Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7160 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Faizal
"ABSTRAK
Jasa atau layanan untuk sistem komunikasi bergerak di masa depan terus rnengalami perkembangan dari jasa-jasa atau layanan yang disediakan oleh sistem kornunikasi tetap (fixed nuefwork) maupun komunikasi bergerak (cellular network) yang ada pada saat ini. Layanan yang diperkirakan menga1ami peningkatan yang pesat adalah layanan multimedia. Layanan ini merupakan layanan yang membutuhkan bit rate yang cukup tinggi sehingga spektrum ftekuensi yang dibutuhkan juga cukup lebar. Karena spektrum merupakan sumber yang terbatas dan berharga, maka harus digunakan dengan cara yang eflsien untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Tugas skripsi ini memperlihatkan analisa perhitungan kebutuhan spectrum UMTS untuk setiap jenis layanan pada lingkungan operasi yang berbeda di kola Jakarta. Dengan melakukan perubahan parameter-parameter yang digunakan akan ditunjukkan pengaruh parameter tersebut terhadap jumlah spektrum yang dibutuhkan.
Dari hasil analisis perbitungan kebutuhan spektrum di Jakarta terlihat bahwa jumlah spektrum yang dibutuhkan sangat dipengaruhi oleh layanan percakapan (speech), karena diasumsikan pula bahwa pada awal pengembangan UMTS di Indonesia khususnya di Jakarta speech masih mendominasi layanan-layanan komunikasi bergerak. Dan parameter yang paling berpengaruh terhadap jumlah kebutuhan spektrum per layanan adalah jumlah pengguna.

"
2000
S39643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Arif Wicaksono
"Peneliti dr. Jenny Bashirudin SpTHT, dan Moch.Arif Wicaksono SSi. Objek penelitian Supir Bajaj dan kendaraannya. Tempat Penelitian RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jalan sekitar Jalan Diponegoro, Jalan Salemba Raya, Jalan Raden Saleh dan Jalan Cikini Raya serta gedung Pasca Sarjana Program Studi Opto Elektroteknika dan Aplikasi Laser Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Perkembangan teknologi komputer yang semakin pesat, membuat manusia menjadi sangat terbantu dalam menyelesaikan perhitungan-perhitungan yang cukup sulit jika dilakukan dengan cara manual. Salah satu contoh adalah pemanfaatan komputer dalam menyelesaikan masalah DSP (Digital Signal Processing).
Tanpa bantuan komputer, masalah ini akan sulit diselesaikan. Dari pencuplikan, filtering sampai pada pembuatan spektrum komputer sangat berperan penting, tentunya semua ini juga harus didukung oleh Algoritma yang efisien dan efektif.
Dalam penyelesaian mencari spektrum dari kendaraan Bajaj ini, dibuat sebuah aplikasi dengan memanfaatkan algoritma FFT (Fast Fourier Transform). Algoritma ini diyakini cepat sekali dalam mengubah domain waktu menjadi domain frekuensi. Dari hasil penelitian didapat bahwa spektrum kendaraan Bajaj mempunyai intensitas dominan pada frekuensi 4000 Hz. "
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T9961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hantarto Widjaja
"EXAFS (Extended X Ray Absorption Fine Structure) merupakan gejala osilasi koefisien absorpsi (μ) pada energi di atas ujung absorpsi pada eksperimen spektroskopi absorpsi sinar-X. Salah satu teori yang dapat menjelaskan gejala ini adalah teori hamburan berganda. Dalam teori ini, perhitungan μ dilakukan dengan melibatkan atom-atom tetangga dari atom pengabsorpsi sinar-X. Dalam tesis ini, perhitungan EXAFS dilakukan untuk ujung absorpsi K besi padat. Hasil perhitungan numerik dengan menggunakan sembilan atom dan nilai bilangan kuantum orbital l sampai dengan tiga, ternyata cukup mendekati hasil eksperimen."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Meilany
"Latar Belakang. Anak dengan Spektrum Gangguan Autisme (SGA) seringkali mengalami gangguan gerak halus, yang dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari serta mengganggu performa sekolah. Hingga saat ini belum ada data mengenai prevalens maupun gambaran gangguan gerak halus pada anak SGA di Indonesia, termasuk dampaknya terhadap performa sekolah.
Tujuan. Mengetahui prevalens gangguan gerak halus anak SGA, mengetahui gambaran gangguan gerak halus anak SGA, mengetahui dampak gangguan gerak halus terhadap performa sekolah anak SGA.
Metode. Penelitian analitik potong lintang dilakukan sejak bulan Januari sampai Mei 2014. Subjek anak SGA didapatkan dari Klinik Anakku CMC Kayu Putih. Subjek pada kelompok kontrol dari sebuah sekolah swasta yang telah dilakukan matching usia dan jenis kelamin dengan kelompok SGA. Terhadap subjek penelitian dilakukan pemeriksaan keterampilan gerak halus dengan BOT-2 dan penilaian performa fungsional sekolah melalui pengisian kuesioner SFA oleh guru atau terapis.
Hasil. Subjek penelitian pada kelompok SGA dan kelompok kontrol masing- masing berjumlah 43 anak. Prevalens gangguan gerak halus pada kelompok SGA sebesar 91%. Jumlah subjek pada kelompok SGA yang mengalami gangguan gerak halus pada komposit fine manual control dan manual coordination, serta subtes fine motor precision, fine motor integration, manual dexterity, dan upper- limb coordination lebih besar dibanding kelompok kontrol, dengan median skor kelompok SGA yang lebih rendah pada semua komposit/subtes dibandingkan dengan kelompok kontrol. Terdapat hubungan bermakna antara gangguan gerak halus kelompok SGA dengan performa fungsional sekolah.
Simpulan. Prevalens gangguan gerak halus anak SGA pada penelitian ini adalah 91%. Gangguan gerak halus yang dialami anak SGA berdasarkan pemeriksaan dengan BOT-2 mencakup komposit fine manual control dan manual coordination, serta subtes fine motor precision, fine motor integration, manual dexterity, dan upper-limb coordination. Pada anak SGA, gangguan gerak halus berhubungan dengan gangguan pada performa fungsional sekolah.

Background. Children with Autism Spectrum Disorders (ASD) often have fine motor impairment, which may present barriers in performing their daily activities and interfere with their school performance. Until now there has been no data on the prevalence and description of fine motor impairment in children with ASD in Indonesia, including its impact on the children’s school performance.
Objective. To determine the prevalence of fine motor impairments in children with ASD, to provide the description of fine motor impairments in children with ASD, and to determine the impact of fine motor impairments on the school performance of children with ASD.
Method. A cross-sectional analytic study conducted from January to May 2014. Subjects were children with ASD from Klinik Anakku CMC Kayu Putih. Subjects in the control group were students from a private school matched by age and sex with the ASD group. Fine motor examination was performed using BOT-2 and assessment of school functional performance was conducted through SFA questionnaires filled by teachers or therapists.
Result. There were 43 subjects each on ASD and control groups. Prevalence of fine motor impairments in children with ASD in this study was 91%. The number of subjects in the ASD group having fine motor impairement on the fine manual control and manual coordination composites, as well as fine precision motors, motors fine integration, manual dexterity, and upper-limb coordination subtests are greater than the control group, with median score of all the composites/subtests lower on ASD group compared to that in the control group. There was a significant correlation between fine motor impairments in ASD children with their school function performance.
Result. Prevalence of fine motor impairments in children with ASD in this study was 91%. Fine motor impairments experienced by children with ASD based on examination using BOT-2 covers fine manual control and manual coordination composites, as well as fine precision motors, motors fine integration, manual dexterity, and upper-limb coordination subtests. In children with ASD, fine motor impairment was associated with disturbances in the school function performance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Parlindungan P.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
TA3099
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jennie Dianita Sutantio
"ABSTRAK
Keterlambatan diagnosis gangguan spektrum autisme (GSA) masih menjadi masalah kesehatan anak di seluruh dunia hingga saat ini. Tenaga kesehatan yang kompeten dalam diagnosis GSA masih terbatas di pusat kesehatan tersier yang seringkali sulit dijangkau. Penggunaan telemedicine sebagai alat diagnosis dengan berbagai metode mulai diteliti; namun keterbatasan aplikasi menyebabkan telemedicine belum digunakan secara luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi telemedicine menggunakan rekaman video yang direkam dengan protokol khusus dibandingkan dengan observasi langsung terhadap aktivitas pasien dalam menegakkan diagnosis GSA. Sebanyak 40 subyek berusia 18-30 bulan yang datang dengan keluhan keterlambatan bicara atau perilaku acuh dan mendapat skor M-CHAT-R lebih dari dua mengikuti penelitian ini. Hasil rekaman video menurut protokol khusus dinilai berdasarkan kriteria GSA menurut DSM-5, kemudian subyek dinilai menurut kriteria yang sama pada observasi langsung. Tingkat kesesuaian diagnosis pada kedua metode mencapai 82,5%. Sensitivitas rekaman video dalam diagnosis GSA mencapai 91,3% (IK 95% 79,7% sampai 100%) dan spesifisitas 70,6% (IK 95% 48,9% sampai 92,2%). Nilai duga positif mencapai 80,7% (IK 95% 65,6% sampai 95,9%), sedangkan nilai duga negatif 85,7% (IK95% 67,4% sampai 100%). Rasio kemungkinan positif adalah 3,1 (IK 95% 1,47 sampai 6,5), sedangkan rasio kemungkinan negatif adalah 0,16 (IK 95% 0,03 sampai 0,47). Berdasarkan hasil di atas, telemedicine berbasis rekaman video cukup baik dalam mendiagnosis GSA, meskipun spesifisitas tidak tinggi. Pada kasus yang meragukan, observasi langsung tetap perlu dilakukan.

ABSTRACT
Delayed diagnosis of autism spectrum disorder (ASD) remains as a persisting child health problem throughout the world until now. Competent professionals in diagnosing ASD are limited in tertiary health care centers which are usually hard to access. The use of telemedicine as a diagnostic tool using various methods has been investigated; however, application limitations cause the telemedicine has not widely used. This study aimed to evaluate the effectiveness of telemedicine using video recording with special protocol compared to direct observation of patient s activities in diagnosing ASD. We included forty subjects aged 18-30 months old with chief complaints of delayed speech or ignoring behavior and M-CHAT-R score more than two. Video records guided by special protocol were assessed using DSM-5 criteria of ASD and the subjects were assessed using the same criteria during direct observation. Diagnostic agreement between the two methods was 82.5%. The sensitivity of video recording in diagnosing ASD was 91.3% (95% CI 79.7% to 100%), while the specificity was 70.6% (95% CI 48.9% to 92.2%). The positive predictive value was 80.7% (95% CI 65.6% to 95.9%), while the negative predictive value was 85.7% (95% CI 67.4% to 100%). The positive likelihood ratio was 3.1 (95% CI 1.47 to 6.55), while the negative likelihood ratio was 0.16 (95% CI 0.03to 0.47). Based on the results, telemedicine using video recording is effective for diagnosing ASD, despite its low specificity. In uncertain cases, direct observation is still need to be done. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khariza Nararya
"Tujuan penelitian ini adalah melihat efek moderasi dari kedua faktor common dyadic coping terhadap hubungan antara kepuasan pernikahan dengan parenting stress pada orang tua dari anak dengan spektrum autisme di Indonesia. Penelitian dilakukan kepada 131 partisipan di Jabodetabek, Bali, dan Lampung. Penelitian menggunakan alat ukur Couples Satisfaction Index–Short Form, Parenting Stress Index, dan Dyadic Coping Inventory. Analisis data dilakukan dengan korelasi Pearson, analisis regresi linear, dan Hayes Macro Process. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara kepuasan pernikahan dan parenting stress serta tidak ditemukan efek moderasi dari kedua faktor common dyadic coping terhadap hubungan kepuasan pernikahan dan parenting stress.

The aim of this study is to evaluate the moderating effect of the two factors of common dyadic coping in the relationship between marital satisfaction and parenting stress for parents of individuals with autism spectrum disorder in Indonesia. The study was conducted to 131 participants in Jabodetabek, Bali, and Lampung area. This study uses Couples Satisfaction Index–Short Form, Parenting Stress Index, and Dyadic Coping Inventory to measure the variables. Data is analyzed using Pearson correlation, linear regression analysis, and Hayes Macro Process. Findings of the study showed that there is a significant negative correlation between marital satisfaction and parenting stress, and there is no moderating effect from the two factors of common dyadic coping to that relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Anindia Anugrah Putri
"Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui persepsi kemampuan perawat pada anak dengan gangguan spektrum autisme (GSA) yang dirawat di rumah sakit. Desain penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan menggunakan metode cross sectional dengan teknik total sampling menggunakan sampel 59 perawat dari rawat inap anak, unit thalasemia, serta ruang bedah anak di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Instrumen yang digunakan Survey. Brachlow5 milik Allison Golnik tahun 2009 dengan perubahan demografi sesuai kebutuhan populasi di Indonesia.
Hasil penelitian antara lain persentase usia muda 54,2%, perempuan 91,5%, jenjang pendidikan D3 78%, pengalaman kerja kurang dari 5 tahun 39%, lokasi ruangan rawaat inap 57,6%, tidak pernah training 98,3%, tingginya kapasitas perawat 55,9%, tingginya kapasitas perawat 58,8%, tingginya pengetahuan perawat 57,1%, tingginya kepercayaan orang tua 100%, hambatan perawat 59,3% mengaku kurangnya pendidikan mengenai gangguan spektrum autisme. Saran dari penelitian antara lain diadakan training pada perawat di rumah sakit serta penambahan ilmu mengenai GSA di instansi pendidikan.

The purpose of this study was to determine the perception of the ability of nurses in children with autism spectrum disorders (ASD) were hospitalized. This study was a descriptive analysis using cross sectional method with a total sampling technique using samples of 59 nurses from the children’s inpatient, thalassemia unit, as well as the child's surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital. Instruments used Survey.Brachlow5 owned by Allison Golnik (2009) with the changing demographics of the population in Indonesia as needed.
The results of the study include the percentage of young age of 54.2%, 91.5% female, 78% diploma degree, work experience of less than 5 years of 39%, the location of the children’s inpatient was 57.6%, 98.3% said never training, the high capacity of nurses 55.9%, 58.8% of high source of knowledge, nurse 57.1% high knowledge, high trust of parents 100% , barrier 59.3% of nurses admitted lack of education about autism spectrum disorders. Suggestions of research are conducted training to nurses in hospitals as well as the addition of knowledge about the ASD in educational institutions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambros Magnus Rudolf Mekeng
"ABSTRAK
Indonesia saat ini sedang mengalami spektrum crunch atau krisis spektrum, di mana kebutuhan akan spektrum terus meningkat, sementara ketersediaan spektrum semakin terbatas. Salah satu solusi dari persoalan tersebut adalah dengan menambahkan bandwith spektrum. Spektrum yang berpotensi sebagai tambahan ada pada frekuensi 2520-2670 MHz (Band frekuensi 2.6 GHz ) dengan lebar pita sebesar 150 MHz. Hal yang mendasari ini adalah adanya target peningkatan penetrasi broadband di Indonesia dan rekomendasi ITU bahwa Frekuensi 2.6 GHz sudah diidentifikasi sebagai band IMT yang disetujui hampir semua negara untuk digunakan sebagai terrestrial data, serta adanya keinginan dari operator telekomunikasi Indonesia untuk menyelenggarakan layanan LTE pada frekuensi 2.6 GHz sebagaimana direkomendasikan oleh ITU.
Melihat fenomena di atas, penulis mengajukan penelitian tentang implementasi metode spektrum redeployment pada frekuensi 2.6 GHz di Indonesia karena saat ini frekuensi tersebut digunakan untuk layanan televisi satelit berbayar. Model redeployment dirancang dalam tesis ini agar frekuensi 2.6 GHz dapat dimanfaatkan untuk layanan broadband, khususnya LTE. Perhitungan dilakukan dengan pendekatan Net benefit terhadap model spektrum redeployment untuk mengetahuai berapakah nilai ekonomi dari metode ini bila diterapkan di Indonesia, dan apakah terdapat kondisi win-win solution jika diterapkan model tersebut. Hasil dari penelitian ini didapat bahwa, angka positif paling besar terdapat pada altrnatif dua yaitu dengan skenario pemberian subsidi pada LNB. Dimanauntuk lima tahun masa studi didapat net benefit sebesar 1,92 ? 2,13 trilyun yang berarti alternatif ini memiliki nilai keekonomian yang tinggi bagi pendapatan negara. Model Spektrum redeployment juga bersifat win-win solution karena terdapat kompensasi berupa spektrum pengganti untuk layanan eksisting (Spektrum KU-Band) dan subsidi LNB, sehingga penyedia layanan eksisting tidak perlu mengeluarkan biaya redeployment.

ABSTRACT
Indonesia is currently "spectrum crunch" or spectrum crisis, where demand for spectrum continues to increase, while the more limited availability of spectrum. One solution of the problem is to add bandwidth spectrum. Additional spectrum potentially is the frequency of 2520-2670 MHz (2.6 GHz frequency band) with a bandwidth of 150 MHz. The basis of this is the target of increasing broadband penetration in Indonesia and ITU that the frequency of 2.6 GHz has been identified as a band IMT approved almost all the countries to be used as terrestrial data, and the desire of the Indonesian telecommunications operators to conduct LTE services at a frequency of 2.6 GHz as recommended by the ITU.
Above the phenomenon, We propose a research model of redeployment frequency of 2.6 GHz in Indonesia because the frequencies currently used for satellite pay television services. Redeployment models designed in this thesis that the frequency of 2.6 GHz can be used for broadband service, particularly LTE. Calculations of the Net benefit approach to the model of spectrum redeployment to know what is the economic value of this method when applied in Indonesia , and whether there is a win-win condition when applied the model. Results of this study found that , most large positive number contained in altrnatif two with the scenarios of subsidies to LNB . Where for five -years study period obtained a net benefit of 1.92 to 2.13 trillion, which means that this alternative has a high economic value to country income. Model of Spectrum redeployment is also win- win solution because the model makea spectrum of replacement compensation for the existing services ( KU - Band Spectrum ) and subsidies LNB , so that existing service providers do not need to pay redeploymenteployment.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45247
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambros Magnus Rudolf Mekeng
"ABSTRAK
Indonesia saat ini sedang mengalami spektrum crunch atau krisis spektrum, di mana kebutuhan akan spektrum terus meningkat, sementara ketersediaan spektrum semakin terbatas. Salah satu solusi dari persoalan tersebut adalah dengan menambahkan bandwith spektrum. Spektrum yang berpotensi sebagai tambahan ada pada frekuensi 2520-2670 MHz (Band frekuensi 2.6 GHz ) dengan lebar pita sebesar 150 MHz. Hal yang mendasari ini adalah adanya target peningkatan penetrasi broadband di Indonesia dan rekomendasi ITU bahwa Frekuensi 2.6 GHz sudah diidentifikasi sebagai band IMT yang disetujui hampir semua negara untuk digunakan sebagai terrestrial data, serta adanya keinginan dari operator telekomunikasi Indonesia untuk menyelenggarakan layanan LTE pada frekuensi 2.6 GHz sebagaimana direkomendasikan oleh ITU.
Melihat fenomena di atas, penulis mengajukan penelitian tentang model redeployment frekuensi 2.6 GHz di Indonesia karena saat ini frekuensi tersebut digunakan untuk layanan televisi satelit berbayar. Model redeployment dirancang dalam tesis ini agar frekuensi 2.6 GHz dapat dimanfaatkan untuk layanan broadband, khususnya LTE. Perhitungan dilakukan dengan pendekatan Net benefit terhadap model spektrum redeployment untuk mengetahuai berapakah nilai ekonomi dari metode ini bila diterapkan di Indonesia, dan apakah terdapat kondisi win-win solution jika diterapkan model tersebut.
Hasil dari penelitian ini didapat bahwa, angka positif paling besar terdapat pada altrnatif dua yaitu dengan skenario pemberian subsidi pada LNB. Dimana untuk lima tahun masa studi didapat net benefit sebesar 1,92 ? 2,13 trilyun yang berarti alternatif ini memiliki nilai keekonomian yang tinggi bagi pendapatan negara. Model Spektrum redeployment juga bersifat win-win solution karena terdapat kompensasi berupa spektrum pengganti untuk layanan eksisting (Spektrum KU-Band) dan subsidi LNB, sehingga penyedia layanan eksisting tidak perlu mengeluarkan biaya redeployment.

ABSTRACT
Indonesia is currently "spectrum crunch" or spectrum crisis, where demand for spectrum continues to increase, while the more limited availability of spectrum. One solution of the problem is to add bandwidth spectrum. Additional spectrum potentially is the frequency of 2520-2670 MHz (2.6 GHz frequency band) with a bandwidth of 150 MHz. The basis of this is the target of increasing broadband penetration in Indonesia and ITU that the frequency of 2.6 GHz has been identified as a band IMT approved almost all the countries to be used as terrestrial data, and the desire of the Indonesian telecommunications operators to conduct LTE services at a frequency of 2.6 GHz as recommended by the ITU.
Above the phenomenon, We propose a research model of redeployment frequency of 2.6 GHz in Indonesia because the frequencies currently used for satellite pay television services. Redeployment models designed in this thesis that the frequency of 2.6 GHz can be used for broadband service, particularly LTE. Calculations of the Net benefit approach to the model of spectrum redeployment to know what is the economic value of this method when applied in Indonesia , and whether there is a win-win condition when applied the model.
Results of this study found that , most large positive number contained in altrnatif two with the scenarios of subsidies to LNB . Where for five -years study period obtained a net benefit of 1.92 to 2.13 trillion, which means that this alternative has a high economic value to country income. Model of Spectrum redeployment is also win- win solution because the model make a spectrum of replacement compensation for the existing services ( KU - Band Spectrum ) and subsidies LNB , so that existing service providers do not need to pay redeployment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>