Ditemukan 9642 dokumen yang sesuai dengan query
Olih Kurnia
"Penelitian tentang semprotan nyamuk melibatkan dua jenis fluida, yaitu udara sebagai fluida primer (fluida penggerak) dan cairan sebagai fluida sekunder (fluida hisap). Dengan menggunakan nosel diameter lubang 1,5 mm, tekanan udara sebesar 0,2 bar untuk fluida primer akan dicari daerah inti jet (potensial core) secara eksperimental, dan akan diteliti hasil semprotan yang terjadi meliputi distribusi kecepatan serta laju massa cairan yang terhisap. Cara yang dilakukan adalah dengan mengukur perbedaan tinggi tekan air raksa pada manometer untuk menghitung kecepatan, dan mengukur debit air untuk menghitung laju massa cairan yang terhisap. Dari hasil percobaan daerah inti jet yang terjadi berada sampai jarak 5 mm dari lubang nosel. Debit air yang terhisap paling banyak di ujung (akhir) daerah inti jet. Dengan menganalisa semprotan yang terjadi kecepatan udara (centerline velocity) sampai jarak 5 mm dan lubang nosel sama (menunjukkan daerah inti jet), debit air yang terhisap paling banyak di daerah ujung inti jet karena kecepatan udara (centerline velocity) di daerah inti jet maksimum. Maka dapat disimpulkan di daerah ujung inti jet laju masa cairan mempunyai nilai paling besar, kondisi ini merupakan hasil semprotan yang dicari agar sebuah alat semprotan nyamuk dapat berfungsi secara efektif untuk membunuh serangga."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37795
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Didik Heru Tri Prasetyo
"Sistem kerja alat penyemprot nyamuk ini dalam prosesnya memanfaatkan dua jenis fluida yaitu fluida gas sebagai fluida primer atau fluida penggerak dan fluida cair sebagai fluida sekunder atau fluida hisap. Lubang nose! dibuat kecil untuk mencapai kecepatan maksimum pada ujung nosel. Fluida hisap yang bertekanan relatif lebih tinggi dibandingkan daerah sekitar nose! penggerak, akan masuk melalui saluran hisap, kemudian bersama sama dengan aliran fluida primer akan bergerak (menyebar) sesuai dengan gerakan dari fluida primer. Hasil semprotan yang bagus adalah : menghasilkan buth·an selembut mungkin. sebaran merata, bisa menjangkau seluruh ruangan melayang di udara selama mungkin Disini penulis tertarik untuk mengamati saiah satu variabel yang menjadi objek penelitian, yaitu variasi diameter pipa hisap yang digunakan. Dalam penelitian ini diguna.kan nosel dengan diameter 1.5 mm dan untuk flu ida primer (penggerak) digunakan tekanan terukur udara sebesar 0)2 bar dengan variasi diameter pipa hisap 1; 2 dan 2,6 mm. Sedangkan variasi jarak pipa hisap dan nosel 15 Setelah dilakulmn pengolahan data percobaan diperoleh bahwa semprotan yang paling optimal (dalam hal ini debit yang dihasilkan) dicapai oleh pipa hisap dengan diameter2 mm padajamk 4,5 mm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37577
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aris Joko Winarno
"Sistem kerja alat penyemprot nyamuk ini dalam prosesnya memanfaatkan dua jenis fluida yaitu flulda gas sebagai fluida primer atau fluida penggerak dan fluida cair sebagai fluida sekunder atau fluida hisap. Lubang nosel dibuat kecil untuk mencapai kecepatan maksimum pada ujung nosel. Selain itu variasi jarak antara pipa hisap dengan nosel mempunyai pengaruh terhadap fluida sekunder yang terhisap. Pengaruh antara pipa hisap dan nosel terhadap kemampuan hisap alat penyemprot nyamuk rnenjadi tujuan utama dalam penelitian ini. Untuk mengetahuinya perlu dilakukan pengukuran kecepatan udara (fluida primer) dan debit cairan (fluida sekunder) yang terhisap terhadap perubahan jarak antara pipa hisap dan nosel. Digunakan nosel dengan diameter 1,5 mm dan tekanan udara sebesar 0,2 bar (gauge) dengan variasi jarak pipa hisap dan nosel 1,5 mm sampai dengan 8 mm. Sedangkan pipa hisap yang digunakan berdiameter 2 mm. Hasil pengolahan data percobaan diperoleh bahwa debit cairan (fluida sekunder) mencapai maksimum pada jarak 5 mm, dimana pada jarak tersebut merupakan daerah ujung inti jet (core)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37810
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Arvi Mahardika
"Prosentase berat obat nyamuk yang dalam hal ini berupa zat cair yang terkandung dalam campuran udara dan cairan harus mampu membunuh nyamuk (efficacy). Berdasarkan referensi yang didapat, jumlah cairan obat nyamuk yang terkandung dalam campuran hasil penyemprotan yang efektif membunuh nyamuk adalah 0,025 kg/m_. Terlalu besarnya prosentase cairan dalam campuran akan merugikan, namun jika jumlah cairan terlalu sedikit akan mengakibatkan kurangnya efektivitas daya bunuhnya. Variasi prosentase berat cairan terhadap jumlah campuran akan ditentukan oleh tekanan primer, diameter nosel, diameter pipa hisap, jarak antara nosel dan pipa hisap, dan tinggi sumbujet dengan permukaan cairan. Pada pengujian ini digunakan fluida primer udara pada temperatur ruang, diameter nosel 1,5 mm dengan tekanan 0,2 Bar. Sedangkan fluida sekundernya adalah cairan Baygon pada temperatur ruang, diameter pipa hisapnya 1, 1.5 , dan 2 mm dengan bentuk ujung yang berbeda-beda pada jarak 5 mm dari nosel. Hasil pengujian menyatakan bahwa prosentase berat cairan terhadap campuran terbesar yang diperoleh menggunakan pipa hisap dengan ujung coak berdiameter 2 mm. Prosentase berat cairannya adalah 0,0046 kg/m_, yang berarti belum efektif untuk membunuh nyamuk.
The weight percentage of mosquito pesticides, in this case, it is in the form of liquid substance which contain in the mixture of air and pesticides, must have the ability to kill mosquito (efficacy). Based on the references, the quantity of mosquito pesticides which contain in the mixture of spray result that can be effective to kill mosquito is 0,025 kg/m_. If the quantity of pesticides is too much, than it will wasting. But in the other hand, if it's too little, it will cause less effectiveness in killing mosquito. The variation of weight percentage of pesticides to the mixture will be determined by the primly pressure, the diameter of nosel, the diameter of pipe, the distance between nosel and pipe, and also the height of jet axis from the surface of pesticides. This experiment uses air as primly fluid in room temperature, diameter nosel 1,5 mm with pressure 0,2 Bar. The secondary fluid is Baygon fluid in room temperature, pipe diameter 1, 1.5, and 2 mm, with various geometry shape in the end of pipes, and the distance is 5 mm from nosel. The result of this experiment demonstrates that the biggest weight percentage of pesticides to the mixture happen when we use pipe which has a slide in its end with diameter 2 mm. The weight percentage of pesticides is 0,0046 kg/m_. This means that the spray result of pesticides still has not already effective to kill mosquito."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37856
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ramdani Mochamad
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hasil semprotan dengan tingkat efficacy yang optimal, maka dilakukan penelitian dengan pipa hisap berbeda. Pengujian ini dilakukan pada temperatur ruang dan menggunakan fluida primer udara dengan tekanan 0,2 bar, diameter nosel jet 1,5 mm sedangkan fluida sekundernya adalah air . Diameter pipa hisap masing-masing 1 mm, 1.5 mm, 2 mm, 3 mm dan 4 mm dengan bentuk ujung dicoak dan tidak dicoak. Hasil pengujian didapat bahwa panjang inti jet yang terbentuk adalah 5 mm, dan nilai efficacy maksimal sebesar 0,005 kg/m_ pada diameter pipa hisap 2 mm ujung dicoak.
The purpose of the study is a better spray result with optimal efficacy level with different geometris and diameters of suction pipe. This experiment using air as a primer fluid in a room temperature, a nosel jet has diameter 1.5 mm with pressure of the jet from nosel 0.2 bar. And the secondary fluid is using water in a room temperature with pipe diameter 1.5, 2 , 3 and 4 mm respectively with slide and not slide in the end of the pipe. The result of this experiment show that the length of potential core of the jet shaped is 5 mm, the maximum efficacy is 0,005 kg/m_ for diameter of suction pipe 2 mm with slide in the end of the pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37553
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Performans produksi babi dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Eksetra puyuh memiliki kualitas tinggi dengan kadar protein kasar dan energi masing-masing 31,03% dan 3139,44 kal/gram sebagai bahan pakan pengganti dalam ransum ternak babi. penelitian bertujuan untuk mengetahui performans produksi babi keturunan Landrace yang mengkonsmsi pakan subtitusi tepung ikan dengan ekskreta puyuh. Penelitian ini menggunakan 12 ekor ternak babi jantan kastrasi keturunan landrace berumur 2,5 bulan dibagi menjadi 4 perlakuan: (PO) Broiler II, bekatul, tepung ikan; (P1) substitusi 10% tepung ikan dengan tepung ekskreta puyuh; (P2) subtitusi 20% tepung ikan dengan tepung ekskreta puyuh ; (P3) substitusi 30% tepung ikan dengan tepung ekskreta puyuh. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ekor ternak babi. Variabel yang diamati meliputi pertambahan berat badan, konsumsi pakan, dan konversi pakan. Data dianalisis dengan analisis variansi dengan rancangan acak kelompok pola searah dan menggunakan uji lanjur Duncan's Multiple Range Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan berat badan, konsumsi pakan; dan konversi pakan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05). Penggunaan substitusi tepung ikan dengan ekstra puyuh dalam pakan dianjurkan digunakan sebanyak 20%, karena substitusi eksreta puyuh sebanyak 30% menyebabkan penurunan pertumbuhan. "
Jakarta: Direktorat Pembinaan dan Pengabdian pada Masyarakat. Departemen Pendidikan Nasional, 2009
620 PPT
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Dewi Astutty Mochtar
Bandung: Alumni, 2001
338.91 DEW p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988
338.927 IND p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Thee, Kian Wie
Jakarta: UI-Press, 1997
658.5 THE p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Bandung: Asosiasi Politeknik Indonesia (ASPI), 2006
PPT 1:6 (1997)
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library