Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192508 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Dalam proyek konstruksi selain biaya, mutu, dan waktu, safety atau keselamatan dan kesehatan kerja juga telah menjadi salah satu sasaran dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Keberhasilan penerapan programkeselamatan dan kesehatan kerja yang terwujud dalam zero accident merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu proyek konstruksi. Sasaran dalam keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi angka kecelakaan kerja dalam hal tingkat keseringan terjadinya kecelakaan kerja (frequency rate) dan tingkat keparahannya (severity rate), yang dilakukan evaluasi setiap 1.000.000 jam kerja. Akan tetapi tingkat kecelakaan kerja yang terjadi pada industri konstruksi saat ini masih cukup tinggi dan cenderung meningkat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan identifikasi dan evaluasi mengenai faktor risiko dominan dalam keselamatan kerja pada proyek konstruksi bangunan gedung bertingkat, yaitu faktor risiko penyebab kecelakaan kerja yang sering muncul pada setiap peristiwa dan memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi (ekstrim). Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah Rekapitulasi Evaluasi Laporan K3 Bulanan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, selama periode bulan Januari 2006 sampai dengan Juni 2006. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh serta data primer melalui kuesioner penelitian, hasilnya akan dilakukan analisa kualitatif untuk mendapatkan faktor risiko dominan dan tingkat prioritas dari risiko dominan tersebut. Berdasarkan analisa yang telah dilaksanakan, maka dapat diketahui bahwa faktor risiko penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang dominan disebabkan oleh faktor manusia, yaitu karena faktor ketidakhati-hatian, tidak menggunakan APD, dan sikap acuh/tidak peduli yang dilakukan oleh pekerja konstruksi."
[Fakultas Teknik Universitas Indonesia, ], 2006
S35861
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mochamad Irfan Firdaus
"Konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Namun demikian, angka kecelakaan kerja pada sektor konstruksi masih terbilang cukup tinggi. Tingginya angka kecelakaan kerja disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah adanya anggapan bahwa biaya K3 terbilang tinggi dan hanya menjadi biaya tambahan proyek saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen biaya yang berpengaruh terhadap penerapan K3 pada proyek konstruksi sehingga akan menjadi petunjuk bagi kontraktor dalam mengestimasi besarnya biaya K3.
Metode analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan uji korelasi antara variabel X (komponen biaya) terhadap variabel Y (peningkatan kinerja penerapan K3). Terdapat beberapa komponen biaya yang mempunyai korelsi signifikan terhadap peningkatan kinerja penerapan K3, yaitu komponen biaya manajemen K3 (safety officer, safety coordinator, dan safety supervisor), komponen biaya keselamatan pada gedung (rambu K3, lampu penerangan, dan alat pemadam kebakaran), komponen biaya prosedur K3 (pelatihan pekerja, pemeriksaan kualifikasi pekerja, asuransi, kompensasi, pemeriksaan kesehatan pekerja, dan simulasi kecelakaan), komponen biaya keselamatan pada lapangan (scaffolding, safety net, railing, pembuangan sampah, dan alat kebersihan), serta komponen biaya keselamatan pada pekerja (APD). Besarnya biaya K3 berkisar 1-2% terhadap nilai kontrak proyek.

Construction is one of the activities in the field of economic, social, and culture that plays an important role in achieving various objectives to support the realization of national development goals.. However, number of work accidents in the construction sector is still high. The high number of work accidents is caused by several factors, one of which is the perception that the cost of safety is high and only the additional cost projects alone. This study aims to identify the cost components that affect the application of safety on construction projects that will be guidance for contractors in estimating the cost of safety.
Methods of analysis used in this study is to test the correlation between variables X (component costs) to variable Y (increase application performance of safety). There are several components that have significant correlation to the improvement of the performance of the application of safety, costs of safety management (safety officer, safety coordinator, and safety supervisor), costs of safety procedures (worker's training, qualification examination, insurance, worker?s compensation fund, worker?s medical examination, and simulated accident), costs of building safety (safety signage, lighting, dand fire fighting equipment), costs of site safety (scaffolding, safety net, railing, waste, and cleaning tools), and costs of worker's safety (Personal Protective Equipment). The amount of the cost of safety around 1-2% of the contract value of the project.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Albert Eddy Husin
"ABSTRAK
Keselamatan dan kesehatan kerja dalam bidang proyek konstruksi, merupakan suatu subyek yang oleh sebagian besar kalangan hanya dijadikan sebagai bahan percakapan selingan saja. Padahal fakta telah memperlihatkan bahwa bidang proyek konstruksi ini memang benarbenar merupakan industri yang berbahaya. Kegiatan Industri Proyek Konstruksi mempunyai sifat yang berbeda dengan industri lain, yaitu :
 Kegiatan lndustri terdiri dari bermacam-macam kegiatan yang rawan kecelakaan.
 Jenis - jenis kegiatannya sendiri tidak standar, sangat dipengaruhi oleh banyak faktor
luar seperti kondisi lokasi bangunan, cuaca, bentuk design, metode pelaksanaan dan
sebagainya.
 Perkembangan teknologi.
 Tingginya turn over tenaga kerja menjadikan masalah yang tersendiri.
 Banyak pihak-pihak yang terkait dalam proses konstruksi.
Oleh karena itu "Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Kegiatan Proyek Konstruksi Bangunan Bertingkat" merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proyek sesuai Biaya yang hemat, Waktu yang tepat, Mutu yang cermat dan Manusia berikut Bangunannya selamat adalah menarik untuk dipertimbangkan.
Penelitian ini melakukan analisis statistik terhadap sampel-sampel dalam bentuk questionnaire, yang memperlihatkan suatu basil bahwa kualitas penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) untuk :
Kinerja Biaya K-3 Proyek
Dengan model persamaan linier mempunyai pengaruh sebesar 83,2 %, dengan variabelvariabel penentunya adalah kualitas pengalaman kontraktor dalam penerapan program K-3, kualitas turn over personil proyek, kualitas sistem pengadaan sumber days manusia proyek dan kualitas sistem pelaporan dan evaluasi pelaksanaan program K-3.
Kinerja Kecelakaan Proyek
Dengan model persamaan Tinier mempunyai pengaruh sebesar 81,9 %, dengan variabelvariabel penentunya adalah kualitas perencanaan program K-3, kualitas sistem pelaporan dan evaluasi pelaksanaan program K-3, kualitas sistem pengadaan sumber daya manusia proyek, kualitas pengalaman kontraktor dalam penerapan program K-3 dan kualitas pengawasan pelaksanaan pekerjaan sesuai reneana kerja. Dan penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa penerapan program K-3 pads proyek mempunyai pengaruh postif dalam meningkatkan kinerja K-3 proyek, sehingga penerapan program K-3 pada proyek apabila dilakukan dengan baik dan benar akan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar untuk insdustri jasa konstruksi.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Junaedy
"Pengendalian biaya proyek, khususnya proyek konstruksi gedung bertingkat, dilakukan untuk meningkatkan kinerja biaya proyek, sehingga biaya pelaksanaan diharapkan lebih kecil dari biaya perencanaan.
Kebijakan sub kontrak harus dikelola, dikoordinasikan dan dikendalikan dengan baik, dimana kesalahan pada pengelolaan biaya sub kontrak dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan biaya (cost overrun) sub kontrak.
Dengan timbulnya cost overrun ini diperlukan suatu tindakan pengendalian penyebab terjadinya penyimpangan biaya tersebut, sehingga dapat meminimalisasi dampak yang ditimbulkannya yaitu dengan melakukan identifikasi dan mengkaji faktor-faktor dominan/significant yang menyebabkan terjadinya penyimpangan biaya dalam pengelolaan sub kontrak di proyek.
Upaya identifikasi penyebab terjadinya cost overrun menjadi sangat penting peranannya agar dapat lebih akurat dalam mengendalikan biaya terhadap penyimpangan yang terjadi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Yunadiesti
"Syarat penting untuk menuntun kepada keberhasilan suatu proyek adalah pengendalian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor waktu, biaya dan mutu. Pada umumnya proses pengendalian dalam setiap kegiatan konstruksi terdiri dari fungsi dari tiga langkah pokok, yaitu : (1) pengukuran, yang merupakan penetapkan standar kinerja; (2) evaluasi, pengukuran kinerja terhadap standar; dan (3) tindakan koreksi, yakni upaya pembetulan apabila terjadi penyimpangan terhadap standar yang diberlakukan. Pengendalian biaya proyek bertujuan untuk meningkatkan kiner a biaya proyek sehingga biaya aktual lebih kecil atau sama dengan biaya rencana. Pengendalian biaya proyek ini termasuk diantaranya adalah pengendalian biaya subkontraktor. Pengendalian terhadap penyimpangan biaya (cost overrun) pada pengelolaan subkontraktor dapat dilakukan dengan penerapan langkah-langkah tindakan koreksi yang sesuai sehingga tindakan koreksi efektif dan efisien dalam mengatasi penyimpangan biaya yang terjadi.
Rekomendasi tindakaa koreksi pengendalian biaya subkontraktor telah diidentifikasi dari penelusuran dampak dan penyebab penyimpangannya pada penelitian sebelumnya. Rekomendasi tindakan koreksi ini masih memerlukan langkah-langkah tindakan koreksi yang jelas. Dengan bantuan Metode Delphi maka penelitian ini akan mengidentiftkasi langkahlangkah rekomendasi tindakan koreksi tersebut dengan menghimpun langkah-langkah tindakan koreksi yang berbeda-beda dari setiap pakar untuk selanjutnya dilakukan analisis dan pengambilan rekomendasi langkah-langkah yang memiliki frekuensi penerapan tertinggi dan cocok dengan tindakan koreksinya. Hasil penelitian ini aka; digunakan untuk melengkapi Software Corrective Action dan Neural Network yang dapat memudahkan pengambilan keputusan dalam pengendalian biaya proyek."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Egy Crystal Soesilo
"Dalam proyek konstruksi ada beberapa macam biaya yang perlu dikendalikan agar proses kontruksi dapat tetap berjalan sesuai rencana, salah satunya adalah biaya langsung. Biaya peralatan merupakan salah satu biaya langsung yang besarnya sekitar 20% - 30% dari biaya total proyek (Day, 1991). Oleh sebab itu, jika tidak dikendalikan dengan baik maka akan terjadi penyimpangan biaya yang dapat menyebabkan penyelesaian proyek tertunda, atau tidak terselesaikan. Untuk mengatasi peiiyimpangan biaya peralatan, maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah: pertama, mengukur ketidaksesuaian (varians) antara biaya yang dipakai dengan biaya rencana ; kedua, mengevaluasi dampak dan penyebab dari variance negatif tersebut dengan kritis ; ketiga, mennganalisis dan menyusun tindakan koreksi yang tepat beserta langkah-langkahnya untuk inengatasi masalah tersebut.
Tindakan koreksi terhadap penyimpangan biaya peralatan konstruksi telah diteliti dan disusun oleh peneliti Yudiansyafi (2002) dalam tesisnya yang berjudul "Rekomendasi Tindakan Koreksi Pada Manajemen Peralatan Dalam Pengendalian Biaya Proyek Dengan Bantuan Expert System" dan oleh peneliti Paul Hugo (2003) dengan tesisnya, yaitu "Rekomendasi Tindakan Koreksi Pada Pengendalian Biaya Peralatan Dengan Metode Hybrid Probabilistic Neural Networks". Akan tetapi masih ada satu proses lagi yang perlu dilakukan, yaitu langkah-langkahnya agar tindakan koreksi yang direkomendasikan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai sasaran permasalahannya.
Untuk menetapkan langkah-langkah rekomendasi tindakan koreksi yang efektif dan efisien, maka penelitian ini dilakukan dengan bantuan metode Delphi. Metode Delphi sering dipergunakan untuk menjaring opini kelompok dimana partisipannya dapat saling berpendapat dengan bebas tanpa adanya unsur penekanan dari orang lain dalam memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai masalah yang ada. Pendapat-pendapat tersebut selanjutnya akan dipilih berdasarkan frekuensi penggunaannya yang tertingi di proyek. Setelah langkah-langkah tindakan koreksi yang direkomendasikan teridentifikasi, maka selanjutnya hasil penelitian ini akan dimasukkan ke dalam program Expert Corrective Action yang telah diciptakan oleh peneliti lain sebelumnya, agar para pelaku konstruksi dapat menggunakannya dengan praktis; terutama dalam pengambilan keputusan yang memerlukan proses yang cepat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Pradhityo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendi
"Kebijakan subkontraktor dalam suatu proyek konstruksi dapat mencapai 80 - 90% dari total biaya yang dikeluarkan untuk proyek tersebut sehingga subkontraktor mempunyai pengaruh yang besar terhadap kinerja biaya akhir proyek. Kebijakan tersebut mencakup berbagai proses konstruksi, salah satu di antaranya adalah pengawasan dan pengendalian. Terdapat beberapa faktor dalam pengawasan dan pengendalian yang berpengaruh terhadap kinerja biaya proyek. Walaupun faktor-faktor yang teridentifikasi tersebut mempunyai peluang terjadi yang hampir sama, penilaian terhadap masing-masing faktor tersebut berbeda-beda pada tiap-tiap proyek konstruksi. Sehingga untuk mengetahui besarnya cost overruns yang sebenarnya ditimbulkan digunakan analisis dengan metode fuzzy. Namun, sebelumnya dilakukan analisis resiko, analisis korelasi, dan analisis Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan 2 (dua) faktor yang berpengaruh paling signifikan dan prioritas tertinggi. Kedua faktor tersebut digunakan dalam kuisioner untuk mendapatkan data primer untuk analisis dengan metode fuzzy. Analisis resiko, korelasi, dan AHP menghasilkan 2 (dua) faktor yang signifikan dan prioritas tertinggi yaitu Monitoring dan pengendalian tidak efektif akibat kurang baiknya administrasi dan dokumentasi serta Monitoring dan pengendalian tidak efektif akibat konflik akibat informasi yang tidak jelas. Analisis menggunakan metode fuzzy dengan 25 kombinasi tingkat pengaruh dari kedua faktor tersebut menghasilkan cost overruns 0,54 - 0,71% dari total biaya subkontraktor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>