Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124811 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S36150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
JPK 16:4(2010 )
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Saifuddin Azwar
Yogyakarta: Liberty , 1995
150 SAI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Aliyo Ghinannafsi
"Hujan merupakan salah satu parameter penting dalam proses hidrologi. Pengukuran curah hujan oleh stasiun pengukur hujan belum dapat mewakili sebaran spasial dan temporal. Di daerah pegunungan, sebaran spasial hujan sangat bervariasi dan cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah dengan topografi yang lebih rendah. DAS Ciliwung bagian hulu terletak di area pegunungan dengan elevasi 297-2982 mdpl, sedangkan area hilir terletak di area dekat pantai dengan elevasi 0-25 mdpl. Lokasi penelitian ini dilakukan di DAS Ciliwung karena salah satu DAS paling kritis di Indonesia dengan masifnya pembangunan yang berpengaruh terhadap fenomena banjir di bagian hilir, yaitu Jakarta. Radar cuaca merupakan salah satu instrumen yang dapat merepresentasikan kondisi spasial dan temporal hujan dengan lebih baik. Namun, setelah dievaluasi data curah hujan berbasis radar cuaca belum sesuai terhadap data stasiun pengukur hujan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan koreksi dan evaluasi kesesuaian data curah hujan berbasis radar cuaca terhadap stasiun pengukur hujan di DAS Ciliwung. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data curah hujan dari radar cuaca C-Band dan stasiun pengukur hujan di 6 titik area hulu dan 9 titik area hilir. Metode koreksi data curah hujan berbasis radar cuaca menggunakan metode koreksi kalibrasi. Uji kesesuaian dilakukan menggunakan tiga metode, yaitu Nash Sutcliffe Efficiency (NSE), Root Mean Square Error (RMSE), dan Percent Bias (PBias). Perolehan hasil NSE, RMSE, dan PBias menggunakan data curah hujan radar cuaca setelah dikoreksi menunjukkan bahwa metode koreksi kalibrasi yang digunakan mampu meningkatkan tingkat akurasi dan keandalan data curah hujan secara signifikan walaupun di beberapa titik penelitian secara numerik masih belum memenuhi persyaratan. Hasil terbaik terdapat di Stasiun Pulomas yang ditandai dengan perubahan nilai NSE dari 409,06 menjadi 0,62; nilai RMSE dari 574,66 menjadi 17,54; dan nilai PBias dari 2062,02 menjadi -30,84. Secara tren pencatatan data curah hujan juga sudah sesuai dengan data stasiun pengukur hujan sehingga mampu menggambarkan pola hujan di DAS Ciliwung.

Rain is one of the important parameters in the hydrological process. Rainfall measurements by rain measuring stations cannot yet represent spatial and temporal distribution. In mountainous areas, the spatial distribution of rainfall varies greatly and tends to be higher than in areas with lower topography. The upstream part of the Ciliwung watershed is located in a mountainous area with an elevation of 297-2982 meters above sea level, while the downstream area is located in an area near the coast with an elevation of 0-25 meters above sea level. The location of this research was carried out in the Ciliwung watershed because it is one of the most critical watersheds in Indonesia with massive development that affects the phenomenon of flooding downstream, namely Jakarta. Weather radar is one of the instruments that can better represent the spatial and temporal conditions of rain. However, after evaluation, rainfall data based on weather radar is not in accordance with the data of rain measuring stations. Therefore, this study aims to correct and evaluate the suitability of weather radar-based rainfall data for rain measuring stations in the Ciliwung watershed. The data used is secondary data in the form of rainfall data from C-Band weather radar and rain measuring stations at 6 points in the upstream area and 9 points in the downstream area. The rainfall data correction method based on weather radar uses the calibration correction method. The conformity test was carried out using three methods, namely Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE), Root Mean Square Error (RMSE), and Percent Bias (PBias). The results of NSE, RMSE, and PBias using weather radar rainfall data after correction show that the calibration correction method used is able to significantly improve the accuracy and reliability of rainfall data even though at some research points numerically it still does not meet the requirements. The best results were found at Pulomas Station which was marked by a change in the NSE value from -409.06 to 0.62; RMSE value from 574.66 to 17.54; and the PBias value from 2062.02 to -30.84. In terms of the trend of recording rainfall data, it is also in accordance with the data of rain measuring stations so that it is able to describe rainfall patterns in the Ciliwung watershed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saifuddin Azwar
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995
152.4 SAI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Mahendra
"Salah satu tantangan utama dalam dunia telekomunikasi adalah menyediakan jasa Iayanan data berkecepatan tinggi. Kondisi keadaan pada saat ini, dengan teknologi broadband wireless yang ada dapat memberikan suatu cakupan area yang luas serta mampu dalam layanan data berkecepatan tinggi yang mengaplikaslkan multimedia.
Salah salu upaya untuk menyediakan jasa layanan data berkecepatan tinggi adalah dengan melakukan teknik diversitas Dimana dalam hal ini adalah teknik diversitas yang dilakukan adalah teknik divertisitas ruang (Space diversity technique).
Dalam tesis ini dilakukan simulasl teknik Space Time Block Coding (STBC) dan Space Frequency Block Coding (SFBC). Simulasi yang dilakukan adalah dengan memakai teknik pemancar tunggal clan pemancar ganda serta teknik penerima tunggal dan ganda.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa teknik space time coding dan space frequency block coding dengan memakai teknik pemancar dan penerima ganda memiliki perfomansi yang balk dibandinkan memakai teknik pemancar tunggal penerima ganda atau sebaliknya.

One of the main challenge in telecommunication is to provide high speed data services. ln this recent condition, the broadband wireless technology could provide high scope coverage area and able to provide high speed data services using multimedia applications.
One of the efforts to proved high speed data services is to diversity technique, which means that we use space diversity technique.
ln this theses, we would use technique simulation space time block coding (STBC) and space frequency block coding (SFBC). ln this simulation we use single transmitter technique and multiple transmitter technique; we also use single receiver and multiple receiver technique.
This test result showed that using double transmitter and receiver technique in space time block coding technique and space frequency block coding will have a better performance compare to using single transmitter technique multiple receiver or on the contrary."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukiat
"Tujuan penelitian ini adalah meneliti faktor-faktor apa saja yang terkandung pada konsep tanggung jawab, dan mengembangkan alat ukurnya. Penelitian ini dilakukan oleh karena sejauh ini konsep tentang tanggung jawab perlu diperjelas mengingat tanggung jawab sangat berperan daIam setiap aspek kehidupan manusia, khususnya dalam bidang profesi psikologi. Dalam kaitannya dengan profesi psikologi sangat esensial bahwa para ahli psikologi mampu menjalankan profesinya secara bertanggung jawab sesuai dengan Kode Etik Sarjana Psikologi dan mampu memberikan pelayanan kepada pemakai jasa psikologi dalam mengidentifikasikan secara tepat kemampuan dan tanggung jawab yang dimiliki calon karyawan, karyawan yang hendak ditempatkan di posisi tertentu, promosi karyawan, serta usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia menjadi tenaga yang Iebih produktif dalam pembangunan nasional.
Hal tersebut di atas merupakan partisipasi para ahli psikologi pada pembangunan nasional yang pada saat ini sedang digalakkan di Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa hakekat dari pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (GBHN 1988). Manusia Indonesia seutuhnya antara lain memiliki rasa tanggurlg jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pembangunan nasional memiliki dua faktor yaitu, 1) subjek yang menjadi sasaran pernbangunan agar menjadi manusia seutuhnya yang antara lain memiliki rasa tanggung jawab, dan 2) subjek sebagai manusia yang melaksanakan pembangunan. Dari para pelaksana pembangunan ini salah satunya dituntut suatu kualitas kepribadian tanggungjawab.
Kualitas tanggung jawab menurut Frankl (1973) rnerupakan suatu karakteristik dari eksistensi manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain seperti, hewan. Sejalan dengan pendapat Frankl, Yalom (1980) mengemukakan bahwa penghindaran diri untuk memiliki tanggung jawab akan menyebabkan manusia mengalami gangguan-gangguan psikis. Selanjutnya ia mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa dari sepuiuh faktor kuratif terpenting dari terapi yang dilakukannya secara kelompok, salah satunya adalah belajar memiliki tanggung jawab dalam menjalani kehidupan. Shoben (dalam Blocher, 1966 dan Severin, 1965) menyatakan bahwa tanggung jawab merupakan kriteria dari kematangan kepribadian. Jadi pendapat para ahli di atas, menunjukkan bahwa salah satu indicator dari manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang memiliki tanggung jawab.
Yang menjadi permasalahan adalah, upaya-upaya apakah untuk memperkirakan (assessment) sejauh mana individu memiliki tanggung jawab, dan upaya-upaya apakah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan tanggung jawab pada individu agar menjadi manusia seutuhnya sebagai sumber daya manusia yang produktif bagi pembangunan. Permasalahan ini muncul karena para ahli membahas tanggung jawab hanya melihat dari faktor tertentu saja. Sehingga konsep tentang tanggung jawab belum memberikan gambaran yang komprehensif Misalnya Renzulli (1981) melihat tanggung jawab dalam kaitannya dengan pengikatan diri pada tugas. Mc Clelland (1971) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa Salah satu ciri orang yang memiliki motif berprestasi tinggi adalah mempunyai tanggung jawab pribadi dalam setiap tindakannya baik yang sukses maupun yang gagal. Hal ini berarti Mc Clelland memandang tanggung jawab sebagai suatu kesediaan menanggung resiko. Certo (1985), Hellziegel (1978) mengemukakan bahwa tanggung jawab adalah kewajiban untuk menyelesaikan suatu tugas secara tuntas. Bagi Spiro (1969) tanggungjawab merupakan kewajiban (obligation), tanggung gugat (accountabilily) dan penyebab terjadinya suatu akibat (cause).
Mengingat belum jelasnya konsep tanggung jawab maka dilakukan kajian kepustakaan, yang hasilnya dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang terkandung dalam tanggung jawab adalah 1) Usaha melaksanakan kewajiban degan hasil kerja yang bermutu; 2) Kesediaan menanggung resiko; 3) Pengikatan diri pada tugas; 4) Keterikatan sosial. Di mana tindakannya harus memberikan dampak yang positif bagi kehidupan sosial, orang lain dan masyarakat. Selain dari itu disimpulkan pula bahwa sumber dari tanggung jawab adalah di dalam diri individu sendiri. Hal ini menunjukkan suatu kemandirian yang menurut Shoben mencirikan adanya suatu kematangan kepribadian bagi individu tersebut. Kesimpulan lainnya adalah bahwa tanggung jawab mempunyai suatu orientasi yaitu orientasi tanggung jawab unluk menentukan sikap, pilihan, keputusan dan orientasi tanggung jawab kepada dirinya sendiri maupun sesuatu yang di luar dinnya atas tindakan-tindakan yang telah di|akukannya. Hasil kajian kepustakaan lainnya adalah dinamika terjadinya tingkah laku tanggung jawab pada individu, yang dikaitkan dengan teori dari Dollard dan Ternyata terbentuknya tanggung jawab pada diri individu adalah melalui suatu proses belajar yang sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dan antropologi.
Namun demikian telaah dan bahasan kepustakaan yang dilakukan di atas, mengungkapkan belum tuntasnya kajian teoritis tentang tanggung jawab. Untuk keperluan itu perlu dilakukan suatu kajian empiris. Salah satu pendekatan empiris adalah analisis faktor. Cattell (dikutip Hall dan Lindzey, 1978) menggunakan metode analisis faktor untuk aspek kepribadian. Kepribadian menurut Cattell adalah semua tingkah laku individu, yang nampak maupun yang tidak nampak. Kajian empiris ini terhadap populasi mahasiswa Universitas Indonesia yang berjumlah l2,823 orang dan 50 orang ahli psikologi.
Hasil temuan kajian empiris menunjukkan bahwa faktor-faktor yang terkandung dalam tanggung jawab adalah 1) Hasil kelja yang bermutu, 2) Kesediaan menanggung resiko, 3) Pengikatan diri pada tugas, 4) Tujuan hidup, 5) Kedirian, dan 6) Keterikatan sosial. Keenam faktor ini merupakan suatu totalitas, yang tidak dapat dikurangi satu faktorpun. Temuan empiris ini menujukan bahwa faktor yang terkandung pada tingkah laku tanggung jawab lebih banyak daripada yang terungkap pada telaah dan kajian kepustakaan yang hanya mengandung empat faktor. Faktor-faktor yang tidak terdapat pada telaah dan kajian pustaka adalah faktor tujuan hidup dan faktor kedirian.
Selanjutnya atas dasar faktor-faktor dari temuan tentang tanggung jawab itu dikonstruk suatu alat ukur dan diuji cobakan pada sampel mahasiswa Universitas Indonesia. Hasilnya temyata alat ukur itu memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang dapat diandalkan.
Temuan-temuan penelitian empiris ini memberi manfaat yang besar sebagai masukan untuk memperkaya teori tentang tingkah laku tanggung jawab, bagi para profesional yang berkecimpung dalam sumber daya manusia dan khususnya bagi para ahli psikologi dalam partisipasinya dalam pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yusuf Fakhri
"Interferometer Michelson merupakan alat optik yang biasa digunakan untuk mengukur panjang gelombang cahaya dan indeks bias medium. Dalam pengukurannya, kita biasa menjumpai kesulitan dalam menggeser cermin serta mengamati perubahan pola terang gelap. Untuk mengatasinya, dibuatlah suatu sistem penggeser cermin yang dikendalikan mikrokontroller. Pergeseran dengan mikrometer sekrup, yang dikendalikan dengan motor DC, masih menunjukkan pergeseran dengan ketelitian 1μm. Untuk mengatasinya, sistem pergeseran memanfaatkan pemuaian logam untuk menggeser cermin. Penelitian ini menunjukkan dua sistem pergeseran cermin, yaitu model motor DC dan model pemuaian logam, masing-masing model ini akan dibandingkan. Untuk mengamati perubahan pola terang dan gelap digunakan sensor cahaya fotodioda. Model motor DC unggul pada kecepatan pengambilan data, sehingga sistem ini mampu mendeteksi perubahan terang gelap (sebagai jumlah cacahan) sebanyak 10564 dalam satu detik.
Model pemuaian logam menggunakan sensor temperatur (LM35) untuk mengukur temperatur logam yang dipanaskan dan menghitung pemuainnya sebagai pergeseran cermin. Model ini dapat menggeserkan cermin dengan ketelitian alat ukur mencapai 0,085 μm, dimana resolusi ini berasal dari temperatur yang dideteksi LM35. Kedua model ini masih memiliki kelemahan saat benda digunakan pada percobaan interferometer michelson. Model motor DC masih memiliki kelemahan pada bagian mekaniknya, sehingga model ini masih sulit untuk menggeserkan cermin pada kecepatan dibawah 3,35mm/s. Untuk model pemuaian logam, alat masih belum memiliki resolusi yang cukup baik pada satu cacahan perubahan pola terang gelap pusat.

Michelson interferometer is an optical instrument that used to measure wavelengths of light and index of refraction. In the moment of measurement, we always encounter difficulties to move the moveable mirror and observe the changing of the center dark-light patterns. So, the system to move mirror that controlled by microcontroller is created. To move the mirror use micrometer screw, which is controlled by a DC motor, still shows a shift with 1μm of resolution. The movement system is utilizing the metal expansion to move the mirror. This experiment demonstrate two of the movement system, the DC motor model and metal expansion model, each of these models will be compared. To observe the changing patterns of light and dark, photodiode sensor is used. DC motor model excel at the speed of data retrieval, so the system is capable of detecting changes dark-light patterns (as counter) as much as 10564 data in one second.
Metal expansion model is using a temperature sensor (LM35) for measuring the temperatur of heated metal and calculate the expansion as the movement of mirror. This model can move the mirror with instrument resolution reached 0.085 μm, where the resolution is derived from the detected temperature of the LM35. Both of these models have limitations when used in the experiment of Michelson interferometer. DC motor model still has a weakness in the mechanics, so the model is still difficult to move the mirror at speeds below 3.35 mm/s. For metal expansion model, the tool does not yet have good enough resolution at one counter as changing of the center of dark-light patterns.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S46988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vibol Ban
"Accurate electron beam dosimetry is crucial for effective radiotherapy treatment. This study aimed to validate modified electron beam calibration methods through a comprehensive cross-calibration analysis against the established IAEA TRS-398 and AAPM TG-51 protocols. A Varian Trilogy linac with electron beam energy of 6, 9, 12, 15, and 18 MeV was used to perform dosimetric assessments using cylindrical (FC65-G and CC13) and parallel-plate (PPC40) ion chambers. The sequential method was employed for cross-calibration at 18 MeV, with each chamber alternatively serving as the reference and field chambers according to TRS-398 (yielding calibration correction factor ) and TG-51 (yielding calibration correction factor ) protocols. The ratios of and compared to the calibration correction factors from Indonesian SSDL ( ) ranged from 0.990 to 1.020. Absorbed doses to water per monitor unit (cGy/MU) were calculated at maximum absorption depths. For modified calibration methods, the values of and yielded absorbed dose values between 0.977 – 1.005 cGy/MU and 0.980 – 1.009 cGy/MU, respectively. Dose ratios of the modified methods compared to TRS-398 ranged from 0.982 to 1.010, while ratios compared to TG-51 varied between 0.985 and 1.021. The average absorbed dose to water using and ranged from 0.984 – 0.996 cGy/MU and 0.986 – 0.997 cGy/MU, respectively. The results were also compared with previous studies to demonstrate that the modified calibration methods closely align with the established protocols, with discrepancies within the IAEA’s ±2% tolerance threshold. The study highlights the importance of cross-calibration in ensuring the accuracy and reliability of modified electron beam calibration methods. These findings suggest that the modified approaches can serve as effective alternatives to traditional protocols, potentially enhancing dosimetric precision and flexibility in clinical radiotherapy settings.

Dosimetri berkas elektron yang akurat sangat penting untuk perawatan radioterapi yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi metode kalibrasi berkas elektron yang dimodifikasi melalui analisis kalibrasi silang yang komprehensif terhadap protokol IAEA TRS-398 dan AAPM TG-51. Linac Trilogi Varian dengan energi berkas elektron 6, 9, 12, 15, dan 18 MeV digunakan untuk melakukan penilaian dosimetri menggunakan ruang ion silinder (FC65-G dan CC13) dan pelat paralel (PPC40). Metode sekuensial digunakan untuk kalibrasi silang pada 18 MeV, dengan masing-masing kamar ionisasi berperan sebagai referensi dan lapangan menurut protokol TRS-398 (menghasilkan faktor koreksi kalibrasi ) dan TG-51 (menghasilkan faktor koreksi kalibrasi ). Rasio dan dibandingkan dengan faktor koreksi kalibrasi dari SSDL Indonesia ( ) berkisar antara 0,990 hingga 1,020. Dosis serap pada medium air per unit monitor (cGy/MU) dihitung pada kedalaman maksimum. Untuk metode kalibrasi termodifikasi, nilai dan menghasilkan nilai dosis serap masing –masing antara 0.977 – 1.005 cGy/MU dan 0.980 – 1.009 cGy/MU. Rasio dosis metode termodifikasidibandingkan dengan TRS-398 berkisar dari 0,982 ke 1,010, sementara rasio dibandingkan dengan TG-51 bervariasi antara 0.985 dan 1,021. Rata-rata dosisserap untuk menggunakan air dan berkisar masing-masing dari 0.984 – 0.996 cGy/MU dan 0.986 – 0.997 cGy/MU. Hasilnya juga dibandingkan dengan penelitian sebelumnya untuk menunjukkan bahwa metode kalibrasi termodifikasii sangat selaras dengan protokol yang ditetapkan, dengan perbedaan dalam ambang toleransi ±2% IAEA. Studi ini menyoroti pentingnya kalibrasi silang dalam memastikan akurasi dan keandalan metode kalibrasi berkas elektron yang dimodifikasi. Temuan ini menunjukkan bahwa pendekatan yang dimodifikasi dapat berfungsi sebagai alternatif yang efektif untuk protokol tradisional, berpotensi meningkatkan presisi dosimetrik dan fleksibilitas dalam pengaturan radioterapi klinis."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>