditunjukkan pengaruh parameter tersebut terhadap jumlah spektrum yang dibutuhkan.
Dari hasil analisis perbitungan kebutuhan spektrum di Jakarta terlihat bahwa jumlah spektrum yang dibutuhkan sangat dipengaruhi oleh layanan percakapan (speech), karena diasumsikan pula bahwa pada awal pengembangan UMTS di Indonesia khususnya di Jakarta speech masih mendominasi layanan-layanan komunikasi bergerak. Dan parameter yang paling berpengaruh terhadap jumlah kebutuhan spektrum per layanan adalah jumlah pengguna.

"
2000
S39643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhendra
"Siaran televisi sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat baik didaerah perkotaan maupun pedesaan. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi televisi menuju era digital dengan diterapkannya standarisasi DVB/MPEG-2. Hal ini memberikan nilai positif bagi perkembangan dunia pertelevisian khususnya di Indonesia. Ditandai dengan munculnya televisi-televisi lokal yang menambah maraknya bisnis televisi yang kompetitif dan semakin sehat. Pada penyiaran suatu program acara stasiun televisi selain menggunakan jalur teresterial, sering kali memanfaatkan satelit sebagai media transmisinya untuk menjangkau stasiun relay mereka yang jauh. Salah satunya dengan menggunakan transmisi digital MCPC (Multi channel Per Carrier). Hal ini menjadi bahan pertimbangan bagi stasiun-televisi karena akan menghemat dari segi bandwidth transponder maupun investasi yang akan dikeluarkan. Analisa Link Budget yang disajikan dalam pembahasan tugas akhir ini akan memberikan informasi teknis mengenai perbandingan transmisi 1 channel, 2 channel dan 4 channel (MCPC) yang akan memberikan gambaran mengenai eflsiensi power, kualitas dan kapasitas yang lebih banyak dalam 1 carrier digital."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcellinus Advent Adonura Nusa
"ABSTRAK
Peningkatan kesejahteraan masyarakat salah satunya dilatarbelakangi oleh
peningkatan penetrasi broadband di kabupaten/kota di Indonesia. Di satu sisi,
Indonesia sedang mengalami spektrum crunch atau krisis spektrum, di mana
kebutuhan spektrum untuk mobile broadband meningkat, sementara ketersediaan
spektrum sangat terbatas. ACMA memperkirakan kebutuhan spektrum frekuensi
dunia sebesar 1.081 MHz pada tahun 2020. Untuk Indonesia diperkiran kebutuhan
spektrum frekuensi sebesar 500 MHz pada tahun 2020.
Solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah memanfaatkan lebar pita 150
MHz di spektrum frekuensi S band . ITU dalam rekomendasinya telah
mengidentifikasi lebar pita ini sebagai spektrum frekuensi IMT. Banyak negara
telah menggelar layanan LTE di spektrum ini. Dan secara bisnis, operator di
negara-negara tersebut memperoleh pendapatan yang siginifikan dari layanan
LTE di spektrum tersebut. Harga spektrum S band yang tinggi menunjukan betapa
berharganya spektrum tersebut jika dimanfaatkan untuk layanan pita lebar. Saat
ini frekuensi tersebut sedang digunakan oleh PT. X untuk layanan TV satelit
berbayar. Jika dibandingkan dengan layanan pita lebar, jarang ditemukan referensi
yang menunjukan bahwa layanan TV satelit berbayar mendorong pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Dengan menggunakan metode yang direkomendasikan
oleh ITU tentang Spectrum Redeployment, tesis ini menghitung biaya dan
menganalisa proses redeployment frekuensi S band. Komponen-komponen yang
digunakan yaitu landasan hukum yang digunakan, skenario perpindahan, time
scale dan redeployment cost.
Hasil yang didapatkan yaitu, besar redeployment cost untuk proses redeployment
spektrum frekuensi S band PT. X adalah sebesar Rp. 4.258.560.326.727. Dari
besaran nilai manfaat U_incomer, U_outgoer, dan C_removal hasil perhitungan,
diperoleh nilai U_incomer (Rp. 5.669.082.138.308) lebih besar dari jumlah
U_outgoer dan C_removal (Rp. 4.259.263.921.947). Atau sesuai dengan formula
U_incomer > U_outgoer + C_removal. Dengan demikian maka, proses
redeployment frekuensi S band dapat dikatakan optimal untuk diimplementasikan.

ABSTRACT
One of the causes of social welfare improvement is the increased penetration of
broadband in districts or cities in Indonesia. On the other hand, Indonesia is
experiencing a spectrum crunch where the needs of spectrum for mobile
broadband increases, while the spectrum availability are very limited. ACMA
claimed that globally there will be 1,081 MHz spectrum demand in 2020.
Indonesia itself will need 500 MHz additional spectrum in same year.
Solution to meet those needs is to utilize 150 MHz bandwidth on spectrum
frequency S band. ITU has been identifying this spectrum as an IMT frequency.
Many countries have deployed this spectrum for LTE. Operators in those
countries are getting lot of revenues by occupying the spectrum for LTE service.
The spectrum price is high shown how valuable the spectrum is for broadband
sevice. This time in Indonesia, the frequency is being used by PT. X for satellitepay
TV services. There are less of references claim that this kind of service can
trigger national economy development. By using the method recommended by ITU
on spectrum Redeployment, this thesis analyzed and calculating the costs of S
band frequency redeployment process. The components used are the legal basis,
redeployment scenarios, time scale and redeployment cost.
The results obtained are as follows, the redeployment cost for the S band
frequency spectrum PT. X is Rp . 4,258,560,326,727. From the amount of utility
value U_incomer , U_outgoer , and C_removal calculations, the value of
U_incomer (Rp . 5.669.082.138.308) is greater than the sum U_outgoer and
C_removal (Rp . 4.259.263.921.947). Or in accordance with the formula
U_incomer > U_outgoer + C_removal . Thus , the process of redeployment S
frequency band can be said to be optimal for implementation"
2015
T44683
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ageng Kharisma Putri
"Teknologi 5G saat ini digadang-gadang menjadi primadona operator seluler yang menawarkan jaringan internet dengan kecepatan tinggi bagi penggunanya. Namun dengan adanya keterbatasan spektrum frekuensi, pemerintah perlu mengalokasikan spektrum frekuensi untuk teknologi 5G ini. Salah satu kandidat spektrum frekuensi yang akan dialokasikan untuk implementasi teknologi 5G adalah spektrum frekuensi 3,5 GHz yang saat ini sudah dipakai oleh operator satelit (spektrum frekuensi Extended C-Band), sehingga pemerintah perlu melakukan realokasi frekuensi 3,5 GHz. Pemerintah akan menerima Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang lebih besar dengan adanya realokasi spektrum 3,5 GHz. Namun, apabila teknologi 5G diimplementasikan pada frekuensi tersebut, operator satelit tidak bisa lagi memakai spektrum frekuensi tersebut. Hal ini tentu akan memberikan dampak penurunan terhadap performansi bisnis satelit karena operator satelit kehilangan kesempatan bisnisnya. Pemerintah perlu mempertimbangkan skema perhitungan kompensasi untuk operator satelit. Hasil perhitungan besaran nilai kompensasi tiap satelit akan berbeda, untuk Satelit A sebesar Rp 1.537.750.000.000, Satelit B sebesar Rp 1.476.246.000.000, dan Satelit C sebesar Rp 1.104.926.000.000. Tesis ini akan menganalisis perhitungan kompensasi untuk Satelit A, B, dan C sebagai dampak dari realokasi spektrum frekuensi 3,5 GHz.

Mobile operators believed that 5G could offer high-speed internet networks for their users. However, due to the limited frequency spectrum, the Government needs to reallocate the frequency spectrum for the 5G implementation. One of the frequency spectrum candidates for the 5G implementation is the 3,5 GHz frequency spectrum. But, currently, this frequency is allocated for satellite as Extended C-Band. The government will receive a larger Non-Tax State Revenue (PNBP) with the reallocation of the 3.5 GHz spectrum frequency. However, if 5G technology is implemented on these frequencies, satellite operators may no longer use Extended C-Band due to the interferences impacting the satellite operators' business. Satellite operators will suffer from losses since they lost their business opportunities. With frequency reallocation, it is necessary to provide fair compensation to satellite operators. The results of the compensation calculation is different for each satellite, for Satellite A of Rp. 1.537.750.000.000, for Satellite B of Rp. 1.476.246.000.000, and for Satellite C of Rp. 1.104.926000.000. This research contributes to formulation compensation for satellite A, B, and C as a result of the reallocation of the 3,5 GHz frequency spectrum."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Tagor E.C.E.E.
"ABSTRAK
Perkembangan telcnologi sekarang ini, tennasuk layanan telekomunikasi dengan mcmpergunakan satelit dalam rangka pemenuhan penyampaian inforrnasi mengalami kemajuan yang pesat.
Satelit Palapa-CI sebagai generasi terbaru telah mengalami peningkatan teknologi dibandingkan dengan satelit generasi terdahulu (Palapa-B4)_ Perbedaan tersebut antara lain, daerah cakupannya lebih luas, jwnlah transpondemya lebih banyal-L, dan daya pancarnya lebih kuat. [4] -
Untuk analisis perbandingan perhitungan lintasan antara kedua satelit, diadakan perhitungan untuk Iintasan komunikasi Jakarta-Singapura dan sebaliknya dengan parameter yang sama pada kecepatan informasi clan diameter antena yang berbeda untuk iiekuensi pita-C.
Dari hasil perhitungan akan dapat diketahui besarnya daya pancar stasiun bumi (EHIPSB) dan satelit (EIRPSA1-Em), besamya daya I-[PA yang dipergunakan, jumlah pembawa berdasarkan lebar pita dan daya transponder, serta BER (Bit Error Rate).

"
1996
S38937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"A new means for providing wireless communication has been currently proposed. It is based on aerial vehicle known as
High Altitude Platform or Stratospheric Platforms (SPF). The SPF will be operated at an altitude of 17-22 km above the
ground. Therefore, the channel condition may be different compared with those of the conventional terrestrial or
satellite wireless channel. In this paper, the channel propagation characteristic of such a system is firstly investigated by
means of ray tracing algorithm. We emphasize our investigation in a typical urban environment, in which the mobile
users mostly exist. We developed building block model for simulation based on building height distribution, which is
obtained from measurement inside Tokyo. As a result, propagation loss model and Ricean channel parameter for the
SPF channel is reported in different scenarios. By using this result we then estimate the required transmitted power of
SPF to serve the mobile users in a several transmission rate that is used in IMT-2000 services. Finally, an evaluation of
BER of IMT-2000 link is performed in order to estimate the system level performance. From this evaluation, the main
contribution of this paper is to clearly show the critical limitations of both power requirement as well as system level
performance of mobile communication IMT-2000 by using the concept of the SPF."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmi Dewi Kandi Astuti
"Operasi satelit inclined biasanya dilakukan untuk mengantisipasi keterlambatan satelit pengganti dan menghemat bahan bakar yaitu dengan cara membiarkan sudut inklinasi terus bertambah karena tidak dilakukan koreksi arah Utara Selatan. Dengan semakin bertambahnya sudut inklinasi ini akan menyebabkan pergerakan latitude yang besarnya sama dengan sudut inklinasi dan pergerakan longituda setengah harian yang mengakibatkan pergerakan daerah cakupan dan komunikasi satelit yang kompleks. Sejauh mana dampak operasi satelit inclined terutama terhadap antena stasiun bumi akan lebih jelas terlihat datam perhitungan dan analisis yang dilakukan pada Tugas Akhir ini. Inklinasi yang besar akan mengakibatkan rugi pengarahan dan rugi penguatan antena stasiun bumi membesar sehingga kualitas sistem komunikasi satelit berkurang. Oleh karena itu dalam implementasinya, stasiun bumi harus dilengkapi dengan antena yang mempunyai kemampuan tracking (penjejakan) atau sudut inklinasi yang dibatasi sehingga komunikasi satelit masih layak."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
TA2437
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>