Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101874 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teguh Nugraha Kusnan
"ABSTRACT
Dalam proses pemindahan fluida (aliran f1uida) terjadi kerugian-kerugian yang menyebabkan adanya energi yang hilang. Untuk itu dilakukan penelitan untuk mengurangi kerugian-kerugian tersebut. Penelitian mengenai Drag Reduction atau pengurangan faktor gesek dalam aliran fluida telah dilakukan pada tahun 1940 dan terus dikembangkan hingga saat ini. Metode yang dikenal antara lain penambahan aditif, efek permukaan, pemberian kekasaran khusus pada permukaan pipa.
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penarnbahan getah latex dengan konsentrasi 250 dan 500 ppm terhadap aliran solar pada pipa silinder Z4 mm. Penelitian dilakukan dengan mengambil data dari alat pengujian.
Dari analisa yang dilakukan, ternyata terjadi penurunan koefisien gesek pada. aliran solar yang diberi getah latex dibandingkan dengan solar murni. [ni menyimpulkan, bahwa pada aliran solar terjadi drag reduction.

"
1999
S36864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cicilia
"ABSTRAK
Sistem distribusi BBM di Indonesia tidak berjalan dengan baik sehingga menyebabkan kelangkaan di beberapa wilayah Indonesia. Tujuan pekerjaan ini adalah mendapatkan suatu model sistem dinamik cadangan penyangga BBM agar dapat diketahui berapa volume cadangan penyangga BBM hingga tahun 2025. Penelitian ini dibatasi dengan BBM gasoline dan solar di Indonesia. Variabel-variabel yang berpengaruh adalah jumlah produksi dan konsumsi BBM serta PDB. Simulasi dijalankan dengan perangkat lunak Powersim Studio 7. Hasil yang diperoleh yaitu untuk skenario ketahanan selama 30 hari, cadangan penyangga yang dibutuhkan pada tahun 2025 untuk gasoline sebesar 4,49 Juta Kiloliter dan untuk solar sebesar 1,7 Juta Kiloliter. Untuk skenario ketahanan selama 60 hari, cadangan penyangga yang dibutuhkan pada tahun 2025 untuk gasoline sebesar 9,88 Juta Kiloliter dan untuk solar sebesar 3,4 Juta Kiloliter. Untuk skenario ketahanan selama 90 hari, cadangan penyangga yang dibutuhkan pada tahun 2025 untuk gasoline sebesar 14,8 Juta Kiloliter dan untuk solar sebesar 5,13 Juta Kiloliter. Untuk skenario penurunan PDB pada tahun 2009 dan 2019 akan menurunkan cadangan penyangga gasoline sekitar 22 % dari skenario dasar. Untuk skenario konversi terhadap energi alternatif, cadangan penyangga BBM jenis gasoline dan solar menurun 73 % dari skenario dasar.

ABSTRACT
The fuel distribution system in Indonesia is not going well causing fuel?s scarcity in some region of Indonesia. The purpose of this work is to get a system dynamic model of buffer stock of fuel in order to know how much volume of buffers stock of fuel until 2025. This research is limited by the gasoline and diesel fuel in Indonesia. The variables that influence are the amount of production and consumption of fuel, and Growth Domestic Product. Simulation run with Powersim Studio 7 software. The results obtained for scenarios that resistance for 30 days, the required buffer stock in 2025 amounted to 4,49 million kiloliters of gasoline and diesel by 1,7 Million for Kiloliter. For scenarios that resistance for 60 days, the required buffer stock in 2025 amounted to 9,88 million kiloliters of gasoline and for diesel by 3,4 million kiloliters. For scenarios that resistance for 90 days, the required buffer stock in 2025 amounted to 14,8 million kiloliters of gasoline and diesel by 5,13 Million for Kiloliter. For scenario GDP decline in 2009 and 2019 will reduce buffer stock of gasoline approximately 22 % of the basic scenario. For conversion to alternative energy scenarios, buffer stock of gasoline and diesel fuel types declined 73 % from the base scenario."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dony Soelistiyono
"Peralatan produksi pada industri minyak dan gas saat ini sudah banyak yang beroperasi mendekati umur desainnya. Khususnya peralatan produksi berupa pipa penyalur bawah air, bahkan banyak yang sudah beroperasi melewati umur desain. Meskipun demikian pipa penyalur tersebut masih digunakan untuk mengalirkan cairan hidrokarbon dengan laju alir dan tekanan yang relatif tinggi. Hal ini guna mengimbangi semakin tingginya kegiatan sumuran yang dilakukan, baik pengeboran sumur baru, peningkatan produksi sumur yang ada dengan artificial lift (water injection atau gas lift) maupun pengaktifan kembali sumur mati atau idle. Untuk memastikan bahwa integritas pipa penyalur masih baik untuk mendukung kontinyuitas produksi minyak dan gas, maka kegiatan integritas yang mencakup inspeksi, perawatan dan perbaikan dilakukan secara berkala untuk menghindari kehilangan produksi tidak terjadwal. Inspeksi pipa penyalur bawah air yang dipakai menggunakan metoda Inline Inspection (ILI) karena pertimbangan efisiensi waktu dan biaya. Kajian integritas menghasilkan nilai failure pressure (PF) 176,6 bar dan safe operating pressure (PS) 127,2 bar. Nilai tersebut masih di atas MAOP pipa 29 bar sehingga pipa masih layak operasi saat ini. Mempertimbangkan laju korosi sebesar 0,797 mmpy maka kajian sisa umur layan pipa penyalur adalah 2,4 tahun dari inspeksi terakhir. Korelasi yang signifikan antara laju korosi maupun penipisan ketebalan dinding pipa terhadap waktu usia pipa ditunjukkan dengan nilai R=1. Model matematika untuk fungsi ketebalan dinding pipa (Ta) = -0.1588x2+3.6195x-16.669 dan fungsi laju korosi (CR) = 0.0137x2-0.3752x + 3.2674.

Production equipment in oil and gas industry mostly have already been operated close to its design life. Especially for subsea pipeline, many of those have already operated exceed its design life. Nevertheless, the subsea pipelines are still utilized to flow the hydrocarbon fluid with high flowrate and pressure. This is to accommodate and compensate the increasing of well activity, such as drilling new well, improvement of well performance through artificial lift (water or gas lift injection) or reactivation the idle well. As assurance that integrity of subsea pipelines is still fit for service to support continuity oil and gas production lifting, then inspection activity shall be done in frequent. Subsea pipeline inspection activity which commonly used due to its time and cost efficiency is inline inspection (ILI). Integrity assessment resulting the pipeline failure pressure (PF) 176,6 bar and safe operating pressure (PS) 127,2 bar. These values are much higher than pipeline MAOP 29 bar so that pipeline is fit for service. Considering corrosion rate value 0,797 mmpy, then remaining life assessment resulting the pipeline has remaining life for 2,4 year from last inspection. Significant correlation between corrosion rate and pipeline wall thickness by time is showed by value R=1. Mathematic model for pipeline wall thickness (Ta) = -0.1588x2 + 3.6195x-16.669 while corrosion rate (CR) = 0.0137x2-0.3752x + 3.2674."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farizan Riadhi
"Manajemen integritas pipa penyalur dimulai dari bagaimana ancaman terhadap integritas pipa penyalur di-identifikasi dan dikelola dengan efektif. Penilaian resiko terhadap ancaman integritas pipa penyalur dilakukan terhadap aset pipa penyalur sebagai obyek yang di-analisa. Pendekatan pendataan informasi keselamatan proses (process safety information) aset pipa penyalur umumnya diperlakukan melekat sebagai satu kesatuan jalur utuh dari Launcher ke Receiver. Keberagaman mode ancaman dan mode kerusakan menjadi dasar melakukan segmentasi pipa penyalur tersebut agar penilaian resiko lebih akurat. Dengan kemajuan teknologi inspeksi saat ini, inspeksi In-Line-Inspection menjadi semakin akurat dan terjangkau. Inspeksi baseline atau re-inspeksi In-Line-Inspection berpotensi menjadi basis pendataan aset (Asset Register) karena mampu mendeteksi komponen-komponen perpipaan pada pipeline secara akurat. Dengan adanya pendataan informasi keselamatan proses secara detail pada setiap komponen perpipaan, segmentasi yang dilakukan saat penilaian resiko dapat menjadi lebih detail sampai ke level komponen. Tesis ini membahas bagaimana memanfaatkan potensi penilaian resiko yang lebih detail hingga ke level komponen dengan memanfaatkan asset register yang detail yang diperoleh dari pemanfaatan data in-line inspection. Kelemahan dari metode segmentasi detail adalah banyaknya data dan juga usaha yang diperlukan dalam melakukan penilaian resiko. Namun dari berkembangnya teknologi informasi saat ini, populasi data yang besar (big data) dapat dikelola dengan bantuan teknologi informasi yang relevan.

Pipeline integrity management is initiated from how hazards/threats toward pipeline integrity are to be identified and managed effectively. Risk assessment conducted to pipeline integrity hazards/threats is subjected to how the pipeline as object is perceived to be analyzed. The approach of documenting process safety information on pipeline generally developed and regarded as a whole pipeline assets consist from launcher to receiver. The diverse of threats and damage mechanism along the line is the basis of pipeline segmentation in order to specify risk assessment object thus increase its accuracy. In the development of inspection technology, in-line-inspections are become more sensitive and become more affordable. Whether baseline or re-inspection of in-lineinspection could have potential to be utilized in developing asset register, because it can distinguish pipeline components accurately. By embedding process safety information specific for each pipeline components, the segmentation taken during pipeline risk assessment can be detailed to the component level. The focus of this study is analyzing pros and cons of utilization the advantages of detailed pipeline risk assessment to component level by utilizing detailed asset register which obtained from in-lineinspection data. The weakness of detailed segmentation is the abundant of segment to be analyzed and increase the efforts during risk assessment. However, in the development of information technology, big data can be manageable by utilizing relevant information technology."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Zulkarnaen
"Pipa sebagai sistem penyaluran atau distribusi menjadi kebutuhan utama di industri minyak dan gas bumi saat ini. Namun penggunaan jalur pipa ini tersimpan bahaya sehingga menjadi salah satu sumber bahaya utama instalasi minyak dan gas bumi di dunia. Penilaian risiko fasiltas operasi di industri minyak dan gas bumi mutlak diperlukan untuk melihat tingkat kegagalan dan kehandalan sistem operasi fasilitas tersebut. Fasilitas CGP SKW PTJM akan dilakukan perubahan fasilitas, salah satunya adalah pipa penyalur LPG existing 8 inchi sepanjang 110 km yang akan menjadi pipa penyalur pipa kondensat dari CGP SKW ke ORF J. Keadaan tersebut menyebabkan diperlukannya penilaian risiko kembali fasilitas pipa existing 8 inchi sepanjang 110 km.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran risiko relatif keberadaan jalur pipa kondensat ukuran 8 inchi dari CGP SKW ke ORF J sepanjang 110 km. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode semi kuantitatif model W. Kent Muhlbauer tahun 2004. Pembagian seksi pipa dilakukan berdasarkan kepemilikan lahan, tipe penggunaan lahan, kedalaman pipa, buoyancy control, teknik konstruksi, tipe proteksi katodik dan tipe vegetasi sehingga menghasilkan 12 seksi jaringan pipa.
Dari hasil penelitian diperoleh indek risiko yang paling rendah adalah indek indek kesalahan pihak ketiga dengan nilai (69,50), setelah itu indek desain dengan nilai (70,50), urutan berikutnya adalah indeks korosi dengan nilai sebesar (71,33), dan indeks yang tertinggi adalah indek kesalahan operasi dengan nilai sebesar 85. Faktor dampak kebocoran tertinggi terdapat pada seksi 1, 9, 11 dan 12 dengan nilai 5,25. Faktor dampak kebocoran terendah terdapat pada seksi 2,4,6,7 dan 10 dengan nilai 1,75.
Seksi pipa yang paling berisiko untuk mengalami kegagalan paling tinggi adalah seksi 1, 11 dan 12 dengan nilai 56,95. Sedangkan seksi pipa yang paling tidak berisiko untuk mengalami kegagalan adalah seksi 6 dengan nilai 174,29. PTJM berdasarkan standar AS/ANZ 4360 harus melakukan pengelolaan risiko dengan prioritas puncak pada seksi pipa 1,3,5,8,9, 11 dan 12. Variabel risiko yang dapat dilakukan peningkatan oleh PTJM antara lain indek kerusakan pihak ketiga (line locating, public education, ROW condition dan patrol frequency), indeks korosi (proteksi internal, tes timbal, close interval survey condition dan internal inspection), indeks desain (corrective action) dan indeks kesalahan operasi (safety system, SCADA, training dan mechanical error preventer).

Pipeline as transmission and distribution system becoming major demands for oil and gas industry today. However these pipeline applying contain hazard that become the one of the major instalation hazard source in world of oil and gas installation. Operating facilitiy risk assessment is essential for oil and gas industry operation to overview facility operation system failure and reliability level. In the other hand, CGP SKW PTJM will change their facility structure, one of the changes is 8 inch LPG existing pipeline along 110 km that will becoming condensate pipeline from CGP SKW to ORF J. These condition to cause the need to reassess of 8 inch existing pipeline risk along 110 km.
This study was conducted to have risk relative overview of 8 inch condensate pipeliene from CGP SKW to ORF J along 110 km. The study use 2004 W. Kent Muhlbauer semi quantitative method. Pipe sectioning of this study was conducted based on land ownership, land use, pipe depth, buoyancy control, construction type, cathodic protection type and vegetation tipe that resulted 12 section of pipeline.
From these study generate risk relative score, the lowest risk relative score is coming from third party index with score of 69.53, then the second one is design index with score of 70.50, the third one is corrosion index with score of 71.33, and the highest one is incorrect operatios index with score of 85. The highest score for leak impact factors is coming from section 1, 9, 11 and 12 with score of 5.25. The lowest leak impact factors is coming from section 2,4,6,7 and 10 with score of 1.75.
Pipe section that have the highest risk for chance of failure is section 1,11 and 12 with score of 56,95. While the lowest one is section 6 with score of 169,71. According to AS/ANZ 4360 standard, PTJM have to conduct pipeline risk management with top priority on section 1,3,5,8,9, 11 and 12. Risk variables that can be improved by PTJM are third party index (line locating, public education, ROW condition and patrol frequency), corrosion index (internal protection, lead test, close interval survey condition and internal inspection), design index (corrective action) and incorrect operations index (safety system, SCADA, training and mechanical error preventer).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saiful Habib
"Dalam industri perminyakan seringkali terjadi masalah pada sistem perpipaan. Masalah yang paling sering muncul adalah pemakaian daya pompa yang sangat besar karena adanya penurunan tekanan friksional dalam aliran turbulen. Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan menambahkan Drag Reduction Agent (DRA) ke dalam aliran itu sendiri. Biopilomer merupakan salah satu jenis DRA yang paling sering digunakan karena murah dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh aditif carboxymethyl cellulose (CMC) ke dalam aliran crude oil di pipa spiral dengan variasi pada rasio diameter pada sistem perpipaan tertutup.
Pengujian dilakukan terlebih dahulu pada pipa circular acrylic diameter 17 mm sebagai perbandingan untuk pipa spiral. Pengujian dengan penambahan 250 ppm, 500 ppm dan 750 ppm CMC pada aliran crude oil dalam pipa acrylic menghasilkan DR maksimal sebesar 34,8 % dengan rata-rata DR sebesar 18,2 %. Sedangkan hasil pengujian pada pipa spiral rasio P/Di 3,5 menghasilkan DR maksimal sebesar 20% dengan rata-rata DR sebesar 11%. Kemudian pengujian pada pipa spiral rasio P/Di 5,4 menghasilkan DR maksimal sebesar 25,5 % dengan rata-rata DR sebesar 13,5 %. Dan pengujian pada pipa spiral rasio P/Di 7,6 menghasilkan DR maksimal sebesar 32 % dengan rata-rata DR sebesar 17 %.

In the petroleum industry often problems occur on the piping system. The most frequent problem is about the power consumtion of the pump is very large due to the frictional pressure drop in the flow turbulent. One of the solution is to add Drag Reduction Agent (DRA) into the flow. Biopolimer is one of the most frequent types of DRA is used because it is cheap and enviromentally friendly. This research aims to investigate the influence of additive carboxymethyl cellulose (CMC) into the flow of crude oil in the spiral pipes diameter ratio variation in closed piping system.
Testing do first on pipe a circular acrylic diameter 17 mm as compared to pipe spiral. The testing of addition 250 ppm, 500 ppm and 750 ppm cmc to streamline crude oil in acrylic pipe produce DR maximum of 34,8 % with average DR 18,2 %. While based on test pipe spiral ratio P/Di 3,5 produce DR maximum of 20 % average dr from 11 %.Then testing on pipe spiral ratio P/Di 5.4 produce DR maximum of 25.5 % with average dr 13.5 %.And testing on pipe spiral ratio P/Di 7.6 produce DR maximum of 32 % to an average dr by 17 %.This testing Result of testing the addition of 250 ppm, 500 ppm and 750 ppm CMC in to the flow of crude oil in acrylic pipe produces maximal DR about 34,8 % and produce average DR about 18,2 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Anthoputro
"Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi pengaruh sifat air baku sedimen dalam kandungan minyak mentah terhadap laju korosi pipa penyalur minyak dengan cara perhitungan indeks korosifitas yang dikomparasikan dengan metode polarisasi. Data yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan sistem pengendalian korosi pada produksi minyak mentah Sampel air sedimen baku yang digunakan sehanyak 5 buah dan sampel baja karbon, yang berasal dari pipa penyalur minyak. sebanyak 3 buah. Ketiga sampel baja karbon diuji dengan metode polarisasi terhadap lima sampel air sedimen baku. Selanjutnya dipilih masing-masing 1 buah sampel dari tiga sampel baja karbon untuk diuji dengan cara pengadukan pada pengujian polarisasi. Dilakukan pengamatan terhadap laju korosi yang dihasiikan oleh seluruh sampel baja karbon, baik yang tanpa atau dengan pengadukan, dan dikomparasikan dengan indek korosifitas masing-masing larutan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang T. A.
"Peningkatan eisiensi, penghematan energi, serta penelitian mengenai pengurangan koefisien gesek oleh B.A Tom merupakan hal yang mendasarl penelitian ini. Tujuannya untuk mengetahui pengurangan koefisien gesek pada solar dengan penambahan sedikit guar gum, serta melihat efek penambahan ppm guar gum pada solar. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan data langsung dari alat pengujian.
Adapun rumus-rumus yang mendasari penelitian ini adalah rumus Navler-Stokes, Hagen Poissel, Serta persamaan momentum untuk mendapatkan persamaan koeflslen gesek.
Alat pengujlan terdiri dari pipa acrylic ϕ 8mm yang diberi pressure tap, sebanyak dua buan untuk mengukur beda tekanan, serta stopwatch dan gelas ukur untuk menghitung kecepatan serta bilangan Reynolds. Adapun alat sirkulasi berupa tanki seng, pompa, katup atur dan pipa nantar dm 18,5 mm. Pencampuran dilakukan antara solar seberat 2,8 kg, dengan guar gum 0,7 gram (250 ppm), 1,4 gram (500ppm), dan 2,8 gram (1000 ppm).
Hasil data yang didapat adalah terjadi drag reduction sebesar 1,5 % pada solar + 250 ppm guar gum; 3,5 % pada solar + 500 ppm guar gum; dan 7,2 %
pada solar + 1000 ppm guar gum. Serta dari data didapat, bahwa fluida yang dipakai adalah fluida Newtonian dimana 1 sebanding dengan ∂ul∂γ atau (y).
Dari analisa tersebut maka didapat bahwa penambahan sedikit guar gum pada solar, menimbulkan efek drag reduction, yaitu pengurangan koefisien gesek pelarutnya dalam hal ini solar. Penambahan ppm berakibat pada semakin besarnya prosentase drag reduction yang dihasilka"
1999
S36860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Monasari
"ABSTRAK
Bioethanol saat ini banyak dikembangkan untuk penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Pemanfaatan low grade bioethanol merupakan awal mula penelitian ini dilakukan. Berawal dari pembuatan compact distillator pada mesin SI karburator untuk memperoleh high grade bioethanol dengan memanfaatkan gas buang sampai pada penelitian terbaru mengenai penggunaan zat aditif yang dicampurkan pada bahan bakar ethanol dengan bensin untuk mendapatkan performa dan emisi yang lebih baik. Pengujian dilakukan pada mesin SI 125cc pada engine dyno dengan menggunakan 7 variasi bahan bakar diantaranya, E0, E5, E10, E15, E5 aditif, E10 aditif, dan E15 aditif. Hasil pengujian diperoleh bahwa penambahan ethanol umumnya dapat meningkatkan performa motor uji yang dihasilkan, dan dengan penambahan zat aditif oxygenated cyclohexanol pada beberapa variasi bahan bakar dihasilkan kenaikan torsi dan daya yang dihasilkan. Sama halnya dengan performa, emisi gas buang CO dan HC pun mennurun akibat pengunaan ethanol sebagai campuran bahan bakar, dan sebaliknya nilai CO2 meningkat oleh karena molekul ndash;OH yang terkandung dalam campuran bahan bakar dengan aditif akan bereaksi dengan CO. CO2 juga dinilai sebagai salah satu indikator pembakaran yang sempurna. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh zat aditif terhadap performa dan emisi gas buang yang dihasilkan oleh motor uji.

ABSTRACT
Bioethanol is currently widely developed for the use of vehicle fuel. Utilization of low grade bioethanol is the beginning of this research conducted. Starting from the manufacture of compact distillator on carburetor SI engine to obtain high grade bioethanol by utilizing exhaust gas up to the latest research on the use of additives in fuel mixture ethanol and gasoline to get better performance and emission gas. The test was performed in a 125 cc SI engine on engine dynamometer using 7 variants of fuel, E0, E5, E10, E15, E5 adfitive, E10 additive, and E15 additive. The results obtained that the addition of ethanol can generally improve the performance, and with the addition of oxygenated cyclohexanol additive in some variations of fuel produces increased torque and power generated. Same with performance, CO, and HC exhaust emissions are reduced due to the use of ethanol as a fuel mixture, and the value of CO2 increases because the ndash OH molecules contained in the fuel mixture with the additive will react with CO. CO2 is also rated as one of the perfect burning indicators. This study aims to see the effect of additives on the performance and exhaust emission produced by the motor test."
2018
T51548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>