Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125033 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lian Tohar
"Dengan meningkatnya persaingan bisnis di dunia industri plastic injection, roaka dalam industri plastic injection ditunlut Wltuk melakukan efisiensi disegala bidang agar dapat bersaing pada era pasar global karena dengan efisiensi yang dilakukan dapat menurunken biaya produksi sebingga barga jnal dari prnduk yang dibasilkan mampu bersaing dengan barga pasar global. PT. Astra Otoparts Thk Divisi Adiwira Plastik (PT. AWP) yang didirikan pada tanggal 20 September 1991 dan mulai beroperasi pada tabnn 1992, merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang plastic injection dan mold mah!!r. Oleh karena itu perusahaan tersehut sangat konsisten dalam merdagkatkan efisiensi disegala bagian yang mempeogaruhi proses produksi. Salah satu yang menjadi sasaran adalah pada bagian plastic injection karena bagian ini memegang peranan cukop dominan pada pembuatan komponen-komponen di PT. A WP Karena hal tersebut roaka salah satu efisiensi yang dilakuksn adalah pada proses produksi rerutama pada proses pergantian produk. Pada proses produksi dalam industri plostik injection, produk dihasilkan dari proses semprot tuang (injection) yaitu material mentah dilelebkan, kemudian disemprotkan kedalam cetakan (Mold) yang berongga sesnal dangan bantuk produk yang dihasilkan. Mesin injection dipakai nntak membuat beberapa tipe produk dengan meroakai beberapa cetakan sesnal deogan jumlah tipe produk yang dihasilkan sehingga pada proses pergantian produk:, otornatis terjadi pergsntian cetakan. Dalam hal ioi efisiensi yang dilakuksn adalah mempersingkat pergantian cetakan Berdasarkan pengamatan lama, pergantian produk memakan waktu yang cukop lama yaitu 108,44 min s/d 156,77 min sedangkan waktu pargantian cetakan seadiri memakan wakrn yang sama lni dikarenakan pergantian cetakan menggnnakan alat peogangkat yang meggWlakan tali dan pengaturan gerak manual, alat peudukuog yang tidak standar dan janisnya beragam, banyak peralatan yang sudah russk, serta letak peralatan yang sembarang. Reocana yang dilakuksn adalah menstandarisasi peralatan yang dipakai,membuat sistem cooling chanel yang terpusat dan rnenyatu dengan cetakan supaya cepat dalam pernasangan seiang, membuat stopper bawah yang ditempelkan pada blok mesin injeclion dan pembuatan dan penggantian locating ring sehingga mempercepat proses centering saat pernasang:an cetakan,. penggantian sistern clamping yang tidak menggW>akan ganjal. Dengan memperbaild masalah yang ada yaitu: pemasangan seiang cooling dengan diikat kawat menjadi hiiang diganti sistem terminal cooling, proses centering yang banya mengandalkan pengalaman dengen dibantu adanya slopper bawah menjadi lebih cepat, pemasangan sistem clamping yang menggnnakan ganjal diganti dengan sistem tanpa ganja~ kegiatan pengembalian dan pengambiian cetakan dalam proses pergantian dihilangkan dengan menyiapkan cetakan telebih dahulu, pemasangan hoi runner diganti dengan sistem plug dan soch!!t.maka didapatkan basil yang cukop baik Dengan berjaiannya rencana tersehut roaka didapatkan basil yang eukup bagus yaitu singkatnya waktu pergantian cetakan antara 27,83 min s/d 39,65 min sehingga mempercepat pergantian antara 33 min s/d 39,65 min."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S37402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibawa Purabaya
"Design for Assembly (DFA) membahas produk yang terdiri dari beberapa komponen. Tujuan dari DFA adalah merancang produk multi komponen sehingga proses perakitan akan menjadi lebih mudah dan waktu yang diperlukan semakin singkat. Sebab singkatnya waktu perakitan akan berimbas pada penurunan biaya produksi. Disisi lain ElMaraghy membuat suatu model tentang kompleksitas sistem manufaktur. Menurut ElMaraghy sistem harus menyeimbangkan karakter manusia, kebutuhan, keahlian(skill) juga kemampuan di dalam teknik dan lingkungan bisnis, agar berjalan efektif. Dalam pemodelan tersebut, ElMaraghy menggunakan tiga elemen, yaitu: jumlah informasi (total), keberagaman informasi, dan kandungan informasi (information content). Dalam Pemodelan ini kompleksitas produk dan kompleksitas proses dapat dihitung masing masing. Didalam tesis ini akan akan diperlihatkan bagaimana pengaruh perubahan DFA suatu produk terhadap kompleksitas produk dan prosesnya. Sebagai studi kasus, diambil komponen otomotif, yaitu CENTER PANEL yang merupakan hasil dari Injection Molding.

Design for Assembly (DFA) deals a product which comprises of several elements. The aim of DFA is to design a multi-component product so that the assembly process is easier and the assembly time will be shorter. Because a shorter assembly time will result reducing production cost. On the other side ElMaraghy has proposed a model which representing Manufacturing system Complexity. An effective system wil be achieved if there is a balance human characteristics, needs, skills and capabilities within the technical and business. In that model, El Maraghy used three elements i.e.: total quantity of information, diversity if informations and the informaton content. Also in this model, product complexity and process complexity can be independently calculated In this thesis it will be shown how product complexity as well as process complexity will vary as DFA is varied. As a case study. Automotif component, called CENTER PANEL which is an Injection molded part."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T30535
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Joshua
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki waktu changeover mold dalam studi kasus proses injeksi plastik. PT XYZ sebagai produsen sepeda motor memiliki seksi injeksi plastik yang memproduksi part plastik untuk sepeda motor. Sebuah mesin injeksi digunakan untuk memproduksi lebih dari satu jenis part, sehingga pergantian jenis part membutuhkan proses changeover. Proses changeover yang sering dilakukan menghasilkan waste bagi PT XYZ berupa waktu mengganggur. Penelitian ini menggunakan metode Single Minute Exchange of Dies (SMED) untuk mengurangi durasi pelaksanaan changeover secara signifikan. Penelitian dilakukan sesuai dengan tiga tahap metode SMED yaitu mengelompokkan aktivitas ke dalam setup internal dan setup eksternal, mengkonversi aktivitas internal menjadi aktivitas eksternal, dan memperlancar seluruh pelaksanaan aktivitas setup. Langkah perbaikan pada tahap ketiga disimulasikan dengan simulasi Monte Carlo pada Ms. Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode SMED dapat mengurangi waktu changeover sebesar 42,86%. Pengurangan ini berdampak pada penurunan waktu menggangur sebesar 760,77 menit dan peningkatan produktivitas sebesar 1.030 part dalam waktu satu bulan.

ABSTRACT
This research aims to improve mold changeover time on plastic injection molding case. PT XYZ as a motorcycle manufacturer has a plastic injection section which produces plastic parts for motorcycle body. An injection machine is used to produce more than one part type, so changeover process is needed. The frequent changeovers result in idle time waste for the company. The research uses Single Minute Exchange of Dies (SMED) method to reduce changeover time significantly. The research was conducted based on three steps of SMED, namely, separating internal and external setup, converting internal to external setup, and streamlining all aspects of the setup operation. Improvement actions on the third step were simulated by Monte Carlo simulation in MS. Excel. The result showed that SMED is capable to reduce changeover time by 42.86%. This leads to 760.77 minutes of idle time reduction and an increase in productivity by 1,030 parts within one month."
2016
S62950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Gunawan
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T39672
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman Chandra
"Sebagai kemasan, Jelly Cup pada prinsipnya hanya sekali pakai saja (disposable) sehingga menjadi tuntutan utama agar kemasan seringan mungkin untuk menghemat biaya material dan juga isu lingkungan yang menganjurkan sesedikit mungkin penggunaan plastik. Optimasi awal produk Jelly Cup 100 ml dilakukan dengan simulasi CAE menggunakan perangkat lunak mpa (moldflow plastic advisor) dan dilanjutkan dengan mpi (moldflow plastic insight) dengan parameter utama ketebalan dinding yang berhubungan dengan berat produk Tujuannya adalah mendapatkan tebal dinding setipis mungkin untuk diproses pada cetakan injeksi. Analisis hasil simulasi komputer menunjukkan ketebalan yang optimum untuk produk Jelly Cup 100 ml ini adalah 0.5 mm. Optimasi berikutnya adalah desain cetakan yang dilakukan meliputi 4 bagian utama pada cetakan yaitu: konstruksi pada rongga cetak, sistem saluran masuk (feeding system), sistem pendingin (cooling system), sistem pengeluaran produk (ejection system). Percobaan eksperimental dengan metoda trial and error dilakukan dalam tiga macam ketebalan yaitu: 0.42, 0.46, dan 0.50 mm. Hasilnya menunjukkan pada ketebalan 0.46 dan 0.50 memungkinkan untuk mencetak produk yang baik, perbedaannya ada pada tekanan injeksi dan waktu siklus. Setelah dilakukan analisa dan diskusi, maka didapatkan bahwa ketebalan 0.50 mm memang merupakan ketebalan yang ideal dan mendekati hasil simulasi (waktu siklus 4.1-4.2 detik dan berat produk 4.1 gram), tetapi secara ekonomis, berdasarkan asumsi saat ini, ketebalan 0.46 mm lebih menguntungkan untuk diproduksi (waktu siklus 4.5-4.6 detik dan berat produk 3.8 gram). Produk Jelly Cup teroptimasi menjadi Thin Wall Product dengan flow length/wall thickness ratio (111) terbesar 128.111. Perubahan ketebalan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kekuatan impak produk setelah dilakukan percobaan drop test.

As a packaging, Jelly Cup in principle only for one time use (disposable), so the main factor is the cup has to be as light as possible to save material cost and considering of environment issues suggesting a few possible plastic uses. CAE simulation with mpa (moldflow plastic adviser) software and continued by mpi (moldflow-plastic insight) conducted as early optimization stage and the main parameter is wall thickness which deal with product weight. The target is get wall thickness as thin as possible to be processed at injection molding. Analyze result of computer simulation show the optimum wall thickness for the product of this Jelly Cup 100 ml is 0.5 mm. Next stage is optimization of molding design that consist of 4 main system i.e. cavity, feeding system, cooling system, and ejection system. Experimental process done to validate the optimization. Method that used in this experiment is trial and error of injection molding of Jelly Cup 100 ml with 3 kind of wall thickness i.e. 0.42, 0.46, and 0.50 mm. These trials used practical process parameters as close as the real production condition. The result shows Jelly Cup with wall thickness 0.46 and 0.50 mm have possibility to produce. The differences between them are the value of injection pressure and cycle time. After analysis and discussion, wall thickness 0.50 mm is the ideal wall thickness and very close to simulation result (cycle time is 4.1-4.2 s and product weight is 4.1 g), but according to economic calculation, with recent assuming, show the advantage to produce 0.46 mm product slightly higher than another (cycle time is 4.54.6 s and product weight is 3.8 g). Jelly Cup product optimized to thin wall product with flow length 1 wall thickness ratio (1J) 128.111. The drop test result shows the changes of thickness not significant for drop impact resistance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hidayat
"Tesis ini membahas kemampuan mahasiswa magister Fakultas Teknik UI angkatan 2010 dalam mencari dan menggunakan software Abaqus secara efektif dalam konteks Simulasi Ikatan antar Material Polimer pada Proses Bi-Injection. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan simulasi software. Hasil penelitian menyarankan bahwa dalam proses bi-injection molding dengan material polypropylene perlu diperhatikan setting parameter temperature dalam proses bi-injection molding untuk mendukung keberhasilan ikatan antar material.

The focus of this study is analysis bonding material polymer of bi-injection molding process. This research using Abaqus software for analysis the case and modeling it. The result of research give advices to setting temperature parameter to get better bonding of polypropylene in bi-injection molding process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T33191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lingga Pradinda Suharno
"Salah satu metode fabrikasi untuk membuat braket ortodontik yaitu metal injection molding. Kelebihan metode fabrikasi ini dapat menghasilkan produk dengan ukuran yang sangat kecil. Sehingga metode ini cocok digunakan sebagai metode fabrikasi braket ortodontik. Namun metode fabrikasi ini memiliki kelemahan. Terdapat proses sintering yang sulit diprediksi hasil akhirnya. Salah satu parameter yang menentukan hasil akhir sintering yaitu atmosfer. Sehingga penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur pada argon sintering terhadap material SS 17-4 PH.Feedstock SS 17-4 PH dibentuk dengan menggunakan mesin injeksi menjadi bentuk kubus dengan ukuran 5 mm x 5 mm x 5 mm. Tekanan yang diberikan untuk injeksi ini yaitu 2700 psi dengan temperatur injeksi yaitu 200°C.
Setelah proses injeksi, dilakukan proses penghilangan binder dengan proses debinding. Proses solvent debinding dilakukan dengan menggunakan heksana pada temperatur 50°C menggunakan magnetic stirrer selama 1,5 jam. Proses thermal debinding dilakukan menggunakan vacuum furnace pada temperatur 510°C dengan heat rate 1°C/menit dan proses holding selama 1 jam. Proses sintering dilakukan menggunakan atmosfer gas argon dengan flow rate 1 liter/menit pada temperatur 1320°C, 1340°C, 1360°C, dan 1380°C dengan heat rate 5°C/menit dan proses holding selama 1,5 jam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan atmosfer argon untuk proses sintering masih terdapat adanya inklusi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena proses thermal debinding yang kurang baik. Pada proses sintering, terbentuk fasa ?-ferrite. Fasa ini mempengaruhi proses densifikasi dari material SS 17-4 PH. Nilai densitas relatif, nilai penyusutan, dan nilai kekerasan yang dicapai pada setiap temperatur tidak mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa proses sintering dengan menggunakan gas argon sudah mencapai parameter optimal pada temperatur 1320°C, 1340°C, 1360°C, dan 1380°C.

Orthodontic brackets can be manufactured using several methods of fabrication, one of them is metal injection molding. Ability to produce very small product is the advantages of this method. However, sintering process result with this method quite unpredictable. One of the important sintering parameter is sintering atmosphere. This study is aimed to understand the influence of argon atmosphere in sintering process with different temperature.To produce orthodontic bracket with metal injection molding method, 17 4 PH stainless steel feedstock injected to the mold using injection molding machine.
After injection, the binder eliminated with solvent and thermal debinding. Solvent debinding process conducted with hexane at 50 oC on magnetic stirrer for 1,5 hours. Thermal debinding were performed in vacuum furnace at 510 oC with heat rate 1 oC min and 60 min holding time. Afterward, the resulting sample were heated at 5 oC min to sintering temperatur of 1320°C, 1340°C, 1360°C, and 1380°C under 90 min holding time in argon atmosphere with flow rate 1 liter min.
The results of this study indicate that, the inclusion still occur in argon atmosphere sintering process. This is possible due to poor thermal debinding process. In the sintering process, ferrite phase is formed. This phase affects the densification process of SS 17 4 PH material. The value of relative density, shrinkage, and hardness at different temperature did not change significantly. This indicates that the sintering process using argon gas has reached the optimum parameters at 1320°C, 1340°C, 1360°C, And 1380°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Ismail
"Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi manufaktur, maka penggunaan material Plastik juga semakin beragam. Dan pada saat ini sebagian besar industri manufaklur mcnggunakan komponen terbuat dari material plastik, termasuk industri elelctronika dan automotif.
Untuk menghasilkan produk plastik yang baik dengan jumlah yang relatif banyak dzlam waktu yang cepat, diperlulcan mesin Plastic Iryection Molding yang dapat dioperasikan secara maksimal dan optimal.
Pada saat siklus produksi berlangsung, ada kalanya teriadi kegagalan baik produk maupun proses. Salah satu kegagalan proses pada mcsin Plastic Injection Molding adalah kcgagalun Clamping dan Locking. Kegagalan proscs Clamping dan Locking memerlukan waktu yang relatif lama dalarn melakukan tindakan troubleshooting atau perbaikan, yaitu antara I0 mcnit sampai 10 jam. Kalau kegagalan ini sering tcrjadi maka akan sangat mengganggu proses produksi.
Penerapan metode FMEA (Failure Mode, Eject, and Anabfsis) pada prosos Clamping dan Locking dapat digunakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan proses dengan cara menentukan semua potensi kegagalan (potential failure ntorle) misalnya kcgagulnn pada proscs hydraulic system worked, akibal kegagalannya (potential ejects of failure) yaitu moving platen tidak dapat bcrgcruk, nilai kcseriusan akibat kegagalan (severity) adalah 8.
Langkah selanjutnya mcnentukan polensi penyebab kegagalan (potential causes offailure) yaitu control circuit kotor, panas, atau rusak, kemudian frelcuensi tcrjadinya penyebab kegagalan dinmgking dengan menentukan nilai occurrence, yaitu 2. Setelah itu ditentukan lcontrol aliran proses (current process control) untuk mendeteksi teijadinya penyebab kegagalan yaitu alarm dan tampilan pads monitor control kemudian kcmampuan penyebab kegagalan dapat dideteksi (detection) dibcri nilai S, sehingga diperoleh nilai prioritas resiko alau risk priority number {Rl’N=S.O.D) udalab 80.
Selanjutnya ditentukan langkah penanganan kegagalan (recommended actions) dan pelaksanaannya (actions taken) yaitu pengecekan dan pembersihan control circuit setiap bulan dan perbaikan kerusakan schingga potensi penyebab terjadinya kcgagalnn berkurang, ditandai dengan menurunnya nilai RPN. Paula potousl pany;-bob kogagnlnn control elrcult Rotor. penal. atau rusak nilai RPN menurun dari 80 menjadi 48.
Dengan FMEA dapnt dirancang suatu program preventive maintenance untuk IIICIICCBIIII lcrjndinyu kcgngnlun proxcs (.'lampirtg dun Locking pudu siklus produksi l’ln.vtic Ingestion Molding Machine. Unluk mcncegah tcrjadinya potensi penyebab kegagalan control circuit kotor, pnnas, atau rusak adalah clengan pelaksanaan maintenance procedure pengccekan visual, pcngcccknn dengan multitester, pembersihan, perbaikau kerusakan, dan memastilmn fan pendingin berfungsi, dengan waktu pelaksanaan setiap bulan.

Follow to the development of manufacttue technologies, the use of plastic are so variously. Now, there are many manufacture industries that use the component or part from plastics, especially in electronics and automotive industries.
For producing the good quality plastic products with good quantity on a short time, need The Plastic Injection Molding Machine that can operate maximally and optimally.
On the production cycle, sometime the failure in product and process is happened. One of process failure on the Plastic Injection Molding Process is “Clamping and Locking Failure". This failure need a long time of service, repair or troubleshooting (its about 10 minutes - 10 hours). lf this failure oiien happened, its will disturb the production process.
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) in Clamping and Locking process will eliminate or reduce the failure happened by evaluate all of potential process failure (potential failure mode), ex: failure in hydraulic system worked, evaluate the potential effect of failure, moving platen can’t move then give the assessment ofthe effect (severity). In this case, the severity is 8.
Evaluate the potential causes of failure, it’s the control circuit dirty, high temperature, or break. Then assess the occurrence of potential causes happened. The occurrence is 2. Then develop the current process control to detect the cause of failure happened. It’s control by alarm and statement on control monitor. Then assess the ability of process control can detect the failure. The detection is S. After the step above the Risk Priority Number (RPN) will be found, it’s 80.
Then develop the recommended action and action taken. In this case, it’s checking and cleaning the control circuit every month and repair if any troubles. The potential cause of failure will reduced. It’s indicate by the decrease of RPN from 80 to 48.
The result of FMEA implementation is the preventive maintenance program to avoid, eliminate, or decrease the potential failure in Clamping and Locking Process on the Plastic Injection Molding Process. To prevent the potential cause of failure happened, ex: control circuit dirty, high temperature, or break by take the maintenance procedure action like visual checking, multi tester checking, cleaning, repairing, and ensure that the cooling fan worked. lt’s procedure must be taken every month.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yesmizarti Muchtiar
"Penelitian tesis ini menggunakan latar belakang permasalahan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur. Banyaknya perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama pada saat ini, mengharuskan perusahaan menghasilkan produk yang terbaik sampai ke tangan konsumen. Untuk itu kualitas yang terbaik haruslah diutamakan. Dengan kata lain peningkatan kualitas produk harus menjadi prioritas utama. Untuk mendapatkan kualitas yang baik tanpa adanya kegagalan, dibutuhkan teori yang akan menjadi acuan untuk itu. Setting optimal dibutuhkan pada eksperimen untuk pengujian agar menghemat waktu dan biaya.
Metoda Taguchi menggunakan orthogonal array yang efektif dalam melakukan eksperimen. Dengan mengikuti langkah-langkah Metoda Taguchi, aplikasi dapat langsung dilakukan. Penentuan faktor terkontrol, faktor tidak terkontrol dan level faktor yang digunakan, serta jenis orthogonal array yang akan dipakai dalam eksperimen. Data yang dikumpulkan dari lapangan, diolah dengan Metoda Taguchi. Penggunaan analisa variansi dan signal to noise ratio, sehingga setting optimal Metoda Taguhi dapat ditemukan.
Dari perbandingan yang didapat antara data aktual yang telah dilakukan perusahaan dengan data yang diambil menggunakan hasil setting yang didapat dengan Metoda Taguchi dilakukan analisa sehingga dapat diketahui penyebab kegagalan produk selama ini. Dalam kesimpulan akhir tesis ini proses pembuatan produk dengan kualitas yang terbaik dapat dilakukan. Sehingga kompetisi antara perusahaan dengan produk yang sama menjadi sebuah persaingan yang sehat.

This thesis research using manufacture companies issues background which progress recently. Many companies operate in the same field, required the companies to produce their best to deliver to customers. Hence the best quality must be prioritized. In other word the quality improvement of the products should be main priority. To reach the good quality and zero defects, it is required theories to become the reference. Optimal setting uses in experiment to asses and efficient in time and cost.
Taguchi method used orthogonal array, which be effective in performing the experiment. By following the steps of the Taguchi Method, application could be conducted directly. The determination controlled factor, uncontrolled factor and level factor applied, and also the type of orthogonal array that will be use in the experiment. The collected data from field processed by Taguchi Method. The uses of variance analysis and signal to noise ratio, so that the optimal setting of Taguchi Method could be found.
From the obtained comparison between actual data that has performed by a company with the collected data using the obtained setting result by Taguchi Method, analysis is conducted so that it can be known the cause of the product failure during the time. From the final conclusion of this thesis, the produce of the product with the best quality could be performed. The competition between the company and the same product become a sound competition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T4784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>