Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9661 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurcholis Gary Akbar
"Kualitas kayu, sebagai bahan furniture, sangat ditentukan oleh jumlah Moisture Content (MC) yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses pengeringan pada kayu, untuk mengurangi jumlah MC, sebelum kayu tersebut di-assembly dan digunakan. Jenis pengering kayu yang digunakan sangat ditentukan oleh iklim, jenis kayu, jumlah kayu, dan kualitas kayu yang ingin dicapai. Kualitas yang disyaratkan costumer adalah MC kayu yang mencapai 8-12%. Untuk jenis kayu ringan dan jumlah kayu yang sedikit, dapat digunakan sistem pengering dengan menggunakan heat pump. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penulisan skripsi ini dilakukan suatu proses perancangan sistem pengering kayu dengan memanfaatkan prinsip dehumidifier pada heat pump. Analisis dilakukan dengan membandingkan dan memilih sistem-sistem yang biasa digunakan di daerah tropis, serta membahas perhitungan teoritis desain yang dilakukan. Desain sendiri dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan embodiment design dan pemanfaatan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Adapun temperatur kondensasi pada sistem yang didesain adalah 50_C, temperatur evaporasi 10_C, dan daya kompresor yang digunakan 5 pk. Diharapkan hasil desain alat ini dapat digunakan sebagai bahan pengujian, pengembangan, dan pemanfaatan lebih lanjut untuk memperoleh hasil pengeringan yang lebih optimal.

Wood quality, as furniture's material, is mostly based on amount of Moisture Content (MC) inside the wood. Therefore, a process is needed to dry the wood, for reducing amount of MC, before its assembling and using steps. Kinds of used wood dryer depends on the climate, kinds of wood, number of wood, and expected wood's quality. Customer's needs make a requirement for MC about 8-12%. For a little number of softwood, it can be used an heat pump for drying process. Because of that, in this final project, a dryer system desain is done with using dehumidifier's principles. Analysis process is done by comparing and choosing customary sistems which is used at the tropical area, and also investigating design's theoritical calculation. Design itself is done by using embodiment design steps and Analytical Hierarchy Process (AHP) method. Designed system, in this final project, has condensing temperature about 50_C, evaporating temperature 10_C, and compressor's power about 5 hp. The designing result is expected to be used as a tool for experiment and development in order to get optimal drying result."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhasan Hadiwahyana
"Kualitas kayu, sebagai bahan furniture, sangat ditentukan oleh jumlah Moisture Content (MC) yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses pengeringan pada kayu, untuk mengurangi jumlah MC, sebelum kayu tersebut di-assembly dan digunakan. Jenis pengering kayu yang digunakan sangat ditentukan oleh iklim, jenis kayu, jumlah kayu, dan kualitas kayu yang ingin dicapai. Kualitas yang disyaratkan costumer adalah MC kayu yang mencapai 8-12%. Untuk jenis kayu ringan dan jumlah kayu yang sedikit, dapat digunakan sistem pengering dengan menggunakan heat pump. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penulisan skripsi ini dilakukan suatu proses perancangan sistem pengering kayu dengan memanfaatkan prinsip dehumidifier pada heat pump. Analisis dilakukan dengan membandingkan dan memilih sistem-sistem yang biasa digunakan di daerah tropis, serta membahas perhitungan teoritis desain yang dilakukan. Desain sendiri dilakukan sesuai dengan tahapantahapan embodiment design dan pemanfaatan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Adapun temperatur kondensasi pada sistem yang didesain adalah 50_C, temperatur evaporasi 10_C, dan daya kompresor yang digunakan 5 pk. Diharapkan hasil desain alat ini dapat digunakan sebagai bahan pengujian, pengembangan, dan pemanfaatan lebih lanjut untuk memperoleh hasil pengeringan yang lebih optimal.

Wood quality, as furniture's material, is mostly based on amount of Moisture Content (MC) inside the wood. Therefore, a process is needed to dry the wood, for reducing amount of MC, before its assembling and using steps. Kinds of used wood dryer depends on the climate, kinds of wood, number of wood, and expected wood's quality. Customer's needs make a requirement for MC about 8-12%. For a little number of softwood, it can be used an heat pump for drying process. Because of that, in this final project, a dryer system desain is done with using dehumidifier's principles. Analysis process is done by comparing and choosing customary sistems which is used at the tropical area, and also investigating design's theoritical calculation. Design itself is done by using embodiment design steps and Analytical Hierarchy Process (AHP) method. Designed system, in this final project, has condensing temperature about 50_C, evaporating temperature 10_C, and compressor's power about 5 hp. The designing result is expected to be used as a tool for experiment and development in order to get optimal drying result."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Burhanuddin Fauzi
"Karakteristik pengeringan sangat ditentukan oleh nilai konstanta laju pengeringan dan energi aktivasi bahan. Pemahaman terkait proses pada pengering pompa kalor penting diketahui untuk optimalisasi proses pengeringan kopi. Biji kopi robusta berkulit tanduk dikeringkan pada laju aliran udara, temperatur, dan kelembaban spesifik yang berbeda. Pengeringan dilakukan pada variasi temperatur heater 60, 65, 70, 75, dan 80 °C selama 5 jam, dengan laju aliran udara sebesar 400, 550, dan 700 lpm. Kelembaban spesifik divariasikan berdasarkan temperatur keluaran evaporator sebesar 10, 15, dan 20 °C. Pengeringan juga dilakukan tanpa sistem refrigerasi. Sehingga terdapat 4 variasi kelembaban spesifik. Variasi nilai kelembaban spesifik diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata temperatur keluaran evaporator dan kelembaban relatif selama periode pengeringan. Nilai  paling besar diperoleh pada variasi temperatur 80 °C dengan kelembaban spesifik 6,16 g H2O/kg dry air pada laju aliran udara 700 lpm dengan nilai 10,69x10-3 s-1. Nilai energi aktivasi paling besar adalah 45,93 kJ/mol yang diperoleh pada variasi kelembaban spesifik 17,24 g H2O/kg dry air dan laju aliran udara 400 lpm. Penurunan kadar air akan semakin cepat dengan meningkatnya laju aliran udara, meningkatnya temperatur pengeringan, dan kelembaban spesifik yang semakin kecil.

The drying characteristics are largely determined by the value of the drying rate constant and the activation energy of the material. It is important to understand the process related to heat pump dryers to optimize the coffee drying process. The wet parchment robusta coffee beans are dried at different air flow rates, temperatures, and specific humidity. Drying was carried out at heater temperature variations of 60, 65, 70, 75 and 80 °C for 5 hours, with air flow rates of 400, 550 and 700 lpm. Specific humidity is varied based on the evaporator output temperature of 10, 15, and 20 °C. Drying is also carried out without a refrigeration system. So, there are 4 variations of specific humidity. Variations in specific humidity values are obtained from the results of calculating the average evaporator outlet temperature and relative humidity during the drying period. The highest  value was obtained at a temperature variation of 80 °C with a specific humidity of 6.16 g H2O/kg dry air at an air flow rate of 700 lpm with a value of 10.69x10-3 s-1. The highest activation energy value is 45.93 kJ/mol obtained at a specific humidity variation of 17.24 g H2O/kg dry air and an air flow rate of 400 lpm. The decrease in water content will be faster with increasing air flow rate, increasing drying temperature, and decreasing specific humidity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Banu Dwipa M
"Penghisapan udara oleh pompa vakum menyebablcan berkurangnya jumlah uap air dalam tabung vakum. Hal tersebut berakibat pada menurunnya nilai relative humidity (RH) dalam tabung vakum. Akibatnya, tercapai suatu kondisi dimana udara memiliki kemampuan untuk menyerap lebih banyak air. Kondisi tersebut meningkatkan potensial pengeringan dalam tabung vakum. Potensial pengeringan tersebut akan menurun seiring dengan meningkatnya kadar air udara tabung vakum.
Suatu saat akan tercapai suatu kondisi di mana kandungan air kayu berada dalam keseimbangan dengan kadar air udara tabung vakum pada suatu nilai yang disebut equilibrium moismre conienr (EMC). EMC kayu perhitungan bergantung pada RH dan temperatur lingkungan. Rumus EMC Hailwood-Horrobin digunakan untuk menghitung nilai EMC kayu perhitungan pada kondisi RH dan temperatur tertentu.
Masalah yang dikaji pada lugas akhir ini adalah mengenai analisa EMC kayu perhitungan pada proses pemvakuman Pengambilan data dilakukan untuk mencatat nilai RH pada penurunan tekanan dengan variasi temperatur. Hasil yang didapat, penumnan tekanan menurunkan nilai EMC kayu perhitungan karena RH menurun selama penurunan tekanan. Pada tekanan tertentu, nilai EMC kayu perhitungan akan lebih rendah pada temperatur yang lebih tinggi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dexsa Syafrani
"Pengeringan adalah operasi pemisahan cairan dari dalam suatu bahan dengan cara mengeluarkan air yang terkandung dalam bahan ke lingkungannya. Pemisahan tersebut dilakukan dengan cara menguapkan cairannya, dan ini membutuhkan energi. Semakin banyak energi yang dapat digunakan untuk menguapkan, maka akan semakin mudah penguapan tersebut terjadi. Pengeringan vakum adalah salah satu operasi pengeringan dengan cara menurunkan tekanan lingkungan di sekitar benda yang dikeringkan. Pemvakuman mempercepat pengelingan karena menurunkan titik didih dari cairan tersebut dan menimbulkan perbedaan tekanan antara bahan dan lingkungan. Olakan udara juga mempercepat penguapan karena energi dari olakan udara dapat digunakan untuk membantu penguapan bahan Masalah yang dikaji pada tugas akhir ini adalah mengenai fenomena-fenomena yang teljadi pada saat proses pengeringan berlangsung Dari hasil pengujian pengeringan yang telah dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap penunman massa, perubahan kelembaban nisbi, dan menganalisa pengaruh olakan udara terhadap penguapan, temyata didapatkan bahwa ketika tekanan diturunkan (dengan proses vakum), maka pengurangan massa akan lebih besar dari pada jika tidak divakumkan pada waktu dan kondisi temperatur sama. Didapatkan juga hasil bahwa pengaruh olakan udara dalam ruang vakum memang membantu proses penguapan pada batas-batas tertentu.

Drying is a process of separating liquid from inside a product by removing the liquid to the surrounding. The removing is done by evaporating the liquid, which it uses energy. The more energy used for evaporation, the easier it is to evaporate. Vacumm drying is a dryinproces by decreasing the pressure surrounding the product. Vacumming inside all isolated room. The separation in drying process is an activity, changing a pecimen from its original phase as a solid, semi-solid, or liquid, become a solid product by taking the water that is contained by the specimen out of the specimen, into is surrounding. So, the focus of the result of drying process is a solid product. Matter that is discussed in this book is about the phenomena that occur when the vacuum drying process is running. From the data that has been gained by experiments. Dealing with mass, humidity relativity and temprature, we can see that if the pressure decreases because of the vacuming. Th e relative huminity decreases too. The decreasing of relative humidity is the factor that influences the rate of drying. So, rate of drying is not influenced directly by the decreasing of pressure, but by the decreasing of relative humidity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37494
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avianto M. Munir
"Sampah dimanapun selalu menimbulkan masalah. Ini disebabkan luasnya dampak negatif yang ditimbulkan serta casa penanganannya. Dampak negatif yang kentara diantara kita adalah berupa gangguan terhadap keseimbangan alam dan lingkungan. Oleh karena itu perlu dipikirkan cara penanganannya yang relatif aman serta tidak membahayakan dampak yang dihasilkan.
Salah satu alternatif penanganan tersebut adalah dengan membakar sampah yang dapat dilakukan di suatu tempat yang jauh dari segal kegiatan. Namun pembakaran tersebut terkadang sukar dikendalikan. Hal ini disebabkan bila terdapat angin yang cukup kencang sehingga sampah, asap, debu, arang, dan api itu sendiri terbawa ke tempat-tempat sekitar yang dapat menimbulkan kerugian serta dampak negatif. Oleh karena itu diperlukan suatu instalasi pembakaran yang dapat menanggulangi hal tersebut. Instalasi pembakaran tersebut disebut insinerator.
Proses pembakaran di dalam insinerator disebut insinerasi. Dalam insinerasi, karakteristik sampah, terutama kandungan airnya dapat mempengaruhi lamanya pembakaran serta jumlah pemakaian bahan bakar. Pengeringan perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum dikerjakan dalam insinerator. Pengeringan ini dapat dikerjakan sekaligus dengan pengontrolan suhu dan waktu pengeringan. Untuk sampah yang mengandung air (moisrure) tinggi, pengerlngan dilakukan di Iuar insinerator. Berarti instalasi pengeringan atau alat pengering dipasang di Iuar konsturksi insinerator.
Alat pengering yang dapat digunakan sebagai pengeringan pendahuluan adalah Rotary Dryer. Alat ini berbentuk silinder yang dapat berputar dan di dalamnya terdapat sirip-sirip yang berfungsi sebagai pemisah atau pengayak, agar sampah tidak menggumpal. Alat ini juga dapat digunakan sebagai ruang masuk sampah ke dalam insinerator dan terdapat pula ruang untuk mengalirkan udara panas sebagai pengonuolan suhu dan media pengering."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adri Ilham Husnil
"Vacuum dryer adalah salah satu jenis alat yang digunakan untuk melakukan pengeringan dengan cara menurunkan tekanan di sekitar benda yang dikeringkan. Operasi pemisahan pada pengeringan adalah kegiatan mengubah suatu bahan umpan berbentuk padatan, semi-padatan atau cairan menjadi produk berbentuk padatan dengan cara mengeluarkan air yang terkandung dalam bahan ke lingkungannya. Maka penekanan hasil dari pengeringan adalah padatan. Masalah yang dikaji pada tugas akhir ini adalah mengenai fenomena-fenomena yang terjadi pada saat proses pengeringan berlangsung. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap penurunan massa, perubahan kelembaban nisbi dan temperatur, ternyata didapatkan bahwa ketika tekanan diturunkan (dengan proses vakum), maka kelembaban nisbi juga ikut turun. Penurunan kelembaban nisbi inilah yang merupakan faktor yang mempengaruhi laju pengeringan. Jadi, laju pengeringan tidak langsung dipengaruhi oleh penurunan tekanan, melainkan oleh penurunan kelembaban nisbi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Glen Sudaryanto
"Kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap proses pengeringan, sehingga di Indonesia negara yang beriklim tropis dan memiliki kelembaban udara yang tinggi kinerja pengering semprot menjadi rendah. Penelitian ini membuat simulasi kommbinasi pengering semprot dengan pipa kalor dua kondensor seri dan pemanas listrik. Variabel dalam penelitian ini adalah temperature dan laju udara pengering pada dew point udara pengering 10 [ C], serta temperatur kondensor. Pada sebagian besar dari variasi tersebut, sistem pompa panas dengan dua kondensor yang dipasang seri memiliki Konsumsi Energi Spesifik yang tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan penggunaan pemanas listrik saja. Namun bila dikombinasikan dengan pengering semprot dan pemanas listrik konsumsi energi spesifiknya dapat menurun karena udara yang dialirkan dari pompa kalor jauh lebih kering. Ada pun pada sistem pompa kalor dua kondensor kondisi dengan kinerja paling baik terdapat pada temperatur kondensor 60 [ C]. Simulasi pada drying chamber ruang pengeringan didapatkan kinerja laju penguapan paling baik pada dew point 10 [ C] dengan temperatur udara penguapan 60 [ C]. Diketahui juga karakteristik laju penguapan pada temperatur udara pengeringan dibawah 60 [ C], laju penguapan dalam ruang pengering drying chamber sangat dipengaruhi oleh perubahan titik embunya. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa kinerja alat paling baik dicapai pada titik embun 10 [ C] dengan tekanan kondenser 23,1 atm.

Humidity rate is certainly a key factor in drying process. Indonesia with its tropical climate have a very high humidity rate. Humidity rate adjustment on a drying process in tropical climate can greatly increase the efficiency of spray dryer. The CFD simulation with the variation of heater temperature 60 C, 80 C, 100 C, 120 C, air flow velocity 0.03 m3 s, 0.06 m3 s dan 0.09 m3 s, and specific air humidity of 10 C, 15 C, 20 C and 27 C with 0,2 gr s of steady drying material. From all the variation that have been simulated, some of the heat pumps coefficient of performance, shown disadavantages, though if the heat pump combine with the spray dryer the performance show great advantages. This investigation also shown the drying chamber performace reach it peaks at dew point 10 C. Properties of the evaporation flow also can be identified during the drying process inside drying chamber, which in low dry air temperature 60 C the dew point affect greatly to evaporation rate of the materials. The efficiency of the combination between spray dryer and dehumidifier system reached its peak at 10 C specific humidity rate with 23,1 atm condenser pressure. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S70298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Kurniawan
"Proses pengeringan merupakan suatu cara pemeliharaan terhadap suatu produk bahan pangan. Pengeringan secara alami, yaitu menggunakan sinar matahari langsung dirasakan kurang efektif karena membutuhkan waktu yang lama untuk proses pengeringan yang dilakukan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu alat pengering yang dapat meminimalkan waktu pengeringan. Modullar Air Dryer (MAD) adalah sebuah alat pengering yang dilengkapi kolektor plat datar dan memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi utama. Sinar matahari yang dapat digunakan secara gratis menjadikan MAD sebagai alat pengering yang murah dengan perawatan yang mudah. Pembuatan MAD ini disesuaikan dengan cuaca di negara kita yang memiliki intensitas matahari cukup tinggi. Selain itu, hasil pertanian yang besar di negara kita menjadi salah satu alasan pembuatan MAD.
Pengujian MAD kali ini adalah untuk mengetahui kesetimbangan massa dan energi dalam proses pengeringan bahan pangan. Untuk pengujian kali ini digunakan bawang merah sebagai bahan uji. Persiapan awal yang dilakukan adalah meletakkan MAD pada tempat yang mendapatkan intensitas matahari cukup tinggi. Bawang merah yang akan dikeringkan diletakkan pada rak-rak yang tersedia dengan menggunakan wadah. Pengambilan data dilakukan setiap 10 menit. Data yang didapat dari pengujian antara lain temperatur udara masuk dan keluar ruang kolektor, temperatur ruang kolektor, temperatur ruang pengering, kelembaban relatif ruang pengering, massa bawang merah, intensitas matahari, dan temperatur lingkungan. Sedangkan, kecepatan aliran udara yang melalui ruang kolektor dan ruang pengering tidak berubah.
Data yang didapat dari hasil pengujian diolah dan didapatkan hasil bahwa secara ideal, proses pengeringan dalam MAD tidak setimbang karena terjadi perbedaan antara aliran massa uap air dan aliran energi yang masuk dan keluar sistem. Untuk aliran massa uap air, dari tiga kali pengujian, perbedaan yang terjadi adalah - 0.1251g/s, - 0.3967g/s, dan 0.0753g/s. Sedangkan, untuk aliran energi perbedaan yang teijadi adalah 0.254kJ/s, - 0.404kJ/s, dan 0.958kJ/s. Perbedaan ini sangat kecil bila dibandingkan dengan besamya aliran massa dan energi yang masuk dan keluar sistem. Sehingga, sistem pengeringan MAD dianggap memiliki kesetimbangan massa dan energi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad RifqiI Saefuttamam, atuhor
"Kurang efisiennya sistem pengeringan kopi dengan menggunakan sinar matahari membuat produktifitas para petani kopi di Indonesia kurang maksimal. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk membuat sistem pengeringan yang lebih efektif dan efisien yaitu dengan cara mengkombinasikan sistem pengeringan jenis bed dryer dengan heat pump (sistem refrigerasi). Pengujian dilakukan dengan buah kopi yang sudah dikupas untuk mensimulasikan kinerja dari bed dryer. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah meningkatkan laju penguapan dari biji kopi  dengan sistem heat pump sehingga debit udara pengeringan dan temperatur heater semakin tinggi, sedangkan kelembaban udara semakin rendah sehngga kinerja bed dryer lebih baik terhadap laju penguapannya. Secara sistem dengan penambahan kompresor dari refrigerasi dan fan kondenser membuat daya total dari bed dryer semakin besar. Namun, hal ini tertutupi dengan adanya pemanfaatan sisi evaporator sebagai dehumidifikasi udara pengering dan kondenser 1 sebagai heat recovery yang memberikan penghematan daya heater  hingga 70.5%. Ketika kelembaban udara diatur semakin rendah, akan berdampak pada terjadinya kenaikan temperatur outlet kondenser 1 pada sisi udara hingga 44°C.

The lack of efficiency of the coffee drying system using sunlight makes the productivity of coffee farmers in Indonesia less than optimal. Therefore, this research was conducted to create a more effective and efficient drying system by combining a bed dryer type drying system with a heat pump (refrigeration system). The test was carried out with peeled coffee cherries to simulate the performance of a bed dryer. The results obtained from this study are to increase the evaporation rate from coffee beans with a heat pump system so that the drying air flow rate and heater temperature are higher, while the humidity is lower so that the bed dryer's performance is better on the evaporation rate. The system with the addition of a compressor from the refrigeration and condenser fan makes the total power of the bed dryer even greater. However, this is covered by the utilization of the evaporator side as dehumidification of drying air and condenser 1 as heat recovery which provides heater power savings of up to 70.5%. When the air humidity is set lower, it will have an impact on increasing the outlet temperature of the condenser 1 on the air side up to 44°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>