Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110767 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Baron Nurwendo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S36026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Hafitara
"Pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduk di Indonesia akan menyebabkan pemenuhan kebutuhan terhadap energi terus mengalami peningkatan. Pemilihan jenis bahan bakar dan teknologi yang digunukan akan berdampak pada pertambahannya emisi gas CO2 yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi menuju atmosfir dan dalam jumlah tertentu hal tersebut akan berdampak terhadap pemanasan global. Pemanfaatan energi terbarukan seperti biomass langkah pemerintah dalam konservasi bahan bakar dan mengurangi jumlah pemakaian energi fosil agar berkurangnya efek dari rumah kaca. Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan dan dapat mengurangi emisi gas CO2. Biomassa harus mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai sumber energi. Pada proses pengolahan biomassa, pengeringan merupakan salah satu tahap yang sangat penting untuk menghasilkan kualitas bahan bakar biomassa yang baik. Penelitian ini akan menyelidiki mesin pengering rotari dengan bahan bakar pelet biomassa untuk mengeringkan limbah organik. Variabel yang dilakukan dalam pengujian alat pengering rotari ini menggunakan ukuran pelet kayu diameter 8mm dengan laju konsumsi 123 gram/menit, putaran drum pengering 1; 1.25; dan 1.5 rpm beserta laju aliran udara pengering 33435.8; 57346.1, dan 75139.8 lpm.

Economic growth and population in Indonesia will cause the fulfillment of energy needs to continue to increase. The choice of fuel and technology used will have an impact on the increase in CO2 emissions resulting from the burning of energy sources into the atmosphere and in certain amounts it will have an impact on global warming. Utilization of renewable energy such as biomass is a step of the government in conserving fuels and reducing the amount of fossil energy use so that the greenhouse effect is reduced. Biomass energy sources have several advantages including being a renewable energy source so that it can provide a sustainable energy source and can reduce CO2 gas emissions. Biomass must undergo processing before it can be used as an energy source. In the process of biomass processing, drying is one of the most important steps to produce good quality biomass fuel. This research will investigate a rotary drying machine with biomass pellet fuel to dry organic waste. The variables carried out in this rotary dryer test using a diameter of 8mm wooden pellets with a consumption rate of 123 grams / minute, a drum rotation speed of 1; 1.25; and 1.5 rpm along with a drying air flow rate of 33435.8; 57346.1; and 75139.8 lpm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idris Masyhuri
"Pemanfaatan dehumidifier sebagai pengering semprot pada sistem dehumidifikasi dapat menghemat konsumsi energi, dalam eksperimen ditemukan dalam sebuah grafik simulasi untuk perbandingan antara refrigeran R-134a, R-152a dan R407c dari aspek konsumsi energi dehumidifier yang digunakan pada pengering semprot saat masuk heater diketahui bahwa mass flow udara dari blower adalah 150 lpm, 300 lpm dan 450 lpm pada kondisi ekperimen R-134a dengan temperatur heater di variasikan 600, 800, 900, 1000, 1200, dan 1400 yang diolah kedalam bentuk simulasi termodinamika setelah itu dilakukan simulasi penggantian refrigeran R152a dan R407c selanjutnya grafik rasio konsumsi energi spesifik dapat disajikan sebagai perbandingan antara refrigeran didapat bahwa penggunaan daya listrik akan menurun jika heater dan blower berada pada titik variabel terendahnya serta dibandingkan dengan perbedaan pengaruh refrigeran berdasarkan perbedaan entalphy dari refrigeran tersebut sehingga konsumsi energi terendah akan ada pada R-152a, penggantian refrigeran dari sebelumnya R134a menjadi R152a akan mempengaruhi dampak terhadap global warming jika alat ini menjadi kebutuhan masyarakat umum.

Utilization dehumidifier as a spray dryer system dehumidification can save energy consumption, the experiment is found in a graphic simulation for comparison between the refrigerant R-134A, R-152A and R407C from the aspect of energy consumption dehumidifier is used in a spray dryer when signing heater is known that the mass flow air from the blower is 150 lpm, 300 lpm and 450 lpm on the conditions of the experiment R-134a with temperatures heater in varying 600, 800, 900, 1000, 1200, and 1400 were processed into the form of a simulation of thermodynamics after it conducted a simulation replacement refrigerant R152a and R407c the next graph the ratio of the specific energy consumption can be expressed as the ratio between the refrigerant found that the power consumption will decrease if the heater and blower are at the point variable lows as well as compared to the differences in the effect of refrigerant based on the difference entalphy of refrigerant so that the lowest energy consumption will be on R-152A , the replacement of the previous R134a refrigerant R152a will be affecting the impact on global warming if the tool is to be the needs of the general public."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David
"Salah satu proses yang terpenting dalam pengolahan lada adalah proses pengeringan. Para petani yang berskala kecil masih melakukan penjemuran untuk mengeringkan lada mereka. Penjemuran sangat tidak efektif dan tergantung oleh cuaca. Agar lada dapat dikeringkan dengan cepat dan hasil yang lebih baik maka dibutuhkan pengering yang dapat melakukan peke aan harus dapat dibuat dan dipakai oleh petani yang tinggalnya di daerah yang mungkin saja belum terjangkau oleh listrik. Untuk ft.u maka bahan bakar yang digunakan harus mudah diperoleh di tempat di mana pengering itu akan digunakan.
Pit oil barrel dryer dirasa merupakan jenis pengering yang cocok untuk hal ini karena pembuatannya mudah dengan menggunakan bahan yang mudah didapat dan harganya murah. Tetapi pengering ini karena kapasitasnya yang besar jadi kurang efektif untuk dimiliki seorang petani yang berskala kecil. Untuk itu penulis membuat pengering yang prinsip kerjanya mirip dengan pit oil barrel dryer tetapi berukuran lebih kecil. pengering ini bentuknya juga sederhana, mudah dibuat dan biaya operasionalnya tidak besar. setelah dicoba untuk mengeringkan lada dalam jumlah yang sedikit, dapat dikatakan bahwa pengering ini dapat berfungsi dengan baik. penggunaan pengering ini bukan saja untuk lada tetapi juga untuk biji-bijian lain yang tidak digunakan sebagai bibit untuk ditanam."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S37143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagaswara Ramadhan
"Pada sistem pengering semprot, temperatur udara pengering sangat mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan. Jika temperatur udara pengering terlalu tinggi dapat merusak material yang terkandung di dalam bahan. Namun nilai efisiensi pada pengering semprot sangatlah rendah, karena konsumsi energi yang dihasilkan sangat tinggi. Untuk mengatasinya diperlukan pemanfaatan dehumidifier sebagai pre-heater sebelum udara dipanaskan kembali di dalam heater. Pada penelitian kali ini menggunakan variasi laju aliran udara 150 lpm, 300 lpm dan 450 lpm terhadap temperatur udara sebesar 10 oC, 15 oC, 20 oC dan 25 oC pada evaporator. Udara yang keluar dari kondensor dimanfaatkan kembali untuk dipanaskan melewati heater yang temperaturnya diatur sebesar 60 oC, 90 oC dan 120 oC. Dari penelitian ini menunjukan bagaimana kinerja dan konsumsi energi dari sistem gabungan dehumidifier dan heater yang dihasilkan dengan menggunakan dehumidifier dan tanpa dehumidifier. Kinerja dan konsumsi energi dari sistem dehumidifier yang dihasilkan dengan menggunakan dehumidifier dan tanpa dehumidifier sangat dipengaruhi oleh laju massa aliran udara yang diberikan dan kelembaban spesifik udara pengering yang dihasilkan. Konsumsi energi juga dipengaruhi oleh beban heater yang akan digunakan, sehingga dapat diketahui bahwa kinerja sistem dehumidifier dan konsumsi energi dengan menggunakan heater yang paling optimum ketika laju massa aliran udara sebesar 450 lpm pada saat temperatur udara di evaporator di titik 10 oC dan pada heater sebesar 60 oC.

In the spray dryer system, dryer air temperature greatly affect the quality of the products produced. If the drying air temperature is too high can damage the material contained in the material. However, the efficiency of the spray dryer is very low, because the consumption of energy produced is very high. To overcome this required the use of a dehumidifier as a pre-heater before the air is reheated in the heater. In the present study using a variation of the air flow rate of 150 lpm, 300 lpm and 450 lpm against air temperature of 10 oC, 15 oC, 20 oC and 25 oC at the evaporator. The air coming out of the condenser is recovered to heat passing through the heater temperature is set at 60 oC, 90 oC and 120 oC. This research shows how the performance and energy consumption of the dehumidifier and heater combined system generated by using a dehumidifier and without dehumidifier. Performance and energy consumption of the dehumidifier system generated by using a dehumidifier and without dehumidifier is influenced by the rate of mass air flow given and specific humidity drying air is generated. Energy consumption is also affected by the burden of the heater to be used, so it can be seen that the system performance dehumidifier and energy consumption by using a heater the most optimum when the mass rate of air flow of 450 lpm when air temperature at the evaporator at point 10 oC and at the heater at 60 oC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Najib Khaidar
"ABSTRAK
Salah satu proses produksi yang penting di industri semen adalah proses
pembakaran klinker di rotary kiln unit. Proses pembakaran cli rotary kiln ini
merupakan proses produksi yang paling menentukan dalam rangkaian alur proses
procluksi untuk menghasilkan semen. Tujuan dari proses pembakaran di rotary kiln ini
adalah untuk menghasilkan produk klinker yang apabila dicampur dengan gips,
barulah menjadi semen. Dalam proses pembakaran di rotary kiln unit ini setidaknya
dibutuhkan Kalor pembalcaran sebesar i 50.000_O00 Koa]/jam, dan memiliki intensitas
kalor yang dikandung oleh produk klinker sebesar :t 700 Kcal/Kg-klinker (konsumsi
energi spesilik).
Dalam proses pembakaran klinker di rotary kiln sering kali dijurnpai kondisi
dimana konsumsi energi spesifiknya kadangkala kecil dan kadangkala besar, atau
elisiensi pembakarannya kadangkala kecil dan kadangkala besar. Kondisi semacam ini
teljadi akibat tidak seimbangnya pengaturan pemakaian energi dalam proses produksi.
Untuk kasus di rotary kiln unit ini, energi utama yang menjadi masukan adalah Kalor
Pembakaran dari Bahan Balcar. Besamya kalor pembakaran ini sebanding dengan laju
aliran bahan bakar masuk ke dalam kiln. Fungsi utama dari proses pembalcaran yang
ada di rotary kiln ini adalah untuk membakar dan membentuk material menjadi produk
klinker. Besarnya kalor yang dibilttlhkan untuk pembakaran dan pembentukan ini
sebanding dengan . besarnya massa material yang masuk ke dalam kiln. Dengan
demikian besarnya pemakaian batu bara sebanding dengan besamya pemasulcan raw
malaria! yang akan dibakar.
Pada kondisi di lapangan seringkali dijumpai suatu keadaan pada proses
pembakaran di mana pemkaian bahan bakar lebih besar dibandingkan dengan
pemasukan bahan balcu, akibatnya kalor yang disuplai oleh pembalcaran bahan bakar
menjadi banyak yang terbuang ke gas buang, dinding kiln, dan kehilangan kalor yang
tidak teramati. Oleh karena itu perlu adanya suatu analisis optimasi terhadap
pemakaian bahan bakar yang dihubungkan dengan pemasukan bahan baku
agar diperoleh kondisi proses dengan eisiensi yang tinggi. Untuk analisis tersebut
perlu adanya suatu studi optimasi berdasarkan metode Heat Balance yang mengacu
pada kondisi operasi sehingga diperoleh tingkat penghematan energi.

"
1996
S36564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avianto M. Munir
"Sampah dimanapun selalu menimbulkan masalah. Ini disebabkan luasnya dampak negatif yang ditimbulkan serta casa penanganannya. Dampak negatif yang kentara diantara kita adalah berupa gangguan terhadap keseimbangan alam dan lingkungan. Oleh karena itu perlu dipikirkan cara penanganannya yang relatif aman serta tidak membahayakan dampak yang dihasilkan.
Salah satu alternatif penanganan tersebut adalah dengan membakar sampah yang dapat dilakukan di suatu tempat yang jauh dari segal kegiatan. Namun pembakaran tersebut terkadang sukar dikendalikan. Hal ini disebabkan bila terdapat angin yang cukup kencang sehingga sampah, asap, debu, arang, dan api itu sendiri terbawa ke tempat-tempat sekitar yang dapat menimbulkan kerugian serta dampak negatif. Oleh karena itu diperlukan suatu instalasi pembakaran yang dapat menanggulangi hal tersebut. Instalasi pembakaran tersebut disebut insinerator.
Proses pembakaran di dalam insinerator disebut insinerasi. Dalam insinerasi, karakteristik sampah, terutama kandungan airnya dapat mempengaruhi lamanya pembakaran serta jumlah pemakaian bahan bakar. Pengeringan perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum dikerjakan dalam insinerator. Pengeringan ini dapat dikerjakan sekaligus dengan pengontrolan suhu dan waktu pengeringan. Untuk sampah yang mengandung air (moisrure) tinggi, pengerlngan dilakukan di Iuar insinerator. Berarti instalasi pengeringan atau alat pengering dipasang di Iuar konsturksi insinerator.
Alat pengering yang dapat digunakan sebagai pengeringan pendahuluan adalah Rotary Dryer. Alat ini berbentuk silinder yang dapat berputar dan di dalamnya terdapat sirip-sirip yang berfungsi sebagai pemisah atau pengayak, agar sampah tidak menggumpal. Alat ini juga dapat digunakan sebagai ruang masuk sampah ke dalam insinerator dan terdapat pula ruang untuk mengalirkan udara panas sebagai pengonuolan suhu dan media pengering."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daragantina Nursani
"Penggunaan biomassa sebagai sumber energi atau bahan bakar dalam bentuk pelet memiliki banyak keunggulan, diantaranya mudah untuk disimpan, didistribusikan, serta membuat proses pembakaran lebih sempurna dan stabil. Dalam proses pembuatan pelet, biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi jamur yang dapat menurunkan nilai kalor. Jenis pengering yang biasa digunakan untuk pengeringan biomassa adalah tipe rotari, karena memiliki kapasitas tinggi, mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaan.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi proses pengeringan dengan menginvestigasi laju penurunan kadar air sampah biomassa pada ruang pengering, menginvestigasi sebaran energi pada ruang pengering, serta menginvestigasi pengaruh debit dan suhu udara pengering serta residence time material terhadap efisiensi energi sistem pengering rotari.
Penelitian ini dilakukan secara experimental dengan mengukur suhu, kelembaban, kecepatan udara, kecepatan putar, dan bobot produk dan pelet pada berbagai variasi yaitu variasi debit udara pengering 0,6, 1, dan 1,25 m3/s, variasi kecepatan putar 1, 1,25 dan 1,5 RPM dan variasi laju konsumsi pelet 48 g/min dan 123 g/min. Data hasil experimen dianalisa dengan menggunakan analisa heat dan mass tranfer untuk menghitung sebaran penurunan kadar air dan energi pindah panas, serta analisa energi input dan output untuk perhitungan efisiensi energi sistem pengering.
Hasil analisa menunjukkan bahwa laju penurunan kadar air sangat dipengaruhi oleh laju aliran udara pengering, penurunan kadar air tertinggi pada variasi 1,25 m3/s. Penurunan kadar air tertinggi terjadi pada awal masuk material ke ruang pengering dan semakin melandai saat material menuju pengeluaran drum pengering. Perpindahan panas pada drum pengering terjadi paling tinggi di titik Q 4-5 (ujung drum pengering/arah pemasukan material). Rata-rata nilai energi perpindahan panas ini lebih tinggi pada laju aliran udara pengering yang lebih tinggi. Efisiensi sistem memiliki trend meningkat seiring dengan peningkatan debit udara pengeringan, efisiensi sistem bervariasi dari 8,91% hingga 26,84%.

The use of biomass as an energy source or fuel in the form of pellets has many advantages, including being easy to store, distribute, and make the combustion process more perfect and stable. In the pellets processing, biomass needs to be dried to avoid fungal contamination which can reduce the caloric value. The type of dryer that is normally used for biomass drying is the rotary type, because it has a high capacity, easy to operate and maintain.
This study aims to optimize the drying process with investigate the rate of decrease in water content of biomass waste in the drying chamber, investigate the distribution of energy in the drying chamber, and investigate the effect of discharge and temperature of the drying air and residence time material on the energy efficiency of a rotary drying system.
This research was carried out experimentally by measuring temperature, humidity, air velocity, rotational speed, and weight of products and pellets at various variations, namely variations in the drying air discharge of 0.6, 1, and 1.25 m3/s, variations in rotational speed of 1, 1.25 and 1.5 RPM and the variation of pellet consumption rate is 48 g/min and 123 g/min. Experimental data were analyzed using heat and mass transfer analysis to calculate the distribution of water content reduction and heat transfer energy, input and output energy analysis for the calculation of the energy efficiency of a drying system.
The results of the analysis show that the rate of decrease in water content is strongly influenced by the rate of drying air flow, the highest decrease in water content at a variation of 1.25 m3/s. The highest decrease in water content occurs at the initial entry of material into the drying chamber and increasingly sloping as the material leads to the drying drum dryer. Heat transfer in the drying drum occurs highest at Q points 4-5 (end of the drying drum/direction of material entry). The average value of this heat transfer energy is higher at higher drying air flow rates. System efficiency has an increasing trend along with an increase in drying air discharge, system efficiency varies from 8.91% to 26.84%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suryawan
"Properties of air flow passing out from rotary desiccant dehumidifier can be analyzed by either experimental or theoretical method in this case an experiment method was selected using Lithium Chloride (LiCl) as a desiccant. The flow rate of air at the input is varying for process air and regeneration air, and the moisture content at process air input also adjusted by using a water sprayer.
The data consisting of dry and wet bulb temperature of air is to be collected in order to find wet air properties, and flow rate of wet air flowing through the humidifier. The result of this experiment gives curves denoting properties of the outlet process air at the room temperature of 25°C These curves then can be used as a comparable data for characteristics of various dehumidifiers.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
JUTE-20-1-Mar2006-26
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>