Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39287 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Verry Surya Hendrawan
"
ABSTRAK
Sistem chilled water thermal srorage bekerja dengan menyimpan chilled water dari chiller pada periode ojlpeak, dan menggunakannya lagi pada periode on-peak, untuk rnengatasi beban pendinginan yang ada. Sistem ini menjadi Salah sam sistem altematif yang banyak digunakan di Amerika Sezikat, karena telah terbukd dapat menekan besarnya initial cos: hingga 40 % da.n operating cost hingga 5 %, dari nilai cost yang diperlukan oleh sistem konvensional dengan besamya beban pendinginan yang sama.
Langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan sistem ini adalah menentukan besarnya beban pendinginan yang terdapat di Hotel Kemang selama 24 jam penuh, dengan rnenggunakan metode Carrier dan beberapa asumsi. Hasil perhitungan beban pendinginan ini kemudian disusun rnembentuk profil beban pendinginan selama 24 jam. Setelah profil bebn diperoleh, maka dilakukan perhitungan unmk menefntukan kapasitas chiller dan storage tank.
Berdasarkan dari hasil perhitungan yang diperoleh dan dari sistem konvensional yang terpasang, maka diperoleh bahwa dengan menggumakan sistern ini, maka besarnya initial cost dapat ditekan hingga 53,1095 %, dan operafing cos!
dalam 24 jam dapat ditekan 3,9492 % dari sistem konvensional yang sudah terpasang. Selain ilu, sistem ini juga sangat sesuai untuk gedung Hotel Kemang yang akan dikembangkan. Karena dengan digunakannya sistem ini, tidak diperlukan tambahan unit chiller yang bam, karcna dengan 2 unit yang lama kapasitasnya sudah lebih dari cukup untuk mengatasi beban pendinginan yang ada.
"
1997
S36780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S36716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Rachmat
"ABSTRAK
Sistem pendingin adsorpsi merupakan salah satu solusi terkait permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh pendingin konvensional. Walaupun pendingin adsorpsi menghasilkan COP yang rendah dibandingkan dengan pendingin konvensional, berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan performa dari sistem pendingin adsorpsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari waktu siklus adsorpsi/desorpsi dan temperatur inlet chilled water pada performa dari chiller adsorpsi dengan dua bed modular adsorber dan menggunakan dua jenis silica gel sebagai adsorben dan air sebagai adsorbate. Chiller diuji pada setting kondisi temperatur hot water inlet dan cooling water inlet sebesar 75-80oC dan 30oC. Waktu siklus adsorpsi/desorpsi dan temperatur inlet chilled water divariasikan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap performa chiller adsorpsi dan untuk memperoleh kondisi optimal berkaitan dengan performa. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa setting temperatur inlet chilled water yang lebih rendah menghasilkan performa yang lebih baik pada chiller adsorpsi. Nilai Coefficient of Performance COP dan kapasitas pendinginan maksimum diperoleh sebesar 0.59 dan 3.9 pada saat waktu adsorpsi/desorpsi selama 600s dan setting temperatur inlet chilled water 11 oC.

ABSTRACT
cooling system is one solution related to environmental problems caused by conventional cooling system. Although the adsorption cooling produces a low COP compared to conventional cooling, various efforts have been made to improve the performance of the adsorption cooling system. This study aims to determine the effect of adsorption desorption time and chilled water inlet temperature on the performance of the adsorption chiller with two bed modular adsorber and using two types of silica gel as adsorbent and water as adsorbate. Chiller tested on the setting of hot water inlet temperature conditions and cooling water inlet of 75 80oC and 30oC. The adsorption desorption time and chilled water inlet temperature varied to determine the effect on the performance of the adsorption chiller and to obtain optimal conditions with respect to performance. Experimental results show that the lower temperature inlet setting of chilled water resulted better performance of the adsorption chiller. Coefficient of Performance COP value and maximum cooling capacity were obtained at 0.59 and 3.9 at the time of adsorption desorptiom during 600s and chilled water inlet temperature 11 oC. "
2018
T50887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerardo Janitra Puriadi Putra
"Teknologi penyimpanan energi termal telah banyak digunakan untuk meningkatkan efisiensi sistem atau memanfaatkan limbah kalor. Phase change material (PCM) merupakan material tertentu yang dapat digunakan sebagai media penyimpan kalor dan tersedia dalam temperatur operasional yang luas. Molten salt merupakan salah satu PCM yang memiliki keunggulan temperatur operasional yang sangat tinggi. Kalor yang tersimpan di PCM selanjutnya dapat digunakan untuk berbagai utilitas seperti pembangkitan energi. Dalam penelitian ini, simulasi pemadatan garam cair komersial dari PlusICE, yaitu H500 dengan temperatur operasional 500 °C. Simulasi dilakukan menggunakan software COMSOL Multiphysics dengan lima variasi penyerapan fluks kalor yang mensimulasikan penyerapan kalor dari mesin stirling, dari 1kW/m2 hingga 5kW/m2 dengan kenaikan 1kW/m2 per variasi dan asumsi penyerapan kalor konstan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa solidifikasi yang terjadi pada domain PCM dimulai dari batasan pipa dengan aliran searah gravitasi dan akan berbelok pada titik tertentu. Terjadinya aliran pada proses solidifikasi adalah karena adanya perbedaan temperatur pada domain PCM dan perpindahan kalor secara konveksi yang terjadi secara alami. Domain PCM akan tersolidifikasi dalam jangka waktu 1039 menit untuk variasi 1kW/m2, 539 menit untuk variasi 2kW/m2, 371 menit untuk variasi 3kW/m2, 289 menit untuk variasi 4kW/m2, dan 237 menit untuk variasi 5kW/m2. 3.Total energi kalor yang dapat ditransfer oleh PCM hingga tersolidifikasi sepenuhnya adalah 313,19 kJ untuk penyerapan 1kW/m2; 324,95 untuk penyerapan 2kW/m2; 335,5 untuk penyerapan 3kW/m2; 348,46 untuk penyerapan 4kW/m2 dan 357,20 untuk penyerapan 5kW/m2.

Thermal energy storage technologies have been widely used to increase system efficiency or to utilize waste heat. Phase change material (PCM) is a certain material that can be used as a heat storage medium and is available in a wide range of operating temperaturs. Molten salt is one of the PCMs that has the advantage of a very high operating temperatur. The heat stored in the PCM can then be used for various utilities such as energy generation. In this study, simulating the solidification of commercial molten salt from PlusICE, namely H500 with an operating temperatur of 500 °C. The simulation was carried out using the COMSOL Multiphysics software with five variations of heat flux absorption simulating heat absoption from the stirling engine, from 1kW/m2 to 5kW/m2 with an increment of 1kW/m2 per variation and assuming constant heat absorption. The results show that the solidification that occurs in the PCM domain starts from the boundary of the pipe with the flow in the direction of gravity and will turn at a certain point. The occurrence of flow in the solidification process is due to the temperatur difference in the PCM domain and heat transfer by convection which occurs naturally. The PCM domain will consolidate within 1039 minutes for the 1kW/m2 variation, 539 minutes for the 2kW/m2 variation, 371 minutes for the 3kW/m2 variation, 289 minutes for the 4kW/m2 variation, and 237 minutes for the 5kW/m2 variation. 3. The total heat energy that can be transferred by the PCM for each heat flux absorption until it is fully solidified is 313.19 kJ for 1kW/m2; 324.95 for 2kW/m2; 335.5 for 3kW/m2; 348.46 for 4kW/m2 and 357.20 for 5kW/m2."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sunjarianto P.
"ABSTRACT
Air conditioning system merupakan bagian sistem gedung yang memakai
Iistrik terbesar, mencapai 40% hingga 60% dari total konsumsi energi listrik untuk
gedung. Dengan keluarnya kebijakan pemerintah untuk mencabut subsidi atas biaya
penggunaan listrik secara berangsur-angsur hingga nol persen mengakibatkan
semakin meningkatnya biaya listrik. Dalam situasi persaingan yang menuntut
ditingkatkannya efisiensi di segala sektor, thermal storage merupakan salah ,satu
alternatif untuk menekan biaya pendinginan gedung.
Pada sistem pendinginan konvensional, semua peralatan AC dan pemipaan
dirancang untuk memenuhi beban puncak pendinginan. Sistem konvensional bekerja
pada beban puncak selama sistem bekerja. Beban puncak tersebut sesuai dengan
beban pendinginan maksimum pada rancangan untuk keamanan terpenuhinya beban
pendinginan yang sedang dibutuhkan. Konsep thermal storage yang dipakai pada
sistem pendinginan adalah sebagai salah satu alternatif dalam penggunaan peralatan
AC yang dirancang untuk memenuhi beban puncak, dengan memakai sistem yang
lebih kecil. Sistem ini akan beroperasi sepanjang hari menyimpan kelebihan
kapasitas pendinginan selama periode bukan beban puncak (off-peak periods) dan
menggunakan kapasitas pendinginan yang disimpan tersebut selama periode beban
puncak (on-peak periods).

"
1999
S36886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delgado, J.M.P.Q.
"This short book provides an update on various methods for incorporating phase changing materials (PCMs) into building structures. It discusses previous research into optimizing the integration of PCMs into surrounding walls (gypsum board and interior plaster products), trombe walls, ceramic floor tiles, concrete elements (walls and pavements), windows, concrete and brick masonry, underfloor heating, ceilings, thermal insulation and furniture an indoor appliances.
Based on the phase change state, PCMs fall into three groups: solid–solid PCMs, solid–liquid PCMs and liquid–gas PCMs. Of these the solid–liquid PCMs, which include organic PCMs, inorganic PCMs and eutectics, are suitable for thermal energy storage.
The process of selecting an appropriate PCM is extremely complex, but crucial for thermal energy storage. The potential PCM should have a suitable melting temperature, and the desirable heat of fusion and thermal conductivity specified by the practical application. Thus, the methods of measuring the thermal properties of PCMs are key.
With suitable PCMs and the correct incorporation method, latent heat thermal energy storage (LHTES) can be economically efficient for heating and cooling buildings. However, several problems need to be tackled before LHTES can reliably and practically be applied."
Switzerland: Springer Cham, 2019
e20502331
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Hosea Widjaja
"Bangunan mempunyai konsumsi energi yang besar untuk pendinginan ruang demi mempertahankan lingkungan termal yang nyaman, dengan konsumsi energi keseluruhan di bangunan mewakili 36% dari semua sektor industri. Sistem HVAC menyumbang 49% dari konsumsi listrik di bangunan. Meningkatkan kinerja termal menggunakan Penyimpanan Energi Termal (TES) pasif dapat mengurangi konsumsi listrik dengan menurunkan beban pendinginan. Studi ini berfokus pada PCM Solid-solid (SS-PCM), yang menyerap dan melepaskan panas tanpa perubahan fase, sehingga mempertahankan kenyamanan termal tanpa enkapsulasi, memperpanjang penggunaan HVAC, dan meningkatkan efisiensi energi. SS-PCM Linear Polyurethane 2000 (PUL-2K) diintegrasikan ke dalam Jendela Ganda (DGW) untuk mengurangi suhu bangunan secara pasif. Penelitian ini bertujuan menentukan ketebalan optimal SS-PCM dan penghematan energi yang dicapai dibandingkan dengan DGW biasa. Eksperimen menggunakan Glass-Reinforced Concrete (GRC) dengan sistem pendingin disertai variasi iradiasi (1000 W/m², 750 W/m², dan 500 W/m²), serta lima sampel ketebalan SS-PCM DGW (3 – 7 mm), studi menemukan bahwa DGW dengan SS-PCM PUL-2K secara efektif mengurangi suhu ruangan. Ketebalan optimal SS-PCM PUL-2K adalah 3 mm, menghasilkan penghematan energi rata-rata 12,49%. Secara keseluruhan, DGW dengan SS-PCM PUL-2K mencapai penghematan energi hingga 16,15%, dengan rata-rata 8,19%, menunjukkan potensi signifikan untuk TES dalam konservasi energi bangunan.

Buildings consume a substantial amount of energy for space cooling to maintain a comfortable thermal environment, with the overall energy consumption in buildings representing 36% of all industrial sectors. HVAC systems account for 49% of electrical energy in buildings. Enhancing thermal performance using passive Thermal Energy Storage (TES) can reduce electrical energy consumption by lowering the cooling load. This study focuses on Solid-solid PCM (SS-PCM), which absorbs and releases heat without phase change, thus maintaining thermal comfort without encapsulation, extending HVAC usage, and improving energy efficiency. The SS-PCM Linear Polyurethane 2000 (PUL-2K) is integrated into Double Glazed Windows (DGW) to passively reduce building temperatures. The research aims to determine the optimal SS-PCM thickness and the energy savings achieved compared to standard DGW. Using a Glass Reinforced Concrete (GRC) Box with a cooling system, various irradiations (1000 W/m², 750 W/m², and 500 W/m²), and five thickness samples of SS-PCM DGW (3 – 7 mm), the study found that DGW with SS-PCM PUL-2K effectively reduces room temperature. The optimal thickness of SS-PCM PUL-2K is 3 mm, yielding an average energy savings of 12.49%. Overall, DGW with SS-PCM PUL-2K achieved energy savings up to 16.15%, with an average of 8.19%, indicating significant potential for TES in building energy conservation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Safira
"ABSTRAK
Pemanfaatan Thermal Energy Storage atau TES menjadi salah satu teknologi yang dikembangkan untuk mengatasi krisis energi. Sistem yang digunakan TES meliputi pemanfaatan kalor sensibel, laten, dan thermo-chemical, namun sistem TES dengan kalor laten dianggap paling efektif karena kemampuannya untuk menyimpan dan memancarkan energi dalam jumlah besar namun volume yang dipakai relatif kecil. Material yang digunakan pada TES laten disebut dengan phase change materials (PCM). Pada penelitian ini, PCM minyak kelapa ditambahkan dengan nanopartikel graphene untuk meningkatkan sifat termal dari PCM sebanyak 0.1 wt%, 0.2 wt%, 0.3 wt%, 0.4 wt%, dan 0.5 wt%, sehingga terbentuk menjadi komposit bio-based PCM. Kalor laten, titik leleh, titik beku, dan kalor jenis dari komposit PCM diuji dengan Differential Scanning Calorimetry (DSC). Konduktivitas termal diukur dengan KD2 Pro Thermal Analyzer dan kestabilan termal PCM diuji dengan Thermogravimetric Analysis (TGA). Selain itu, pengujian struktur dilakukan dengan Transmission Electron Microscopy (TEM) untuk melihat mikrostruktur dan morfologi komposit PCM, dan Fourier Transfer Infrafred (FTIR) untuk melihat stabilitas kimiawi komposit PCM. Didapatkan bahwa penambahan graphene pada PCM minyak kelapa dapat mempengaruhi konduktivitas termal, kalor laten, kalor jenis, dan kestabilan termal.

ABSTRACT
The utilization of Thermal Energy Storage or TES become one of the developed technologies to overcome energy crisis. Systems that are used in TES include sensible heat, latent heat, and thermochemical, but TES with latent heat system is considered as the most effective due to its ability to store and release heat in large amount with relatively low volume used. Material used in latent TES is called phase change materials (PCM). In this research, coconut oil as PCM was being added with graphene to improve its thermal conductivity with mass fraction of 0.1 wt%, 0.2 wt%, 0.3 wt%, 0.4 wt%, dan 0.5 wt%. Latent heat, melting temperature, freezing temperature, and specific heat were tested with Differential Scanning Calorimetry (DSC). Thermal conductivity was measured with KD2 Pro Thermal Analyzer and thermal stability is tested with Thermogravimetric Analysis (TGA). Other than that, the structure of bio based PCM was tested with Transmission Electron Microscopy (TEM) to observe its morphology and Fourier Transfer Infrafred (FTIR) to see its chemical stability. It was obtained that graphene addition does affect thermal conductivity, latent heat, specific heat, and thermal stability of coconut oil as bio based PCM."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Muhammad Iqbal Iftikar
"Sektor pendingin udara merupakan konsumsi energi terbesar di Indonesia. Kebutuhan kenyamanan ruangan harus diimbangi dengan kemampuan untuk konservasi energi. Phase Change Material (PCM) merupakan potensi yang menjanjikan untuk mengurangi konsumsi energi dengan mengurangi jumlah laju perpindahan panas yang masuk ke dalam bangunan melalui dinding. Bata beton ringan dipilih sebagai material konstruksi berdasarkan tingkat penggunaannya yang meningkat. Penelitian ini akan menggunakan studi eksperimental untuk menginvestigasi performa termal PCM hasil manufaktur Rubitherm Technologies GmbH model RT 26 yang diintegrasikan dengan bahan konstruksi bata ringan (hebel) sebagai bahan dinding. Percobaan divariasikan berdasarkan penempatan dan ketebalan PCM. Dinding yang dipadukan dengan PCM terbukti memiliki performa termal yang lebih baik daripada dinding tanpa PCM. Performa termal meningkat sebanding dengan ketebalan PCM yang digunakan. Pada suhu rendah-menengah, PCM yang diletakkan di bagian luar dinding memiliki performa termal yang lebih optimal. Sedangkan pada temperatur tinggi, PCM yang diletakkan di bagian dalam dinding memiliki performa termal yang lebih optimal. Konduktivitas termal hebel dan PCM yang didapat masing-masing adalah 24,71 W / m.K dan 0,39 W / m.K.

The air conditioning sector is largest energy consumption in Indonesia. The need for room comfort must be balanced with the ability to conserve energy. Phase change material (PCM) is a promising potential to reduce energy consumption by reducing the amount of heat transfer rate that enters the building through the walls. Lightweight concrete brick was chosen as a construction material based on its increasing use. This research will use experimental studies to investigate the thermal performance of PCM manufactured by Rubitherm Technologies GmbH RT 26 model which is integrated with lightweight concrete brick (hebel) construction materials as wall material. Experiments were varied by the placement and the thickness of PCM. Walls combined with PCM are shown to have better thermal performance than those without PCM. The thermal performance increases proportional to the thickness of the PCM used. At low-to-medium temperatures, PCM that is placed on the outside of the wall has a more optimal thermal performance. Whereas at high temperatures, PCM that is placed on the inside of the wall has a more optimal thermal performance. The thermal conductivity of hebel and PCM was found to be 24,71 W / m.K and 0,39 W / m.K, respectively"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>