Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119799 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Abdi Haikal
"Masih terdapat sejumlah besar kandungan gas alam di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Sebagian besar gas alam di Indonesia dimanfaatkan oleh pabrik kimia. Gas alam tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. pada khususnya kendaraan bermotor, dimana gas alam tersebut diproses menjadi gas alam tekan atau Compressed Natural Gas ( CNG ). Terdapat banyak kelebihan yang dimiliki oleh CNG sebagai bahan bakar alternatif kendaraan bermotor, salah satunya adalah proses pembakaran yang sempurna hingga menghasilkan gas buang yang mengandung zat - zat beracun dalam jumlah yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan gas buang bahan bakar konvensional dari minyak bumi ( bensin dan solar ). Studi kali ini berusaha untuk mempelajari laju Heat Release pada Motor Diesel IDI yang menggunakan bahan bakar solar serta bahan bakar ganda solar - CNG. Adapun perbandingan yang dilakukan adalah menggunakan 100% solar, 50% solar- 50% CNG, dan 30% solar- 70% CNG. Studi ini dilakukan pada Motor Diesel IDI HYDRA Engine Test Cell I yang berlokasi di BTMP - BPPT PUSPIPTEK Serpong Tangerang. Dari data dan hasil analisa, diperoleh kesimpulan bahwa dalam kondisi putaran Motor Diesel IDI 1000 RPM, semakin berkurangnya kandungan solar diikuti dengan semakin bertambahnya kandungan CNG akan memberikan nilai absolute laju Heat Release yang semakin besar pada kondisi tertentu sudut lengan piston."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Anang Nugroho
"Dalam upaya memperoleh kondisi operasi kerja yang tepat, diperlukan upaya mengidentifikasi parameter kerja yang dominan dan mengoptimasikannya. Pengujian adalah metode yang umum dilakukan, hanya saja membutuhkan waktu lama dan biaya mahal. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan permodelan numerik.
Struktur permodelan mesin diesel 4 langkah berbahan bakar ganda (Diesel Dual Fuel - DDF) diselesaikan dengan pendekatan model 1D/0D dengan menganggap kerangka permodelan 1D (1 dimensi) gas dinamis untuk proses pernafasan dan model 0D (0 dimensi) untuk proses dalam silinder. Termasuk dalam proses dalam silinder adalah model multi-zona packet untuk pembakaran didalam semprotan injeksi solar (spray) dan pembakaran gas-udara untuk pembakaran diluar spray. Analisa permodelan dilakukan pada setiap perubahan 1 derajat poros engkol. Sebagai antisipasi kesalahan intepretasi hasil, beberapa sumber kesalahan diluar fokus studi diminimalkan dengan cara mengaplikasikan model empiris yang diperoleh dari evaluasi data hasil pengujian.
Pada disertasi ini, fokus studi adalah pada model pembakaran gas-dara yang terjadi di luar zona spray. Terdapat perbedaan pendekatan penyelesaian pembakaran gas-udara yang ada. Tiga model dipilih pada disertasi ini yaitu model 0D single zona - Wiebe dan dua model 0D multizona yaitu model Turbulent Flame Propagation yang mengadopsi permodelan yang umum digunakan pada pembakaran penyalaan busi (SI Engine) dan model kimia kinetik yang mengaplikasikan konsep kesetaraan stoikhiometrik dengan penyelesaian berbantuan mekanisme detil reaksi CH4 (GRI Mech 3.0).
Hasil studi ditinjau dari konstanta koreksi, jumlah data pengkalibrasi konstanta koreksi dan kemampuan model dalam mengadopsi detil komposisi CNG diketahui bahwa (a) Terdapat variasi konstanta model Wiebe pada parameter kerja mesin yang berbeda. Penelitian ini berhasil memberikan korelasi umum Wiebe dengan mengkoreksi persamaan Wiebe dengan efisiensi pembakaran semprotan solar dan rasio durasi pembakaran. Korelasi ini selanjutnya dikalibrasi pada seluruh data pengujian untuk memperoleh linierisasi model. Secara implisit model sudah mencakup pengaruh detil komposisi CNG. (b) Model Turbulent Flame Propagation (TFP) disusun berdasar korelasi pembakaran turbulen yang umum digunakan dalam permodelan pembakaran mesin penyalaan busi (SI Engine). Model ini mampu mengimplimentasi detil komposisi CNG. Model dikalibrasi pada dua titik berbeda, satu mewakili putaran 1200 rpm dan selain 1200 rpm. Kalibrasi dilakukan untuk mengkoreksi sub-model burn time. (c) Pada permodelan kimia kinetik tidak diperlukan kalibrasi. Model kimia kinetik tidak dapat mengakomodasi detil komposisi CNG dikarenakan GRI Mech 3.0 hanya direkomendasi untuk pembakaran metana.
Hasil validasi kinerja dan emisi gas buang pada variasi putaran mesin, waktu injeksi solar, beban mesin, dan perbandingan rasio CNG menunjukkan ketiga model mampu memberikan prediksi trend yang memadai walaupun pada sedikit kasus terdapat trend yang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan akurasi dari ketiga model, dimana hasil validasi model Wiebe memberikan hasil paling mendekati, diikuti dengan model TFP dengan prediksi cenderung lebih besar, dan model kimia kinetik cenderung terlalu kecil."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
D2230
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyadi
"Mesin diesel IDI berbahan bakar ganda (dual fueled) adalah mesin diesel IDI dengan menggunakan bahan bakar CNG dan solar. Pada sistem dual fueled ini, campuran udara dan CNG sebagai gas karburasi masuk ke dalam intake manifold, kemudian bahan bakar solar disemprotkan ke dalam campuran udara dan CNG kompresi untuk memulai pembakaran. Sistem ini relatif sederhana, hanya menambahkan mixer di saluran masuk (intake manifold). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi/gambaran proses pembakaran yang terjadi pada mesin diesel IDI dual fueled melalui studi emisi smoke dan heat release.
Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan pada Engine Test Cell I dengan mesin riset hydra 450 cc di BTMP-BPPT Serpong. Pengujian dilakukan pada putaran 1000, 1500, 2000, 2500 dan 3000 rpm dengan komposisi bahan bakar 100% solar, % CNG rendah dan % CNG tinggi. Data yang diambil adalah tekanan silinder, daya dan emisi gas buang.
Daya yang dihasi.kan oleh dual fueled lebih tinggi dibandingkan dengan 100% solar dan emisi smoke basil pembakarannya lebih rendah. Phase pembakaran late combustion dual fueled pada putaran dibawah 2500 rpm mempunyai durasi pembakaran yang panjang, Emisi smoke dual fueled putaran mesin dibawah 2500 rpm lebih rendah dibanding dengan 100% solar. Total heat release dual fueled putaran mesin diatas 1000 rpm mempunyai nilai lebih rendah dibandingkan 100% solar. Pembakaran dual fueled didominasi oleh phase late combustion, sedangkan phase premixed combustion cenderung cepat. Pada phase mixing controlled combustion, mesin diesel IDI dual fueled ini berlangsung sangat cepat/pendek bila dibandingkan dengan 100% solar.

Dual fueled ID1 diesel engine is IDI diesel engine operated with CNG and diesel fuel. In this dual fueled system, the mixture of air and CNG as carburetting gas flow into the intake manifold, then the diesel fuel is sprayed into the mixture of compressed air and CNG to ignite the fire. This system is relatively simple, only by adding the mixer in the intake manifold. The purpose of this research is to collect the information about the ignition process in dual-fueled IDI diesel engines by studying the emission of smoke and heat release.
In this research, the test is conducted on Engine Test Cell I with test engine hydra 450 cc at the BTMP-BPPT at Serpong. The test were carried out at 1000, 1500, 2000, 2500 and 3000 RPM using fuel composition of 100% diesel fuel, with low percentage and with high percentage of CNG. Data collected are pressure of the cylinder, and energy and emission of the exhaust.
The energy created by dual fueled is higher than that of 100% diesel fuel and smoke emission of the combustion is fewer. Firing phase of late combustion dual fueled at less than 2500 RPM has a longer duration, dual-fueled smoke emission at less than 2500 RPM is fewer than that of 100% diesel fuel. Total heat release of dual fueled engine run at more than 1000 RPM is lower than 100% diesel fueL The combustion of dual fueled is dominated by late combustion phase, while premixed combustion phase is most likely fast. At mixing controlled combustion phase, this dual fueled IDI diesel engine went on very quick/short compared to that with 100% diesel fuel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Nafis
"Pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif solar merupakan hal yang gencar dilakukan, terutama pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, mengingat ketersediannya yang cukup besar. Namun disisi lain hal ini menimbulkan kontroversi akan kekhawatiran bahwa pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel akan bersaing dengan pemanfaatannya sebagai bahan baku minyak goreng. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan usaha untuk mengurangi pemanfaatan minyak sawit dengan melakukan pencampuran (blending) dengan minyak jarak pagar.
Studi ini berusaha mencari data tentang performan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar biodiesel 10% (B-10), 20% (B-20), 30% (B-30), dan 100% (B-100). Komposisi bahan bakar biodiesel itu sendiri terdiri atas campuran 60% biodiesel sawit dengan 40% biodiesel jarak. Pada studi kali ini proses pembakaran diruang bakar dipelajari dengan menggunakan analisa heat release dan tekanan puncak silinder. Dari analisa ini dapat diketahui bahwa perubahan Static Injection Timing (SIT) bakar dan kecepatan putaran mesin sangat mempengaruhi tekanan yang dihasillkan dalam ruang bakar.
Bahan bakar yang lebih dahulu mengalami proses pembakaran cenderung memiliki puncak tekanan (Pmax) yang lebih tinggi, dan cenderung menyebabkan emisi Nox dan HC menjadi lebih tinggi. Untuk putaran rendah, dalam hal ini 1500 rpm pembakaran pada bahan bakar solar lebih cepat terjadi dibandingkan dengan bahan baker biodiesel, sehingga tidak terdapat perbedaan yang berarti antara penggunaan bahan bakar solar dan biodiesel. Penggunaan bahan bakar biodiesel baru menunjukkan hasil yang lebih baik dari bahan bakar solar pada kecepatan tinggi, baik dari heat release dan emisi yang dihasilkan. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41205
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Nafis
"Pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif solar merupakan hal yang gencar dilakukan, terutama pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, mengingat ketersediannya yang cukup besar. Namun disisi lain hal ini menimbulkan kontroversi akan kekhawatiran bahwa pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel akan bersaing dengan pemanfaatannya sebagai bahan baku minyak goreng.
Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan usaha untuk mengurangi pemanfaatan minyak sawit dengan melakukan pencampuran (blending) dengan minyak jarak pagar. Studi ini berusaha mencari data tentang performan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar biodiesel 10% (B-10), 20% (B-20), 30% (B-30), dan 100% (B-100). Komposisi bahan bakar biodiesel itu sendiri terdiri atas campuran 60% biodiesel sawit dengan 40% biodiesel jarak. Pada studi kali ini proses pembakaran dituang bakar dipelajari dengan menggunakan analisa heat release dan tekanan puncak silinder. Dari analisa ini dapat diketahui bahwa perubahan Static Injection Timing (SIT) bakar dan kecepatan putaran mesin sangat mempengaruhi tekanan yang dihasillkan dalam ruang bakar. Bahan bakar yang lebih dahulu mengalami proses pembakaran cenderung memiliki puncak tekanan (Pmax) yang lebih tinggi, dan cenderung menyebabkan emisi Nox dan HC menjadi lebih tinggi. Untuk putaran rendah, dalam hal ini 1500 rpm pembakaran pada bahan bakar solar lebih cepat tegadi dibandingkan dengan bahan bakar biodiesel, sehingga tidak terdapat perbedaan yang berarti antara penggunaan bahan bakar solar dan biodiesel. Penggunaan bahan bakar biodiesel baru menunjukkan hasil yang lebih baik dari bahan bakar solar pada kecepatan tinggi, baik dari heat release dan emisi yang dihasilkan.

The combustion and heat release of engines using diesel fuel and bio-diesel have been investigated. The bio-diesel consists of palm and jatropha oil, and were tested in variation of static injection timing (SIT) with 1500, 2500, 3000, and 3500 Rpm engine speed. The research conduct in a Ricardo Hydra Research Single Cylinder Direct Injection Diesel Engine. Engine in cylinder pressure data were collected and use to evaluate the rate of heat release with respect to crank angle. It was observed that commonly the peak rates of heat release for all fuel blends were less than diesel fuel on low engine speed. But some of bio-diesel getting higher than diesel fuel on high speed of engine. Static Injection Timing (SIT) will give significant effect of heat release rate and emissions. The emissions from bio-diesel and diesel fuel are compared paying special attention to the most concerning emission: Nox, HC, and CO. The result show that smoke emissions further reduced when engine speed was increased. A reduction in charged temperature can reduce NO emission."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25977
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Sumartono
"Semakin banyaknya mesin diesel yang dipergunakan masyarakat akan meningkatkan konsumsi solar, disisi lain harga bahan bakar minyak yang semakin meningkat membuat upaya untuk memanfaatkan energi alternatif menjadi semakin menarik. Salah satunya adalah penggunaan solar dan CNG pada mesin diesel secara bersamaan. Hal yang diteliti pada tulisan ini adalah dampak dari penggunaan CNG tersebut terhadap performa dan emisi mesin dan pengaruh perubahan waktu injeksi (SIT) terhadap performa mesin. Dari pengujian yang dilakukan diketahui temyata penggunaan bahan bakar ganda akan menurunkan emisi smoke, tetapi emisi hydrocarbon dan NOx meningkat. Daya mesin diesel berbahan bakar ganda bisa sama dengan mesin orisinil, sedangkan brake thermal efficiency pada putaran dibawah 2400 rpm lebih bagus dibandingkan mesin berbahan bakar 100% solar, tetapi pada putaran diatas 2400 rpm efisiensinya lebih rendah. Pada mesin diesel berbahan bakar ganda perubahan waktu injeksi solar dan kecepatan putaran mesin merupakan faktor penting yang mempengaruhi efisiensi mesin. Waktu injeksi yang terlalu dini pada putaran mesin rendah (1200 rpm) akan menyebabkan tekanan maksimum pada silinder (Pmaks) tinggi, emisi NOx dan HC tinggi, dan efisiensi mesin menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan waktu injeksi yang lebih lambat. Sedangkan pada putaran tinggi baik mesin diesel berbahan bakar solar maupun yang berbahan bakar ganda sama sama kurang bagus performanya, hal ini disebabkan ignition delay yang terlalu lama (diukur dalam derajat sudut engkol) mengakibatkan pembakaran baru dimulai saat piston sudah bergerak turun sehingga proses pembakaran tidak bisa terjadi dengan baik.

Unlike the use of Compressed Natural Gas on gasoline engine the use of CNG in a diesel dual fuelled engine is not very well known, even though this system already explored since late 80's. During our study we compare the performance and emission of original direct injection diesel engine against dual fuelled engine, and also we compare the effect of fuel injection timing in a dual fuelled engine to the performance and engine emissions. From this study we found that the dual fuelled engine could reach the same performance compared to the original diesel engine with less smoke, but with higher NOx and HC emissions. At lower engine speed less than 2400 rpm dual fuelled engine had a better brake thermal efficiency, but at higher engine speed it become less then the original diesel engine. Fuel injection advance on dual fuelled engine will give significant effect on thermal efficiency and NOx, HC emission. At low speed too advanced fuel injection will reduce the thermal efficiency and increase NOx and HC emission, also increase cylinder maximum pressure (Pmax). At higher engine speed (more than 2400 rpm) the combustion processes become worst it's indicated by less brake thermal efficiency, the one that cause this condition is the long ignition delay."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T8453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surbakti, Ronald Nugroho
"Syngas yang dihasilkan bahan bakar batu bara melalui gasifikasi unit dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar pada mesin generator set diesel, namun masih memanfaatkan sejumlah bahan bakar diesel sebagai igniter kompresinya. Dalam pemanfaatan syngas tersebut diperlukan suatu modifikasi terhadap saluran masuk syngas. Saluran masuk syngas diaplikasikan melalui saluran masuk udara yang sekaligus menjadi tempat pencampuran antara syngas dan udara tersebut (mixture valve) sebelum masuk ke dalam mesin. Mesin dengan dua bahan bakar yang berbeda tersebut disebut juga Dual - Fuel Engine. Karakteristik mesin dual fuel ini bergantung pada komposisi yang juga merupakan kualitas bahan bakar yang masuk. Dalam pencampuran kedua bahan bakar tersebut, perbandingan Hydrogen (H2) dan Carbon Monoxide (CO) pada control volume tertentu bervariasi terhadap nilai kalornya sehingga dalam perancangannya memerlukan perhitungan alternatif laju aliran bahan bakar syngas menurut nilai kalornya dengan efisiensi thermal yang dimiliki mesin.

Syngas that is produced by coal fuel through gasification unit used as a substitution fuel in a diesel engine generator set, but it still takes smaller amount of diesel fuel as the Compression Igniter. In using of two kind of those fuels, modification is needed at the intake of the engine. By applying the syngas inlet to the intake as well as a place of mixture happened between the air and the syngas (mixture valve) before get into the engine. The engine with those two different fuels is called Dual - Fuel Engine. Characteristics of dual fuel engines depend on composition or quality of the syngas. Syngas composition ratio between Hydrogen (H2) and Carbon Monoxide (CO) at certain volume control have many varies so it requires an alternative calculation of the syngas flow rate according to the heating value of the syngas with thermal efficiency of the engine which also influential factors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada mesin diesel ada tenggang waktu antara sejak dimulainya penginjeksian solar ke dalam silinder bakar mesin, kemudia terbentuk campuran udara+embun solar sampai terjadi titik api yang mula-mula. Tenggang waktu ini disebut ignition delay atau keterlambatan pengapian. Ignition delay adalah suatu parameter yang sangat berpengaruh terhadap awal sampai akhir proses pembakaran dalam silinder bakar mesin. Oleh sebab itu sangat menentukan performa dan emisi gas buang mesin.
Pada pengujian di sini BBG yaitu propana, metan, dan hidrogen masing-masing dialirkan dalam silinder bakar mesin konvensional sebagai mesin dual fuel. Setelah bercampur dengan udara oleh sebuah mixer yang dilengkapi di dalam intake port. Kemudian ignition delay bahan bakar solar yang disemprotkan langsung ke dalam silinder mesin dengan jumlah kecil tersebut dianalisis dan dievaluasi.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa perubahan rasio spesifik panas dan konsentrasi mol oksigen campuran udara +BBG sangat berpengaruh terhadap ignition delay."
JITE 1:11 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Cahyo Nugroho
"Ignition delay merupakan salah satu parameter panting dalam operasi mesin diesel, ignition delay didefinisikan sebagai selang waktu antara mulai injeksi bahan bakar sampai dengan mulainya terjadi penyalaan bahan bakar, pembakaran akan optimum bila penyalaan terjadi sebelum titik mati atas. Secara ukuran derajat putaran poros engkol, semakin tinggi putaran mesin semakin panjang ignition delaynya, sehingga perlu adanya perubahan waktu injeksi. Ignition delay semakin pendek bila bilangan cetana bahan bakar bertambah, bilangan cetana solar dapat dinaikkan dengan menambah metil ester yang mempunyai bilangan cetana lebih tinggi.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan bakar campuran metil ester kelapa sawit (ME) dan solar terhadap unjuk kerja mesin dan ignition delay. Pengujian dilakukan dengan menggunakan mesin diesel satu silinder injeksi langsung. dengan memperbandingkan beberapa komposisi campuran bahan bakar yaitu solar murni, 20% massa metil ester (20% ME), 30% ME dan 40% ME. Pengujian dilakukan berdasarkan kurva daya yang dihasilkan bahan bakar solar. Ignition delay didapat dari grafik tekanan gas dalam silinder terhadap posisi poros engkol, untuk itu dalam pengujian dilakukan pengukuran tekanan gas dalam silinder.
Dari pengujian didapatkan bahwa torsi dan daya yang dihasilkan bahan bakar campuran ME dan solar 1.5 s/d 4% lebih rendah dibanding solar. Sedangkan tingkat emisi asap lebih rendah 5 ski 25%. Ignition delay semakin pendek bila putaran mesin dan bilangan cetana bertambah, dengan suatu persamaan linier pengaruh putaran mesin dan bilangan cetana terhadap ignition delay adalah : ignition delay = 0.0033 putaran mesin-0.375 bilangan cetana 4-38.321.

Ignition delay is important parameter for diesel engine operation. Ignition delay is the time between start of injection and start of combustion, combustion will be optimum if started before TDC. Injection liming advancing is needed, because ignition delay (in crank angle degree) increase as engine speed increase. Ignition delay decrease as cetane number increase, cetane number of petroleum diesel can be increased with addition of methyl ester.
The research conduct in a single cylinder direct injection diesel engine, the engine was fueled with several different composition fuel blend ( petroleum diesel and ME). The fuel blend are petroleum diesel (D), 20% mass ME (20 % ME), 30% and 40% ME. Effect of different fuel blend to engine performance and ignition delay is studied. Engine setting to get power curve for petroleum diesel used as the basic. engine test Ignition delay was determined from cylinder pressure vs. crank position diagram. Cylinder pressure measurement is needed to get cylinder pressure vs. crank position diagram.
Engine power for ME & petroleum diesel blend are 1.5 - 4 % lower than petroleum diesel, and smoke are 5 - 25 % lower. Engine speed, cetane number and ignition delay correlation is : ignition delay = 0.0033 engine speed -0.375 cetane number + 38.321 .
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T5197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Abidin
"Sumber energi utama yang banyak digunakan di berbagai negara saat ini adalah minyak bumi. Keberadaan minyak bumi terus berkurang seiring dengan bertambahnya kendaraan maupun mesin-mesin yang digunakan untuk membantu kehidupan manusia. Biodiesel, khususnya yang berasal dari minyak jelantah adalah salah satu dari jenis bahan bakar alternatif yang menarik. Biodiesel dapat digunakan pada solar sebagai bahan bakar pencampur. Keuntungan dari penggunaan biodiesel adalah ketersediaan biodiesel sebagai bahan bakar terbarukan dan nilai dari angka setana yang tinggi. Hal yang patut diperhatikan dalam penggunaan biodiesel 'minyak jelantah' sebagai bahan bakar utama maupun sebagai senyawa pencampur bahan bakar adalah aspek konsumsi bahan bakar mesin diesel. Biodiesel, memiliki nilai kalor yang lebih rendah dari solar. Akibatnya, untuk menghasilkan daya keluaran yang sama, bahan bakar dengan campuran biodiesel akan membutuhkan jumlah bahan bakar yang lebih banyak.

Fossil fuel is the most favorite fuel that has been used by people. The availibility of fossil fuel is decreasing, contrast to the increasing number of automobiles and other 1C engines. Biodiesel, especially from waste vegetable oil is an attractive alternate fuel. Biodiesel can be used with PetroDiesel (solar) as a blend fuel. Some of the advantages of using biodiesel as ablending substance are, it is a renewable fuel and its have high cetane number. One aspect that need to be noticed is the fuel consumption aspect of IC engines. Biodiesel's heat value is lower than petrodiesel. This mean, the blending of petrodiesel and biodiesel will lower the heat value of the blend. Consequently, to generate same power, the fuel consumption of biodiesel will be higher than petrodiesel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>