Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120136 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hidayat
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S35389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoseph Arya Dewanto
"Pembangunan kapal di Indonesia sarnpai saat ini masih kalah bersaing dibandingkan dengan negara-negara tetangga antara lain Korea Selatan, Singapura, Malaysia dan Cina. Salah satu masalah yang dihadapi galangan-galangan kapal di Indonesia adalah tidak tepat waktu penyelesaian dalam pembangunan suatu kapal karena banyak faktor yang mempengaruhi sistem produksi pembangunan kapal tersebut, antara lain adalah tidak tepatnya sistim produksi yang digunakan dan juga terbatasnya fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki galangan kapal tersebut.
Beberapa galangan kapal di Indonesia sudah menggunakan metode sistim blok dalam pembangunan badan kapalnya saja tetapi tidak termasuk outfitting (peralatan) perkapalan dan sistim pemipaannya. Untuk pemasangan sistem pemipaannya, galangan kapal di Indonesia masih menggunakan sistim on board atau melakukan pemasangan pemipaan setelah pekerjaan konstruksi badan kapal selesai. Hal ini adalah salah satu yang membuat larnanya waktu pembangunan kapal sedangkan di negara-negara lain sudah menggunakan sistim modul dengan outfitting sehingga produktivitas pembangunan kapalnya meningkat.
Untuk itu penulis akan menganalisa suatu sistem produksi yang ditinjau dari segi efisien waktunya dalam perhitungan kebutuhan jam kerja (manhour) yang dibutuhkan dari kedua sistem tersebut. Untuk contoh kasus, penulis mengambil suatu basil produksi yang sudah dilakukan di galangan kapal X Jakarta yaitu kapal Tanker 1500 DWT dengan pembangunan sistem pemipaan di kamar mesinnya masih menggunakan sistem on board dan akan dihitung efisien waktunya menggunakan sistim modul dengan metode Advanced Outfitting dalam sistem pemipaan di kamar mesin kapal Tanker 1500 DWT tersebut.
Dan hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa sistim modul dengan menggunakan metode Advanced Outfitting akan dapat meningkatkan produktivitas galangan kapal ditinjau dari segi efisiensi waktunya.

The main reason why the Indonesian shipyards can not compete with its neighboring country such as South Korea, Singapore, Malaysia and Cina is because of the accuracy of the finishing time in manufacturing the ship that is usually not on schedule. There are a lot of factor that give influence to why the ship building is usualy not on schedule. It could be because of the ship building company is not using the appropriate production system and may also because of the company's structure and infrastructure facilities are very limited.
There are several Indonesian shipyards that are already using the "on block system method" in the building of ship's hull. While assembling the piping system, most of the Indonesian shipyards are still using the on-board system and that is assembling the pipe after the hull block construction work is done. That is one of the reason why the building ship in Indonesia takes a long time. Other countries today is using the outfitting module systems that makes the shipbuilding productivity more efficient in time.
This thesis is about analyzing production system for a Tanker Vessel of 1500 DWT in one of Jakarta's shipyard on the time efficiency and manhour point of view. Nowadays, Tanker Vessel of 1500 DWT production is still using the on-board system to assemble the pipe in the engine room. In this thesis the time efficiency for Tanker Vessel of 1500 DWT building using the module system with Advanced Outfitting method is calculated.
The whole research has showed us that modular system method on time efficiency and man hour point of view using Advanced Outfitting method may increase the ship building efficiency and productivity of time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T1487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Ahmad Fauzan
"Penelitian ini mengeksplorasi penerapan algoritma Ant Colony Optimization (ACO) yang dilengkapi dengan algoritma pencarian A* untuk memecahkan masalah tata letak di galangan kapal, guna meningkatkan produktivitas dan meminimalkan biaya operasional, terutama penanganan material. Menurut Dorigo et al. (1996), ACO adalah teknik probabilistik yang terinspirasi dari perilaku semut dalam mencari makan dan cocok untuk optimasi kombinatorial. Algoritma pencarian A*, seperti yang dijelaskan oleh Hart et al. (1968), adalah algoritma pencarian terbaik-pertama yang menemukan jalur biaya terendah menggunakan heuristik. Penelitian ini memodelkan galangan kapal sebagai masalah optimasi yang kompleks, dengan fokus pada biaya penanganan material. ACO digunakan untuk mengeksplorasi konfigurasi tata letak potensial, sementara algoritma pencarian A* diintegrasikan untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi. Melalui simulasi dan analisis data dunia nyata, pendekatan gabungan ACO dan A* menunjukkan peningkatan signifikan dalam efisiensi tata letak dan pengurangan biaya penanganan material. Studi ini berkontribusi pada bidang teknik industri dengan memperkenalkan pendekatan baru untuk optimasi tata letak galangan kapal dan menunjukkan potensi algoritma yang terinspirasi bio dalam menyelesaikan masalah teknik praktis.

This research explores the application of Ant Colony Optimization (ACO) algorithms, supplemented by A* search algorithms, to solve layout problems in shipyards to enhance productivity and minimize operational costs, especially material handling costs. According to Dorigo et al. (1996), ACO is a probabilistic technique inspired by ant foraging behavior, well-suited for combinatorial optimization problems. The A* search algorithm, as described by Hart et al. (1968), is a best-first search algorithm that finds the lowest-cost path using heuristics. This research models the shipyard as a complex optimization problem, focusing on material handling costs. ACO is used to explore potential layout configurations, while the A* search algorithm is integrated to improve efficiency and accuracy. Through simulations and real-world data analysis, the combined ACO and A* approach shows significant improvements in layout efficiency and reductions in material handling costs. This study contributes to industrial engineering by introducing a new approach to optimizing shipyard layouts and demonstrating the potential of bio-inspired algorithms in solving practical engineering problems."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Anasyaira Khairunisa
"Proses nesting merupakan salah satu proses yang sangat krusial pada produksi pembuatan kapal. Nesting bertujuan untuk mengatur dan mengoptimalkan penggunaan material selama tahap pemotongan pelat. Bentuk pelat yang sudah dilakukan marking akan ditata pada pelat baja sebagai material dasar dengan tujuan untuk meminimalkan limbah material dan mengurangi biaya produksi. Persaingan industri galangan kapal saat ini pun semakin kompetitif meskipun pasarnya semakin naik, tetapi juga banyak bermunculan galangan kapal baru lainnya yang saling berkompetisi. Sehingga, salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk bisa bertahan di industri ini adalah dengan melakukan optimasi. Salah satunya melakukan optimasi pada nesting, dimana metode ini didesain berbasis komputasi karena dapat memberikan solusi berupa susunan layout nesting yang optimal dengan waktu yang singkat. Penelitian ini dilakukan dengan proses komputasi untuk optimasi tata letak bentuk potongan pada nesting. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Branch and Bound. Terdapat beberapa kriteria yang digunakan dari branching dan bounding untuk meningkatkan efisiensi produksi dan akurasi pada proses optimasi. Hasil penelitian ini memberikan susunan layout nesting yang paling optimum dan nilai yield rate yang lebih tinggi dibandingkan dengan nesting yang dilakukan secara manual oleh desainer. Layout nesting paling optimum ini memberikan nilai yield rate sebesar 69%.

The nesting process is one of the most crucial processes in shipbuilding production. Nesting aims to regulate and optimize the use of materials during the cutting phase of the plate. The forms of the plates that have already been marked will be placed on the steel plate as the base material with the aim of minimizing material waste and reducing production costs. Today's competition in the shipbuilding industry is increasingly competitive despite the rising market, but there are also many other new shipbuilders that compete with each other. So, one of the steps that can be taken to survive in this industry is to do optimization. One of them performed optimization on nesting, where this method is computational because it can provide an optimal nesting layout solution in a short time. This research was done using a computational process to optimize the shape layout of the piece on the nesting. The method used in this research is Branch and Bound. There are several criteria used from branching and bounding to improve production efficiency and accuracy in the optimization process. The results of this study provide the most optimal nesting layout arrangement and higher yield rate values compared to nesting performed manually by the designer. The most optimum nesting layout gives a yield rate of 69%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Budiyanto
"Industri perkapalan adalah sebuah industri padat modal dan padat karya yang ikut menopang perkembangan Industri di Indonesia. Industri perkapalan melakukan kegiatannya yaitu pembuatan kapal dan reparasi kapal dan memiliki resiko yang beragam, salah satu resiko yang penting adalah resiko penurunan kualitas lingkungan galangan kapal akibat banyaknya kapal yang direparasi di atas Dok.
Manajemen resiko di Industri galangan Kapal adalah manajemen pengalihan resiko yang mampu mengelola bahaya potensi resiko lingkungan dalam bentuk Asuransi Lingkungan Analisa pengalihan resiko lingkungan ditentukan dari faktor-faktor analisa resiko (nilai resiko) estimasi resiko (karakteristik resiko) dan permodelan asuransi lingkungan (preventive cost & risk based margin) dengan menggunakan metode SAST (Strategic Assumption Surfacing and Testing) dan metode PPA (Participatory Perspectives Analysis) dan hasilnya faktor resiko terbesar adalah faktor penggerak yaitu risiko pencemaran galangan akibat sandblasting dalam proses reparasi kapal yang diikuti faktor pengungkit yaitu limbah cat, karat, tritip dan lain-lain.
Model asuransi lingkungan progresif adalah yang terbaik untuk pengalihan resiko lingkungan di dalam reparasi kapal dengan membangun instalasi Dok yang ramah lingkungan yaitu Instalasi Graving Dok. Waterblasting dan cat antifouling yang ramah lingkungan dan pembebanan preventive cost terhadap stakeholder atau dapat menggunakan rumus atau formula biaya premi Asuransi Lingkungan yang dibebankan kepada kapal-kapal yang melakukan kegiatan reparasi di atas Dok.

The shipyard industry is a capital- and labour-intensive industry, which also supports Indonesia?s industrial development. In carrying out its activities, which include shipbuilding and ship repair works, the shipyard industry is challenged by a number of risks, one of the crucial ones being the risk of deterioration of the shipyard environmental quality due to the great number of ships repaired in the docks.
Risk management practice in the Shipyard Industry involves transferring risks to manage potential environmental risk threats through the use of Environmental Insurance. Environmental risk transfer analysis is determined by risk analysis factors (risk values), risk estimates (risk characteristics), and environmental insurance modeling (preventive cost & risk-based margin) using SAST (Strategic Assumption Surfacing and Testing) and PPA (Participatory Perspectives Analysis) methods. The results demonstrate that the biggest risk factor - also a driving factor - is the risk of shipyard contamination due to the sandblasting process in a series of activities in ship repair, followed by leverage factors, which are paint wastes, rust, barnacles, and others.
The most suitable progressive environmental insurance model for environmental risk transfer within the scope of ship repair suggests the installation of environmentally friendly docks, namely Graving Docks. Water blasting, the use of environmentally friendly antifouling paints, or charging preventive costs to stakeholders may be calculated based on the Environmental Insurance premium calculation formula and are charged to ships repaired on such docks.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kainalu Malik Santoso
"Galangan kapal memiliki peran penting dalam mendukung industri maritim dan memberikan dampak signifikan pada perekonomian suatu negara. Dalam operasionalnya, tata letak fasilitas galangan sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan biaya produksi. Material handling cost merupakan komponen utama dalam perencanaan tata letak fasilitas, mencakup 30%-70% dari biaya produksi total. Optimasi tata letak galangan kapal menjadi sangat penting untuk mengurangi biaya ini dan meningkatkan produktivitas, terutama dengan mempertimbangkan perkembangan ukuran kapal dan penggunaan material berat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan tata letak galangan kapal yang optimal dengan meminimalisir material handling cost menggunakan dua metode: Brute dan Simulated Annealing (SA). Metode SA merupakan algoritma optimasi yang memanfaatkan probabilitas dan mekanika statistik untuk mencapai solusi optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode SA lebih efektif dan efisien dibandingkan metode Brute dalam mengurangi material handling cost, dengan penurunan yang lebih signifikan dan proses yang lebih stabil. Implementasi kedua metode menggunakan bahasa Python dalam Visual Studio Code membuktikan bahwa metode SA dapat mencapai pengurangan material handling cost yang lebih besar, sehingga memberikan solusi tata letak galangan yang lebih optimal dan sistematis.

Shipyards play a crucial role in supporting the maritime industry and have a significant impact on a country's economy. The layout of shipyard facilities is essential for optimizing productivity and reducing production costs. Material handling cost is a major component of facility layout planning, accounting for 30%-70% of total production costs. Optimizing shipyard layouts is vital for reducing these costs and enhancing productivity, particularly given the increasing size of ships and the use of heavy materials. This research aims to achieve an optimal shipyard layout by minimizing material handling costs using two methods: Brute and Simulated Annealing (SA). SA is an optimization algorithm that leverages probability and statistical mechanics to reach an optimal solution. The study's findings indicate that SA is more effective and efficient than the Brute method in reducing material handling costs, with more significant reductions and a more stable process. The implementation of both methods using Python in Visual Studio Code demonstrates that SA can achieve greater reductions in material handling costs, thus providing a more optimal and systematic shipyard layout solution."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Peter Kolbert
"Manajemen operasional merupakan hal yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan dalam suatu industri galangan kapal. Pengembangan dan penyusunan model pada manajemen risiko akan dilakukan agar pembangunan kapal lebih efisien dalam segi waktu dan juga biaya. Langkah yang dilakukan dalam melakukan manajemen risiko tersebut adalah dengan cara melakukan konsep IIAR yaitu: (1) Identification, melakukan identifikasi yaitu identifikasi lokasi, waktu, sebab, dan proses terjadinya peristiwa risiko yang dapat menghalangi, menurunkan, menunda, atau meningkatkan tercapainya pekerjaan di galangan tersebut; (2) Inventory of data,melakukan pengumpulan data yang mendukung dalam pengidentifikasian segala risiko yang ada, mulai pada saat penyerahan dokumen rancangan dari owner hingga pada saat kapal ereksi (erection); (3)
Analyze (assessment) adalah melakukan analisa diantaranya dengan cara schedule risk menggunakan pendekatan model matematis, analisis yang dilakukan dengan pengurangan schedule risk pada management proyek, menggunakan database, menggunakan cost risk dan schedule risk dalam analisis risiko; dan (4) Result atau hasil yang didapat setelah melakukan penilaian risiko, peringkat risiko, identifikasi peringkat risiko, dan pengontrolan risiko yang termasuk mitigasi risiko di dalamnya.

Operational management is very important and should not be ignored in a shipbuilding industry. Development and modeling in risk management should be applied to make the construction of vessel is more efficient in terms of time and costs. the first step in the risk management is concepting IIAR: (1) Identification, is identifying of the location, time, cause, and the process of the happen of risk that may block, degrade, delay, or increase the aim of work in the shipyards; (2) Inventory of the data, perform of collecting data that supports the identification of all the risks that exist, starting at the submission of the draft document from the owner until the ship erection; (3)
Analyze (assessment) is analyzing by schedule risk using a mathematical model approach, the analysis conducted by the reduction of schedule risk on project management, using the databases, using cost risk and schedule risk in the risk analysis; and (4) Result, is the results obtained after conducting a risk assessment, risk ratio, identification of risk rating, and control risks including risk mitigation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani Wulandari
"Pada perencanaan pembangunan Kawasan Industri Maritim di Tanggamus terdapat 4 jenis golongan industri yang saling berkaitan mendukung industri inti yaitu industri perkapalan. Salah satunya adalah industri pendukung. Industri pendukung menyediakan material yang kemudian diolah lagi oleh galangan untuk membangun kapal. Material plat sebagai bahan pembuat utama bangunan baru seringkali mengalami keterlambatan dalam pengadaannya karena berbagai faktor.
Untuk pembangunan tahap 1 selama 5 tahun ke depan, kebutuhan aliran material plat per tahun untuk 1 galangan besar, menengah dan kecil adalah 46.000 ton/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dibutuhkan 1 industri fabrikasi dengan luas 1.81 Ha. Dengan dibangunnya industri pendukung di KIM, aliran rantai pasok material dapat dipersingkat, jarak pengiriman menjadi 1/23 dibandingkan dengan tanpa pembangunan industri fabrikasi dan mengurangi kemungkinan hambatan yang ada. Mutu dari kualitas material juga lebih terjaga karena industri lebih fokus dan proses produksi dapat berlangsung terus menerus.

In the development of Maritime Industrial Cluster in Tanggamus there are 4 types of industries that are connected each other to support shipyards as the core industry. One of them is the supporting industry. Supporting industries provide the materials that will be processed by shipyards to build ships. Due to several factors, delays often occur in shipping plates as the main material to build ships.
For the first stage development in 5 years, the material needs for one large capacity shipyards, medium capacity shipyards and small capacity shipyards is approximately 46.000 tons per year. To fulfil the needs, one fabrication industry with area of 1.81 Ha is needed to be build. With the existence of fabrication industry in Maritime Industrial Cluster, the supply chain flow of materials can be shorten, the shipping distance become 1/23 of the conventional one. It also decreases the chances of obstacles that can be happen. The industry also become more focus in preserving the quality of material and the production process can be occured continuously.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghulam Tulus Pambudi
"Kebutuhan akan armada transportasi laut yang kian meningkat dalam beberapa tahun terakhir menuntut industri perkapalan untuk membangun kapal niaga yang berukuran semakin besar. Hal tersebut mendorong pihak galangan kapal, atau pihak swasta yang baru akan membangun galangan kapal, untuk dapat melakukan perencanaan tata letak fasilitas galangan kapal yang semakin baik dan optimum. Peningkatan kualitas desain pada tata letak galangan kapal diharapkan dapat memberikan peningkatan efisiensi pada proses produksi kapal. Salah satu metode untuk meningkatkan kualitas desain galangan kapal ialah metode desain berbasis komputasi karena dapat memberikan opsi desain atau solusi dengan jumlah yang sangat banyak namun dalam waktu yang singkat. Penelitian ini melakukan proses komputasi untuk optimasi desain konfigurasi tata letak galangan kapal dengan dua objektif yakni material handling costs (MHC) dan total of layout space (TLS). Metode yang digunakan dalam proses evolusi konfigurasi dalam penelitian ini ialah NSGA-II (Non-dominated sorting genetic algorithm – II). Setelah itu, konversi dari genotip menuju fenotip ialah menggunakan metode semi-flexible bay structure. Hasil penelitian ini memberikan 6 opsi layout dari pareto-optimal solutions pada iterasi terakhir, dan salah satu opsi layout terpilih sebagai layout terbaik berdasarkan kalkulasi crowding distance. Opsi optimum yang terpilih memiliki MHC sebesar 150505.0 ton.meter dan TLS sebesar 800 m2.

In recent years, the increasing need for maritime transportation fleets has required the shipbuilding industry to build increasingly larger commercial vessels. This encourages shipyards or private parties just starting to build a shipyard to plan a better and more optimal layout of shipyard facilities. Improving the shipyard layout's design quality is expected to increase efficiency in the ship production process. One method for improving the quality of shipyard design is a computational-based design method because it can provide a huge amount of design options or solutions quickly. This research uses a computational process to optimize the shipyard layout configuration design with two objectives: material handling costs (MHC) and total of layout space (TLS). The method used in the configuration evolution process in this research is NSGA-II (Non-dominated sorting genetic algorithm – II). After that, the conversion from genotype to phenotype uses the semi-flexible bay structure method. The results of this research provide six layout options from Pareto-optimal solutions in the last iteration, and one of the layout options was selected as the best layout based on crowding distance calculations. The optimal option selected has an MHC of 150505.0 tons.meter and a TLS of 800 m2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandy Kurniawan
"ABSTRAK
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan lautan yang
terbentang diantara daratan. Kontribusi kapal sebagai alat transportasi utama
penghubung antar pulau, meningkatkan taraf hidup masyarakat serta kemajuan
pembangunan nasional merupakan salah satu alasan perlunya pedoman
peningkatan kemampuan galangan untuk menghasilkan pembangunan kapal-kapal baru. Peneliti menggunakan metode Objective Matrix (OMAX) untuk
menentukan faktor Internal yang mempengaruhi Produktivitas Galangan
selanjutnya untuk menentukan strategi digunakan Metode SWOT, dimana setiap
Indikator diantaranya Efektivitas, Efisiensi dan Inferensial serta Ratio yang sudah
ditetapkan dalam faktor produksi dapat di kembangkan dengan mengetahui
permasalahan disetiap indikatornya. Sehingga dapat memberikan masukan dalam
proses produksi untuk meningkatkan daya saing perusahaan dalam peningkatan
Industri Kapal Nasional. Dengan menggunakan Metode OMAX didapatkan nilai
Index Produktivitas pada tahun 2013 hingga 2018 dengan nilai berturut turut
102.82%, 97.74%, 107.63% 92.66%, 70.62%, 59.04%, dengan menggunakan
Metode SWOT didapatkan bahwa Industri tersebut terdapat pada Kuadran I
Progresif yang bernilai Positif dengan nilai IFE sebesar 0.64 dan EFE sebesar 0,96.

ABSTRACT
Indonesia is the worlds biggest archipelagic country with oceans spreading across
the nation. The contribution of ships as the main transportation between islands,
means to enhancing living standards and advancing national development is one of
the reasons for the need to have guidelines for shipyard capability improvement to
produce new ships. The researcher used the Objective Matrix (OMAX) method to
determine the internal factors that influence the next Shipyard Productivity, to
determine the strategy used the SWOT Method, where each Indicator including
Effectiveness, Efficiency and Inferential and the Ratio set in the production factor
can be developed by knowing the problems in each indicator. In order to be able to
provide feedback in the manufacturing process to enhance the competitiveness of
businesses in enhancing the National Ship Industry. Using the OMAX Method, the
productivity index values obtained in 2013 to 2018 with values respectively
102.82%, 97.74%, 107.63% 92.66%, 70.62%, 59.04%, using the SWOT Method
discovered that the Industry is in Progressive Quadrant I which has Positive value
with an IFE value of 0.64 and EFE of 0.96.
"
2019
T53838
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>