Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130088 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Axel Hidayat
"Pengujian modul termoelektrik atau Elemen Peltier biasanya ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai perbedaan temperatur maksimum antara sisi panas dan sisi dingin elemen peltier dan COP (Coefficient of Performance). Sehubungan dengan pengembangan peralatan-peralatan berbasis modul termoelektrik sebagai pompa kalor, pengujian terhadap modul termoelektrik perlu dilakukan karena modul TE (termoelektrik) yang saat ini banyak beredar di pasar tidak mencantumkan standar spesifikasi yang jelas. Penggunaan modul TE yang sesuai dengan spesifikasi akan memberikan performa yang optimal pada rancangan alat. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat uji kualitas dan karakteristik elemen peltier. Pada paper ini dijelaskan tentang alat uji yang dikembangkan dan pengujian modul TE dengan menggunakan perhitungan daya listrik, COP dan beda temperatur. Design alat uji dibuat secara sederhana, dan cara kerjanya pun tidak rumit. Alat uji memiliki 2 buah waterblock yang dialiri air, yang berfungsi sebagai alat pengukur kalor yang diserap dan dilepaskan dari masing-masing sisi modul TE. Hasil design alat pengujian cukup kompak dan dapat digunakan sebagai alat uji kualitas dan karaktertiki elemen peltier.

The testing of the Thermoelectric Module (TE) or Peltier Element is normally to obtain information such as the differences in the hot and cold temperature across the element and also the Coefficient of Performance (COP). Heat pump is one of the instruments that used the principal of thermoelectric module. The purpose of this experiment is to set a certain specification of the module. Therefore the test of the thermoelectric Module has to be conducted to ensure it has the right standard specification before it goes to the market, because there are too many thermoelectric modules that release to the market without any standardization. The use of the module in the right specification will give the optimal and maximum potential of the design instrument, for example the heat pump. In this paper it explains the new testing equipment that is used to test the element Peltier and also the test of thermoelectric module by using the calculation of power input, Coefficient of Performance (COP), and difference in maximum temperature. This new testing equipment is designed in simplicity and can be operated easy. It consists of two water blocks which a flow of water passes through it, therefore the blocks measure the initial and release heat on the plate on both sides of the thermoelectric module. The result of the new testing equipment is convincing and now it can be used to test the specification and characteristic of the element Peltier."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Agizna A.
"Energi alternatif sangat dibutuhkan untuk mengurangi efek pemanasan global karena peningkatan jumlah CO2 setiap tahunnya. Energi fosil telah digunakan berabad-abad sebagai bahan bakar utama dalam banyak aplikasi, walaupun hal ini memberikan persentase yang tinggi dalam menyumbang polusi udara ke lingkungan.
Melalui penelitian ini, penggunaan thermoelectric generator (TEG) dapat menjadi salah satu solusi untuk masalah ini. TEG adalah suatu modul yang mengubah energi panas menjadi energi listrik dengan memanfaatkan kecepatan perpindahan elektron dari dua tipe semikonduktor yang menghasilkan perbedaan potensial. Prinsip ini dikenal dengan efek Seebeck yang membalikkan efek Peltier pada thermoelectric cooling (TEC).
Penelitian ini mempunyai eksperimen kombinasi. Pertama, fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi daya yang dibangkitkan oleh TEG dengan menggunakan gas buang motor sebagai sumber panas. Dan eksperimen terakhir mengaplikasikan daya yang telah dibangkitka TEG untuk menyuplai listrik pada proses elektrolisis untuk memisahkan hidrogen dari air.
Penelitian pertama menggunakan motor 100 cc 4 langkah, dengan menggunakan 8 modul TEG, kemudian motor ini akan disimulasikan seperti berjalan dalam kecepatan 20 km/jam dengan 3 variasi putaran mesin. Pengujian ini memberikan daya maksimum 3,15 watt pada ?T sebesar 65.56 OC pada rangkaian seri dan putaran mesin tinggi.
Penelitian terakhir akan dilaksanakan hanya pada putaran mesin tinggi dan dihubungkan dengan 2 jenis rangkaian listrik, seri dan paralel. Pengujian ini memberikan laju produksi hidrogen sebesar 2.467 ml/min pada 2.941 watt dalam rangkaian seri.

Alternatives energy is needed in order to reduce the effect of global warming since the amount of CO2 increases every year. Fossil energy is used for many centuries to be the main fuel in many applications, even though it gives high percentages to contribute air pollutant.
From this research, by utilizing Thermoelectric Generator (TEG) is one solution for this issue. TEG is a module that can convert heat energy into electrical energy by utilizing the velocity difference between each electron of the two types of semiconductor which conduct different potential. This principle is known as Seebeck effect that reversing way of Peltier effect on Thermoelectric Cooling (TEC).
This research has a combined experimental. First, the focus of this research is to know the power generated efficiency of TEG by using exhaust waste gas of motorcycle as a source of heat. And the last experimental uses the power generated from TEG to supply the electrolysis process which separate hydrogen from water solution.
The first research is applied to 100 cc 4 steps motorcycle, using the 8 TEG modules, and the motorcycle will be simulated run steadily up to speed 20 km/ hour with 3 kinds of variations RPM. This research gives maximum power output 3.15 W at ?T of 65.56 OC on series module and high RPM condition.
The last research will be conducted in high RPM condition and connected in two types variation of terminal circuit, series and parallel. This last research gives maximum flow rate hydrogen production 2.467 mL/min at 2.941 watt in series module.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50765
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Samgita
"Mobil yang di parkir di tempat terbuka di bawah sinar matahari akan mengalami peningkatan temperatur di dalam kabin hingga mencapai temperature minimum 50°C dan maksimum 56°C. Hal ini disebabkan konduksi terhadap badan mobil, konveksi di dalam kabin mobil dan radiasi dari sinar matahari terhadap kaca mobil serta pantulan radiasi oleh interior di dalam mobil.
Pendingin kabin mobil berbasis termoelektrik dikembangkan kembali untuk mengatasi peningkatan temperatur di dalam kabin ini. Pendingin kabin mobil berbasis termoelektrik ini adalah pengembangan dari pendingin kabin mobil sebelumnya dengan tetap memiliki dua sisi yaitu sisi panas dan sisi dingin dan dikembangkan dan dilengkapi dengan sisitim pendingin air ( water jacket ) untuk lebih menurunkan sisi panas dari Termoelektrik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan pendingin kabin mobil berbasis termoelektrik yang dikembangkan ini dapat menurunkan temperatur hingga temperatur didalam kabin turun dari minimum 50°C menjadi 42°C.

Cars which are parked in the open space will have temperature increase in their cabin up to minimum 50°C and maximum 560C. This is because the heat is transferred into car by radiation from the sun through the windows and also transferred by conduction and convection.
A cabin cooler based on thermoelectric is redevelop to reduce the temperature increase inside the cabin. This cabin cooler based on thermoelectric is development from previous thermoelectric cabin cooler, which has same two surfaces, the hot side and the cold side but then completed with water jacket to reduce the temperature in the hot side of the thermoelectric. It is expected the cabin cooler based on thermoelectric can reduce the temperature inside the car cabin.
The result showed that the use of the cabin cooler based on thermoelectric can lower the temperature in car cabin from 50°C to 420°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A`rasy Fahruddin
"BTS (Base Transceiver Station) merupakan salahsatu bagian penting dalam jaringan telekomunikasi seluler karena menjadi penghubung antar jaringan dan antara jaringan dengan mobile seluler. BTS membutuhkan sistem pendingin untuk mendapatkan temperatur kerja yang optimal dan menjaga komponen elektronik didalamnya agar tidak cepat rusak. Sistem pendingin konvensional menggunakan Air Conditioner (AC) yang masih menggunakan refrigeran R-22 dimana refrigeran jenis ini masih berpotensi merusak ozon. Untuk itu perlu dirancang sebuah pendingin BTS yang lebih ramah lingkungan tidak merusak ozon. Sistem yang dipilih untuk menggantikan sistem pendingin konvensional yaitu sistem pendingin BTS dengan menggunakan Thermoelectric Cooler (TEC).
Pada penelitian ini dilakukan perancangan perangkat pendingin yang dikhususkan pada pendinginan lemari Radio Base System (RBS). RBS memiliki fungsi yang penting dalam sistem BTS dan cukup sensitif terhadap temperatur kerja. Pada penelitian ini akan dibuat prototype lemari RBS dengan pemanas elektrik dan empat buah perangkat pendingin thermoelektrik. Masing-masing perangkat terdiri dari 4 dan 6 modul thermoelektrik dengan pendingin udara pada sisi panasnya. Dari hasil pengujian didapatkan temperatur kabin dibawah 39,11oC untuk mendinginkan beban panas maksimum 1615 W dengan pemakaian daya listrik sebesar 454 W.

BTS (Base Transceiver Station) is an important part of mobile telecommunications network which works as an internetwork link and network-mobile phone link. BTS requires a cooling system to mantain optimal working temperature of the electronic components so that the lifetime of those components can be lengthened. Air Conditioner (AC) using refrigerant R-22 is a conventional cooling systems which is still a potential damage to ozone layer. Therefore, it is necessary to environmental friendly cooling base stations. Thermoelectric Cooler (TEC) was proposed as an alternative cooling system.
This research focused on the cooling of the Radio Base System (RBS) components. RBS is an important function in the BTS system and quite sensitive to the working temperature. The RBS prototype cabinet with electric heating and four cooling devices thermoelectric has been designed and built. Each cooling device consists of 4 and 6 thermoelectric modules with air cooling on the hot side. The experimental results of the cabin temperature is 39.11°C at maximum heat load 1615 W by using electrical power consumption for cooling of 454 W.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28818
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tikkos Oscar Margorga
"Skripsi ini membahas tentang termoelektrik generator yang merupakan alat untuk merubah beda temperatur menjadi daya listrik. Termoelektrik generator ini menggunakan modul Peltier yang bekerja sesuai prinsip efek Seebeck. Untuk menjaga temperatur digunakan sistem pemanasan yang baik untuk menerima kalor pada sisi panas modul Peltier dan juga sistem pendingin yang baik untuk menjaga agar tetap terdapat beda suhu pada modul termoelektrik.
Pada penelitian ini digunakan sistem pendingin dengan heatsink dan air pendingin. Termoelektrik generator yang menggunakan heatsink menghasilkan tegangan terbesar yaitu 6.9 Volt dengan daya 0,72 Watt. Termoelektrik generator yang menggunakan air pendingin menghasilkan tegangan maksimum 0.459 Volt, dengan daya 0.0105 Watt.

This thesis is disccused about thermoelectric generator that are the device that can convert the difference of temperature to electrical power. Thermoelectric generator is using Peltier modules which works with the Seebeck Effect rsquo s law. In order to keep the delta temperature between hot junction and cold junction there are some system that being needed to supply some calor and to keep the calor being thrown away.
In this research is using cooling system such are heatsink and water coolant. Thermoelectric generator with heatsink is produced the highest voltage output is 6.9 Volt and power 0.72 Watt. Thermoelectric generator with water cooling is produced the highest voltage output is 0.459 Volt and power 0.0105 Watt.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Fiandri Gazali
"Semakin meningkatnya kebutuhan akan sumber energi dan dengan semakin menipis pulanya sumber energi maka dibutuhkan sebuah alternatif energi yang baru. Diharapkan dengan penelitian Thermoelement ini dapat membantu menyelesaikan permasalahan akan energi tersebut. TEG adalah sebuah modul yang dapat merubah energi panas menjadi energi listrik dengan memanfaatkan perbedaan kecepatan kecepatan aliran elektron dari dua material semikonduktor untuk menghasilkan beda potensial. Prinsip ini dikenal dengan nama efek Seebeck prinsip kerjanya sendiri merupakan kebalikan dari efek Peltier pada Thermoelectric Cooling element (TEC). Dan fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar daya yang dapat dihasilkan TEG dengan memanfaatkan panas gas buang kendaraan bermotor. Penelitian kali ini memanfaatkan motor bakar 100cc 4 langkah, menggunakan 8 modul TEG, dan motor tersebut disimulasikan bergerak dengan kecepatan rata-rata 20 km/jam dengan 3 jenis variasi putaran motor (idle, menengah, tinggi) dan 3 jenis variasi rangkaian (serial, parallel, dan kombinasi). Dan hasilnya didapat daya 3,15 Watt pada rangkaian serial dengan ?T 65.56 _C.

The increasing of demand for energy sources and the decreasing of fossil energy sources then needed new alternative energy sources. And from this research, the use of Thermoelectric Generator (TEG) is one solution for this issue. TEG is a module that can convert heat energy into electrical energy by utilizing the velocity difference between each electron of the two types of semiconductor which conduct different potential. This principle is known as Seebeck effect that reversing way of Peltier effect on Thermoelectric Cooling (TEC). And the focus of this research is to know the power generated efficiency of TEG by using exhaust waste gas of motorcycle as a source of heat. This research is applied to 100 cc 4 steps motorcycle, using the 8 TEG modules, and the motorcycle will be simulated run steadily up to speed 20 km/ hour with 3 kinds of variations RPM. This research gives maximum power output 3.15 W at ?T of 65.56 _C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50750
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Faruq
"Material Ca0.95La0.05xBixMnO3 (x = 0.01, 0.02, 0.03, 0.04) berhasil disintesis menggunakan metode sol-gel. Subtitusi unsur Bi pada material Ca0.95La0.05-xBixMn-3 mempengaruhi sifat kelistrikan dan kemagnetan dari material tersebut. Karakterisasi menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD) menunjukkan bahwa material Ca0.95La0.05-xBixMnO3 memiliki strutur kristal perovskite orthorombik serta ditemukan adanya distorsi struktur pada material yang ditandai dengan perubahan beberapa parameter kisi akibat subtitusi unsur Bi. Sedangkan dari hasil karakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkan perbedaan densitas dan ukuran grain dari tiap material yang disintesis dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi subtitusi Bi. Terjadinya distorsi struktur memiliki pengaruh terhadap sifat kelistrikan dan kemagnetan dari material tersebut.
Dari analisa sifat kelistrikan, subtitusi unsur Bi pada material berbasis kalsium manganat (CaMnO3) berhasil menurunkan nilai resistivitas yang cukup signifikan dibandingkan material CaMnO3 tanpa subtitusi. Sedangkan dari analisa kemagnetan tidak terjadi perubahan yang cukup signifikan, seluruh material yang diamati menunjukkan fasa paramagnetik pada temperatur ruang. Peningkatan subtitusi unsur Bi sedikit meningkatkan magnetisasi dari material. Sehingga dari hasil penelitian ini material Ca0.95La0.05-xBixMnO3 yang disubtitusi dengan unsur Bi menujukkan perbaikan sifat listrik dibandingkan material asli nya.

Material Ca0.95La0.05-xBixMnO3 (x = 0.01, 0.02, 0.03, 0.04) was successfully synthesized using the sol-gel method. The substitution of Bi elements in Ca0.95La0.05-xBixMn-3 material affects the electrical and magnetic properties of material. Characterization using X-Ray Diffractometer (XRD) showed that the material Ca0.95La0.05-xBixMnO3 had orthorhombic perovskite crystal structure and found structural distortion in the material showed by changes in several lattice parameters due to substitution of Bi elements. While the results of characterization using Scanning Electron Microscope (SEM) showed differences in density and grain size of each synthesized material influenced by the level of Bi substitution concentration. The existance of structural distortion has an influence on the electrical and magnetic properties of the material.
From the analysis of electrical properties, substitution of Bi elements on calcium manganate-based material (CaMnO3) succeeded in lowering the resistivity of  material which was quite significant compared to CaMnO3 material without substitution. From the magnetic analysis there was no significant change, all the material observed showed paramagnetic phase at room temperature. Increasing the substitution of Bi elements slightly increases the magnetization of the material. From results of this study the material Ca0.95La0.05-xBixMnO3 substituted with the Bi shows an improvement in electrical properties compared to the undoped material.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hisyam Farabi
"ABSTRAK
Pembangunan bidang kesehatan terus dilakukan agar kualitas kesehatan sumber daya manusia Indonesia semakin membaik. Salah satunya adalah program imunisasi. Imunisasi merupakan program penting yang harus terus dilakukan, karena dapat mencegah penularan penyakit dan infeksi dengan cara meningkatkan kekebalan imun tubuh. Penyebaran imunisasi harus merata di seluruh bagian Indonesia termasuk wilayah terpencil. Pengembangan vaccine carrier terus dilakukan perbaikan sistem pendingin agar vaksin yang ada di dalam kabin bisa tetap hidup dalam transportasi. Suhu yang diperlukan vaksin agar tetap hidup berkisar pada range 2 – 8oC . Selain sistem pendingin yang terus dikembangkan, aspek estetika juga dilakukan pengembangan meliputi pengurangan bobot menjadi lebih ringan, pemilihan sumber daya yang lebih tahan lama dan lebih kecil secara dimensi. Perancangan pendingin sisi panas elemen peliter pada vaccine carrier menggunakan vapor chamber dan coral tabulate sebagai sumbu kapile. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui efek sistem pendinginan vapor chamber bila dibandingkan dengan heatsink. Dari pengujian yang telah dilakukan, hasil yang didapat vapor chamber dapat menurunkan suhu sampai 1.160 C dalam waktu 1 jam dengan beban penuh.

ABSTRACT
Development in the health sector continues to be done so that the quality of human resources health in Indonesia is getting better. One of the programs is immunization. Immunization is an important program that should be done, because it can prevent the transmission of disease and infection by enhancing the immune system of the body. Immunization range must be evenly distributed throughout Indonesia, including remote areas. Cooling system improvement of the vaccine carrier is continued in order to keep the vaccine in the cabin alive when carried in a transportation. Required temperature range of vaccines in order to stay alive in the range of 2 - 8oC . The development of the solid state thermoelectric cooling system has permitted newly developed packages that are capable of meeting the requirements and applications where environmental concern, size, weight, performance, and noise are an issue. This research describes the combination of a thermoelectric module and a vapor chamber in the cooling system of the vaccine carrier. The position of the vapor chamber as a heat sink on the hot side of the thermoelectric module will enhance the thermoelectric performance. From this experiment, the minimum temperature in the cabin of the vaccine carrier box reached 1.160 C in an hour with 8 vaccine tubes."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kapa Cossa Jonahtan
"Cryosurgery adalah teknik pembedahan yang digunakan untuk merusak jaringan patologi dengan memberikan temperatur cryogenics pada jaringan yang akan diobati. Penggunaan cryosurgery pada masa kini banyak digunakan untuk pengobatan kanker, salah satunya adalah kanker kulit yang menempati tingkat ke tujuh penyakit kanker paling berbahaya di dunia. Aplikasi dari metode cryosurgery saat ini memiliki beberapa kelemahan antara lain temperatur yang sulit dikontrol dan perlu adanya media penyimpanan khusus untuk agent yang digunakan (liquid nitrogen dan refrigeran). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji sistem pendinginan peltier berbasis elemen ganda pada alat cryosurgery dengan menggunakan suatu desain water block sebagai alat penukar kalor pada sisi panas dari termoelektrik. Pengujian dilakukan dengan melakukan beberapa variasi antara lain penggunaan satu dan dua termoelektrik sebagai sumber pendingin, penggunaan beberapa jenis probe, variasi tegangan dan temperatur. Pada pengujian ini diperoleh bahwa temperatur terendah sisi dingin peltier yang dicapai dengan menggunakan probe tembaga adalah -56,46oC dengan 10 Volt, dan -5oC CTB. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan peltier berbasis elemen ganda, dengan menggunakan suatu desain water block, baik untuk digunakan pada sistem cryosurgery.

Cryosurgery is surgery technique used to destroy pathological tissue by providing cryogenic temperatures in the tissue being treated. Nowadays, cryosurgery widely used for cancer treatment, in which one is skin cancer that occupied seventh level of the world's most dangerous cancer diseases. Currently, application of cryosurgery method has several weaknesses for example the difficulty of temperature control and the need of storage media used specifically for the agent (liquid nitrogen and refrigerant). The purpose of this reasearch was to test the 2nd stage of thermoelectric cooling system on the appliance of cryosurgery using a water block design as a heat exchanger on the hot side of thermoelectric. Tests conducted by performing several variations including the use of one and two thermoelectric coolers as cooling source, types of probes, variation of voltage and CTB temperature. The research could achieved the lowest temperature obtained in cold side thermoelectric, it was -56,46oC using copper pobe, 10 Volt, and CTB-5oC. The results of this research proved that the use of 2nd stage thermoelectric, using a water block design is suitable to be applied on cryosurgery."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S40
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>