Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65623 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferdiansyah
"Pengkondisian udara merupakan salah satu faktor penting yang mendukung perindustrian. Pengkondisian udara dapat berupa penurunan moisture (kandungan uap air) dari udara, dimana untuk keper!uan itu dikembangkanlah berbagai janis dehumidifier (pengering udara), selah satunya adalah rotary desiccant dehumidtfter (pengenng udara sistem desikan putar). Skripsi ini mempresentasikan eksperimen dan analisa terhadap efektiVItas, suatu ukuran kemampuan penurunan kelembaban (rasio kelembaban) udara proses, dengan memperhatlkan pengaruh temperatur udara yang memasuki regenerasi terhadapnya.
Penelitian dilakukan dengan menguji rotary desiccant dehumidifier bermerek Munters Avfuktare MD 16 yang menggunakan UCI (Lithium Chloride) berwujud padat sebagai media penyerap uap air. Dehumidifier ini memiliki roda desikan yang berdiameter 535 mm dan tebal 100 mm yang berputar dengan kecepatan 10 rph.
Eksperimen tersebut menghasilken data temperatur bola kering dan temperatur bola basah pada keadaan masuk dan keluar untuk aliran udara proses dan regenerasi Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan program CATH (Computer Aided Thermodynamics) untuk mendapatkan sifat­sifat termodinamik. Dari sifat sifat termodinamik itu, dikembangkanlah perhitungan terhadap efektifitas pengering udara tersebut.

Air conditioning is one of significant factors wh1ch supports industry. The process can be lowering moisture content of the air, that for the purpose, many kinds of dehumidifiers have been developed, one of them is rotary desiccant dehumidifier. This paper presents experiment and analyzing of the effectiveness, the value of dehumidifier's capability for lowering process air's humidity, especially when its influenced by the changing of the temperature of regeneration air before entering the desiccant.
The experiment was dor1e by using rotary desiccant dehumidifier of Munters Avfuktare MD 16 which has LiCI (Lithium Chloride) for its solid adsorbent This dehumidifier has rotary bed which has 535 mm diameter and 100 mm thickness and is rotated in 10 rph.
The experiment gave information about dry bulb and wet builb temperatures of process and regeneration airflows, when they were entering and leaving the desiccant In order to gain the values of thermodynam1cs parameters for every state, the information can be manipulated by using CATH (Computer Aided Thermodynamics) software. And then the value of effectivity can be calculated."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Azzahra
"Perkembangan perkotaan yang pesat ditandai dengan perubahan tutupan lahan berperan dalam menaikkan suhu permukaan daratan dan memicu fenomena Urban Heat Island (UHI). Tingginya suhu perkotaan mengakibatkan ketidaknyamanan bagi penghuninya. Universitas Indonesia (UI) dan kelurahan sekitarnya dipilih sebab memiliki tutupan lahan yang beragam dan terdapat banyak pembangunan yang terjadi terutama di rentang tahun 2014-2023. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan yang terjadi di UI dan kelurahan sekitarnya kemudian mengetahui pengaruhnya terhadap suhu permukaan daratan. Selanjutnya, dianalisis perubahan suhu permukaan daratan dan kaitan antara suhu permukaan daratan dengan suhu udara permukaan darat. Kemudian, didapatkan hubungan antara suhu permukaan daratan dan suhu udara permukaan darat dengan tingkat kenyamanan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terjadi perubahan tutupan lahan yang mempengaruhi suhu permukaan daratan. Namun, terdapat juga faktor lain yakni aktivitas manusia. Suhu permukaan daratan memiliki hubungan positif dengan suhu udara permukaan darat. Tingkat kenyamanan dihitung menggunakan metode Humidex dan memiliki hubungan dengan suhu permukaan yakni semakin tinggi suhu maka semakin tidak nyaman. Jika dilihat dari tutupan lahannya, tutupan lahan dengan vegetasi dan badan air cenderung memiliki suhu yang lebih rendah dan relatif lebih nyaman, sedangkan tutupan lahan berupa lahan terbangun dan terbuka memiliki suhu yang lebih tinggi dan relatif tidak nyaman. Hal tersebut diperkuat dengan persepsi kenyamanan dari individu.

Rapid urban development characterized by changes in land cover plays a role in increasing land surface temperatures and triggering the Urban Heat Island (UHI) phenomenon. High urban temperature can cause discomfort for residents. Universitas Indonesia (UI) and its surrounding sub-districts were chosen because they have diverse land cover and a lot of development can be occurred, especially in the 2014-2023 period. This research aims to determine changes in land cover that occur in UI and surrounding sub-districts and then determine their effect on land surface temperature. Next, changes in land surface temperature and the relationship between land surface temperature and air surface temperature are analysed. Then, the relationship between land surface temperature and air surface temperature and comfort level was obtained. The results obtained in this research show changes in land cover that affect land surface temperature. However, there are also other factors, namely human activity. Land surface temperature has a positive relationship with air surface temperature. The comfort level is calculated using the Humidex method and is related to surface temperature, namely the higher the temperature, the more uncomfortable it is. Land cover with vegetation and water bodies tends to have lower temperature and is relatively more comfortable, while land cover in the form of built-up and open land has higher temperature and is relatively uncomfortable. This is reinforced by the individual's perception of comfort."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diki Nurul Huda
"Sesar Cimandiri merupakan salah satu sesar yang memiliki aktivitas tektonis yang tinggi. Beberapa kejadian gempa bumi disekitar Sesar Cimandiri telah menimbulkan dampak dan kerugian bagi manusia. Upaya mendeteksi kejadian gempa bumi perlu dilakukan sebagai mitigasi bencana. Pendeteksian kejadian gempa bumi dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat penyimpangan suhu permukaan tanah. Studi ini dilakukan untuk menyelidiki keterkaitan antara perubahan suhu permukaan tanah (LST) dengan kejadian gempa bumi yang terjadi pada tanggal 7 Juli 2018 (M= 4,73), 11 Oktober 2018 (M= 3,77), dan 17 Juli 2011 (M=5,3). Citra satelit Landsat 7 dan Landsat 8 digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan nilai suhu permukaan tanah dengan menggunakan algoritma land surface temperature (LST). Untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi peneliti menggunakan uji statistik x ± σ dengan taraf kepercayaan 66% serta membandingkan dengan rata-rata LST selama lima tahun. Hasil penelitian yaitu terjadi peningkatan suhu permukaan tanah sehubungan dengan kejadian gempa 7 Juli 2011 terjadi peningkatan suhu permukaan tanah sebesar 6,56oC pada sehari sebelum terjadinya gempa bumi, 11 Oktober 2011 terjadi peningkatan 7,02oC sehari sebelum terjadinya gempa bumi, dan 17 Juli 2011 terjadi peningkatan 9,26oC pada enam hari sebelum terjadinya gempa bumi. Adapun temuan pada penelitian ini yaitu jarak dari patahan dan jarak dari episentrum memiliki hubungan yang erat dengan perubahan suhu permukaan tanah dengan masing-masing nilai kolerasi dan koefisien determinasi yaitu 0,86 (R2 = 0,75) dan 0,69 (R2 = 0,48). Sedangkan, hubungan antara jenis batuan dengan perubahan suhu permukaan tanah tidak ditemukan hubungan karena memiliki nilai kolerasi dan koefisien determinasi yang rendah yaitu 0,03 (R2 = 0,01). Pola spasial yang ditemukan pada penelitian yaitu semakin dekat dengan patahan dan episentrum maka perubahan suhu permukaan tanah semakin tinggi dan pada jenis batuan sedimen memiliki perubahan suhu permukaan tanah yang lebih tinggi dibandingkan batuan beku.

Cimandiri Fault is one of the faults that has high tectonic activity. Several earthquake events around the Cimandiri Fault have caused impacts and losses on humans. Efforts to detect earthquake events need to be done as disaster mitigation. Detection of earthquake events in this study by looking at deviations in surface temperature. This study was conducted to investigate the relationship between changes in land surface temperature (LST) in relation to the earthquake that occurred on 7 July 2018 (ML = 4.73), 11 October 2018 (ML = 3.77), and 17 July 2011 (ML = 5.3). Landsat 7 and Landsat 8 satellite imagery are used in this study to get the value of the ground surface temperature using the land surface temperature (LST) algorithm. To find out the deviation that occurred researchers used a statistical test x ± σ with a 66% confidence level and compared with the average LST for five years. The results of the study are an increase in ground surface temperature due to the earthquake occurrence on July 7, 2011 an increase in surface temperature of land was 6.56 oC on the day before the earthquake, October 11, 2011 there was an increase of 7.02oC the day before the earthquake, and July 17, 2011 occurred 9.26 oC increase in the six days before the earthquake. The findings in this study that the distance from the fault and the distance from the epicenter have a close relationship with land surface temperature changes at each sample point with each correlation value and the coefficient of determination are 0.86 (R2 = 0.75) and 0.69 (R2 = 0.48). Meanwhile, the relationship between rock types with land surface temperature changes was not found to be a relationship between the soil because it has a low correlation and coefficient of determination value of 0.03 (R2 = 0.01). The spatial pattern found in the study is that the closer to the fault and epicenter, the higher surface temperature changes and the type of sedimentary rocks have higher surface temperature changes than igneous rocks."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kinerja beton aspal sangat tergantung terhadap kualitas agregat, kekauan aspal dan kekakuan campuran beraspal. Tulisan ini khusus membahas tentang pengaruh tenperatur dan waktu pembebanan terhadap nilai mekanistik beton aspal lapis permukaan (ACEC)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
An Nashir
"Nilai konduktifitas panas yang selama ini diperkirakan hanya terbatas pada jenis material, adanya paduan, temperatur kerja, sedangkan untuk proses pembuatan perlakuan yang dikerjakan terhadapnya belum diperhatikan.
Dalam rugas akhir ini penulis melakukan penelitian pengaruh perbedaan struktur mikro paduan alumuniun (Al- 2,6 Zn) yang berkomposisi sama terapi dengan perlakuan panas yang berbeda terhadap nilai konduktifitas panas. Pada penelitian perlakuan panas yang dipakai adalah pemanasan sampai suhu 400 ℃ yang kemudian didinginkan pada media yang berbeda yaitu minyak, udara dan air. Dengan kondisi yang berbeda itu kemudian dilakukan pengujian konduktifitas panas.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan struktur mikro yang berbeda akan didapat konduktifitas panas yang berbeda pula, ini ditujukan dengan sampel
nomor O2 dengan nilai konduktifitas panas yang tertinggi sedangkan untuk sampel
nomar O1 mempunyai nilai konduktifiras panas terendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya fasa Alfa yang lebih merata dan rapat, dimana paduan yang mengendap cenderung Iebih kecil dibanding pada sampel nomor O1. Sedangkan untuk sampel yang didinginkan dengan air dan udara mempunyai nilai konduktifitas panas diantara kedua sampel diatas yaitu nomor O2 dan nomor O1. HaI ini juga dapat dibuktikan dengan distribusi fasa alfa yang berada diantara nomor O2 dan nomor O1. Pengaruh temperatur terhadap konduktifitas panas Al, dengan meningkatnya temperatur sampai 80 °C cenderung akan meningkat sedangkan dari 80 °C sampai 200 °C cenderung menurun. Perhitungan nilai konduktifitas panas berdasarkan rumus Kemptf. Taylor dan Smith mengalami perbedaan dengan hasil percobaan yang dilakukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Mahdiyah Nabilah
"Latar belakang: Hidroksiapatit merupakan salah satu bahan alloplast yang banyak digunakan di bidang kedokteran gigi. Komposisi hidroksiapatit sama dengan komposisi anorganik tulang dan gigi manusia sehingga bersifat biokompatibel dan bioaktif. Selain itu, hidroksiapatit juga bersifat osteokonduktif. Salah satu metode pembuatan hidroksiapatit yaitu metode disolusi-presipitasi dalam kondisi hidrotermal. Pembuatan blok hidroksiapatit dengan metode disolusi-presipitasi pada suhu 100°C selama 48 jam masih menghasilkan fasa lain selain hidroksiapatit, yaitu dicalcium phosphate anhydrous (DCPA). Fasa DCPA dan/atau fasa DCPD (dicalcium phosphate dehydrate) dapat terbentuk dalam pH asam. Sedangkan, hidroksiapatit dapat terbentuk pada pH basa. Oleh karena itu, pH dapat dijadikan indikator secara tidak langsung mengenai hasil fasa yang terbentuk. Gipsum dipilih sebagai prekursor karena mengandung ion kalsium (Ca2+). Sedangkan, larutan Na3PO4 digunakan karena mengandung ion fosfat (PO43-), bersifat tidak toksik, dan memiliki pH basa.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan suhu terhadap perubahan pH larutan Na3PO4 dalam pembuatan blok hidroksiapatit dari blok gipsum.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan blok gipsum dan larutan Na3PO4 sebagai prekursor untuk membuat blok hidroksiapatit. Spesimen yang digunakan berupa 30 mL larutan 1 mol/L Na3PO4 sebanyak dua beaker glass larutan. Sebelum dilakukan perendaman, pH larutan diukur terlebih dahulu untuk mengetahui pH awal larutan 1 mol/L Na3PO4. Lima belas blok gipsum direndam dalam 30 mL larutan 1 mol/L Na3PO4 dengan suhu yang berbeda yaitu 100°C, 140°C, dan 180°C pada kondisi hidrotermal selama 48 jam. Setelah perendaman, blok dan larutan 1 mol/L Na3PO4 dipisahkan. Kemudian, pH larutan 1 mol/L Na3PO4 diukur kembali menggunakan pH meter Eutech Instruments pH 700 untuk mendapatkan pH larutan 1 mol/L Na3PO4 setelah digunakan untuk perendaman selama 48 jam.
Hasil: Nilai pH larutan 1 mol/L Na3PO4 sebelum digunakan untuk perendaman yaitu 13,04. Sedangkan, nilai pH larutan 1 mol/L Na3PO4 setelah digunakan untuk perendaman pada suhu 100°C, 140°C, dan 180°C berturut-turut yaitu 12,72; 12,67; dan 12,30.
Kesimpulan: Peningkatan suhu yang digunakan menyebabkan penurunan pH larutan 1 mol/L Na3PO4. Namun, pH akhir larutan masih cukup basa untuk hidroksiapatit terbentuk. Namun, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan mengenai pengukuran pH larutan Na3PO4 dengan sampel yang lebih banyak.

Background: Hydroxyapatite is one of the alloplastic materials that is widely used in dentistry. The composition of hydroxyapatite is similar with the inorganic composition of human bone so that it is biocompatible and bioactive. Besides, hydroxyapatite is also osteoconductive. One of the fabrication methods of hydroxyapatite is the dissolution-precipitation method under hydrothermal conditions. The fabrication of hydroxyapatite block with the dissolution-precipitation method at 100°C for 48 hours still produced other phase except hydroxyapatite, specifically dicalcium phosphate anhydrous (DCPA). DCPA and/or dicalcium phosphate dehydrate (DCPD) phase can be obtained if the pH is acidic. Meanwhile, hydroxyapatite can be fabricated on the alkaline pH condition. Therefore, the pH value can be the indirect indicator to predict the phase product. Gypsum was chosen as a precursor because it has calcium ions (Ca2+). Na3PO4 solution was used because it contained phosphate ions (PO43+), non-toxic, and has an alkaline pH value.
Objective: This study aimed to determine the effect of temperature differences on changes of the pH value of Na3PO4 solution in the fabrication of hydroxyapatite block from gypsum block.
Methods: This study used gypsum block and Na3PO4 solution as precursors to fabricate hydroxyapatite block. The specimens of this study were two beaker glasses of 30 mL of 1 mol/L Na3PO4 solution. Before the immersion, the pH value of the solution was measured first to determine the initial pH value of 1 mol/L Na3PO4 solution. Fifteen specimens of gypsum blocks were immersed in 30 mL of 1 mol/L Na3PO4 solution with different temperatures specifically 100°C, 140°C, and 180°C under the hydrothermal condition for 48 hours. After the immersion, the blocks and the 1 mol/L Na3PO4 solution were separated. Then, the pH value of 1 mol/L Na3PO4 solution was measured using Eutech Instruments pH 700 pH meter to obtain the pH of 1 mol/L Na3PO4 solution after being used for immersion for 48 hours.
Results: The pH value of 1 mol/L Na3PO4 solution before being used for the immersion was 13,04. Meanwhile, the pH value of 1 mol/L Na3PO4 solution after being used for the immersion at 100°C, 140°C, and 180°C respectively were 12.72, 12.67, and 12.30.
Conclusions: The increase in the temperature caused the derivation of the pH value of 1 mol/L Na3PO4 solution. Nevertheless, the final pH value was still alkaline enough for hydroxyapatite to be formed. However, further research still needs to be done to measure the pH value of the Na3PO4 solution with more samples.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suryawan
"There are some parameters that identify the quantity of air i.e. dry bulb temperature, wet bulb temperature, humidity ratio, relative humidity, and dew point temperature. These parameters can be used to construct a new formula in order to determine the effectiveness of air processing equipment When air passes through an evaporative pad its dry bulb temperature will decrease. it can be lowered to 5°C, when its wet bulb temperature is maintained constant. Due to the air temperature is higher than the water temperature, so then the heat will flow from the air to water. U' the temperature of flow air assumed remain constant, this hear is to be used to evaporate the water drops. So, it is caused increasing of the air humidity ratio. This research found out that the humidity ratio increased until 2. 22-gram water/ kg dry air.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
JUTE-15-2-Jun2001-166
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Almacho Rachmanudiputra
"Proses dehumidifikasi udara dan mikroenkapsulasi merupakan salah satu bagian dari proses yang terjadi dalam penggunaan alat pengering secara tidak alami. Proses dehumidifikasi dan mikroenkapsulasi dapat diaplikasikan melalui sistem pengering semprot, yang sangat bermanfaat terutama dalam bidang industri pengolahan makanan. Pada penelitian pertama, digunakan sistem pengering semprot dengan menggunakan media air, yang terdiri dari variasi kelembaban udara masuk yang diperoleh melalui temperatur evaporator (100C, 150C, 200C, dan 250C) dan variasi temperatur udara keluar (600C, 900C, 1200C). Variasi laju aliran udara masuk yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 150 lpm, 300 lpm, dan 450 lpm. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh variasi kelembaban udara masuk dan temperatur udara keluar terhadap laju aliran material menggunakan media air pada sistem pengering semprot. Pada penelitian kedua, digunakan sistem pengering semprot dengan tekanan udara sebesar 1 bar untuk dilakukan proses mikroenkapsulasi menggunakan campuran gelatin (25 ml), maltodekstrin (75 ml), serta air (400 ml). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar ukuran hasil mikrostruktur pada penyaring siklon, dinding siklon, serta permukaan erlenmeyer dengan menggunakan tekanan udara sebesar 1 bar. Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa semakin rendah rasio kelembaban, maka laju aliran materialnya semakin tinggi dan semakin rendah temperatur udara keluar yang digunakan, maka laju aliran material yang dicapai juga semakin rendah, begitupun sebaliknya. Kemudian, dari hasil penelitian kedua diperoleh ukuran mikrostruktur pada penyaring siklon dan permukaan erlenmeyer sebesar 10 μm, serta pada dinding siklon yang memiliki ukuran sebesar 20 μm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa alat pengering mampu menjalankan proses mikroenkapsulasi dengan menggunakan tekanan udara sebesar 1 bar.

The process of air dehumidification and microencapsulation is one part of the process that occurs in the use of dryers unnaturally. Dehumidification and microencapsulation processes can be applied through a spray dryer system, which is very useful especially in the field of food processing industry. In the first study, a spray dryer system was used using water media, which consisted of variations in intake air humidity obtained through evaporator temperatures (100C, 150C, 200C, and 250C) and variations in outgoing air temperatures (600C, 900C, 1200C). Variations in the rate of air flow used in this study consisted of 150 lpm, 300 lpm, and 450 lpm. This study aims to determine the influence of variations in air humidity out and air temperature out to the flow rate of materials using water media in the spray dryer system. In the second study, a spray dryer system with an air pressure of 1 bar was used to microencapsulate using a mixture of gelatin (25 ml), maltodextrin (75 ml), and water (400 ml). This study aims to find out the size of microstructure results in cyclone filter, erlenmeyer wall, and erlenmeyer surface by using air pressure of 1 bar. The results of the first study showed that the lower the humidity ratio, the higher the flow rate of the material and the lower the outtake air temperature used, the lower the flow rate of the material, and vice versa. Then, from the results of the second study obtained the size of microstructures on cyclone filters and erlenmeyer surfaces of 10 μm, as well as on the wall of cyclones that has the size of 20 μm. The results showed that the dryer is able to run the microencapsulation process using an air pressure of 1 bar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muji Setyono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolli Fernanda
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37226
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>