Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119572 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rezza Prayogi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S36375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Bintang Fikri
"Dewasa ini, menjaga kondisi udara tetap berada pada zona nyaman dengan menggunakan pendingin konvensional membutuhkan biaya yang tidak murah, terutama pada ruangan yang luas dan semi terbuka. Evaporative cooler yang menggunakan material yang tidak membahayakan lingkungan maupun kesehatan dan berbiaya rendah dapat menjadi alternatif untuk menjaga lingkungan tetap sehat dan nyaman. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan dan membandingkan kinerja evaporative cooler yang dimodifikasi dengan heat pipe dan tanpa heat pipe. Heat pipe diletakkan di bagian sebelum dan sesudah cooling pad dan berfungsi sebagai indirect stage. Bagian evaporator dari heat pipe diletakkan sebelum cooling pad dan bagian kondensor diletakkan di dalam penampung air tambahan. Sedangkan heat pipe kedua diletakkan setelah evaporative cooler untuk mendinginkan udara dari luar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa saturation efficiency dari kedua sistem meningkat seiring dengan peningkatan suhu udara pada saluran masuk dan menurun seiring dengan penurunan kelembaban relatif. Saturation efficiency juga menurun seiring dengan peningkatan kecepatan udara. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa saturation efficiency evaporative cooler yang dimodifikasi menggunakan modul heat pipe pertama lebih tinggi daripada direct evaporative cooler. Penambahan heat pipe sebelum evaporative cooler dapat meningkatkan saturation efficiency direct evaporative cooler hingga 1,03 tanpa penambahan konsumsi listrik. Dengan susunan heat pipe sebelum evaporative cooler dengan direct evaporative cooler mampu menurunkan temperatur hingga 19.15 °C, sedangkan sengan susunan heat pipe setelah evaporative cooler hanya mampu menurunkan temperatur hingga 3,2 °C namun memiliki kelembaban relatif yang tidak terlalu tinggi.

Nowaday, keeping air condition in a comfort zone using conventional coolers become expensive, especially in large and semi-open spaces. Evaporative cooler which offer a healthy, non-harmful materials, and low cost can be an alternative to keep environment healthy and comfortable. The objective of this experiment is to determine and compare the performance of direct evaporative cooler embedded with heat pipes and without heat pipes. The heat pipe is placed in the section before and after the cooling pad as a precooler and an indirect stage. The evaporator part of the heat pipe is placed before the cooling pad and the condenser section is placed in an additional water reservoir.
The results show that the saturation efficiency of both systems increases along with increasing inlet air temperature and decreases with decreasing relative humidity. Saturation efficiency also decreases with increasing air flowrate. The results also show that the modified saturation efficiency evaporative cooler uses a heat pipe higher than the direct evaporative cooler. The addition of a heat pipe can increase the saturation efficiency of the direct evaporative cooler to 1.03 without adding more energy consumption. The multistage direct evaporative cooler with heat pipe before cooling pad can reduce temperature up to 19.15 °C while the multistage direct evaporative cooler with heat pipe heat exchanger after cooling pad could not reduce temperature as high as the other system but it does not increase relative humidity as high as the other system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Maulana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suranto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Ujuan Marihot
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S34326
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdani Febrian
"Penjadwalan induk produksi merupakan kegiatan penting dalam dunia manufaktur yang menentukan jumlah setiap produk yang harus dibuat disetiap periode perencanaan. Penjadwalan induk produksi memberikan input untuk bagian pengendalian lantai produksi dan pada akhirnya dapat dipergunakan untuk membuat perencanaan kapasitas sumber daya yang lebih detail. Pada penelitian ini dirancang sebuah usulan software perencanaan produksi menggunakan Microsoft Visual Basic dan Microsoft Access sebagai penyimpan informasi (database)serta terintegrasi dengan perencanaan sumber daya produksi dan lantai pengendalian produksi sebagai bagian dari perencanaan dan pengendalian produksi.

Master production schedule is an important task determining how much product should be made in every production period. The output from this task will be the input to the shop floor control and capacity resource planning division for more detail process. The output of this research is an effective and efficient master production schedule software system using Visual Basic and Microsoft Access as the database to save all the company information, and in the end will be integrated with other software like capacity resource planning and shop floor control."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50319
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan
"Proses perlakuan terhadap udara dengan mengatur suhu, kelembaban, kebersihan, pengaluran kecepatan, dan penyisihan partikel dari uap beracun telah dimanfaatkan manusia baik untuk kenyamanan (comfort) maupun untuk keperluan industri. Terdapat beberapa metode atau cara yang dikenai dalam pengkondisian udara, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan sistem pendinginan evaporatif (evaporative cooling). Dengan metode pendinginan evaporatif udara dikondisikan agar temperatur yang berupa kalor sensibel diturunkan suhunya dengan menaikan kelernbaban dalam bentuk kalor iaten (kandungan uap air).
Untuk menurunkan temperatur dan menaikkan kelembaban udara maka diperlukan media yang dapat memberikan perpindahan kalor dan massa dari udara dengan media tersebut. Pada pendinginan evaporatif air pengisi disirkulasikan oleh suatu pompa sehingga media evaporatif (wet-pad) menjadi basah atau mengandung air. Pada saat udara dialirkan maka terjadi kontak anmra aliran udara dari fan dengan air sirkulasi pada wet-pad sehingga terjadi evaporasi dari air ke aliran udara.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap suatu Direct evaporative Cooler jenis aliran silang (crossflow) buamn Munters. Data-data berupa temperatur diukur dengan menggunakan termokopel dan data acquisition control system HP 3497A. Dari hasil pengujian dan pengolahan data diperoleh bahwa pada kondisi temperatur air sirkulasi normal ( 25 °C), terjadi penurunan temperatur bola kering udara rata-rata 3.4 °C clan kenaikan rasio kelcmbaban 1,25 gr uap air/kg udara kering pada temperatur bola basah relatif konstan. Pada temperatur air sirkulasi dingin (dibawah 20 °C) teriadi penurunan temperatur bola kering 6,2 °C, temperatur bola basah 1.9 °C dan rasio kelembaban udara juga turun 0,3 gr uap air/ kg udara kering. Dan pada saat temperatur air sirkulasi dipanaskan (diatas 30 °C) maka terjadi kenaikan balk temperatur maupun kelernbaban udara. Tempcramr bola kering naik 1°C, bola basah 4 °C serta rasio kelembaban naik sebesar 6,6 gr uap air / kg udara kering."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryono Adityo
"Aplikasi sistem refrigerasi telah banyak digunakan oleh masyarakat maupun proses industri Water cooled chiller adalah salah satu aplikasi sistem refrigerasi yang umum digunakan pada gedung bertingkat dan pabrik. Pada penelitian ini telah dibuat sistem chiller yang menggunakan kompresor dengan daya 2 PK, plate heat exhanger untuk 5 ton refrigerasi sebagai evaporatornya dan katup ekspansi 3 ton refrigerasi. Hasil dari proses refrigerasi ini ialah air dingin dengan aliran yang divariasikan sebesar 5,6,7 dan 8 L/mnt. Pada percobaan ini diperoleh perbedaan temperatur masuk dan keluar air sekitar 7°C, efektifitas plate heat exchanger sebesar 0,5, efek refrigerasi sekitar 270 kJ/kg dan COP sistem refrigerasi sekitar 9. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan plate heat exchanger memberikan unjuk kerja yang baik karena efektifitas yang cukup tinggi, temperatur cross yang besar dan pertukaran kalor yang besar antara refrigeran dan air, walaupun dimensinya lebih kecil.

Refrigeration system has been widely used by many people and industry process Water cooled chiller is one of the refrigeration system application that is commonly used in buildings and factorys. In this experiment has been built a water cooled chiller using a 2 HP compressor, a plate heat exchanger as its evaporator, and a 3 ton refrigeration expansion valve. The product of this experiment is cold water that is variated by 5, 6, 7 and S L/mnt. This experiment gives a temperature difference of 7°C between water temperature in and out, effectivity of the plate heat exchanger is O,5, refrigeration eifect is 270 kJ/kg and COP of the refrigeration system is about 9. The result of this experiment shows that the plate heat exchanger gave a good performance because of the high effectiveness and high temperature cross between the refrigerant and water, despite the small dimension compared to the other heat exchangers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37118
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Aricson
"Pengkondisian udara sangat banyak dibutuhkan aplikasinya pada berbagai bidang dan atau keperluan, mulai dari rumah tangga sampai industri-indusin modern. Salah satu pengkondisian udara adalah pendinginan evaporatif (evaporative cooling). Tujuan utama dari proses ini adalah menurunkan temperatur dan menaikkan rasio kelembaban udara. Pengkondisian udara ini diaplikasikan pada beberapa industri seperti: industri makanan, kayu dan kertas (pupi and paper) dan lain-Iain.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menghitung dan menganalisa perubahan temperatur dan rasio kelembaban udara pada suatu sistem pendinginan evaporatif. Penelitian dimulai dengan melakukan pembuatan alat dan sistem yang representatif untuk sebuah sistem pendinginan evaporatif. Hal penting yang dirancang pada alat ini adalah melewatkan udara pada sebuah media basah (wet pad) yang berfungsi sebagai air-filter. Selelah pembuatan alat selesai, dilakukan pengujian dengan menggunakan media dari bahan sejenis busa atau spons.
Kegiatan ini dilakukan bersama-dengan rekan mahasiswa lainnya. Pada pengujian penulis melakukan variasi dengan memindahkan penyearah aliran (flow stighiener) sejauh 10 cm dan 30 cm sehingga jarak masing-masing ke media basah (L) adalah 104,3 cm dan 84,3 cm. Setelah itu dilakukan perhitungan dan analisa data hasil pengujian. Secara teoritis pada proses pendinginan evaporatif, temperatur yang turun adalah temperatur dry bulb, sedangkan temperatur wetbulb tetap. Namun hasil pengujian menunjukkan bahwa pada temperatur wet bulb juga terjadi penurunan.
Hal tersebut dapat dimaklumi berhubung sederhananya alat dan material yang digunakan pada pembuatan alat ini serta kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pengujian. Secara umum alat mampu menurunkan temperatur sekitar 0,4 - 1,0 ℃ dan rasio kelembaban berubah sekitar 0,03 - 1,7 g uap air/kg udara kering. Kondisi pertama memberikan hasil yang Iebih baik. Pada kondisi kedua bahkan terjadi penurunan rasio keiembaban meskipun efisiensi pendinginannya Iebih baik dan kondisi pertama. Hal ini kemungkinan terjadi karena kesalahan pengukuran temperatur temtama temperatur wet bulb. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S36977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Asmawan
"Konsep dan penggunaan dari evaporative cooling telah dikena! sejak lama. Metoda pendinginan ini efislen dalam penggunaan energi, efektif da!am biaya dan ramah lingkungan. Direct evaporative cooling merupakan proses pertukaran kalor secara adiabalis. Udara yang dialirkan melalui air yang akan diuapkan memberikan kalornya dan air menyerap ka1or ini &ebagai kalor penguapan. Oalam pengujian ini akan dilakukan pengujian unjuk kerja dengan menggunakan crossflow evaporative cooler FA3-85.060.060·111AO. Data-data berupa temperatur bola kering (dry bulb temperature) dan temperatur bola basah (wot bulb temparature) pada sisimasuk udara Juar, slsiudara masuk pada wet pad, sisi udara keluardry pad dan temperatur air diukur dengan menggunakan tennokopel dan data acquisition HP3497A. Variasi Kondisi dalam penguj!an adalah temperatur air normal, temperatur air dingin dan temperatur air panas.
Pada kondisi temperatur air normal (± 24° C) dihasilkan penurunan temperatur bola kering udara rata rata konstan dan rata-rata penambahan kandungan uap air dalam udara adalah 2 g uap air/kg udara kerfng. Pada kondisi ini direct evaporative cooler menunjukkan fungsi sebagai pendingin(cooler) dengan efektivitas rata-rata sebesar 98,15%. Pada kondisi temperatur air dingin (kurang dari 20°C) dlhasilkan penurunan temperatur bola kering rata rata basah rata rata 2.5°C dan penurunan nilai rasio kelembaban rata rata. 28°C dan penurunan nilai rasio kelembaban rata-rata 2 gr air/kg dry air. Pada kondisi ini direct epavorative cooler menunjukkan fungsi sebagai pendingin (cooler) dan pengeringan dengan efektivitas rata-rata sebesar 50,46%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>