Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Afif Shidqi Ashari
"Terak merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan mineral yang masih dapat dimanfaatkan seperti contohnya pada bidang konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik beton dari Ordinary Portland Cement (OPC) dengan campuran terak terhadap ketahanan korosi baja tulangan berdasarkan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dan Linier Polarization. Penelitian ini menggunakan terak akhir timah dan terak akhir nikel yang dicampurkan dengan OPC masing-masing sebanyak 0%, 30%, dan 40% dari berat total semen didalam beton. Rasio terak timah dan terak feronikel didalam beton adalah 1:1. Beton  dilakukan proses curing selama 28 hari lalu direndam di dalam larutan NaCl 3.5% selama 1 bulan sebelum pengujian korosi. Hasil menunjukkan baja di dalam campuran 40% terak memiliki ketahanan korosi yang paling baik dibandingkan dengan dua sampel.

Slag is side product of mineral processing that still beneficial such as in construction sector. This research intend to study about characteristics of Ordinary Portland Cement (OPC) concrete with slag mixture concrete against corrosion resistance of steel reinforcement embedded inside the concrete with Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) and Linear Polarization Method. There are two kind of slag used in this research, tin slag and ferronickel slag, mixed to OPC with many percentage that is 0%, 30%, and 40% from weight total of cement inside concrete. Ratio of tin slag and ferronickel inside the concrete is 1:1. Concrete has 28 days of curing time then concrete immersed in NaCl 3.5% solution for one month before  corrosion testing. Result shows steel that embedded in concrete with 40% slag mixture has better corrosion resistance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Prabowo
"Serat kelapa yang berasal dari buah kelapa mengandung sejumlah selulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai reinforcement pada pembuatan komposit. Namun dalam penggunaannya sebagai reinforcement perlu dilakukan perlakuan permukaan guna meluruhkan lignin yang ada. Komposit hasil dari perpaduan antara serat kelapa dengan resin polyster diharapkan mampu menggantikan peran kayu sebagai bahan baku pembuatan kapal dalam dunia perkapalan dengan didasari peraturan Badan Klasifikasi Indonesia tahun 1996. Komposit diuji dan dicari karakteristiknya berdasarkan variasi arah serat (0⁰, 45⁰, 90⁰, acak) dan fraksi volume (10%, 20%, 30%, 40%). Untuk kekuatan tarik terbesar yang didapat yaitu 23.643 MPa pada komposit arah serat 0⁰ dan serat 30%. Regangan maksimum yang didapat 1.8% pada komposit dengan fraksi volume 30% arah serat 90⁰. Berdasarkan nilai yang didapat pada penelitian komposit serat kelapa belum mampu memenuhi syarat minimal yang ditetapkan BKI untuk menggantikan kayu pada kapal kayu. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kurang maksimalnya angka yang didapat seperti terdapat void, terdapat kadar air dan minyak pada serat, tidak sempurna interface dan interphase

Coconut fiber derived from coconuts contains a number of cellulose which can be used as reinforcement in making composites. However in its use as reinforcement it is necessary to do surface treatment to shed existing lignin. Composite results from the combination of coconut fiber and polyester resin are expected to replace the role of wood as raw material for shipbuilding in the shipping world based on the 1996 BKI standard. Composites are tested and searched for characteristics based on fiber direction variations (0⁰, 45⁰, 90⁰, random) and volume fraction (10%, 20%, 30%, 40%). For the biggest tensile strength obtained is 23,643 MPa in 0⁰ fiber direction composite and 30% fiber. The maximum strain obtained is 1.8% in composites with a volume fraction of 30% in the direction of fiber 90⁰. Based on the values obtained in the study of coconut fiber composites have not been able to meet the minimum requirements set by BKI to replace wood on wooden vessels. There are several factors that influence the less than maximum numbers obtained such as there are voids, water and oil levels in the fiber, imperfect of interfaces and interphase"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London : Royal Society of Chemistry, 1996
620.1 COR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurisa
"Beton bertulang merupakan bahan yang sangat umum digunakan pada sistem-sistem konstruksi. Seiring dengan meningkatkannya kebutuhan manusia dan peningkatan laju pertumbuhan populasi serta kemajuan teknologi, menuntut ketersediaan lahan yang memadai untuk pembangunan infrastruktur tersebut. Pada umumnya, struktur suatu bangunan direncanakan dapat berfungsi selama masa layan tertentu. Namun, selama masa layan ini, bangunan beton bertulang rentan terhadap kerusakan akibat berbagai hal seperti korosi terutama jika bangunan berada pada lingkungan agresif. Korosi baja tulangan merupakan penyebab utama turunnya umur layan struktur beton bertulang. Volume senyawa hasil reaksi korosi baja tulangan dapat menempati 3 kali volume baja yang terkorosi sehingga menyebabkan tekanan pada beton. Kerugian akibat korosi di Indonesia diperkirakan mencapai angka trilyun rupiah. Inhibitor dalam jumlah optimum dapat ditambahkan sebagai substansi kimia yang sangat efektif dalam mengurangi laju korosi baja tulangan. Metode yang digunakan untuk mengukur laju korosi dalam penelitian adalah weight loss of metal dan polarisasi. Berdasarkan metode weight loss of metal, diketahui laju korosi menurun hingga 92,07 % pada hari ke-120 dengan penambahan inhibitor Phosphate 90 ppm pada air laut konsentrasi normal dan 93,06 % dengan penambahan inhibitor Phosphate 60 ppm pada air laut konsentrasi tinggi. Berdasarkan metode polarisasi, diketahui laju korosi menurun sebanyak 70 % pada hari ke-90 dengan penambahan inhibitor Phosphate 60 ppm pada air laut konsentrasi normal dan 72,53 % pada air laut konsentrasi tinggi dengan penambahan inhibitor Phosphate 90 ppm. Sehingga, umur layan beton meningkat hingga dua kali lipat dari umur layan beton tanpa inhibitor. Laju korosi menurun sebesar 50 % pada air laut dengan konsentrasi Cl- sebanyak 11 ? 14 % dari volume air laut dibandingkan dengan air laut dengan konsentrasi Cl- sebanyak 1 ? 1,4 % dari volume air laut.

Reinforced concretes are material that generally used in construction systems. As the increase of human needs, population number and technologies, demand sufficient site procurement to build those structures. This condition forces civil engineer to build structure on unqualified or corrosive area, like sea water environment. Usually, a structure plans to be used in certain durability. But, this durability fragile from damage that caused by several things such as corrosion, specially if the structure build on aggresive environment. Corrosion of steel in concrete is the main cause of durability degradation of the reinforced concrete structure. Corrosion product volume will be three times bigger than steel volume which causing longitudinal crack to the concrete and reduce steel?s diameter. Corrosion loss in Indonesia cost billion of rupiahs. Inhibitor in sufficient volume can be added as chemical mixture and will reduce the corrosion rate. Inhibitor that used in this research are Phosphate and Nitrite. Measuring corrosion rate method that used in this research are weight loss of metal dan polarization. The research shows that the use of Phosphate as inhibitor is more effective than Nitrite and consider that Nitrite is chemically danger to environment. Based on weight loss of metal corrosion measuring methods, corrosion rate decrease until 92,07 % in day-120 with Phosphate 90 ppm addition in normal sea water and 93,06 % in day-120 with Phosphate 60 ppm addition in high concentration sea water. Based on polarization corrosion measuring methods, corrosion rate decrease until 70 % in day-90 with Phosphate 60 ppm addition in normal sea water and 72,53 % in day-90 with Phosphate 90 ppm addition in high concentration sea water. Those inhibitor increase durability of reinforced concrete structure two times higher than the structure without using inhibitor. Research also shows that Cl- added as much as 11 ? 14 % of sea water volume cause decrease of corrosion rate until 50 % compared with normal Cl- concentration 1,1 ? 1,4 % of sea water volume."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayomi Dita Rarasati
"Korosi pada baja tuiangan seharusnya dapat tidak terjadi jika struktur komposit beton bertulang membungkus baja tulangan dengan rapat pada kondisi normal. Kondisi normal yang dimaksud adalah tidak tercemarnya air yang digunakan dalam campuran ataupun tidak tercemarnya kondisi Iingkungan konstruksi baton bertulang tersebut. Akan tetapi kondisi tersebut pada saat ini terkadang sulit dicapai mengingat semakin terbatasnya lahan yang ada sehingga konstruksi beton bertulang dibangun pada lingkungan yang tercemar seperti Iingkungan rawa yang memiliki pH rendah. Lingkungan pH rendah dapat menyebabkan Iaju korosi yang cepat pada tulangan beton. Salah satu cara untuk menanggulangi laju korosi yang cepat ini adalah dengan penggunaan inhibitor. Dengan penggunaan inhibitor sebagai aditif pada komposisi beton, maka diharapkan laju korosi pada baja tulangan dapat berkurang banyak. Kondisi inilah yang melatarbelakangi penelitian terhadap penggunaan inhibitor sebagai aditif pada komposisi beton serta pengaruhnya terhadap kualitas mutu beton selain pengaruhnya terhadap laju korosi tulangan.
Penelitian ini menitikberatkan pada pengaruh Phosphate terhadap laju Korosi baja tulangan dan kekuatan beton pada tiga macam konsentrasi inhibitor yang berbeda, yaitu 30 ppm, 60 ppm dan 90 ppm. Selain itu terdapat dua kondisi periakuan yang berbeda terhadap lingkungan beton, yaitu Iingkungan asam (pH 3) dan lingkungan netral (pH 7). Adapun baja tulangan yang digunakan pada penelitian ini adalah baja dengan mutu ST 37 dengan diameter 25 mm.
Uji korosi yang dilakukan adalah uji Immersion menggunakan sampel tulangan baja mutu ST 37. Spesimen berbentuk silinder berukuran diameter 25 mm dan tinggi 25 mm. Untuk mengukur laju korosi pada baja tulangan maka dilakukan pengukuran berat awal tulangan dan berat akhir tulangan. Berat akhir tulangan didapat setelah beton berumur 90 hari. Selisih dari berat awal dan berat akhir adalah berat yang hilang dari baja tulangan. Kehilangan berat inilah yang akan digunakan dalam perhitungan laju korosi. Untuk pengujian kekuatan beton dilakukan tes tekan beton berukuran 15x15x15 cm3 pada umur 28 dan 90 hari.
Dari penelitian didapatkan hasil laju Korosi pada pH 3, 30 ppm: 0.10 mpy, 60 ppm: 0.05 mpy, 90 ppm: 0.07 mpy, standar: 0.17 mpy. Laju korosi pada pH 7, 30 ppm: 0.15 mpy, 60 ppm: 0.15 mpy, 90 ppm: 0.12 mpy, standar: 0.09 mpy. Sedangkan kuat tekan beton pada pH 3 umur 28 hari dan 90 hari, 30 ppm: 373.33 kg/cm2 dan 477.78 kg/cm2, 80 ppm: 421.11 kg/cm2 dan 454.44 kg/cm2, 90 ppm: 424.44 kg/cm2 dan 431.11 kg/cm2, standar: 388.89 kg/cm2 dan 395.58 kg/cm2. Kuat tekan beton pada pH 7 umur 28 hari an 90 hari, 30 ppm: 370.00 kg/cm2 dan 440.00 kg/cm2, 60 ppm: 396.11 kg/cm2 dan 485.56 kg/cm2, 90 ppm: 422.22 kg/cm2 dan 478.89 kg/cm2, standar: 416.67 kg/cm2 dan 482.22 kg/cm2.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa inhibitor Phosphate efektif bekerja pada pH 3 dengan konsentrasi 60 ppm. Selain itu Iaju korosi juga akan meningkat jika pH di Iingkungan sekitar tulangan asam.

Corrosion on reinforcement should not be happened if the composite structure of reinforced concrete covered all the reinforcement surface in nonnal condition. The normal condition means that the water used in the mixture was not contaminated or the environment of reinforced concrete was not polluted. Nevertheless, that normal condition is not always available, for example, in places with acid environment. The acid environment can increase the corrosion rate in reinforcement higher. Using the inhibitor is one of the ways to prevent the increasing corrosion rate.
This research is emphasized on the effect of Phosphate as the inhibitor. The concentrations that were used are 30 ppm, 60 ppm and 90 ppm. There were also two different kinds of environment applied in treating the concrete: acid environment (pH 3) and neutral environment (pH 7). The reinforcement that was used is steel with ST 37 base and 25 mm diameter. The corrosion test was done by using Immersion method or weight loss method and testing the concrete strength was done by using the compressive strength test.
As a result, the corrosion rate that was obtained from the observation were, in pH 3, 30 ppm: 0.10 mpy, 80 ppm: 0.05 mpy, 90 ppm: 0.07 mpy, standard: 0.17 mpy.
Result in pH 7, 30 ppm: 0.15 mpy, 60 ppm: 0.15 mpy, 90 ppm: 0.12 mpy, standard: 0.09 mpy. Compressive strength of the concrete in pH 3 at 28th days and 90th days, 30 ppm: 373.33 kg/cm2 and 477.78 kg/cm2, 60 ppm: 421.11 kg/cm2 and 454.44 kg/cm2, 90 ppm: 424.44 kg/cm2 and 431.11 kg/cm2, standard: 388.89 kg/cm2 and 395.56 kg/cm2. Result in pH 7 at 28th days and 90th days, 30 ppm; 370.00 kg/cm2 and 440.00 kg/cm2, 60 ppm: 396.11 kg/cm2 and 485.56 kg/cm2, 90 ppm: 422.22 kg/cm2 and 478.89 kg/cm2, standard: 416.67 kg/cm2 and 482.22 kg/cm2.
From these results, it can be concluded that Na3PO4 12H2O inhibitor can be used in acid environment (pH 3) with 60 ppm concentration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S35419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulangan baja di dalam beton bertulang dapat mengalami korosi. Korosi ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, Salah satunya adalah faktor lingkungan. Air Iaut merupakan salah satu Iingkungan yang mempunyai dampak buruk terhadap beton bertulang.
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam memperlambat laju korosi pada tulangan baja adalah dengan menambahkan zat inhibitor dalam komposisi beton yang lnembungkus tulangan. Akan tetapi penambahan inhibitor ini terltu akan berpengaruh terhadap mutu beton. Kondisi inilah yang melatarbelakangi penelitian terhadap pengaruh inhibitor terhadap mutu beton ekspos di air Iaut.
Inhibitor yang diteliti pada penelitian ini adalah sanyawa Phosphate dalam tiga konsentrasi, yaitu 30 ppm, 60 ppm, dan 90 ppm. Hal yang ditinjau daiam penelitian ini adalah kekuatan tekan betonnya. Pengkondisian perlakuan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara merendam beton pada Iaut yang sebenamya, dalam hal ini di Pelabuhan Kalijafat 5. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada kubus beton berukuran 15 x 15 x15 cm’ pada umur 30, 60, dan 90 hari.
Dari penelitian ini didapatkan hasil kuat tekan beton di air Iaut pada umur 30, 60. dan so hari, yaitu 30 ppm : 307,04 kglcmz, 353,89 kg/amz, can 304,82 kglcmz; 60 ppm : 331,85 kg/cm2, 344,82 kg/cm2, dan 364,07 kg/cm2; 90 ppm :
297,23 kg/cm2, 336,67 kg/cm2, dan 390 kg/cm2, standar: 343,33 kg/cm2, 353,26 kg/cm2, dan 347,76 kg/cm2. Kuat tekan baton yang daiam campurannya menggunakan air Iaut pada umur 30, 60, dan 90 hari adalah, Tanpa Inhibitor:
357,40 kg/cm2, 374,82 kg/cm2, dan 394,45 kg/cm2; 60 ppm : 344,08 kg/cm2, 350,37 kg/cm2, dan 350,74 kg/cm2.
Kekuatan beton yang paiing baik adalah beton yang campurannya menggunakan air Iaut tanpa inhibitor, tetapi campuran ini tidak dapat digunakan karena kandungan klorida dalam air Iaut melebihi 0,15%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi optimum inhibitor phosphate ditinjau dari kuat tekannya adalah 60 ppm."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Wildan Arrifian
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku kuat lekat tulangan yang tertanam dalam beton ringan dengan agregat kasar plastik polypropylene. Benda uji yang digunakan berjumlah 72 sampel, yang terdiri dari 3 macam ukuran diameter, yaitu 10 mm, 12 mm, dan 16 mm, baik tulangan polos maupun ulir. Hasil dari penelitian ini yaitu pada tulangan ulir, kuat lekat disebabkan oleh mekanisme interlocking, sedangkan tulangan polos disebabkan oleh adhesi. Tulangan ulir memiliki perkembangan tegangan lekat yang lebih ductile dibandingkan dengan tulangan ulir, namun memiliki kegagalan yang tiba-tiba. Mekanisme friksi yang terjadi pada tulangan polos lebih besar dan signifikan daripada tulangan ulir.

ABSTRACT
This study is mainly focused on investigating bond behavior on reinforcement bar embedded in polypropylene lightweight concrete. The specimen consist of 72 samples, with 3 different diameter, 10 mm, 12 mm, and 16 mm, on plain bar and deformed bar. The result shows that bond strength on deformed bar is contributed by interlocking mechanism, whereas adhesion is contributed in plain bars. Deformed bars bond strength development is more ductile compared to plain bars. Due to its bigger contact area, plain bars friction is bigger and more significant than on the deformed bars. But, the failure mode on deformed bar is not ductile at all."
2017
S68740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>