Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rizki Hashi Wiyantirta
"Penggunaan batu bara di Indonesia masih menjadi bahan bakar utama pada proses pembakaran. Hal ini dikarenakan kelangkaan dan mahalnya bahan bakar minyak. Penggunaan batu bara sebagai bahan bakar juga digunakan pada Siklon Burner di P3TKEBTKE. Namun, batu bara pada Siklon Burner dihancurkan dan dihaluskan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk proses pembakaran hingga mecapai ukuran -30 mesh. Seiring perkembangannya Siklon Burner tersebut masih menimbulkan banyak masalah yaitu pembakaran yang tidak sempurna. Pengembangan dan Modifikasi telah dilakukan namun hanya untuk menambah kapasitas feeding rate sehingga power output yang dihasilkan lebih besar. Peningkatan feeding rate yaitu mencapai 4 - 2500 kg/jam. Maka dari itu, pada penelitian ini dilakukan kajian karakteristik Sistem Siklon Burner dengan laju udara atau flow rate konstan yaitu 313.2 kg/jam dan 280.8 kg/jam. Pada penelitian ini pembakaran sempurna terjadi di nilai AFR 6.93. Pada flow rate 313.2 kg/jam pembakaran sempurna terdapat di nilai AFR 7.25 serta 6.69 dan flow rate 280.8 kg/jam di nilai AFR 6.5 dimana temperature tertinggi terjadi di nilai AFR tersebut.

The use of coal in Indonesia still a major fuel in the combustion process. It because fuel oil are high cost and rare. The use of coal as a fuel is also used in the Cyclone Burner at P3TKEBTKE. However, coal is crushed and pulverized before being used for the combustion process to size of -30 mesh. Nowadays, Cyclone Burner have many problems because incomplete combustion. The development and modifications have been carried out but only to increase the capacity of feeding rate so that the power output generated is greater. Increased feeding rate reaching 4 - 2500 kg / hour. Therefore, in this research study characteristics Cyclone Burner with constant flow rate is 313.2 kg / h and 280.8 kg / h. In this study the complete combustion occurs in the value AFR 6.93. At the flow rate of 313.2 kg / h, complete combustion occurs in the value AFR 7.25 and 6.69 and a flow rate of 280.8 kg / h in the value AFR 6.5 which the highest temperature occurs in that AFR.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58911
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasabarno
"Siklon tropis merupakan sistem alam untuk mengatur dan mengendalikan sirkulasi umum
atmosfera, disamping daya rusaknya yang dahsyat. Unsur cmica yang dapat kita rasakan
akibat munculnya siklon tropis adalah hujan dan angin.
Secara klimatologis wilayah Indonesia dikelilingi oleh 4 daerah sumber siklon tropis,
yaitu: samudera Pasifik Barat Daya, samudera Hindia Barat Daya, laut sebelah Timur laut
Australia, dan laut sebelah Barat Daya Australia.
Dari beberapa kajian memperlihatkan bahwa siklon tropis di sebelah Utara katulistiwa,
umumnya terjadi pada saat di beberapa tempat di Indonesia kurang hujan atau musim
kemarau, dengan angin Timuran dominan bertiup di wilayah Indonesia. Sedangkan pada ยท
kejadian siklon tropis di Selatan katulistiwa umumnya di beberapa tempat di Indonesia
ban yak huj an dengan sistem angin Baratan dominan bertiup.
Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah :
Bagaimana pengaruh Siklon tropis di Samudera Hindia terhadap Pola terjadinya hujan di
Jawa Timur?
Sedangkan metode yang digunakan adalah distribusi frekuensi terjadinya hujan di Jawa
Timur untuk setiap grid-grid letak Siklon tropis yang mempengaruhinya dan Klasifikasi
tingkat pengaruhnya.
Dari hasil pembahasan didapatkanjumlah peta Pola Hujan di Jawa Timur Karena Pengaruh
Siklon Tropis tiap-tiap grid sebanyak 46 peta, 7 peta Pola Sebaran Hujan Akibat Siklon
Tropis di Samudera Hindia dan 1 peta Tingkat Pengaruh Siklon Tropis di Samudera Hindia
Terhadap Pola Sebaran Hujan di Jawa Timur dengan 11 tingkatan klasifikasi. Sedangkan
Hasil yang didapat adalah :
Posisi Siklon Tropis dengan jumlah terbesar tepat pada saat Daerah Konpergensi Antar
Tropik ( DKAT) berada pada bulan denganjumlah terbesar
Posisi Siklon Tropis akan mempengaruhi pola sebaran terjadinya hujan
Semakin ke arah Tengah daerah lintasan Siklon Tropis, maka semakin luas daerah
lintasannya dan semakin tinggi tingkat pengaruhnya, sedangkan ke arah Timur atau Barat
akan semakin berkurang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Fachri Radjab
"Siklon tropis merupakan salah satu fenomena alam yang turut berperan dalam mengatur dinamika atmosfer dalam skala meso. Salah satu faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan siklon tropis di lautan adalah suhu muka laut yang hangat, yaitu lebih dari 27oC. Diseluruh dunia terdapat 7 (tujuh) daerah pertumbuhan siklon tropis, salah satunya adalah di Samudera Pasifik barat laut. Di perairan ini juga diketahui adanya daerah perairan dengan suhu muka laut tinggi, yang disebut dengan daerah kolam hangat. Melalui data pengamatan suhu laut dan dengan menggunakan metode spasial dan statistik, penelitian ini mencaoba mengungkapkan hubungan antara keberadaan kolam hangat dengan pertumbuhan siklon tropis di Samudera Pasifik barat laut. Dari hasil analisis diketahui bahwa ada korelasi yang cukup kuat antara variabel luasan kolam dengan variabel intensitas siklon tropis. Sementara pada variabel lainnya, yaitu antara kedalaman kolam hangat dan periode hidup siklon tropis, kedalaman kolam hangat dan intensitas siklon tropis serta luasan kolam hangat dan periode hidup siklon tropis tidak terlihat adanya korelasi yang siginifikan.

Tropical cyclone is one of the natural phenomena that have an impact to the atmospheric dynamic in the meso scale. Warm sea surface temperature (27oC) is one of the important factor on the development of tropical cyclone. In all around the world there are 7 (seven) area of tropical cyclone development, one of them is in the Northwest Pacific Ocean. There is an area with the relatively high sea surface temperature in this ocean, the area so called Warm Pool. By using the sea surface temperature observation data and using the spatial and statistical method, this research is trying to reveal the correlation between the warm pool and the development of tropical cyclone in the Northwest Pacific Ocean. From the analysis founded that there is a significant correlation between the size of warm pool with the tropical cyclone intensity. On the other hand there is no significant correlation founded between the depth of warm pool with life time of tropical cyclone, depth of warm pool with tropical cyclone intensity and size of warm pool with life time of tropical cyclone."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29469
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Siklon tropis pada periode Februari dan Maret 2008 muncul sebanyak 46, dan 26 kali di Samudera India sebelah selatan dan barat daya Benua Maritim Indonesia. Hal ini didasarkan dari hasil pemantauan satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) yang menunjukkan bahwa, selama periode Februari 2008 telah muncul 12 jenis siklon tropis yaitu siklon tropis 17S, 18S, 90S, 92S, 93S, 94S, 98S, 99S, Gula, Hondo, Ivan dan Nicholas, yang secara acak muncul sebanyak 46 kali dalam periode tersebut. Sedang pada periode Maret 2008 telah muncul 8 jenis siklon tropis yaitu siklon tropis Ophelia, Jokwe, Kamba, Lola, Pancho, 94S, 97S dan 99S. Pada rentang waktu yang bersamaan, dari TV ataupun media cetak diinformasikan juga bahwa selama periode Februari, dan Maret 2008 tersebut juga telah terjadi gelombang tinggi (3 sampai 4 m, atau bahkan lebih) di sejumlah perairan bagian selatan Indonesia, seperti Selat Sunda, perairan selatan Kalimantan, Selat Makassar bagian selatan, Selat Bali, Selat Lombok, Laut Flores, perairan selatan Sulawesi, Laut Sawu, Laut Timor. Pada periode yang sama pula (Februari, dan Maret 2008) di sebagian Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa, dan Flores Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa, dan Flores juga terjadi angin kencang (oleh masyarakat setempat sering disebut sebagai puting beliung). Pada penelitian tahap ini keterkaitan antara munculnya siklon tropis di Samudera India sebelah selatan dan barat daya Benua aritim Indonesia dengan kejadian gelombang tinggi di perairan selatan Indonesia (dari lautan di sebelah selatan Jawa sampai Nusa Tenggara Timur) dan terjadinya angin kencang (puting beliung) memang belum dapat diungkapkan secara kuantitatif, namun secara kualitatif hal-hal tersebut menunjukkan keterkaitan yang cukup signifikan, terutama untuk siklon tropis Hondo, Ivan dan 17S di periode Februari 2008, dan hal yang analog untuk siklon tropis Pancho di periode Maret 2008."
620 DIR 3:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Stefani Gelu
"BATAN telah merencanakan pembangunan Reaktor Daya Eksperimental. Dalam pengoperasiannya akan terjadi pelepasan radionuklida ke lingkungan, salah satunya adalah 137Cs. Karena itu, diperlukan biota yang dapat digunakan sebagai bioindikator untuk mengidentifikasi jika terjadi pelepasan 137Cs secara abnormal. Oleh karena itu, dilakukan suatu studi biokumulasi pada salah satu hewan moluska asal Teluk Jakarta, yakni Turbo chrysostomus dengan mengamati pengaruh perbedaan bobot biota.
Pada studi ini dilakukan simulasi kontaminasi 137Cs terhadap Turbo chrysostomus melalui jalur air laut dan jalur pakan. Berdasarkan penelitian, diperoleh faktor konsentrasi fasa steady state (CFss) pada Turbo chrysostomus dengan bobot 7,62 g; 7,68 g; 8,55 g; 9,31 g setelah terpapar 137Cs selama 11 hari secara berturut-turut adalah sebesar 3,28; 3,02; 2,83; dan 2,55 ml.g-1. Efisiensi asimilasi Turbo chrysostomus dengan bobot 5,41 g dan 6,44 g setelah 24 jam secara berturut-turut sebesar 34,63 % dan 35,08 %.
Nilai faktor bioakumulasi (BAF) pada Turbo chrysostomus dengan bobot 7,62 g; 7,68 g; 8,55 g; 9,31 g secara berturut-turut adalah sebesar 1,33; 1,30; 1,13; dan 0,87. Turbo chrysostomus juga marak dikonsumsi oleh masyarakat, sehingga hasil studi biokumulasi ini selain untuk kepentingan monitoring di lapangan, dapat juga digunakan sebagai informasi pelengkap keamanan pangan.

National Nuclear Energy Agency (BATAN) has already decided to build an experimental nuclear reactor. In the running process, this reactor will release some radionuclides to the environment and one of them is 137Cs. Due to this phenomenon, researcher need some biotas that can be used as a bioindicator to determine if there is an abnormal release of 137Cs from the reactor. To fulfill the importance, this particular research has performed a bioaccumulation study using Turbo chrysostomus from Jakarta Bay Coastal with varies body size as the bioindicator.
This research performed a simulation of 137Cs contamination by sea water pathway and also by food. The concentration factor values in steady state phase (CFss) for Turbo chrysostomus with a mass of 7,62 g; 7,68 g; 8,55 g; 9,31 g were observed to be 3,28; 3,02; 2,83; dan 2,55 ml.g-1 after 12 days of exposure. The values of assimilation efficiency for Turbo chrysostomus with a mass of 5,41 g and 6,44 g were observed to be 34,63 % and 35,08 %.
The Bioaccumulation Factor (BAF) for Turbo chrysostomus with a mass of 7,62 g; 7,68 g; 8,55 g; 9,31 g were observed to be 1,33; 1,30; 1,13; dan 0,87. As the society also use Turbo chrysostomus for their consumption material, the result of this bioaccumulation study can also be a complimentary information for the food safety system.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Eko Arianto
"Potensi biomassa di Indonesia sangat melimpah baik dari limbah hewan maupun tumbuhan. Limbah pertanian dan perkebunan yang cukup besar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Salah satunya adalah sekam padi. Pada eksperimen ini pemanfaatan energi dari sekam padi dilakukan dengan metode gasifikasi menggunakan downdraft gasifier untuk mengubahnya menjadi gas-gas mampu bakar yang selanjutnya akan dibakar pada cyclone combustor. Keuntungan menggunakan metode gasifikasi dibandingkan pembakaran langsung adalah pembakaran lebih bersih, partikulat dan kontaminan dapat dihilangkan sebelum dibakar. Cyclone combustor dapat menghasilkan pencampuran yang baik sehingga cocok digunakan untuk gas dengan nilai kalor rendah.
Komposisi syngas yang dihasilkan dari gasifikasi sekam padi adalah H2 13,6%, CO 14,9%, CO2 12,9% dan CH4 2,3% [1]. Setelah melewati cyclone separator untuk menghilangkan uap air dan kontaminan kemudian masuk ke storage tank yang selanjutnya masuk ke dalam cyclone combustor untuk dibakar setelah dicampur dengan udara melalui inlet yang berbeda. Kemudian akan divariasikan dengan berbagai AFR untuk mengetahui perubahan temperatur api, letak api pada combustor dan bentuk apinya. Dari hasil eksperimen pada AFR = 1,59 terletak di dalam combustor pada daerah antara plane 1 dan 2, AFR = 1,14 api terletak di dalam pada plane 2, AFR = 0,69 api terletak di dalam pada plane 3 sedangkan pada AFR = 0,27 tidak terbentuk api di dalam tetapi di luar setelah bercampur dengan udara luar.

Biomass potential in Indonesia is very abundance whether from animal or plant waste. Farming and plantation waste that abundance enough can be utilized as energy sources. One of them is rice husk. On this experiment energy utilization of rice husk was used gasification method with downdraft gasifier to convert it to combustible gases which would be burn in a cyclone combustor. The advantages of gasification method compare to direct combustion are cleaner combustion and particulates and contaminants can be eliminated prior to burn. Cyclone combustor can generate a good mixing then suitable to use for gases with low calorific value.
Composition of syngas that produced by gasification of rice husk are H2 13,6%, CO 14,9%, CO2 12,9% dan CH4 2,3% [1]. After syngas leaves the reactor it enter cyclone separator to eliminate water vapor and contaminants and then goes to the storage tank and finally goes to cyclone combustor to be burned after mixed with air through different inlet. After that different value of AFR would be varied to see the change of flame temperature, flame postion in combustor and flame shape. Kemudian akan divariasikan dengan berbagai AFR untuk mengetahui perubahan temperatur api, letak api pada combustor dan bentuk apinya. From the result of eksperimen at AFR = 1.59 the flame in the combustor beetween plane 1 and 2, at AFR = 1.14 the flame in the combustor at plane 2, at AFR = 0.69 the flame in the combustor beetween plane 3 and at AFR = 0.27 the flame on the outside of the combustor after mixed with fresh air.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46556
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanto
Jakarta: Dinastindo, 1990
001.642 4 SUS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Schildt, Herbert
Berkeley: McGraw-Hill, 1988
005.1 SCH u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Borland
Green Hills Road: Scotts Valley, 1991
001.642 BOR t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>