Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4615 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Perwito Budi Raharjo
"STEP-NC yang merupakan jembatan komunikasi antara software dengan mesin CNC masih belum maksimal penggunaan dan fungsinya. Hal ini dikarenakan untuk dapat membaca STEP-NC, mesin CNC harus mengganti atau megupgrade controller yang ada. Solusi lain untuk dapat manggunakan file STEP-NC pada mesin CNC conventional adalah dengan mernbuatkan post processor atau alat konversi dari file STEP-NC ke G&M Codes. Proses konversi tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan meliputi : 1.Mapping ISO/DIS 14649-1, ISO/DIS 14649-10, ISO/DIS 14649-11, ISO/FDIS 14649-111 2. Menentukan Rule konversi STEP-NC ke GELM Codes 3. Pembuatan Alghoritma Programming yang meliputi : open Elle and read file STEP-NC, Tokenizing, Verifikasi file, konversi ke G&M Codes 4. Pembuatan program konversi dengan menggunakan Visual Basic. 5. Menganalisa hasil konversi, dengan trial ke contoh yang berbeda 6. Validasi hasil konversi dengan proses permesinan Secara umum proses konversi ini berhasil, hanya saja terdapat beberapa data losses dan beberapa program G&M codes yang harus di lakukan dengan manual programming. Dan semua ini menjadi analisa pada penulisan kali ini. Dan dalam penulisan ini dibatasi hanya untuk rectangular pocketing saja."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Gema Maulid
"Perkembangan teknologi CNC (Computer Numerical Control) pada saat ini begitu pesat, diantaranya dengan dikembangkannya suatu standar ISO 14649 atau lebih dikenal dengan STEP-NC, dengan adanya teknologi ini maka mesin yang menggunakan controller ISO 6983 yang lebih dikenal dengan G-Code tidak bisa digunakan. Maka dari itu dibutuhkan suatu program yang dapat mengkonversi file STEP-NC menjadi G-Code, agar dapat dijalankan pada mesin CNC yang ada pada saat ini.
Pembuatan program dilakukan dengan melalui tahapan sebagai berikut: 1).Proses mapping, yaitu mencari korelasi antara standar G-Code dengan standar STEP-NC. 2). Pembuatan algoritma untuk menghasilkan rule yang akan berguna dalam proses pembuatan program. 3).Pembuatan program berdasarkan algoritma yang sudah dibuat. Dengan tahapan-tahapan yang telah dilakukan program yang dibuat dapat berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan file G-Code untuk fitur round hole pada proses pemesinan turning, walaupun terdapat losses data pada saat proses konversi , losses data tersebut disimpan pada database.

The new technology of CNC (Computer Numerical Control) at the time being is very grow fast. We noted with expanding of ISO 14649 Standard or the popular word is STEP-NC. Through this technology the machine which using ISO 6983 Controller or G-Code cannot used anymore. So that we need program which can convert from STEP-NC file to G-Code, it will be running at the latest CNC machine.
The step for producing of this program is: 1. The Mapping Process is process which make link and match between G-Code Standard and STEP-NC Standard; 2. Algorithm Chart for producing rule of the next further program; 3. Final Program based on the Algorithm Chart.
Through good step by step have done before, the program will be running successfully and it produced G-Code file for round hole shape at turning machining even there is the losses data at the convertion process. The losses data will recorded at database.
"
2008
S37365
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agi Yogiansyah
"Pada saat ini pertumbuhan dunia manufaktur semakin pesat termasuk perkembangan teknologi CNC didalamnya, diantaranya dengan munculnya teknologi CNC terbaru yaitu STEP NC, merupakan standar dari proses manufacturing sebagai pengganti G & M Code, tetapi controller pada mesin CNC yang ada pada saat ini, umumnya belum dapat menggunakannya karena masih berstandar ISO 6983 atau disebut juga G-Code. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah program yang dapat mengkonversi data file STEP-NC menjadi G-Code. Oleh karena itu disini akan dibuat program konversi STEP-NC menjadi GCode sehingga mesin CNC yang masih berstandar G-code, dapat digunakan untuk melakukan proses permesinan dengan hasil part yang sama seperti produk hasil dari file dengan format STEP-NC. Proses pembuatan program dilakukan dengan melalui tahapan : Mapping, pembuatan database, pembuatan rule, dan pembuatan program berdasarkan rule. Dengan metode tersebut program dapat dibuat dan proses konversi dapat berhasil, serta losses data dapat disimpan pada database.

Currently the growth of manufacture industry is very quick include CNC technology development, for example the newest , STEP NC program is standard of manufacturing process, instead of G & M Code, but currently the controller of the CNC machine cannot use it, because its standard is still ISO 6983 or is called G-Code. So it is needed a program which can convert from STEP NC data file to G-Code. So, it will be made a program to convert STEP NC data file to be G-Code. So the CNC machine which still use G-Code can be used to do machinery processing, which has the same result (part) with result from STEP NC data format, the process to make the program is done by this steps : Mapping, making of database, making rule, making a program based on the rule, by using this methode the program can be made and conversion process can be done, and data losses can be saved inside database."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sopha Candra Marthoni
"Perkembangan pemesinan otomatis dengan machine control unit yang memakai control unit menggunakan ISO 6983 atau lebih dikenal dengan G-Code sudah dipakai selama lebih dari 50 tahun. Sementara perkembangan dalam sistem CAD/CAM mengalami kemajuan yang sangat pesat. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut maka dikembangkan suatu standar ISO 14649 atau STEP-NC. Agar format STEP-NC bias digunakan pada pemesinan konvensional maka diperlukan konversi dari STEP-NC ke G-Code.
Pembuatan program konversi ini memerlukan beberapa tahap untuk penyelesaiannya, yaitu : 1. Mapping, mencari korelasi antara struktur STEP-NC dengan struktur pada G-Code 2. Pembuatan algoritma berdasarkan rule yang didapat dari hasil mapping 3. Pembuatan program berdasarkan algoritma tersebut 4. Validasi data dengan beberapa file STEP-NC.
Dari uji validasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa program yang melakukan proses mapping telah berjalan dengan baik, walaupun masih memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu dan sudah mampu menghasilkan file yang berisi data G-Code untuk proses contouring pada proses pemesinan turning.
Walaupun terdapat data losses yaitu antara lain tool data, teknologi proses data, machining function, namun data yang diambil dari STEP-NC untuk G-Codes dalam proses pemesinan turning dapat digunakan untuk pengerjaan proses yang sama.

Over more than 50 years we already use automatic machine that uses ISO 6983 format. Meanwhile there is a major development on the CAD/CAM system. In equalizing with the development of the CAD/CAM system, than a new standard of ISO 14649 or STEP-NC is developed. We need a conversion between STEP-NC to G-Code so that it can be run on conventional machining.
There is several steps on making this software for conversion, they are : 1. Mapping, seeking correlation between STEP-NC and G-Code structures. 2. Make algorithm base on rule from mapping. 3. Making the software base on those algorithms 4. Data validation with several STEPNC file.
We can conclude that the software runs well from the validation testing, although there is still limitation but it can produce a file containing GCode format for contouring process on turning machine.
Although there is losses on data such as tool data, data process technology, and machining function, but still the output of the software can be use on turning machine for the same process.
"
2008
S37368
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muchamad Panji
"Perkembangan teknologi CNC dewasa ini semakin berkembang salah satunya adalah STEP NC, merupakan standar dari proses manufacturing yang disebut juga dengan ISO 14649, teknologi ini dapat menghemat waktu permesinan akan tetapi kontroler pada mesin CNC yang ada disini belum dapat menggunakannya karena masih berstandar ISO 6983 atau disebut juga G-Code. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah program yang dapat mengkonversi data file STEP-NC rnenjadi G-Code. Disini akan dibuat program konversi STEP-NC menjadi G-Code sehingga mesin CNC yang ada disini dapat digunakan untuk melaknkan proses pernesinan dengan hasil part yang sama seperti yang ada pada file STEP-NC. Proses pembuatan prog-ram dilalcukan dengan melalui iahapan: 1. Mapping yaitu mengambil bagian yang sama dcngan yang ada di STEP-NC dengan G&M Codes 2. Pembuatan rule 3. Pembuatan program berdasarkan rule 4. validasi hasil konversi dengan proses pemesinan. Dengan metode tersebut program dapat dibuat dan proses konversi dapat berhasil walaupun terdapat data losses yaitu antara lain tool data, strategj pemesinannya, teknologi proses data, machining function. Walaupun demildan data pada yang diambil dari STEP-NC untuk G&M codes dalam proses pemesinan facing dapat digunakan untuk pengerjaan proses pemesinan yang sama."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizh Salam
"PRICES-IDE digunakan dalam pengembangan perangkat lunak berbasis SPLE (Software Product Line Engineering), dengan WinVMJ Composer sebagai plugin untuk menghasilkan backend dan Payment Gateway sebagai salah satu product line yang mengimplementasikan multilevel delta. Pembentukan produk yang mengimplementasikan multilevel delta masih dilakukan secara manual. WinVMJ Composer juga belum dapat berjalan pada sistem operasi MacOS yang merupakan sistem operasi terbanyak kedua yang digunakan oleh pengembang. Penelitian ini bertujuan sebagai solusi atas permasalahan tersebut. Implementasi multilevel delta dilakukan dengan melakukan refaktor pada struktur folder produk Payment Gateway dan modifikasi penerapan code generation pada WinVMJ Composer. Porting plugin WinVMJ Composer ke MacOS dilakukan dengan mengubah template scripts yang digunakan untuk menjalankan dan melakukan deploy program agar sesuai dengan sintaks Shell Script. Penelitian ini berhasil mengimplementasikan multilevel delta pada produk Payment Gateway dan WinVMJ Composer, dengan kekurangan berupa belum dapat dilakukan pengecualian model pada endpoints binding dalam product class. Porting WinVMJ Composer ke MacOS juga berhasil dilakukan, ditemukan bahwa aplikasi juga dapat berjalan pada platform Linux. Proses pembentukan serta deploy produk dapat berjalan dengan baik pada platform Windows, Linux, dan MacOS.

PRICES-IDE is used in the development of software based on SPLE (Software Product Line Engineering), with WinVMJ Composer as a plugin to generate the backend and Payment Gateway as one of the product lines that implements multilevel delta. The formation of products that implement multilevel delta is still done manually by the developer. WinVMJ Composer also cannot run on MacOS, which is the second most widely used operating system by developers. This research aims to provide solutions to these problems. The implementation of multilevel delta is done by refactoring the folder structure of the Payment Gateway product and modifying the implementation of code generation in WinVMJ Composer. Porting the WinVMJ Composer plugin to MacOS is done by changing the template scripts used to run and deploy the program to match the Shell Script syntax. This research successfully implements multilevel delta in the Payment Gateway product and WinVMJ Composer, with the drawback that exceptions cannot be made for models in endpoints binding in the product class. Porting WinVMJ Composer to MacOS has also been successfully done and it is also found that the application can run on Linux. The product generation and deployment process can run smoothly on Windows, Linux, and MacOS."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Fitri Riyanto
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S24747
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuning Susilowati
"
ABSTRAK
Penggal Jalan Perkotaan (Urban Road Segment) mempakan bagian dari
suatu jalan di perkotaan yang proses analisis operasional dan perancangannya
diperhitungkan secara terpisah dan tidak dipengaruhi oleh Simpang Bersinyal
(Signalised Imfersecrion) atau Sirnpang Tak Bersinyal (Unsignalised Infersecrion).
Proses anajjsis kinerja penggal jalan perkotaan memerlukan waktu dan pemikiran
yang cermat dari penganalisa. Untuk membantu mempermudah analisis maka
dikembangkan perangkat lunak yang bersifat interaktif untuk rnernperoleh hasil yang
Iebih baik.
Perangkat lunak ini dikembangkan dengan menggunakan bahasa
pemrograman Visual Basic versi 4.0. Proses perhitungan di dalamnya dibuat
berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), meliputi proses
pemasukan data, penggunaan faktor-faktor penyesuaian dan terakhir proses
perhitungan atau pengolahan.
Paket perangkat lunak analisis kinerja. penggal jalan perkotaan ini diberi
nama Transtractive 1.0. Perangkat lunak ini dapat mengukur kinerja suatu penggal
jalan perkotaan untuk karakteristik geometrik, karakteristik lingkungan dan
karakteristik Ialu-lintas tertentu. Transtractive 1.0 juga dapat memberikan altematif
perubahan karakteristik geometrik dan karakteristik lingkungan penggal jalan
perkotaan sehingga diperoleh suatu kinerja penggal jalan yang diinginkan.
Transtractive 1.0 merupakan perangkat lunak yang dapat beroperasi pada lingkup
Windows 95.
"
1997
S34665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darvin
"Dalam pengembangan suatu aplikasi, sangat penting untuk memperhatikan beberapa metrik utama yang menunjang keberlangsungan aplikasi tersebut. Metrik yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah Performance, Scalability, Availability, dan Maintenance. Pada umumnya pembuatan sebuah aplikasi dimulai dengan arsitektur monolitik untuk menghindari kompleksitas dan mempercepat proses pengembangan dengan jumlah developer yang terbatas. Seiring dengan dilakukannya continuous development akan menyebabkan codebase dari aplikasi tersebut membesar dan akan sangat sulit untuk melakukan perawatan maupun penambahan sebuah fitur baru. Hal tersebut dikarenakan setiap perubahan yang dilakukan dapat mempengaruhi keseluruhan aplikasi karena pada dasarnya setiap servis ditempatkan dalam sebuah instance yang sama. Dengan melakukan migrasi dari arsitektur monolitik menuju microservice terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh seperti pengembangan secara paralel, melakukan scaling hanya pada layanan tertentu, memungkinkan penerapan pipeline, dan meningkatkan fleksibilitas aplikasi . Keuntungan tersebut dapat diperoleh dikarenakan setiap servis akan terpisah antara satu dengan yang lainnya. Namun, pelaksanaan migrasi tentunya bukan hal yang mudah untuk dilakukan karena diperlukan perancangan terlebih dahulu yang didasarkan pada kebutuhan masing-masing aplikasi. Dari penerapan migrasi yang dilakukan pada aplikasi Automation Messaging System, diperoleh bahwa terdapat peningkatan performa sebesar 68.10% dalam response time dan 36.02% lebih ringan dalam CPU Utilization. Perbandingan pada metrik lainnya juga mampu memberikan keunggulan dibandingkan arsitektur monolitik, seperti kemampuan scaling yang lebih efektif, kemudahan dalam melakukan perawatan, dan penurunan biaya bulanan infrastruktur sebesar 16.26%.

There are several important metrics needs to be considered when developing an application such as Performance, Scalability, Availability, and Maintenance aspects. In general, an application started developed using monolithic architecture to simplify and shorten the development process with limited amount of engineers. However, as we implemented the continuous development process, the source code of the application will expand as the time goes on and it will be very hard to maintain or add a new feature into it. This can happen because every code changes in monolithic application will affect the entire application as all the service registered inside are placed inside the same instance. Hence, the migration from Monolithic to Microservices is important because it provides numerous benefits, such as the separation of each service from one another, which enables parallel development possibilities. The other advantage are allowing pipeline implementation, increase technology stack flexibility, and improve scalability. These advantages can be obtained because each service is loosely-coupled or separated from one another. However, the implementation of the migration itself is not an easy task as it requires prior planning based on the specific needs of each application. Through the performed migration on the Automation Messaging System application, it was found that there was a 68.10% improvement in response time and a 36.02% less usage in CPU utilization. Furthermore, the comparison with other metrics also showed the superiority of the microservices architecture over the monolithic architecture, such as more effective scaling capabilities, ease of maintenance, and a monthly infrastructure cost reduction of 16.26%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dari pers release hasil survey/polling penggunaan software ilegal, sampai dengan hari ketujuh pada 23 Maret 2008, menunjukkan total responden adalah 441 orang dan rasio penggunaan sofware ilegal vs software legal adalah sebesar 75 persen (335 responden) versus 23 persen (96 responden)..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>