Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152500 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Thomas Andreas Kadi
"ABSTRAK
Proses penurunan kelembaban udara sudah lama
dikembangkan. Alat ini dinamakan dehumidifier. Sistim dari dehumidifier
juga bervariasl. Sistim dehumidifier ini dibatasi dengan menggunakan sistim
cairan (liquid desiccant dehumidifier) dengan dibuat penyemprot cairan itu,
cairan ini biasanya larutan garam kuat, penulis menggunakan larutan garam
NaCI sebagai bahan penyerap cairnya.
Dehumidifier bekerja sepanjang entalpi konstan, udara yang dingin
dirubah menjadi panas dengan entalpi yang sama. Dalam proses menaikkan
temperaturnya berarti juga menaikkan tekanan uap air saturasi serta
kelembaban relatifnya dengan tidak merubah jumlah aktual airnya.
Sistim dehumidifier ini dengan menggunakan energi panas
(perbedaan temperatur), artinya terjadi perpindahan panas antara udara
dengan larutan.
Keuntungan sistim ini udara menjadi lebih bersih atau steril bebas
jamur dan bakteri, kerugiannya terletak pada sifat korosinya bahan
penyerap itu sendiri mengingat larutan garam kuat.
Untuk memudahkan analisa dibuat modelnya dengan sistim aliran
silang kontak langsung dengan cara disemprotkan dengan spray lalu
dianalisa dengan persamaan-persamaan matematis disimulasikan ke
program komputer dengan dianalisa hubungan antara parameter-parameter
pada model serta kinerja dari dehumidifier tersebut.
Simulasinya dihasilkan nilai penurunan rasio kelembabannya sesuai
dengan teori sebesar 4-5 g H20/kg udara kering."
1995
S36129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koresy Mangaraja Yanpieter
"ABSTRAK
Perbedaan konsentrasi yang ditambahkan pada baja karbon rendah mempengaruhi perilaku inhibisi ekstrak ubi ungu dalam larutan NaCl kadar 3,5% pada temperatur 500C telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode kehilangan berat. Ekstrak ubi ungu sebagai green inhibitor digunakan karena mengandung senyawa antioksidan yang dapat menghambat laju korosi. Pada penelitian ini, waktu perendaman sampel baja karbon rendah untuk semua konsentrasi sama, yaitu selama 4 hari. Hasil penelitian menunjukkan ubi ungu sebagai inhibitor korosi efektif untuk baja karbon rendah dalam larutan NaCl kadar 3,5% pada temperatur 500C, karena dapat menghambat laju korosi secara cukup baik dengan efisiensi sebesar 21,3-31,27 % dengan penambahan konsentrasi ekstrak ubi ungu sebesar 4-6 ml.

ABSTRACT
The differences of concentration were added on low carbon steel affecting the behavioral inhibition of purple sweet potato in NaCl solution levels of 3,5% has been investigated using weight loss method. Purple sweet potato extract as green inhibitor is used because contains of antioxidant compounds that can be inhibiting the corrosion rate. In this experiment, the immersion time of low carbon steel for all the conditional concentrations are equal, it?s about 4 days. Results of this experiment showed that purple sweet potato extract as corrosion inhibitor is effective for low carbon steel in NaCl solution levels of 3,5% at temperature 500C because can be inhibiting corrosion rate fairly with an efficiency of 21,3-31,27% with addition concentration of purple sweet potato are 4-6 ml. "
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S882
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dodik Budiarto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasasta Adhistana
"LATAR BELAKANG : Manajemen cidera dan penyakit pada tangan membutuhkan intervensi bedah dan non-bedah yang baik dan teliti untuk mencapai restorasi anatomi dan fungsional yang optimal. Saat ini penggunaan tourniquet kimia dengan epinephrin mulai mengantikan touniquet udara untuk operasi tangan sadar penuh menggunakan infiltrasi lokal ke tempat pembedahan sebagai metode dari pembiusan lokal. Berbagai jenis spuit dan jarum dapat digunakan untuk infiltrasi bius lokal. Untuk mengeluarkan larutan dari spuit ke jaringan membutuhkan gaya yang spesisfik. Ada 2 jenis gaya yg digunakan untuk mengeluarkan larutan dari spuit: (1) untuk gerakan awal dari piston (PBF: plunger-stopper break loose force), (2) gaya untuk mempertahankan laju piston (DGF: dynamic gliding force). Kedua gaya tersebut dipengaruhi oleh diameter spuit dan jarum, dan juga viskositas larutan. Tujuan dari studi ini untuk memberikan kombinasi yang terbaik antara spuit dan jarum suntik yang membutuhkan tenaga yang minimal untuk mengeluarkan larutan dari spuit.
METODE : Untuk menjelaskan aspek fisik dan mekanik mengenai gaya yang dibutuhkan untuk infiltrasi bius lokal pada kombinasi spuit dan jarum, kami mengunakan spuit 1cc, 3cc, 5cc, 10cc dan 20cc serta jarum suntik asli dari kemasan, jarum 27-Gauge, jarum spinal 27-Gauge, dan jarum 30-Gauge. Setiap kombinasi spuit dan jarum dilakukan sebanyak 3 kali. Kami telah melakukan total 60 tes pada kombinasi spuit dan jarum. Tes dilakukan dengan menggunakan mesin Instron 5940 dengan kecepatan 100mm/menit.
HASIL : Nilai PBF terdendah didapatkan pada kombinasi spuit 1cc dengan jarum 27-Gauge; nilai PBF tertinggi didapatkan pada kombinasi spuit 10cc dengan jarum 30-Gauge. Nilai DGF terendah didapatkan pada kombinbasi spuit 1cc dengan jarum pada kemasannya; nilai DGF tertinggi didapatkan pada kombinasi spuit 20cc dengan jarum 27-Gauge needle. Kombinasi spuit 20cc dengan jarum 27-Gauge membutukan gaya sebesar 25,33 N untuk PBF dan 113,367 N buat DGF. Gaya ini 33x lebih tinggi untuk PBF dan 324x lebih tinggi untuk DGF pada spuit 1cc. Ketika kita menggunakan spuit 3cc dengan jarum27-Gauge, makan akan membutuhkan gaya 5,8x lebih inggi pada PBF dan 24,8x lebih tinggi pada DGF. Pada spuit 5ccdenga kombinasi jarum 27-Gauge, perlu gaya 2,4 kali lebih tinggi pada PBF dan 5,8 kali lebih tinggi pada DGF. Untuk jarum suntik 10cc, maka akan membutuhkan gaya 5,8 lebih tinggi di PBF dan 2,6 lebih tinggi pada DGF.
SIMPULAN : Kombinasi terbaik dari spuit dan jarum suntik untuk memasukan larutan bius lokal adalah yang membutuhkan PBF dan DGF yang rendah yang terdapat pada spuit 1cc dan jarum yang berada pada kemasannya. Hal lain yang harus dipertimbangkan adalah kekuatan individual tangan dokter bedah untuk memenuhi beban fisiologis dan ergonomis bersama dengan gaya yang rendah untuk menjalankan operasi.

BACKGROUNDS : Management of hand injury or disease needs meticulous surgical intervention as well as tender loving non-surgical intervention to reach optimal goals which are anatomical restoration and good functional outcome. The application of chemical tourniquet using epinephrine has begun to replace the use of pneumatic tourniquet. Wide-awake hand surgery uses local infiltration to the surgical site as the method of anesthesia. Different types of syringe can be used to administer the tumescent solution. Injection of the tumescent solution in the syringe requires a specific force to eject the solution into the tissue. There are two types of power used in syringe: (1) for initial movement of the syringe?s piston which is known as plunger-stopper break loose force (PBF) and (2) the power to maintain the sustaining or the forward motion of the piston which is known as dynamic gliding force (DGF). Both of these forces are affected by the diameter of the needle and syringe, and also the viscosity of the tumescent solution as well. The purpose of this studyis to data for describing the best combination of syringe and needle which requires the least force.
METHODS : To elaborate the physical and mechanical aspect regarding the power and force in the combination of needle and syringe used for local anesthesia injection, we use 1cc, 3cc, 5cc, 10cc and 20cc syringe with original needle from packaging, 27-Gauge needle, 27-Gauge spinal needle, and 30-Gauge needle. We have performed 60 test of syringe and needle combination. Each combination was tested in triplet data using Instron 5940 Series testing systems, in 100mm/minute velocity.
RESULT : The lowest PBF value was performed by the combination of 1cc syringe and 27-Gauge Needle; and the highest PBF value was achieved by the combination of 10cc syringe and 30-Gauge Needle.The lowest DGF value was measured in the combination of 1cc syringe and original needle. And the highest DGF value was performed by the combination of 20cc syringe and 27-Gauge needle. The 20cc syringe needs 25.33 Newton for PBF and 113.367 Newton for DGF. These forces are 33 times higher for PBF and 324 times higher for DGF, if we use the 1 cc syringe. When we choose 3cc syringe and 27-Gauge needle, it will need 5,8 times higher in PBF and 24,8 times higher in DGF. Another option of syringe is 5cc syringe, that will need 2,4 times higher in PBF and 5.8 times higher in DGF. For 10cc syringe, it will need 5.8 higher in PBF and 2.6 higher in DGF.
CONCLUSIONS : The best combination of syringe and needle that required the least force (PBF and DGF) for hand and digit surgery are 1 cc syringe and original needle. Another thing to be considered is the individual power of the Surgeon?s hand to meet the physiologic and ergonomic burden along with the initial and maintenance force needed through the operations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S40656
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Berdasarkan data dari Biro Pusat Statitik dan UNICEF dalam survey nasional tentang GAKI pada tahun 1995 menyebutkan bahwa hampir semua propinsi di lndonesia rata- rata penduduknya mengalami kekurangan iodium. Hal
ini disebabkan oleh kandungan iodium dalam garam konsumsi tidak cukup
memadai sesuai dengan persyaratan SNI yaitu sebesar 30-80 ppm. Selain itu, kurangnya iodium dapat disebabkan karena adanya iodium yang hilang dari permukaan garam. Kestabilan iodat dalam garam merupakan salah satu parameter yang penting dalam menentukan persyaratan kandungan kalium iodai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komposisi sulfit dalam garam dan kemampuannya dalam hal mereduksi iodat menjadi iodida Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metoda titrasi iodometri untuk mengetahui kandungan iodat dalam garam dan metoda spektrofotometri untuk mengetahui kandungan sulfit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kandungan sulfit mempengaruhi kccepatan pengurangan iodat dalam gararn akibat reaksi reduksi oksidasi. Kecepatan pengurangan iodat semakin bertambah seiring dengan meningkatnya kosentrasi sulfrt dalam garam Selain itu, tingkat keasaman gararn juga ikut mempengaruhi kecepatan pengurangan iodat.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan Yusuf
"Peralatan dan pipa pada instalasi pengolahan minyak dan gas bumi banyak berhubungan (contact) dengan gas CO2 dan H2S serta fluida-fluida kimia lainnya yang sangat korosif. Data-data hasil pengukuran seperti suhu, tekanan operasi, pH, kecepatan aliran fluida, komposisi dan jenis fluida serta data-data proses lainnya merupakan dasar dari penilaian korosi dan pemilihan jenis material yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kandungan klorida terhadap kenaikan laju korosi pada baja karbon A106 dalam fluida yang tersaturasi gas CO2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah standard ASTM G 31-72 dan NACE Standard RP 0775-99 dimana pengujian ini didasarkan pada pengujian kehilangan berat (weight loss test). Material sampel yang digunakan adalah baja karbon A106. Larutan uji yang digunakan adalah larutan NaCl dengan konsentrasi 0,1%, 1% dan 3,5% kemudian dilakukan saturasi oleh gas CO2. Laju korosi meningkat secara tajam pada rentang konsentrasi NaCl diatas 1%. Peningkatan suhu larutan bersifat linier pada konsentrasi NaCL 0,1%, 1% dan 3,5%. Secara umum model yang dihasilkan pada penelitian ini cukup valid digunakan pada rentang konsentrasi NaCl 1% hingga 3,5% pada rentang suhu 30°C sampai dengan 90°C.

Both pipes and equipments in oil and gas refineries directly contact with acid gas such as CO2 and H2S and other corrosive components. Measured data of pH, temperature, operating pressure, fluid velocity and type or fluids composition is basic data for corrosion assesment and selection materials. The goal of this research is investigate the effect of chloride content in fluids toward corrosion rate on carbon steel in sytem with CO2 saturated. This research using ASTM G31-72 and NACE Standard RP 0775-99 where the test of specimen based on weight loss test. Type of material sample are carbon steel A106. The Solution is NaCl solution with concentration about 0,1%, 1% and 3,5%. Afterwards the solution is saturated with CO2. Corrosion rate increase rapidly in the range of NaCl concentration above 1%. Increasing temperature of solution is linear function in the range of NaCl concentration between 0,1% to 3,5%. Generally, the model in this research is valid in the range of NaCl concentration between 1% to 3,5% and temperature between 30°C to 90°C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21393
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Hadiqah
"Pengecoran merupakan salah satu metode untuk memproses paduan aluminium sehingga menghasilkan produk. Parameter penting yang dapat menentukan kualitas produk hasil pengecoran adalah kemurnian dan sifat mekanis. Dalam proses pengecoran, kelarutan gas hidrogen dan reaktivitas aluminium terhadap atmosfer akan mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan temperatur dan dapat mengakibatkan cacat porositas serta inklusi yang akan berpengaruh pada kebersihan produk hasil cor dan menurunkan sifat mekanisnya. Untuk menghindari cacat pengecoran tersebut dapat dilakukan perlakuan dengan penambahan fluks. Pada penelitian dan literature review ini dilakukan studi pengaruh temperatur peleburan aluminium dengan perlakuan penambahan cleaning flux berbasis NaCl-KCl-Na2SiF6. Cleaning flux dibuat dengan variasi komposisi berdasarkan Na2SiF6 sebesar 5wt%, 10wt%, 15wt%, 20wt%. Material yang digunakan dalam literature review adalah paduan Al-Si-Cu dengan variasi temperatur peleburan 700oC, 740oC, 780oC, 790oC. Karakterisasi material dilakukan dengan menggunakan DSC, OM, SEM, perhitungan inklusi, pengukuran kepadatan dan pengujian tarik. Hasil penelitian dan literature review menunjukkan bahwa peningkatan komposisi Na2SiF6 dalam fluks akan menurunkan temperatur dekomposisi fluks dan meningkatkan efisiensi pengangkatan inklusi dalam aluminium cair. Kemurnian dan sifat mekanis tertinggi diperoleh pada temperatur peleburan 740oC.

Casting is one of methods for processing aluminum alloys to produce aluminum products. Important parameters that can determine the quality of casting products are purity and mechanical properties. In the casting process, the solubility of hydrogen gas and aluminum reactivity to the atmosphere will increase along with rising temperatures and can result in porosity defects and inclusions that will affect the cleanliness of the cast product and decrease its mechanical properties. To avoid casting defects can be treated with the addition of flux. In this research and literature review, a study on the effect of aluminum melting temperature with the addition of NaCl-KCl- Na2SiF6-based cleaning flux was carried out. Cleaning fluxes were made with composition variation based on Na2SiF6 of 5wt%, 10wt%, 15wt%, 20wt%. The material used in the literature review were Al-Si-Cu alloys with melting temperature variation of 700oC, 740oC, 780oC, 790oC. Material characterization was determined using DSC, OM, SEM, inclusion measurement, density measurement and tension testing. The results of the research and literature review show that increasing the composition of Na2SiF6 in flux decreases the flux decomposition temperature and increases the efficiency of removing inclusions in liquid aluminum. The highest purity and mechanical properties are obtained at melting temperature of 740oC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S48680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>