Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132424 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Safri Maruta Hadi
"Lemari pendingin membutuhkan energi listrik agar dapat digunakan. Namun di daerah terpencil yang belum mendapatkan fasilitas energi listrik, sehingga lemari pendingin tidak dapat dinikmati oleh masyarakat. Maka dari itu diperlukan sumber energi alternatif lain sebagai penggantinya, salah satu contohnya adalah energi listrik yang berasal dari modul fotovoltaik. Energi listrik yang berasal dari modul fotovoltaik merupakan tegangan DC 12 Volt sehingga perlu diubah menjadi tegangan AC 220 Volt agar kompresor dapat bekerja. Maka dari itu diperlukan inverter untuk merubah tegangan DC menjadi tegangan AC.

Refrigerator require electricity power in order to can be used, but in remote area which not yet got facility of electricity power. So that refrigerator cannot be enjoyed by people. Hence from that needed by power source of other alternative power, one of the example electrics power coming from photovoltaic module. Electrics power coming from photovoltaic module represent 12 Volt DC voltage so that require to be turned into 220 Volt AC voltage in order to compressor earn to work. Hence from that needed inverter for convert DC voltage become AC voltage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37948
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feisul Fadely
"Kebutuhan lemari pendingin sudah menjadi hal yang umum. Hal ini mengakibatkan peningkatan produksi refrigerant yang tidak ramah lingkungan. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan refrigerant hidrokarbon yang ramah lingkungan. Refrigeran yang digunakan adalah R-600a dan HC 134. Pengujian dilakukan pada suhu lingkungan 30 - 36°C. Lalu dilakukan analisa dengan melihat suhu dari kondenser dan evaporator. Suhu evaporator diambil suhu ratarata dari 10°C sampai -4°C. Diharapkan didapat hasil yang lebih baik dari refrigerant hidroflorocarbon. Pengolahan data dibantu dengan software coolpack. Penggunaan fotovoltaik pada lemari pendingin hanya bertujuan agar lemari pendingin dapat digunakan didaerah terpencil.

The need of refrigerator has become an ordinary matter. This cause an increase in the production of refrigerant that not environmental friendly. One of the solution is by using hydrocarbon refrigerant which is environmental friendly. The refrigerant in use are R-600a and HC 134. The test is being done in ambient temperature between 30 - 36°C. Then the analysis is done by seeing the condenser and evaporator temperature. The mean evaporator temperature taken is between 10 and -4°C. Coolpack software is used to help the analysis. And hoping that the result is better than hydroflourocarbon refrigerant. The reason of using photovoltaic is to make refrigerator can be used in remote area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Wahyu Wibowo
"ABSTRAK
Rasio elektrifikasi di Indonesia masih belum mencapai 100%, ini menandakan masih banyak daerah di Indonesia tanpa akses listrik. Sebagai kunci utama dalam fungsinya sebagai penggerak di negara berkembang, listrik memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan industri telekomunikasi. Dalam situasi seperti itu, sulit untuk menjamin keandalan jaringan telekomunikasi, khususnya, pasokan listrik untuk base transceiver station (BTS). Untuk mengatasi kekurangan ini, sumber energi terbarukan yang tersedia di wilayah tersebut harus bisa digunakan untuk mengoperasikan BTS. Studi ini mengusulkan penggunaan sistem hibrid fotovoltaik (PV) sebagai sumber daya untuk BTS di daerah terpencil di mana listrik dari PLN sebagai pemasok utama tidak tersedia. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan sistem PV mampu memasok kebutuhan beban listrik BTS dan sangat layak dianalisis dari sisi finansial. Keluaran daya sistem PV yang dirancang dapat menghasilkan 1,16 kW, sementara beban BTS adalah 1,15 kW. Kami menemukan bahwa sistem hibrid fotovoltaik mampu menangani beban BTS. Dalam perspektif ekonomi, biaya investasi untuk pembangunan sistem PV jauh lebih terjangkau, mudah dipelihara dan dioperasikan.

ABSTRACT
The electrification ratio in Indonesia has not yet achieved 100%, meaning there are still many areas without electricity access. As a key driven country development, electricity has a significant impact to the growth of telecommunication industries. In such situations, it is therefore difficult to guarantee the reliability of the telecommunication network, in particular, the electricity supply for the base transceiver station (BTS). To overcome this shortage, locally available renewable energy sources can be a solution as a power supply for a BTS. This study proposes the use of the integrated photovoltaic (PV) hybrid system as a power sources for BTS in the remote and isolated areas that have not yet supply electricity. The results show that the use of PV hybrid system is capable of supplying the electrical load requirement of BTS and is very feasible in financial analysis. The designed PV system output can produce 1.16 kW, while BTS load is 1.15 kW. We found that the integrated PV system is capable of handling BTS load. In economic perspective, the investment cost to deploy PV system is affordable due to the advantage of PV system, which is easy to maintain and operate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Two things that become world concern are energy crisis and environmental problem, Refrigerator is
one of the causes of the problems either direct or indirect. Refrigerator uses electricity source that comes
front fossil fuel as indirect cause of energy crisis and environmental' problem which contributes to ozone
depletion and global warming by using the refrigerant. Therefore we need a solution that can answer
the problems. The solution is photovoltaic refrigerator .system with hydrocarbon refrigerant. This system
uses photovoltaic module connected to the inverter. The function of inverter is to convert i2 Volt DC
electric voltage from photovoltaic module into 220 Volt A C electric voltage, The refrigerant are
hydrocarbon R-600a and HC-134 which charged at 20 bar pressure. The experiment shows that the
inverter which suitable for refrigerator is pure sine wave inverter type and the alternative refrigerant is
R-600a. Refrigerator with photovoltaic module can be used until 21.5 hours without charging.
"
Jurnal Teknologi, 21 (4) Desember 2007 : 265-273, 2007
JUTE-21-4-Des2007-265
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Pratama Astin
"ABSTRAK
Pada tahunnya 1999 Indonesia sebagai voluntary program energi labeling
khususnya lemari pendingin rumah tangga yang bertujuan untuk memberikan
label energi sebagai tanda produk tersebut hemat energi. Program ini sejalan
dengan kesepakatan Indonesia untuk mengantisipasi global warming di dalam
Protokol Kyoto1997. Penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu memperkirakan
energi konsumsi lemari pendingin berdasarkan SNI ISO 15502-2009 dimana
kondisi temperature lingkungan dikondisikan sebesar 32, 30 dan 28 °C. Dari
pengujian tersebut dihasilkan bahwa dengan meningkatnya temperature
lingkungan maka energi konsumsi yang dibutuhkan juga meningkat. Dengan
bertambahnya 1 °C temperature lingkungan maka energi konsumsi yang
dibutuhkan akan meningkat sebesar 65 Wh/24 jam.

ABSTRACT
Indonesia as voluntary program on energy efficiency and labeling in 1999, one of
the appliance household in energy efficiency and labeling is refrigerator as
efficiency product. This program as one of commitment Indonesia government to
reduce impact global warming in Kyoto ptotocol 1997. Research conducted by the
authors estimate the energy consumption of refrigerators based on ISO 15502-
2009 where it’s setting ambient temperature conditions of 32, 30 and 28 ° C. Of
the test result that by increasing the environmental temperature energy
consumption required also increases. With a 1 °C increase in ambient temperature
required the energy consumption will increase by 65 Wh/24 hours."
2013
T36743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dawuh Budilaksono
"Alat pendinginan sistim adsorpsi yang menggunakan karbon aktif sebagai adsorben dan metanol sebagai adsorbat merupakan alternatif sebagai pengganti mesin kompresi uap yang ada saat ini. Alat sistim adsorpsi ini terdiri dari adsorben, kondensor, katup ekspansi dan evaporator. Adsorber didisain dari tabung stainless berdiameter 3 inch, panjang 500 mm yang berisi kepingan karbon aktif dengan masing-masing ketebalan rata- rata 30 mm. Energi yang dibutuhkan untuk memompa refrigeran adalah energi termis dimana keuntungan dari penggunaan energi termis adalah sumber energinya bisa berasal dari panas gas buang hasil pembakaran atau panas matahari. Untuk simulasi pemanas dan pendingin adsorber saat proses desorpsi maupun adsorpsi digunakan oli dan air sebagai medianya. Tekanan didalam system saat proses berlangsung berkisar antara -97.325 kPa (gage) sampai dengan 0.147 kPa (gage). Temperatur lingkungan sekitar 300 - 303 K. Perbaikan yang dilakukan dapat mengurangi kebocoran yang ada, sehingga alat pendingin adsorpsi dapat bekerja secara penuh melakukan proses desorpsi dan adsorpsi. Temperature terendah pada cool box adalah 284 K dengan COP 0.007797, sedangkan COP terbesar yang dapat dicapai adalah 0.008962 dengan temperature cool box 291 K. Dengan demikian alat ini jika diaplikasikan dengan solar collector untuk pembuatan es adalah kurang efektif karena temperatur yang dihasilkan tidak mencapai titik beku air. Hasil percobaan yang didapat adalah dengan lama siklus yang semakin panjang, tekanan dan temperatur maksimum desorpsi yang semakin tinggi akan mengakibatkan semakin rendah temperatur di cool box."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50378
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Arief Kholifian
"ABSTRAK
Berdasarkan data Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia pada tahun 2011, rasio elektrifikasi Indonesia pada tahun 2010 adalah
67,63%. Itu artinya masih ada 32,37% rakyat Indonesia yang belum mendapatkan
haknya untuk menikmati energi listrik. Menurut Bappenas banyak masyarakat di
Indoensia di daerah terpencil yang terisolir secara geografis sehingga belum
mendapatkan listrik yang berasal dari jaringan terkoneksi nasional (gridline).
Pembangkit listrik mandiri seperti pembangkit tenaga air dalam skala kecil yang
mudah perawatannya dan luas cakupan penggunaannya dapat digunakan untuk
menyediakan kebutuhan listrik di daerah terpencil. Untuk mendukung hal tersebut
perlu dikembangkan Turbin air aliran silang (crossflow). Turbin yang
direncanakan memiliki daya keluaran 5 kW kisaran tinggi jatuh 3 m dan debit air
0,283 m3/s dengan perkiraan efisiensi 60%. Berdasarkan perencanaan diperoleh
turbin crossflow dengan diameter luar adalah 229 mm, lebar 229 mm, jari-jari
sudu 43,3 mm dan jumlah sudu 24 buah.

Abstract
Berdasarkan data Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia pada tahun 2011, rasio elektrifikasi Indonesia pada tahun 2010 adalah
67,63%. Itu artinya masih ada 32,37% rakyat Indonesia yang belum mendapatkan
haknya untuk menikmati energi listrik. Menurut Bappenas banyak masyarakat di
Indoensia di daerah terpencil yang terisolir secara geografis sehingga belum
mendapatkan listrik yang berasal dari jaringan terkoneksi nasional (gridline).
Pembangkit listrik mandiri seperti pembangkit tenaga air dalam skala kecil yang
mudah perawatannya dan luas cakupan penggunaannya dapat digunakan untuk
menyediakan kebutuhan listrik di daerah terpencil. Untuk mendukung hal tersebut
perlu dikembangkan Turbin air aliran silang (crossflow). Turbin yang
direncanakan memiliki daya keluaran 5 kW kisaran tinggi jatuh 3 m dan debit air
0,283 m3/s dengan perkiraan efisiensi 60%. Berdasarkan perencanaan diperoleh
turbin crossflow dengan diameter luar adalah 229 mm, lebar 229 mm, jari-jari
sudu 43,3 mm dan jumlah sudu 24 buah.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43608
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alde Renaldi
"Keinginan masyarakat untuk dapat menjaga kondisi makanan serta mendapatkan minuman dalam keadaan segar membuat lemari pendingin menjadi salah satu alat rumah tangga yang sangat populer. Sebagian besar lemari pendingin tersebut menggunakan sistem pendingin konvensional yang saat ini sedang ramai diperbincangkan karena penggunaan refrigeran yang dapat merusak ozon.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai unjuk kerja antara lemari pendingin berbasis termoelektrik dengan lemari pendingin berbasis absorpsi. Nilai unjuk kerja dalam hal laju pendinginan kabin, temperatur kabin, dan nilai COP, lemari pendingin termoelektrik mampu mengungguli performa lemari pendingin absorpsi, dengan nilai COP 0,093 - 0,15 lemari pendingin termoelektrik memiliki potensi yang besar untuk menjadi pengganti lemari pendingin konvensional.

People desire to keep meals and drinks in a good conditions makes refrigerator become the most popular for a appliance. Almost all of refrigerator in the world using conventional refrigeration system which is using refrigerant as a working fluid. Today, many refrigerant are discused because it can makes ozon depletion.
This research aim to compare between thermoelectric refrigerator performance and absorption refrigerator performance. The number of performance such as cooling rate, cabin temperature, and a number of COP, thermoelectric refrigerator has been able to outperform absorption refrigerator performace, with a number of COP between 0,093 ' 0,15, thermoelectric refrigerator is highly potential to become a future refrigerator.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50962
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Limbong, Eric Pangihutan
"ABSTRAK
Kebutuhan energi saat ini sangatlah tinggi seiring dengan pertumbuhan ekonomi serta perkembangan zaman. Namun sebaliknya, sumber daya energi semakin menipis. Oleh karena itu, kita memerlukan berbagai usaha dalam penghematan energi serta pemakaian produk-produk yang hemat energi. Program energi labeling perlu dilakukan khususnya pada lemari pendingin rumah tangga yang selalu beroperasi serta sangat diminati oleh masyarakat. Pengujian ini dilakukan sebagai salah satu upaya konservasi energi dengan mengadakan pengujian lemari pendingin berdasarkan SNI ISO 15502:2009 dimana kondisi temperature lingkungan dikondisikan sebesar 32 °C. Dari hasil pengujian ini didapatkan konsumsi energi lemari pendingin ini sebesar 1,873 kWh/24 jam dengan M-Packages sebagai beban pendinginan seberat 15 kg.

ABSTRACT
Current energy needs is extremely high along with economic growth and development period. But on the contrary, energy resources is dwindling. Therefore, we need a variety of efforts in energy saving and the use of products that are energy efficient. Energy labeling program needs to be done, especially in the household refrigerator that always operational and in great demand by the public. The test is performed as one of the energy conservation efforts by conducting tests refrigerator based on SNI ISO 15502:2009 where it?s setting ambient temperature conditions of 32°C. From these test results, obtained refrigerator energy consumption of 1.873 kWh/24 h and M-Package as the cooling load with weight 15 kg.
"
2015
S60243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Kurnia Putri
"Sektor bangunan adalah salah satu konsumen energi terbesar bersama dengan pemukiman, transportasi dan industri. Teknologi Fotovoltaik Terintegrasi Bangunan (BIPV) dapat menjadi alternatif untuk mengurangi konsumsi energi di gedung dan untuk mengamankan cadangan energi. Studi ini menginvestigasi penerapan BIPV di atap dan fasad bangunan tinggi di Jakarta. Di sini, baik studi kelayakan teknis dan ekonomi diuraikan. Kami menggunakan program rumus ekonometrik untuk menghitung pembangkitan energi dan spesifikasi yang dibutuhkan. BIPV atap menghasilkan hasil energi yang lebih besar dibandingkan dengan BIPV fasad karena lebih banyak radiasi dapat ditangkap oleh BIPV atap pada sudut arah dan kemiringan yang optimal, arah utara dengan derajat kemiringan 15° menggunakan modul polikristalin efisiensi 16,49%. Sistem BIPV terpasang 14.782 kWp yang mengurangi 0,31% - 7,94% dari konsumsi energi gedung. Dari sisi ekonomi, total biaya proyek dan pendapatan aplikasi BIPV adalah, masing-masing, 42 ribu - 10,27 juta USD dan 38 ribu - 1,42 juta USD. Sistem BIPV menjadi lebih murah dibandingkan dengan energi fosil pada tahun ke-6 untuk aplikasi atap dan tahun ke-23 untuk aplikasi fasad. Studi ini dapat diperluas untuk mengembangkan BIPV di Indonesia.

Building sector is one of the biggest energy consumption along with residential, transportations and industrials. Building Integrated Photovoltaic (BIPV) can be an alternative to reduce energy consumption in the building and to secure the energy reserves. This study investigates the application of BIPV on the rooftop and facade of a high-rise building in Jakarta. Here, both technical and economic feasibility study are outlined. We employed the econometric spreadsheet program to calculate the energy generation and required specifications. BIPV rooftop produces greater energy output compared to BIPV facades because more radiation can be captured by BIPV rooftop at optimum angle of direction and slope, north direction with degree of slope 15° using polycrystalline module efficiency 16.49%. The system installed capacity is 14,782 kWp which reduces 0.31 % - 7.94 % of energy consumption. From the economic side, the total project cost and revenue of BIPV application is, respectively, 42 thousand - 10.27 million USD and 38 thousand - 1.42 million USD. The BIPV system becomes cheaper than the fossil energy in the 6th year for roof applications and the 23rd year for facade applications. This study can be broadened to develop BIPV in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>