Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186383 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Faraid Horace
"Dengan semakin berkembangnya industri kendaraan bermotor di Indonesia, secara tidak langsung akan meningkatkan kebutuhan timbal sebagai bahan baku accu untuk kendaraan bermotor tersebut. Salah satu usaha untuk meningkatkan ejisiensi proses perolehan timbal adalah dengan mengoptimalkan proses secondary smelting timbal yang ada, misalnya melalui pemilihan komposisi bahan aditif yang tepat untuk bahan baku umpantenentu. Pada penelitian ini, bahan baku umpan yang digunakan terdiri alas campuran plat GS (60 %) dan lumpur pasta (40 %). Sedangkan bahan aditif yang diguuakan adalah geram besi (6 %}, kaka.s (6 %), dan soda. abu yang dijadikan variabel penelitian dengan jumlah 4 %, 4.5 %, 5 %, 5.5 %, dan 6 % dari bahan baku. Proses smelting di/akukan dalam rotary fumace, dengan temperatur proses 700' c dan waktu proses 5 jam. Dari analisa terhadap produk smelting (lead bullion, slag, dan debu filter), diketahui bahmlwa penambahan soda. abu sampai jum/ah tenentu akan meningkatkan perolehan yield lead bullion dan penambahan yang berlebih justru akan menunmkan yield yang diperoleh. Selain itu kadarPb dalam lead bullion dan debu akan mengalami penurunan dalam jumlah kecil dengan peuambahan soda. abu, sedangkan dalam slag, kadar Ph akan memmm sampai jumlah soda abu tertentu dan kemudian terjadi peningkatan kembali. Adopun komposisi bahan aditif yang optimal pada penelitian ini adalah pada soda. abu 6 %, karena memberikan nilai yield yang terbesar dengan kandungan unsur paduan yang relatif tinggi. Selain itu, pada kampasisi ini timbal yang terbuang ke dalam slag dan debu relatif kecil dibandingkan pada komposisi lainnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silahudin
"Proses secondary lead smelling merupalcan proses peleburan timbal dengan menggunakan scrap limba! sebagai bahan balmnya, proses ini menggunakan soda abu, geram besi dan kokas sebagai bahan addinf Pengaturan komposisi bahan addinf menpakan salah saru eara untuk mendapatkan hasil yang optimum dari proses peleburan timbal.
Penelitian ini bertujuan unzuk mempehyari pengaruh penambahan carburiser rerhadap perolelaan yield lead bullion, lcomposisi aldiir lead bullion, debu,sIag: dan unruk menentukan kadar carburiser yang optimum dari penelirian. Proses peleburan tirnbal dilalcukan dengan menggunakan rotary jiirnace, deng/an bahan bale: berupa pelat, pasta, lumpur dan debu filler. Carburiser _yung digunakan adalah kokas dengan jumlah 4,5 %, 5 %, 5,5 %, 6 %, 6,5 % dari bahan baku, dengan penambahan 6 % geram besi dan 5 % soda abu dalam setiap baich-nya.
Peleburan dilalwlran pada iemperatur 700° C selama 5 jam pada seiiap batch. Data yield dyveroleh dari hasil penimbangan awal dan alrhir pada setiap batch-nya, sedangkan data komposisi akhir lead bullion, slag dan debu _filler di dapui dari hasil pengujian sampel. Penimbangan awal berupa penirnbangan bahan baku dan bahan addinfyang dimasuklran ke dalam ianur, penimbangan akhir bempa penimbangan lead bullion yang dihasilkan dari proses peleburan, sedangkan pada sampel dilakukan pengujzhn lmantitanfdan laialiratiflcomposisi ldmianya.
Penambahan kokas dalam proses peleburan rimbal alcan mempengaruhi lrornposisi akhir lead bullion, slag dan debu. Pengaruh ini ierlihat pada timbal, dengan semakin ringginya kandungan kokas alran semakin banyak rimbal yang iereduksi, sehingga alran rnenarnbah lead bullion yang lerbenruk, rnaka yield lead bullion-pun alcan meningkai. Debu jilrer sebagian besar terbentulc secara melzanis, sehingga pembeniukannya dileniukan oleh ulcuran partilcel umpan yung dimasuklran.
Penambahan kokas alcan meningkailcan kestabilan olfsida pembentuk slag sehingga pemisahan antara slag dan lead bullion alcan sernakin mudah. Kadar kokas 6 % merupalrarn lcornposisi yang optimal, karena akan memberikan nilai yield dan kandungan timbal yang relanftinggi di dalam lead bullion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
TA210
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Darmono
Jakarta UI-Press 1995,
669 Dar l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyono Suprapto
"ABSTRAK
Didalam penelitian ini penentuan variabel proses pelapisan "hard chrome" untuk cetakan tempa yang dimaksudkan untuk mendapatkan lapisan pelindung tahan aus, diteliti pada rapat arus (60, 80 dan 100 Amp/dm ), temperatur sel (50, 60 dan 70 °C) dan konsentrasi CrC3 dalam elektrolit (150, 200 dan 250 g/l).
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dalam skala industri. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh ketiga parameter diatas dalam pembentukan ion metalik (Cr) dan pembentukan gas hidrogen. Gas hidrogen yang mengendap dalam katoda berakibat pada karakteristik elektro deposisi lapisan "hard chrome" (seperti; sifat fisik, sifat mekanik dan tampilan warna).
Penentuan variabel proses pelapisan elektro deposisi "hard chrome" dilakukan dengan mengevaluasi karakteristik (fisik, mekanik dan tampilan warna) setiap hasil proses pelapisan. Proses pelapisan elektro deposisi yang efektif dan effisien diberikan oleh proses dengan konsentrasi elektrolit 200 g/l CrO, temperatur 60 °C dan rapat arus 60 Amp/dm."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
" KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-xTi HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK. Telah dilakukan karakterisasi ingot paduan U-7Mo-xTi dalam rangka mendapatkan paduan yang memenuhi persyaratan kandidat bahan bakar nuklir. Ingot paduan U-7Mo-xTi dibuat dengan teknik peleburan di dalam tungku busur listrik bermedia gas argon, menggunakan arus listrik 150 amper dan setiap paduan dilebur dengan lima kali pengulangan. Pengujian meliputi strukturmikro dengan teknik metalografi, komposisi fasa dengan XRD, berat jenis dengan alat Ultrapyc 1200e Version 4.00, enthalphy menggunakan DTA dan capasitas panas dengan DSC. Strukturmikro ingot U-7Mo-xTi pada bagian tepi terbentuk denrit, sedangkan pada bagian tengah cenderung bulat dan makin tinggi kadar Ti butiran semakin besar. Pola difraksi sinar-x sampel U-7Mo-xTi dengan perbedaan kadar Ti terbentuk puncak-puncak yang mirip sehingga dapat diduga memiliki fasa yang sama yaitu γ-U. Berat jenis ingot menurun seiring kenaikan kadar Ti. Hasil uji dengan DTA teramati reaksi endotermik paduan U-7Mo-1Ti, U-7Mo-2Ti, U-7Mo-3Ti yang terjadi pada rentang temperatur berturut-turut 641,83 oC-655.21 oC, 638,89 oC- 650.95 oC, dan 644,38 oC - 662,20 oC dengan entalpi 0.37 cal/g, 0.4328 cal/g dan 5,1021 cal/g. Entalpi tersebut kemungkinan merupakan panas yang diperlukan untuk perubahan dari fasa α + U2Ti menjadi β + U2Ti. Makin tinggi kadar Ti panas yang diperlukan meningkat, karena pembentukan β + U2Ti juga lebih banyak. Unsur Ti di dalam paduan U-7Mo menurunkan kapasitas panasnya, dan kadar 1%, 2%, dan 3% Ti dalam bentuk paduan U-7Mo-1Ti, U-7Mo-2Ti, dan U-7Mo-3Ti memiliki kapasitas panas berturut-turut 0,06 – 0.14 J/g.K, 0,08 – 0,17 J/g.K dan 0,08 – 0,16 J/g.K. Kapasitas panas tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dan cenderung konstan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian paduan U-7Mo-xTi sebagai kandidat bahan bakar di masa mendatang.
"
620 JTBN 9 (1-4) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Aditya Wicaksono
"Bijih nepheline mengandung unsur-unsur dominan berupa Al, Si, Na dan K. Untuk pengembangan pemanfaatan bijih ini di Indonesia lebih menguntungkan jika kandungan unsur aluminium pada bijih tersebut dapat diekstraksi secara efektif dan ekonomis. Hal ini dikarenakan pada negara berkembang, konsumsi logam aluminium meningkat secara pesat dalam satu dekade terakhir. Hal ini bertujuan agar Indonesia dapat memenuhi konsumsi akan pemakaian aluminium sendiri.
Pada penelitian ini difokuskan pada proses ekstraksi dengan menggunakan proses pelindian yaitu metode Proses Bayer dimana dalam prosesnya metode ini sederhana dan relatif murah. Dalam metode Proses Bayer ini digunakan larutan NaOH teknis 1 M sebagai larutan pelarut. Hal yang akan diamati dalam penelitian ini adalah pengaruh temperatur proses pelindian terhadap % recovery aluminium. Temperatur yang dipakai adalah 140°C, 170°C, 200°C dan 230°C. Dari hasil yang didapat, % recovery tertinggi ada pada temperatur 140°C.

Nepheline ore contains some dominant elements such as Al, Si, Na and K. Developing this ore's utilization in Indonesia are profitable if aluminium's contain can be extracted efectively and economically. Because in developing country like in Indonesia, aluminium consumption is incresing drastically in the last decade. One of this experiment's goal is to make Indonesia can fulfill aluminium consumption itself.
This experiment focus on leaching process with Bayer's Process methode. This methode used because its simple and economic. NaOH 1 M industrial liquid are used in this leaching process. The effects of temperature in leaching process to Al % recovery will be obeserved and analyst. Temperature that used in this experiment are 140°C, 170°C, 200°C and 230°C. From the experiment result, highest % recovery happened in temperature 140°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42896
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Frendy Lumban Batu
"Berbagai penelitian mengenai ekstraksi alumina/aluminium dari bauksit dengan menggunakan proses Bayer sudah banyak dilakukan. Akan tetapi dengan jumlah bauksit kadar tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan baku proses Bayer terbatas jumlahnya di alam. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang sumber bahan baku selain bauksit seperti nepheline.
Pada penelitian ini dilakukan beberapa eksperimen meliputi karakterisasi awal bijih nepheline, klasifikasi float-sink, dan pelindian menggunakan natrium hidroksida. Karakterisasi bijih nepheline dilakukan dengan menggunakan EDX dan AAS. Bijih nepheline kemudian diklasifikasi dengan proses float-sink untuk mendapatkan mineral dengan kadar alumina yang tertinggi dari proses tersebut Proses pelindian pada penelitian ini menggunakan larutan natrium hidroksida pada variasi konsentrasi yaitu 0,1M; 0,2M; 0,5M; dan 1,0M. Jumlah alumina yang larut ke dalam larutan dianalisis menggunakan Atomic Absorbance Spectroscpy (AAS).
Dari hasil yang didapatkan, pelindian dengan konsentrasi pelarut 1,0M NaOH peningkatan konsentrasi alumina yang diperoleh yaitu sebesar 13,85%. Selain itu, diketahui juga bahwa dengan semakin tinggi konsentrasi pelarut maka peningkatan konsentrasi alumina akan semakin tinggi.

Various studies on the extraction of alumina/aluminium from bauxite using the Bayer process has been studied over past several decades. However, the amount of high grade bauxite which can be used as raw materials for Bayer process are limited. Therefore, further research is needed for other source of raw materials.
At this research, several experiments were conducted including characterization of nepheline ore, float-sink classification and leaching by natrium hydroxide. Characterization of nepheline ore was done using EDX and AAS. Nepheline was classified with float-sink process to obtain ore with highest alumina content. Leaching process at this research utilize natrium hydroxide solution at various concentration which is 0,1M, 0,2M, 0,5M and 1,0M. The number of alumina dissolution is measured using Atomic Absorbance Spectroscopy (AAS).
The results showed alumina recovery by leaching using 1,0M sodium hydroxide is 13,85% wt. Furthermore alumina recovery will increase if the concentration of sodium hydroxide increases.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42919
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Winarto
Jakarta: UI-Press, 2016
PGB 0350
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>