Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141554 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sibarani, Humisar
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S36074
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Welton
"ABSTRAK
Sifat- udara sebagai campuran mempunyai peranan yang sangat penting
dalam perancangan sistem tata udara, dimana sifat-sifat udara berbeda disetiap
tempat. Pada perancangan sistem pengkondisian udara, data temperatur dan
kelembaban antara perencana yang satu dengan perencana yang lain mempunyai
referensi yang berbeda, sehingga penentuan kondisi nyaman berbeda pula.
Untuk itu perlu dilakukan pengkajian sifat-sifat udara untuk daerah Jakarta.
Data tersebut diperoleh dari Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan
(KPPL), Ji. Casablanca Kav-1, Jakarta, dari tahun 1995 - 1997.
Metode yang dipakai dalam analisa data ini adalah metode Bin, dimana
rentang suhu minimum ke maksimum yang teijadi dibagi dalam selang suhu
tertentu. Dari basil analisa diperoleh keadaan nyaman yaitu dalam daerah
temperatur 20.5 ° C - 27 ° C dan kelembaban 4,2 gr uap air/kg udara kering - 12 gr
uap air/kg udara kering.
Keadaan udara yang banyak terjadi yaitu pada no Bin 27 yaitu pada daerah
24° C - 26° C dan kelembaban 16 gr uap air/kg udara kering - 18 gr uap air/kg
udara kering sebanyak 2210 jam pada tahun 1996"
1998
S36883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andrew Bain
"ABSTRACT
Kondisi udara sebagai campuran mempunyai peranan yang sangat panting dalam perancangan sistem pengkondisian udara, dimana mempengaruhi kondisi udara luar yang akan dipergunakan dalam perhitungan untuk perancangan sistem pengkondisi udara, dengan adanya perbedaan kondisi udara di satu tempat dengan tempat yang lain. Pada perancangan sistem pengkondisian udara, data temparatur dan kelembaban antara perencana yang satu dengan perencana yang lain mempunyai referensi yang berbeda-beda, terlebih jika perancangan dilakukan pada daerah yang berbeda, sehingga penentuan kondisi nyaman berbeda pula.
Untuk itu perlu dilakukan pengkajian sifat-sifat udara untuk daerah Jakarta. Data tersebut diperoleh dari Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KPPL), jl. Casablanca Kav-1, Jakarta, dari tahun 1995 sampai 1997.
Metode yang dipakai dalam pengolahan data ini adalah metode Bin, yaitu pembagian rentang temperatur dan kelembaban tertentu dalam selang tertentu (dalam hal ini 2°C dan 0,002 kg/kg). Keadaan nyaman adalah keadaan dalam daerah temperatur 20,5-27°C dan kelembaban spesifik 0,0042 - 0,012 kg uap air/kg udara kering. Sementara keadaan udara yang paling banyak teljadi adalah pada daerah temperatur 24-26°C dan kelembaban spesifik 0,016 - 0,018 kg/kg, yaitu pada bulan Oktober tahun 1996 sebanyak 274 kali.

"
1999
S36052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Adhitya Pratama
"Dalam proses produksi suatu obat, sangat penting untuk menjaga konsistensi kualitasnya agar hak konsumen dalam mendapatkan produk yang baik dapat terjamin. Pemastian mutu merupakan salah satu cara yang tercantum dalam CPOB untuk menjaga konsistensi kualitas suatu obat. Salah satu cakupan pemastian mutu adalah pengendalian mutu produk dan salah satu contoh pengendalian mutu produk adalah mengendalikan temperatur, kelembaban, dan tekanan udara pada ruangan produksi obat. Dalam proses produksi obat, ini merupakan hal yang patut diperhatikan sebab akan mempengaruhi kualitas obat yang dihasilkan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui alasan dilakukannya kajian monitoring temperatur, kelembaban, dan tekanan udara pada ruang produksi obat sekaligus melihatnya apakah sudah sesuai yang dipersyaratkan atau tidak, dan jika tidak sesuai maka mengetahui kemungkinan penyebab dan tindakan perbaikan termasuk pengaruh yang akan terjadi pada produk yang sedang diproses. Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa kajian monitoring dilakukan untuk memastikan agar kualitas obat yang dihasilkan memenuhi persyaratan serta untuk melihat kembali apakah keadaan ruangan produksi selama 1 tahun kebelakang tetap sesuai yang dipersyaratkan. Secara umum temperatur, kelembaban, dan tekanan udara di area produksi PT. Sydna Farma memenuhi persyaratan internal yang ditetapkan. Salah satu tindakan perbaikan yang dapat dilakukan adalah menyiapkan temperatur, kelembaban, dan tekanan udara sesuai persyaratan sebelum digunakan untuk proses produksi dan salah satu penyebab ruangan produksi tidak memenuhi persyaratan adalah ruangan tersebut baru selesai dibersihkan.

In the process of drug production, it's especially important to maintain consistency of quality so that consumers' rights to obtain a good product can be guaranteed. Quality assurance is one of the ways listed in GMP to maintain the quality of a drug. Part of quality assurance is product quality control, and the example of product quality control is controlling temperature (T), relative humidity (RH), and air pressure (P) in drug production rooms. This should be considered because it will affect the quality of the drug produced. This study aims to find out the reason for carrying out a study of monitoring T, RH, and P in the drug production room as well as to see whether it's exactly like the requirements or not, and if it's not same then find out the potential causes and corrective actions including the effects that will occur on the drug being processed. From the observations, it's known that monitoring studies are carried out to ensure the quality of the drugs produced meets the requirements and to review whether the condition of the production room for the past 1 year has remained as required. In general, T, RH, and P in the production area are like the specified internal requirements. One of the corrective actions that can be taken is to prepare the T, RH, and P correctly like requirements before being used and one of the causes of the production room not meeting the requirements is because the room has just been cleaned."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gesha Mahendra Cunyadha
"Temperatur dan kelembaban dapat mengubah sifat dari suatu material sehingga akan menyebabkan penurunan kualitas material. Dalam penelitian ini dilakukan simulasi sistem pengendalian temperatur dan kelembaban relatif menggunakan permodelan heat-exchanger untuk mengubah nilai temperatur dan humidifier untuk mengubah nilai kelembaban relatif. Pengendalian dilakukan menggunakan Agent Reinforcement Learning dengan Algoritma Soft Actor-Critic (SAC) pada perangkat lunak Simulink-MATLAB. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan pengendalian yang lebih baik daripada pengendalian yang telah digunakan dengan pengendali PI. Parameter pembanding yang digunakan merupakan respon transient yang meliputi nilai persentase overshoot, settling time, rise time, dan steady state error. Adapun batasan dalam penelitian ini adalah nilai temperatur dan kelembaban relatif yang dibatasi pada daerah kerja dengan temperatur dibawah 25°C dan kelembaban relatif dengan rentang 20-60%. Dari hasil penelitian ini agent RL-SAC dapat mengendalikan sistem temperatur dan kelembaban relatif dengan respon transient dengan rata-rata nilai overshoot 82% lebih cepat dan rata-rata nilai settling time 47% lebih cepat dibandingkan dengan pengendali PI.

Temperature and humidity can change the properties of a material so that it will cause a decrease in the quality of the material. In this study, a simulation of a temperature and relative humidity control system was carried out using a heat-exchanger model to change the temperature value and a humidifier to change the relative humidity value. Control is carried out using Reinforcement Learning Agent with the Soft Actor-Critic (SAC) Algorithm in the Simulink-MATLAB software. This study aims to produce a better control than the control that has been used with the PI controller. The comparison parameter used is the transient response which includes the percentage value of overshoot, settling time, rise time, and steady state error. The limitations in this study are the values of temperature and relative humidity which are limited to work areas with temperatures below 25°C and relative humidity with a range of 20-60%. From the results of this study the RL-SAC agent can control the temperature and relative humidity system with transient responses with an average overshoot value of 82% faster and an average settling time value of 47% faster than the PI controller."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subadi
"Karya tulis ini berisikan suatu tinjauan dan perbaikan mengenai tidak tercapainya temperatur yang dilnginkan dari "Laboratorium Pengujian Lemari Pendingin". Dalam suatu sistem Refrigerasi dan Tata Udara kornponen yang satu berhubungan dengan komponen lainnya, sehinggu apabila ada satu komponen yang tidak berfungsi, maka sistem secara kcseluruhan akan terganggu {tidak berfungsi secara optimal). Dalam menangani suutu masalah Sistem Refrigerasi dan Tata Udara ilem pertama yang harus dicek yaitu kompresor~ karena kompresor merupakan jantung dari sistem refrigerasi. Hasil pengecekan kompresor dalam keadaan baik dengan ampere yang rnasih sesuai dengan spesifikasi, dari kondenser sistem dapat mengeluarkan panas dan evaporator juga dapat menyerap panas, dari pernyataan~pemyataan diatas sistem refrigerasi dalam keadaan baik. Untuk sistem tata udara (mesin pengolah udara), hal pertama yang harus dicek yaitu iaju ali ran volume udara suplai dan laju a! iran udara balik. Laju aliran udara suplai didapat 147 CMH dan uJara balik 112 CMH, nilai lersebut sangatjauh dari perhitungan. Hasil dari perhitungtm analisa psikrometrik didapat laju aJiran udara supplai dan batik yaitu 370 CMH. Dalarn kasus diallls ternyata suplai fan yang terlalu kecil, sehingga diputuskan untuk menganti fan dengan kapsitas yang lebih besar. Setelah penggantian Lajc aliran volume suplai dan balik menjadi 409 dan 359, nilai tersebut tidak bisa ldta bual persis 370 kan::na tidak tersedianya alat pengatur laju aliran volume (volume damper), tetapi pada dasamya nilai diatas sudah masuk dalam spesifikasi yang diinginkan. Setelah kasus laju aliran volume selesai, langkah selanjutnya yaitu pengambllan data, dimana hasilnya temperatur ruang uji tidak tercapai. Dari hasH analisa dengan mellhat grafik perbedaan temperatur refrigeran dan temperatur air dingin (evaporator approach) yang diha.sllkan sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa evaporator (penukar kalor) tidak dapat berfungsi secant optimal, disamping itu kalu kita melihat tekanan kondenser yang sekitar 280 Psi padahal tekanan tinggi maksimum sistem refrigerasi yang mcnggunakan refrigeran R~22 adalah sekitar 240, ada indikasi bahwa kapasitas kondenser kurnag besar (undersize)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahman Al Yusra
"Alat pengering semprot pada umumnya memiliki efisiensi energi kurang dari 50%. Untuk meningkatkan efisiensinya, dalam penelitian pengering semprot dikombinasikan dengan pompa kalor. Pompa kalor berfungsi untuk mengeringkan udara pengering pada evaporator dan memanaskannya pada kondensor. Udara yang kering dan panas akan dialirkan ke ruang pengering melalui pemanas listrik.
Pada sistem pengering dan pemanas udara (pompa kalor), konsumsi energi kompresor menambah konsumsi energi sistem. Namun ada beberapa kondisi yang menjadikan konsumsi energi sistem lebih kecil jika dibandingkan dengan penggunaan pemanas listrik saja. Keuntungan terbesar didapatkan pada tekanan kondensor 16.85 [atm] (temperatur kondensor 60 [℃]) dan kelembaban udara pada temperatur titik embun 10 [℃] yaitu 34.9% dengan rasio 0.651.
Pada temperatur udara pengering yang tidak terlalu tinggi (60 [℃], 80 [℃], 100 [℃]) laju pengeringan dipengaruhi oleh kelembaban udara pengering secara signifikan, sedangkan pada temperatur yang tinggi (120 [℃], 140 [℃]) laju pengeringan lebih dipengaruhi oleh temperatur udara pengering tersebut.
Kinerja total dari kombinasi pengering semprot dan pompa kalor menunjukkan keuntungan terbesar sistem dicapai pada tekanan kondensor 21.3 atm dengan kondisi kelembaban udara 0.00763 kgv/kgda (temperatur titik embun 10 [℃]), laju udara 450 [lpm], dan temperatur udara 60 [℃]. Pada kondisi ini, rasio konsumsi energi spesifik total adalah 0.222, artinya keuntungan energi terbesar yang diperoleh sebesar 77.8.

Generally, spray dyer has less than 50% energy efficiency. To increase it, spray dryer is combined with an heat pump. The heat pump functions are dehumidifying the air in the evaporator, and increasing the temperature of the air in the condenser. The hot and dry air will be distributed to the drying chamber through the air heater.
The extra energy consumption from the heat pump generally increases the overall system energy consumtion, but for the drying process, it gives a significant energy saving. The biggest advantage from the use of the heat pump will be gained at 16.85 [atm] condenser pressure (at 60 [℃] condenser temperature), and air humidity at 10 [℃] Dew Point temperature, which is 34.9% at 0.651 ratio.
At the moderate air temperature (60 [℃], 80 [℃], and 100 [℃]), the drying rate is affected by the humidity of the dryer air significantly, whle at higher temperature (120 [℃] and 140 [℃]), drying rate is mostly affected by the air temperature itself.
The total work of the combination of the spray dryer and the heat pump shows that the biggest advantage of the system is reached at 21.3 atm condenser pressure with 0.00763 kgv/kgda air humidity (10 [℃] Dew Point temperature), 450 [lpm] air flow, and 60 [℃] air temperature. At this condition, the specific energy consumption is 0.22 and the percentage of energy advantage reached is 77.8%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremia Donganta Pascal
"Adanya perkembangan teknologi dan infrastruktur maupun sektor lainnya menyebabkan menaiknya tingkat kebutuhan energi, terkhusus energi listrik. Salah satu sumber daya alam yang dapat menghasilkan energi listrik adalah batubara. Indonesia termasuk negara penghasil batubara terbesar di dunia. Namun, pada umumnya batubara hasil tambang Indonesia adalah batubara dengan peringkat rendah atau dikenal sebagai batubara lignit. Batubara lignit baik digunakan sebagai bahan bakar dalam industri PLTU karena memiliki kandungan sulfur yang rendah sehingga dapat menghasilkan efisiensi pembakaran yang tinggi. Namun, sebelum dijadikan sumber bahan bakar untuk PLTU, batubara lignit harus melalui proses peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas yang dimaksud adalah dengan cara dikeringkan. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang tinggi di dalam batubara lignit sekitar 40-70 dari massa aslinya. Penelitian pengeringan batubara lignite berlangsung menggunakan sistem refrigerasi dan pemanas heater serta desain ruang pemanas menggunakan tambahan desain Fixed-Bed Reactor. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan variasi humidity ratio dan suhu pemanas. Pada penelitian ini, data yang didapat kemudian diolah sehingga diketahui pengaruh humidity ratio dan suhu pemanas terhadap nilai k konstanta laju pengeringan. Nilai k akan digunakan untuk desain pengeringan batubara di masa yang akan datang.

The existence of technological and infrastructure developments increases energy needs, especially electrical energy. Commonly, electrical energy can be obtained from natural resources such as coal. Indonesia is one of the largest coal producers in the world. However, most of coal that Indonesia can produce are low rank coal. There are two types of low rank coal, they are sub bituminous and lignite coal. Lignite coal can be used as a fuel in Electric Steam Power Plant Industries because it has low sulfur content which can produce high combustion efficiency. On the other hand, lignite coal must be upgraded with a drying process to reduce its moisture content the lignite coals moisture is about 40 70 from its total mass. Lignite Coal drying enhances the heating value. In this study, the dryer uses a refrigeration system and heater. The drying chamber is designed with an additional Fixed Bed Reactor. Lignite Coal drying is operated in two variations of air condition. The variations are humidity ratio and heating temperature of dryers air condition. Based on this research, all the data resulted will be used to find the influence of humidity ratio and the heating temperature on the drying rate and activation energy of low rank. The drying rate constant and activation energy value will be used for future drainage design of low rank coal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.L, Varian Pradipta
"Singkong memiliki potensi yang baik sebagai bahan baku etanol. Kelebihan singkong dibandingkan dengan tanaman lain adalah harganya yang ekonomis dan masa panen yang singkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai konstanta laju pengeringan (k) sebagai referensi untuk perancangan rotary dryer, juga untuk mengetahui pengaruh laju aliran, temperatur dan kelembaban udara terhadap laju pengeringan singkong.
Dalam penelitian ini singkong dikupas dan diiris dengan ketebalan 3mm, kemudian dikeringkan dengan variasi laju aliran udara 340 liter per menit dan 440 liter per menit. Udara yang dialirkan divariasikan pada temperatur heater 60°C, 80°C dan 100°C. Dengan menggunakan dehumidifier, kelembaban udara yang dialirkan juga divariasikan pada temperatur evaporator 10°C, 20°C dan tanpa dehumidifier.

Cassava has a good potential as a feedstock for ethanol. Cassava’s excess compared with the other crops are cheaper and has a short harvest period. The aim of this experimental study was to determine the drying rate constants (k) as a reference for the design of rotary dryer, also to determine the effects of flow rate, temperature and humidity to the cassava’s drying rate.
In this study cassava peeled and sliced to a thickness of 3mm, then dried with varied air flow rate of 340 liters per minute and 440 liters per minute. Flowed air temperature was varied at 60°C, 80°C and 100°C. By using a dehumidifier, flowed air humidity also varied at the evaporator temperature 10°C, 20°C and without a dehumidifier.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57255
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>