Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratih Ajeng Widati H.
"Peminimalisasian luasan tulangan minimum dalam pengedaannya erat kaitannya dengan keterbatasan sumber daya material yang tersedia di pasaran dan keterbatasan biaya yang hares dikeluarkan. Namun, peminimalisasian iuas tulangan ini jugs harus tetap dapat menahan gaya yang mungkin tedadi sesuai dengan rencana. Dalam pelaksanaannya balok (struktur) yang aman adalah yang dapat menahm daktilitas yang cukup besar tanpa menimbulkan keruntuhan yang membahayakan dan memberikan nilai layan yang baik. Daktilitas itu sendiri adalah kemampuan suatu struktur untuk melakukan perubahan bentuk tanpa mengalami kenmtuhan. Pada penelitian ini akan diteliti mengenai pengaruh underrienforced terhadap daktilitas balok. Underreinforced adalah balok yang memiliki persentase tulangan dibawah atau sama dengan tulangan balok dalam kondisi balance. Dalarn penelitian ini digunakan balok beton fc'=33,2 MPa, dengan penampang 200x150 mm dan bentang 2010 mm. Untuk tulangan baja pada balok digunakan tulangan baja ?8 nun polos dengan fy=321,2 MPa dan D10 mm ulir dengan fy=535,3 MPa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"In a reinforced concrete structure, the beam-column joint area is the most important area of the structure, because the joint is the place where the forces working on beams are transferred to the column.It became so important that it needs good detailing to ensure that the collapse of the structure does not happen because of the failure of the joint. This condition is added by the fact that some architect would design exterior beams that is not located at the center line of the column, thus producing eccentricity on the column which in turn will cause the torsion force. In this final assignment, the writer will focus on the problems stated earlier, which is the effect of eccentricity of beams on column. The writer conducted an experiment at the laboratory to study this effect on the beam-column joint and to observe the cracking pattern that resulted from it. The specimen tested will be designed using the Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK-SNI T-15-1991-03, with reference to the design capacity method . The design capacity method is used to make sure that the plastic hinge mechanism will happen on the beam, which also known as the 'Strong column weak beam' mechanism.

Pada suatu struktur beton bertulang, daerah pertemuan balok dan kolom merupakan bagian yang sangat penting karena bagian tersebut merupakan bagian yang mentransfer gaya-gaya yang bekerja yaitu gaya aksial, momen lentur dan gaya geser. Daerah pertemuan tersebut menjadi suatu titik kritis dari suatu struktur sehingga dipedukan suatu pendetailan yang baik sehingga dapat menjamin bahwa keruntuhan suatu bangunan terjadi bukan akibat dari kegagalan sambungan. Keadaan tersebut kemudian ditambah lag! dengan adanya desain dari seorang Arsitek yang mendesain suatu balok exterior rata permukaannya dengan kolom, dimana hal ini menyebabkan balok menjadi eksentris terhadap sumbu kolom sehingga terjadi tambahan gaya yaitu torsi. Pada skripsi ini, penults memfokuskan pada masalah tersebut di atas yaitu pengaruh dari eksentrisitas balok terhadap kolom. Penulis melakukan suatu penelidan di laboratorium untuk mengetahui pengaruh dari eksentrisitas balok tersebut terhadap kekuatan sambungan balok-kolom dan mengetahui pola retak yang terjadi akibat keadaan ini pada saat menerima pembebanan. Pembebanan dilakukan dari pembebanan yang terkecil sampai pembebanan yang menyebabkan keruntuhan struktur tersebut. Model sambungan balok-kolom pada penelitian ini didisain sesuai dengan Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK-SNI T-15-1991-03 yang merujuk pada metode desain kapasitas. Metode desain kapasitas merupakan suatu metode desain yang menjamin terjadinya sendi plastis di daerah balok sehingga keruntuhan struktur dapat diantisipasi dengan seaman mungkm di mana disini dikenal sebuah filosofi 'Strong column weak beam' yaitu sebuah kolom didisain lebih kuat daripada baloknya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Sovian
"Balok merupakan elemen struktur utama pada bangunan dalam menahan beban. Dimana balok ini digunakan untuk menerima beban yang berasal dari atasnya dan untuk selanjutnya beban tersebut di transfer ke kolom dan kemudian pondasi. Balok yang didesain ini tentunya harus dapat menahan semua beban yang berada diatasnya termasuk beban ledakan jika itu terjadi dalam suatu gedung bertingkat.
Material dimodelkan nonlinear dengan program Drain ZDX. Untuk permodelannya, struktur dibagi menj adi segmen-segmen dan kemudian dibagi lagi menjadi tiber-fiber. Besarnya beban ledakan ini diambil dari besar beban semisiklik yang maksimum tiap siklusnya. Kernudian dibandingkan antara respon akibat beban statik dan beban impact. Untuk variabelnya diambil wakm Iedak beban yang berbeda-beda.
Analisa dilakukan pada tegangan dan regangan pada fiber-fiber untuk setiap periode pembebanan yang berbeda-beda sesaat sebelum runtuh. Analisa juga dilakukan pada lendutan yield, beban yield, beban runtuh, time history lendutan, kekakuan, dan daktilitas.
Dari analisa ini diketahui bahwa peningkatan/penurunan kekakuan initial, daktilitas, lendutan dan beban runtuh dari balok beton bertulang terhadap gaya ledak sangat dipengaruhi oleh perbandingan antara waktu ledak beban (tl) dan periode getar struktur (T). Semakin keeil perbandingan antara waktu ledak beban dan periode getar struktur yaitu pada saat t1/T < 0.5 maka responnya semakin kecil sehingga beban impact yang bisa ditahan oleh struktur balok beton menjadi lebih besar, begitu juga sebaliknya apabila perbandingannya semakin besar yaitu pada saat t1/T 2 1, maka responnya semakin besar dan beban impact yang dapat ditahan semakin kecil bahkan bisa lebih kecil daripada beban statiknya.

Beam is one of the main structure element for building on detain load. Beam is used to accept load coming from the top of it and then to column and at last to the foundation. Of course beam is also designed to detain blasting load if it happens in high rise building.
The material is modeled non linear with Drain-2DX program. For modeling, the structure is divided into segments and then divided again into fibers. The value of impact load is derived from the maximum value of semi-cyclic loading for each cycle. Then the response of static load is compared with impact load. For the variable, eight type of period is taken for this research.
Analysis is done to stress-strain on the fibers for each different loading period before the structure collapse. It is also done on yield displacement, yield load, ruin load, displacement time history, stiffness, and ductility.
As the result, data show that increasing or decreasing initial stiffness, ductility, displacement, and ruin load from reinforced concrete beam due to impact load are depend on ratio between load period (tl) and structure period (T). If t1/T < 0.5, the response become smaller, therefore impact load that can be restrained by structure is bigger. And if t1/T >1, the response become bigger and impact load that can be restrained by structure is smaller, even it could be less than the static load.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Robinsyah
"Salah satu masalah yang sampai sekarang cukup menarik adalah getaran. Studi ini meneliti gerakan berosilasi dan kondisi-kondisi dinamisnya. Gerakan ini dapat berupa gerakan beraturan dan berulang secara kontinu atau dapat juga berupa gerakan tidak beraturan seperti gempa bumi.
Salah satu jenis lain dari getaran adalah getaran respons singkat akibat beban tumbukan (impact) yang bekerja pada struktur. Beban ini umumnya menghasilkan respons yang cukup besar. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengetahuan yang cukup mengenai beban ini, karena tidak semua material cukup mampu menanggung tipe beban tersebut.
Dalam skripsi ini, dibahas mengenai perilaku dinamik balok beton fiber dengan rendaman dan tanpa rendaman akibat beban berulang tumbukan terbagi merata di tengah bentang. Benda uji yang digunakan terbuat dari balok beton mutu K-300 yang diperkuat dengan metal fiber dengan kandungan fiber yang berbeda-beda, yaitu sejumlah 0%, 1%, 2%, 3% terhadap volome balok (m3) tersebut. Selain itu, juga dibuat variasi terhadap balok, yaitu balok terendam dan tidak terendam. Balok terendam akan direndam dalam kolam selama 28 hari dan diuji dalam kondisi basah/jenuh. Sedangkan balok tanpa rendam, hanya direndam dalam kolam selama 7 hari dan selanjutnya di curing dengan karung goni basah dan diuji pada umur 28 hari. Dari keempat jenis benda uji ini akan diteliti sehingga didapatkan kondisi yang paling optimum terhadap tumbukan, terhadap parameter frekuensi dan keretakan serta kelelahannya.
Keempat jenis balok beton tersebut masing-masing diletakkan diatas perletakan sendi-rol di kedua sisi ujungnya kemudian diberi beban dinamik berupa beban tumbukan terbagi merata di tengah bentang. Sinyal percepatan yang dihasilkan dari struktur akan tercatat pada osciloskop dan terekam oleh kompoter mikro (PC). Sinyal percepatan ini akan menjadi bahan mentah yang akan diolah untuk menjadi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan penambahan fiber tidak meningkatkan kuat tekan dan modulus elastisitas beton. Tetapi sebaliknya, memberikan fatigue life yang lebih panjang dikarenakan fiber memperlambat tumbuhnya retak akibat beban tumbukan. Selain itu, perendaman balok selama 28 hari setelah pengecoran dan pengujian pada saat jenuh menunjukkan terjadinya penurunan kekuatan balok jika dibandingkan dengan balok tanpa perendaman.

One of the interesting problems to be solved is vibration. This thesis research about osilated motions and theirs dynamic conditions. These motion can be sinusoidal motion and or it can be non sinusoidal motion such as ground motion.
Another type of load that cause vibration is an impact loading. Generally, this condition makes a significant response to the structure. Therefore, we need to know a lot about this load, because it depends so much to material characteristics.
In this thesis, writer would like to research about dynamic response of partially and fully cured fiber reinforced concrete beam subjected to the repetition of an impact loading locally distributed at beam mid span. The test samples that writer used is K-300 concrete compressive strength, and variations of metal fiber (0%, 1%, 2%, and 3% of beam?s volume) and also there are variations of partially and fully cured fiber reinforced concrete beam. The research include the optimum condition under impact loading based on frequency parameters and analysis about cracking growth and its fatigue life.
Those four beams located on hinge at each end span and those beams has been tested under distributed impact loading at mid span to get acceleration records and would be managed by PC. These acceleration records would be processed to be frequency records.
The result shows metal fiber as concrete filler didn?t increase the concrete compressive strength, moreover metal fiber decreased it. On the contrary, it prolong the fatigue life of concrete beam.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35270
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pangkey, Jemmy Paul
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35293
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Frenki Putra
"Penggunaan beton bertulang pada berbagai jenis konstruksi merupakan hal yang umum dewasa ini. Namun pada kenyataannya di lapangan, tak sedikit kerusakan yang terjadi pada stuktur beton bertulang. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh banyak hal, yang secara garis besar berdasarkan faktor penyebab kerusakan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu : pengaruh fisika, mekanika, dan kimia. Kerusakan berat struktur beton yang terjadi di Dermaga D, Pelabuhan Panjang, Propinsi Lampung merupakan salah satu kerusakan struktur beton akibat pengaruh kimia, tepatnya diakibatkan oleh kondisi lingkungan air asin (unsur kimia) dari air laut yang mengakibatkan korosi pada struktur beton dermaga tersebut. Perbaikan struktur beton dengan bahan perbaikan Grout LN322M dengan metode pengerjaan Preepack Concrete, menjadi salah satu alternatif perbaikan yang akan dikerjakan pada dermaga tersebut. Untuk menunjang hal itu perlu dilakukan penelitian terhadap kinerja dan kapasitas dari struktur beton yang mengalami perbaikan tersebut. Pembahasan pada skripsi ini mengambil fokus kerusakan balok sisi bawah. Penelitian selain didasarkan pada studi literatur, juga dilakukan simulasi perbaikan struktur beton dengan pembuatan modul- modul balok diikuti pengujian terkait guna mengetahui kinerja dari balok perbaikan tersebut dan membandingkannya dengan balok normal. Simulasi dan pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa balok yang mengalami perbaikan dengan material Grout LN322M pada sisi bawah, memiliki kinerja yang baik. Sehingga dapat digunakan pada pekerjaan perbaikan kerusakan berat struktur Dermaga D, Pelabuhan Panjang, Propinsi Lampung.

The usage of reinforced concrete in many aspects of construction is a very common thing in these past years. Nevertheless, in the actual practice, the damages suffered by the reinforced concrete structure can not be said as insignificant. Those damages could be caused by many factors, such as physical, mechanical, and chemical factors. The deterioration of the structure in Pier D, Panjang Harbour, Lampung, is an example of damage caused by chemical factor. The exact cause is the condition in which the enviroment is highly affected by saline water from the sea that causes corrosion to the pier's reinforced structures. Repairment of the structure with the repairing agent Grout LN322M by Preepack Concrete method, has become an alternative that will be applied to the pier structure. To achieve an effective repairment, a research to determine the performance and capacity of the concrete structure is absolutely needed. This thesis is focused on the damage of the bottom-side of beam. Based on the study of literatures, the research was done by simulating the repairment of the structure; building beam modules, followed by a series of tests to determine the performance of the repaired beam and its comparation to normal beam. The simulations and tests done had shown that the beam - that had been repaired with the repairing material Grout LN322M on its bottomside - has a good performance, so that the material can be used to repair the damages of the pier structure in Pier D, Panjang Harbour, Lampung."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S35120
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elise Erikasari
"When designing a structure, besides it has to be functionable for working load condition, it also planed that the structure has to have power service value, function, aesthetics and competitive economic. In order to give service power ang good strength, reinforced concrete structure has to have deflection and deformation which is not to big on working load condition. Besides that there is another element which is related to stuctural strength, called by ductility. This element is important, remembering that the structure has to have ductile behaviour in restraining outside load, especially which is planed to hold up the earthquake load. This research will observe overreinforced influence to beam ductility. overreinforced is a beam that has reinforcement percentage beyond beam reinforcement in balance condition. In this research, concrete beam fc' = 33,2 Mpa with longitudinal section of 200x150mm and landscape of 2010mm is being used For the steel reinforcement in the beam, O8mm plain of steel reinforcement with fy = 321,2 Mpa and DIOmm thread of a screw with fy = 535,5 Mpa is being used. Moreover reinforcement percentage variation based on p is p = p,,,Q"" p = 105fpm,,b, p= l 10%p,,,,ks, p= 115%p..b, p= 1 CIO_/apmaxs Aim of this research is to know collapse pattern from overreinforced beam, deformation - load relation, strain, stress and ductility value from the overreinforced beam. The collapse that occur in the time of testing has underreinforced characteristic, because of reinforcement percentage which is taken is still less than p balance. Achievement collapse pattern from the research shaped of pressure collapse that been caused by flexural failure. Deformation - load relation which is get from the research result showing that bigger deformation occur then bigger load should be given to the testing beam. This condition is a beam condition before collapse occur. Deformation - load curve that occur used to find ductility value from each testing beam. However, this value is not the real conditon of the structure, because in the field condition, bean isn't done the collapse. Ductility value from each testing beam later being compared to see which testing beam with added reinforcement percentage will have the most highest ductility value.

Dalam mendesain suatu struktur selain untuk dapat berfungsi dengan baik pada kondisi beban-beban yang bekeda juga harus direncanakan agar struktur tersebut mempunyai nilai daya Iayan, kekuatan, fungsi, estetika dan ekonomi yang bersaing. Supaya dapat memberikan Jaya layan dan kekuatan yang baik, struktur beton bertulang harus mempunyai defleksi dan deformasi yang tidak terlalu besar pada kondisi beban kerja. Selain itu terdapat unsur lain yang juga berkaitan dengan kekuatan struktur, yakni daktilitas. Unsur ini penting mengingat struktur harus memiliki perilaku ductile dalam menahan beban luar terutama yang direncanakan untuk menahan beban gempa. Penelitian ini akan melihat pengaruh overreinforced terhadap daktilitas balok. Overreinforced adalah balok yang memiliki persentase tuIangan di atas tulangan balok dalam kondisi balance. Dalam penelitian ini digunakan balok beton _c' = 33,2 Mpa dengan penampang 200x150mm dan bentang 2010mm. Untuk tulangan baja pada balok digunakan tulangan Baja 08mm polos dengan fy = 321,2 Mpa, dan D10mm ulir dengan fy = 535,5 Mpa. Adapun variasi persentase tulangan berdasarkan p adalah p = p..kc , p = 105%pmt, P ` 110%pmak,, p = 115%pmd,, p = 140%per. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola runtuh dari balok overreinforced, hubungan lendutan - beban, regangan, tegangan dan nilai daktilitas dari balok overreinforced Keruntuhan yang terjadi pads saat pengujian bersifat underreinforced, dikarenakan persentase tulangan yang diambil masih kurang dari p balance. Pola keruntuhan yang diperoleh dari penelitian berupa keruntuhan tekan dikarenakan kegagalan lentur (flexural failure). Hubungan lendutan - beban yang didapat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar lendutan yang terjadi maka semakin besar beban yang diberikan pada balok uji. Kondisi ini merupakan kondisi balok sebelum mengalami keruntuhan. Kurva lendutan - beban yang terjadi berguna untuk mencari nilai daktilitas dari tiap balok uji. Namun nilai ini bukanlah kondisi struktur yang sebenarnya, karena pada kondisi lapangan kondisi balok belum mengalami keruntuhan. Nilai daktiIitas dari tiap balok uji ini kemudian dibandingkan untuk dilihat balok uji dengan persentase penwnbahan tulangan berapa yang memiliki nilai daktilitas paling tinggi_"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riky Defikson
"In Capacity Design for reinforced concrete construction, reinforcement detail of beam column joint take a very important part. Beam-Column joint cores represent most critical area because on this area horizontal force from beams and vertikal force from columns are act 'together'. That is. Beam column joint failure is most reason that maked matured failure of building structure. Bond Stress is most important considerable in detail of reinforcement concrete strucure design which this bond stress act 'together' arround the two materials reinforcing bar and concrete to resisting external load. With this bond stress, load transfer can develop from concrete that resisting external load to bar reinforcing that embedded in the concrete, so that the two material concrete and ban reinforcing can act 'together' to resisting external load until the material failure. One of mechanism of bond stress development is sufficient embedment length of anchorage reinforcing bar to prevent bond failure. On this thesis, will analyzed relation ship between development of bond stress of beam column joint with anchorage lengthening mechanism of deform bars in tension. Where in increasing bond stress capacity, automatically will increased beam column joint performance. In this laboratory testing bond stress for beam column joint performance, will done by pull-out tes method. In this laboratory testing, the design of beam column joint specimen based on Design of Concrete Structure Building Issue of Indonesia, SK-SNI T-15-1991-03 and also according to Method of Design Capacity. Design Capacity Methode is a design method that is guarantee making plastic hinge region on beam, therefore beam failure will happened before column failure that can be anticipated structure failure, the philosophy of Capacity Design is 'Strong column weak beam' which is design of column is stronger than beam.

Dalam perencanaan suatu konstruksi beton bertulang pendetailan sambungan balok kolom merupakan bahagian yang sangat penting. Daerah sambungan balok kolom merupakan daerah yang paling kritis karena dititik ini mempakan pertemuan antara gaya vertikal yang berasal dari kolom dan gaya horizontal yang berasal dari balok. Karena itulah pada kegagalan sambungan balok kolom ini sering menjadi penjadi penyebab kegagalan pada struktur bangunan. Salah satu pendetailan tersebut yakni tegangan lekatan (bond stess) tulangan dengan beton disekelilingnya.yang mempakan salah satu syarat bekerja baiknya tulangan dalam beton bertulang untuk menahan beban Dengan adanya bond stress ini memungkinkan terjadi transfer gaya dengan baik dari beton yang langsung menerima beban pada tulangan yang berada didalamnya, sehingga beton dengan tulangan dapat secara bersama-sama memikul beban yang diberikan sampai pada titik leleh kedua bahan tersebut. Salah satu mekanisme pemasangan tulangan yakni mekanisme penjangkaran (kait) pada ujung batang tarik. Pada skripsi ini, akan dibahas pengaruh peningkatan kapasitas tegangan bond (bond stress) pada sambuugan balok kolom dengan mekanisme penjangkaran pada tulangan tank. Dengan meningkatnya kapasitas dari bond stress ini, otomatis akan meningkatkan kapasitas sambungan balok kolom. Pengujian bond stress ini akan dilakukan dilaboratorium dengan metode pull-out test. Model sambungan balok-kolom pada penelitian ini di disain sesuai dengan Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK-SNI T-15-1991-03 yang merujuk pada metode desain kapasitas. Metode desain kapasitas merupakan suatu metode desain yang menjamin terjadinya sendi plastis di daerah balok sehingga keruntuhan struktur dapat diantisipasi dengan seaman mungkin di mana disini dikenal sebuah filosofi 'Strong column weak beam' yaitu sebuah kolom didisain lebih kuat daripada baloknya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rico Bonar
"The beam-column joint in a reinforced concrete structure is an area with great attention, because of it's important function of transferring the forces from the beam to the column. As the transferring agent, reinforced concrete consisted of concrete and steel reinforcement that must work together to hold and transfer loads. We can examine the cooperation of these two elements from their bonding mechanism. The anchorage length of tensile steel is the determining factor to the quality of the bonding mechanism. The small dimension of column will contribute to the limited length of the anchorage, which is under the prescribed length of the governing rules. Therefore to increase the length of the anchorage, a hump is made on the outer side of the exterior joint. In this experimental study we will examine the bonding quality and the cracking pattern on the specimen's joint which is modelled from a 5 story office building which is scaled to 1 : 2 size. This experimental study will be held in a laboratory using a hydraulic jack to pull the steel reinforcement from the concrete structure, so that the strain and bonding mechanism can be examined. From experiment conducted, a number of conclusions can be drawn; The bonding quality, which is numerically gauged by the average bond stress, it's value rises linearly and reach their yielding point. While the failure pattern on the specimen is considered to be splitting mechanism which started from the loaded end of column to the outside of the joint.

Daerah pertemuan balok-kolom beton bertulang merupakan daerah yang perlu mendapat perhatian khusus, karena fungsinya yang penting sebagai tempat penyaluran gaya dari balok ke kolom. Sebagai sarana penyalur, beton bertulang yang terdiri atas beton dan baja hams dapat bekerjasama dengan baik dalam menahan dan menyalurkan beban, keriasama ini dapat kita lihat kinerianya dari mekanisme lekatan antara tulangan baja dengan beton. Panjang penjangkaran tulangan tank adalah faktor yang menentukan terhadap kualitas lekatan yang diperoleh. Dimensi kolom yang kecil menyebabkan panjang penyaluran menjadi terbatas sehingga tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh peraturan. Oleh sebab itu untuk menambah panjang penjangkaran dibuat penonjolan pada sisi luar sambungan eksterior balok-kolom. Pada studi eksperimen ini akan dilihat kualitas lekatan dan pola keruntuhan yang terjadi pada spesimen berbentuk sambungan yang didapat dari pemodelan gedung perkantoran 5 lantai. yang berskalakan 1:2. Studi eksperimen yang dilakukan di laboratorium ini menggunakan hydraulic jack untuk menarik tulangan baja dari beton bertulang, sehingga didapat tegangan lekat serta regangan tulangan yang terjadi. Dari eksperimen yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, kualitas lekatan yang besamya diukur secara numerik oleh satuan tegangan lekat rata-rata, trend nilainya bertambah secara linier dan mencapai konstan saat tulangan tersebut mengalami leleh, sedangkan pola keruntunan yang terjadi pada spesimen berjenis splitting yang dimulai dari ujung kolom yang dibebani menuju keluar joint."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>