Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113526 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ay Ay Yuliani
"Secara umum infrastruktur yang ada materialnya adalah dari beton dan baja. Kedua material ini mendominasi dunia konstruksi, hal ini dikarenakan sifatnya yang saling mendukung kekuataannya. Contohnya adalah sistem pracetak beton bertulang yang merupakan suatu sistem pembangunan struktur beton bertulang dimana komponen-komponennya dicetak terlebih dahulu di pabrik atau di sekitar lokasi bangunan, kemudian diangkat ke lokasi pembangunan dan dirangkai menjadi satu dengan sambungan khusus. Skripsi ini akan membahas mengenai perilaku sambungan tulangan sistem pracetak dengan menggunakan media penyambung dari baja siku dan las. Perilaku ini dilihat dari distribusi tegangan yang terjadi sepanjang daerah las. Percobaan ini menggunakan Strain Gage yang ditempel pada material uji yang akan memberikan input kepada Data Logger yang nilainya sebanding dengan perubahan panjang yang dialami oleh Strain Gage. Data logger mengolah input yang diberikan oleh Strain Gage tersebut yang kemudian ditampilkan pada layar komputer berupa kurva tegangan-regangan. Pada saat proses penarikan, dilakukan pengambilan data berupa nilai regangan didaerah Strain Gage terpasang akibat dari distribusi tegangan yang terjadi. Proses penarikan ini dilakukan secara terus-menerus hingga material uji tersebut putus. Tujuannya adalah agar dapat diketahui apakah posisi sambungan struktur pracetak tersebut dapat menyalurkan seluruh gaya yang bekeija pada tulangan. Hal ini akan sangat membantu bila kita akan merancang sambungan antar elemen pracetak."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Herdiansjah
"Pada dasarnya beton adalah suatu material yang tahan terhadap fenomena korosi. Namun bila lingkungan sekitar beton tersebut sudah tercemar atau banyak memiliki ion-ion korosif dan di tubuh beton tersebut terdapat cacat maka dapat mengakibatkan korosi pada tulangan beton yang akan mengakibatkan kerusakan pada beton tersebut. Mahalnya perbaikan struktur yang telah rusak akibat proses korosi memacu banyak orang maupun perusahaan untuk mencari solusi pencegahannya dengan biaya yang relatif murah. Salah satunya adalah penggunaan inhibitor. Inhibitor adalah suatu zat kimia yang ditambahkan kedalam campuran beton yang dapat memperlambat laju korosi pada tulangan beton. Inhibitor yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah inhibitor korosi kalsium nitrit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti sejauh mana pengaruh kalsium nitrit dalam mengurangi laju korosi dan pengaruh terhadap karakteristik betonnya. Korosi adalah fenomena alam yang merugikan dan susah untuk dihindari. Korosi terjadi akibat adanya air dan oksigen. Korosi umumnya menyerang material-material yang bersifat logam, lalu menguraikan unsur-unsur pembentuknya dan selanjutnya logam tersebut akan hancur. Kalsium nitrit (Ca(NO2)2) adalah salah satu jenis inhibitor korosi. Sifatnya yang basa diharapkan dapat meninggikan alkalinitas dalam lingkungan beton dan menahan laju serangan ion-ion korosif yang bersifat asam yang dapat merusak tulangan. Tahap-tahap dalam melakukan penelitian mi dimulai dengan membuat sampel beton berbentuk kubus dengan tulangan ukuran 10,5 x 10,5 x 10,5 cm_ dan kubus tanpa tulangan ukuran 15 x 15 x 15 cm_ yang telah dicampurkan inhibitor Ca(NO2)2 didalamnya. Setelah itu direndam dalam lingkungan asam (pH-3) dan normal (pH-7). Lalu kemudian dilakukan uji kuat tekan dengan cara memberi beban pada beton sampel hingga beton tersebut retak, dalam hal ini di uji oleh mesin tes kuat tekan. Pengujian kuat tekan dilakukan ketika beton sampel berumur 28 hari dan 90 hari. Pengujian selanjutnya adalah uji korosi dengan metode immersion. Laju korosi dapat diketahui dengan mengambil data berupa selisih berat awal dengan berat akhir dari sampel tulangan. Tujuan dari uji kuat tekan dan uji korosi ini untuk mengetahui pengaruh Ca(NO2)2 dalam mengurangi laju korosi serta pengaruhnya terhadap karakteristik beton tersebut. Hasil yang didapat berdasarkan uji kuat tekan beton adalah, untuk kuat tekan di lingkungan normal (pH-7) pada hari ke 28 beton sampel dengan konsentrasi inhibitor 130 ppm = 428 kg/cm_, 160 ppm =417 kg/cm_, 190 ppm = 402 kg/cm_ dan untuk beton standar kuat tekannya sebesar 417 kg/cm_ sedangkan pada hari ke 90 beton sampel dengan konsentrasi inhibitor 130 ppm = 457 kg/cm_, 160 ppm = 496 kg/cm_, 190 ppm = 447 kg/cm_ dan untuk beton standar kuat tekannya sebesar 482 kg/cm_. Untuk uji kuat tekan di lingkungan asam (pH-3) pada hari ke-28 beton sampel dengan konsentrasi inhibitor 130 ppm =415 kg/cm_, 160 ppm = 422 kg/cm_, 190 ppm = 378 kg/cm_ dan kuat tekan untuk beton standamya sebesar 389 kg/cm_, sedangkan untuk uji kuat tekan pada hari ke-90 beton sampel dengan konsentrasi inhibitor 130 ppm = 498 kg/cm_, 160 ppm = 506 kg/cm_, 190 ppm = 475 kg/cm_ dan kuat tekan beton standamya sebesar 370 kg/cm_. Berdasarkan uji korosi di lingkungan asam (pH-3) hasil yang didapat adalah, untuk beton sampel dengan konsentrasi inhibitor 130 ppm = 0,117 mpy, 160 ppm = 0,194 mpy, 190 ppm =0,13 dan untuk beton standar =0,17 mpy. Hasil uji korosi di lingkungan normal (pH-7) adalah, untuk beton sampel dengan konsentrasi inhibitor 130 ppm = 0.06 mpy, 160 ppm = 0,035 mpy, 190 ppm = 0,032 dan untuk beton standar 0,089 mpy. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan Ca(NO2)2 pada konsentrasi yang efektif ke dalam beton bertulang dapat menaikkan kuat tekan beton tersebut sekaligus dapat menurunkan laju korosi pada tulangan beton tersebut. Konsentrasi Ca(NO2)2 130 ppm adalah konsentrasi yang paling efektif dalam menurunkan laju korosi serta menaikkan kuat tekan di dalam lingkungan asam (pH-3). Konsentrasi ini dapat menurunkan laju korosi sebesar 31,28% dan menaikkan kuat tekan sebesar 34,59%. Konsentrasi Ca(NO2)2 160 ppm adalah konsentrasi yang paling efektif dalam menurunkan laju korosi serta menaikkan kuat tekan di dalam lingkungan normal (pH-7). Konsentrasi ini dapat menurunkan laju korosi sebesar 60,77% dan menaikkan kuat tekan sebesar 27,66%.

Basically, concrete is an anti-corrosion materials. However, if the surrounding is contaminated or consists a great amount of corrosive ions and there is a crack on the concrete, this may cause corrosion on the concrete's reinforcement that will eventually create a damage on the concrete. The restoration on structure of the damage caused by corrosion cost a big amount of money. It led people and companies to find a way of prevention as the solutions with relatively economical cost. One of the solutions is the usage of inhibitor. Inhibitor is a chemical which is added into the mixture of concrete that will decelerate corrosion on the concrete's reinforcement. Inhibitor which will be applied in this research is calcium nitrite. The purpose of this research are to study the effect of calcium nitrite in decelerating corrosion and the effect on the characteristic of the concrete. Corrosion is a inevitable destructive natural phenomenon. Corrosion happen because of water and oxygen. Corrosion usually attacks metallic materials which will corrode the formative element that finally damage the concrete. Calcium nitrite (Ca(NO2)2) is one of the corrosion inhibitor. Its least-acid condition is expected to raise the alkalinity in the sorrounding of the concrete and restrain the attack of corrosive acid ions that will damage the reinforcement. There are a few phases in this research. The first phase is started by having concrete samples. These samples are shaped in square with the size of the frame 10,5 x 10,5 x 10,5 cm_ and square without frame with the size of 15 x 15 x 15 cm³3 which has been added with Ca(NO2) as the inhibitor in it. These samples are doused in acid with the acidic setting (pH-3) and normal setting (pH-7). The next step is to have a test on the pressure strength by giving burden on the concrete samples until it creates fractured. This test is done using pressure strength machine. This test can be applied when the samples are 28 days old and 90 days old. The next test is corrosion test with the immersion method. The acceleration of the corrosion can be identified from the data which is taken by from difference between the initial measurement and the last measurement of the frame samples. The purpose of this test are knowing the effect of Ca(NO)2 in decelerating the corrosion and the effect on the characteristic of the concrete. The outcome of the test is : the normal setting (pH-7) on the 28th day, concrete samples with the inhibitor concentration of 130 ppm = 428 kg/cm_, 160 ppm =417 kg/cm_, 190 ppm = 402 kg/cm_, the standard concrete is having the pressure strength of 417 kg/cm_ meanwhile on the 90th day concrete samples with the inhibitor concentration of 130 ppm = 457 kg/cm_, 160 ppm = 496kg/cm_, 190 ppm = 447 kg/cm_, the standard concrete is 482 kg/cm_. The pressure strength in the acidic setting (pH-3) on the 28th day, concrete samples with inhibitor concentration of 130 ppm =415 kg/cm_, 160 ppm = 442 kg/cm_, 190 ppm = 378 kg/cm_, the standard concrete is having the pressure strength of 389 kg/cm_. The pressure strength of the 90th day, concrete samples with the inhibitor concentration of 130 ppm = 498 kg/cm_, 160 ppm = 506 kg/cm_, 190 ppm = 475 kg/cm_ the pressure strength of the standard concrete is 370 kg/cm_. The result from test on the acidic setting (pH-3) is the concrete samples inhibitor concentration of 130 ppm = 0,117 mpy, 160 ppm = 0,194 mpy, 190 ppm =0,13 mpy, the standard concrete is = 0,17 mpy. For the test on the normal setting (pH-7) is the concrete samples with the inhibitor concentration of 130 ppm = 0,06 mpy, 160 ppm = 0,035 mpy, 190 ppm = 0,032, the standard concrete is 0,089 mpy. The conclusion of this research is that the addition of Ca(NO2)2 on the effective concentration into reinforced concrete will raise the pressure on the concrete and decelarate the corrsion on the reinforcement. The concentration of Ca(NO2)2 130 ppm is the most effective concentration in decelerating the corrosion and raise the pressure strength in the acidic setting (pH-3). This concentration can decelerate the corrosion by 31,28 % and raise pressure strength by 34,59 %. Concentration ofCa(NO2)2 160 ppm is the most effective in decelerating in raising the pressure strength in normal setting (pH-7). This concentration can decelerate corrosion of 60,77 % and raise the pressure strength of 27,66%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S35456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muslinang Moestopo
Bandung: ITB Press, 2011
624.184 MUS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Timotius Nico Farel
"Beton geopolimer adalah beton yang tidak menggunakan semen sebagai material bindernya melainkan prekursor alumina silika dan aktivator alkali. Terak Nikel merupakan limbah hasil pembakaran batu bara. Di Indonesia Terak Nikel sudah tidak tergolong sebagai limbah B3, sehingga pemanfaatannya dapat ditingkatkan. Terak Nikel yang mengandung aluminas silika dapat dimanfaatkan sebagai prekursor dalam pembuatan beton geopolimer. M sand merupakan pasir yang terbuat dari debu tambang, atau batu alam berukuran besar yang dihancurkan dan diayak sehingga dapat digunakan sebagai agregat halus. Penelitian ini menguji 3 variasi rasio aktivator dan prekursor pada beton geopolimer berbahan dasar terak nikel dengan M Sand sebagai agregat halus yaitu 0.4, 0.45, dan 0.5 sedangkan pengetesan yang dilakukan adalah slump test, ultrasonic pulse velocity test, uji kuat tekan, digital image correlation dan strain gauge. Studi ini meneliti mengenai properti mekanis seperti kuat tekan, tipe kegagalan, poisson ratio, stiffness, dan modulus elastisitas pada beton geopolimer berbahan dasar terak nikel dengan M Sand sebagai agregat halus dengan rasio aktivator dan prekursor yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan rasio aktivator dan prekursor akan menghasilkan nilai slump dan stiffness yang lebih besar, hubungan antara ultrasonic pulse velocity dengan kuat tekan yang dihasilkan bersifat exponential, tipe kegagalan yang dihasilkan berkisar dari tipe 1, 2, 4, dan 7 menurut CS1:2010, dan nilai poisson rasio beserta modulus elastisitas yang dihasilkan sama seperti beton normal.

Geopolymer concrete is concrete that does not use cement as its binder material, but rather a silica alumina precursor and alkaline activator. Nickel Slag is a waste from coal manufacturing. In Indonesia, Nickel Slag is no longer classified as B3 waste, so its utilization can be increased. Nickel Slag which contains alumina silica, can be used as a precursor in the manufacture of geopolymer concrete. M sand is sand made from mine dust, or large natural stone that is crushed and sifted so that it can be used as fine aggregate. Variations of activators and precursors tested were 0.4, 0.45, and 0.5 while the tests carried out are slump test, ultrasonic pulse velocity, compressive strength test, digital image correlation, and strain gauge. This study examines mechanical properties such as compressive strength, type of failure, poisson ratio, stiffness, and modulus of elasticity in nickel slag based geopolymer concrete with M Sand as fine aggregate with different activator to precursor ratios. The results show that increasing the activator and precursor ratio will result in a larger slump and stiffness value, the relationship between ultrasonic pulse velocity and the resulting compressive strength is exponential, the resulting type of failure ranges from types 1, 2, 4, and 7 according to CS1:2010, and the value of poisson ratio along with the resulting modulus of elasticity is the same as for normal concrete."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iting Shofwati
"Sebagai negara yang terletak pada pertemuan lempengan-lempengan dunia, Indonesia merupakan negara beresiko tinggr terhadap ancaman gempa. Oleh karena itu studi mengenai perilaku struktur bangunan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga dapat ""mengontrol "" perilaku bangunan akibat gaya gempa yang kemungkinan akan dialaminya selama masa pemakaiannya. Pengetahuan perilaku penampang dari suatu bagian struktur sangat dibutuhkan dalam desain struktur, terutama bila analisa dilakukan tidak hanya pada daerah elastis, tetapi juga pada daerah plastis, bahkan sampai keruntuhan bagian struktur tersebut. Analisa fiber model ini dilakukan pada penampang komposit baja beton (Rectangulat Hollow Stell ) yaitu dengan membagi penampang balok tersebut menjadi serat-serat atau fiber. Kemudian pada serat tersebut diberikan sifat nonlinear ini didapat dari pemodelan hubungan tegangan regangan beton dan baja. Dengan mengkombinasikan sifat-sifat nonlinear material beton dan baja ini, analisa fiber model menghasilkan penyelesaian analitis berupa hubungan nonlinear momen-kurvatur yang menggambarkan perilaku dari balok komposit tersebut. Analisa tersebut dilakukan dengan suatu pemodetan numerik dan diterjemahkan kedalam bahasa pemograman yaitu bahasa Matlab 5.3., dimana optimasi pengaruh fungsi material ini ditinjau dengan membandingkannya lendutan yang terjadi dengan hasil eksperimen. Hasil simulasi dari progam tersebut menunjukkan bahwa peningkatan mutu beton tidak terlalu berpengaruh dalam menyumbangkan kekuatan pada struktur komposit baja beton. Dari analisa ini akan didapatkan Optimasi analisa ini dilihat dari besarnya beban ultimate untuk masing-masing model. Dari analisa ini disimpulkan bahwa pemodelan yang mendekati hasil eksperimental adalah model Tommi Sakino."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S35016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S37151
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Durra Salsabila
"Penelitian dilakukan di UMKM Kerupuk Kulit yang terletak di Pancoran, Jakarta Selatan. Saat ini, kuantitas kerupuk kulit yang diproduksi terkadang tidak cukup. Akar masalahnya adalah material handling masih manual, pengaturan layout yang kurang baik, adanya keterbatasan biaya, cuaca tidak menentu, dan kurang ketersediaan tenaga kerja. Material handling yang kurang baik menyebabkan durasi produksi lama, pekerja kurang aman dan nyaman, dan material handling cost tinggi. Permasalahan yang sudah disebutkan dapat diselesaikan dengan melakukan perbaikan layout dan material handling. Tujuan dari penelitian adalah menganalisis permasalahan layout existing, mendapatkan perbaikan layout, dan membandingkan kondisi layout existing dan layout proposed. Metode yang digunakan untuk memperbaiki layout adalah systematic layout planning (SLP). Hasil penelitian adalah material handling cost berkurang sebesar Rp256,754.99 atau 67.8%, kapasitas sebesar 17.77 kg per minggunya dapat mengatasi kekurangan stok, dan durasi material handling berkurang 28.95 menit per harinya atau berkurang 69.19%.

The research was conducted at the MSMEs Skin Crackers located in Pancoran, South Jakarta. Currently, the quantity of skin crackers produced is sometimes not enough. The root causes of the problem are manual material handling, inefficient layout, cost limitations, unpredictable weather, and lack of labor availability. Improper material handling causes long production duration, unsafe and uncomfortable workers, and high material handling costs. The problems that have been mentioned can be solved by improving the layout and material handling. The purpose of the research is to analyze the existing layout problems, to have a layout improvement, and to compare the existing layout and proposed layout. The method used to improve the layout is systematic layout planning (SLP). The results of the study are material handling costs reduced by Rp256,754.99 or 67.8%, by increasing capacity by 17.77 kg per week can solve stock shortages, and the duration of material handling is reduced by 28.95 minutes per day or 69.19%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vikka Vibriartzanthy
"Dalam pengendalian biaya proyek scring texjadi penyimpangan yang disebabkan oleh tenaga kelj a, material, alat, subkontraktor, dan overhead. Materia] merupakan salah satu komponen sumber daya yang sangat penting untuk menunjamg kelancarcm pekerjaan konstruksi. Manajernen harus memastlkan kualitas dan kuantitas dari material ditentukan dengan tepat dan dikelola dalam proyek dengan rencana waktu dan biaya yang layak. Kurang baiknya manajemen material dapat mengakibatkan peningkatan biaya proyek.
Pada proscs peugendalian dilakukan melalui tiga lahap. Perlama, pengukuran (measurement) kemajuan pekexjaan. Kedua, proses evaluasi dilakukan untuk mencali perumusan masalah yang teljadi. Kemudian mencari tindakan koreksi yang tepat untuk mengatasi masalah yang sedang terjadi.
Pengcndalian biaya proyek terhadap tmjadinya penyimpangan biaya yang disebabkan oleh kumng bailcnya manajemen material, dapat dilakukan dengan melakukan lindakml koreksi terhadap penyebab tmjadinya penyimpangan biaya terscbut.
Pada penelitian sebelumnya telah didapat]-can faktor dampak, faktor penyebab, dan tindakau koreksi dari penyimpangan biaya material proyek konsuuksi. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengidentitikasi langkah-langkah tindak lanjut tindakan lcoreksi dalam pengendalian material.
Setiap liudakan koreksi akan menghasilkan pendapal idcnliiikasi langkah-langkah tindakan koreksi yang berbeda-beda dari setjap pakar. Sehingga dari pendapat setiap tindakan koreksi ini diambil dua pendapat dari pakar yang memililci lidcuensi paling sering dilakukan di Lapangan. Hasil ini merupakan rekomendasi identitikasi langkah-langkah tindak Ianjut lindakan koreksi dalam pengendalian material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayang Supriyadi
"Dalam perencanaannya, suatu struktur direncanakan terhadap beban statis dan dinamis, yang kenyataannya dapat menimbulkan fenomena resonansi. Dengan terjadinya resonansi, struktur dapat mengalami lendutan besar, sehingga tidak mampu ditahan oleh struktur tersebut. Untuk mengatasi fenomena ini maka diperlukan suatu cara untuk menanggulanginya. Salah satu cara yang efektif adalah dengan memberikan peralatan redaman berupa viskoelastis damper atau redaman viskoelastis pada struktur. Efektivitas peralatan redaman ini ditentukan oleh material redaman yang mengisi peralatan ini. Karena material redaman yang telah dikembangkan saat ini yaitu acrific dan timah hitam termasuk mahal, maka perlu dicari suatu material alternatif lain dengan pertimbangan ekonomis dan mudah didapat. Material alternatif tersebut adalah material aspal cair.
Aspal cair dibuat dengan mencampur aspal keras dengan hasil destilasi minyak bumi yaitu premium, minyak tanah dan solar. Karena perbedaan pelarut tersebut maka aspal cair dapat dibedakan atas Rapid Curing (RC), Medium Curing (MC), dan Slow Curing (SC). Untuk mengetahui efektivitas dan kemampuan aspal cair khususnya MC dan SC dalam mengendalikan respon struktur akibat eksitasi dinamis ini, perlu dilakukan variasi terhadap beban lateral yang diletakkan. Dengan penambahan material aspal cair pada suatu sistem SDOF, maka akan menambah rasio redaman sistem tersebut secara signifikan. Ini meningkatkan seiring diberikannya gaya lateral."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Afandi
"Limbah minyak bumi (oily Sludge) merupakan bitumen industri yang berasal dari Lumpur (sludge) pengilangan yang dapat digunakan sebagai bahan baku cat berbitumen yang diharapakan tahan terhadap lingkungan yang mengandung asam, basa, panas, dan air. Untuk mengetahui manfaat sludge tersebut pada aplikasi proses pelapisan material (coating) maka dilakuakan penelitian pada skala laboratorium.
Penelitian ini menyangkut pengujian karakteristik bahan cat pelapis pada berbagai komposisi yang antara lain menggunakan bahan-bahan berupa resin, talk, lilin, aspal dan pelarut toluena. Pengujian yang dilakukan antara lain: ketahanan korosi berupa uji kabut garam, curing 150° C, uji ekspos atmosferik serta uji daya lekat dengan paint adhesion tester. Kemampuan lapis-ulang (recoatabilily) dari bahan cat tersebut diharapkan dapat diaplikasikan dengan baik. Di samping itu pula ketahanan panasnya dapat ditinbgkatkan secara signifikan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan kadar sludge akan meningkatkan ketahanan pelepuhan rata-rata 15 % per 20 gram kenaikan kadar sludge dari 100 gram sampai dengan 120 gr. Namun peningkatan kadar sludge dari 120 gram sampai dengan 140 gram cenderung menurunkan daya rekat sekitar 30% per 20 gram kenaikan kadar sludge. Peningkatan sludge/resin akan menurunkan nilai ketahanan korosi dan pelepuhan. Rasio komposisi minimum sludge : resin yaitu 140:40 menunjukan nilai ketahanan korosi dan nilai ketahanan pelepuhan masing-masing sebesar 8(10 adalah nilai terbaik), sedangkan rasio komposisi maksimum sludge resin yaitu 100: 80 menunjukan nilai ketahanan pelepuhan sebesar 9 (10 adalah nilai terbaik). Ketahanan panas dapat ditingkatkan secara signifikan yaitu sekitar 35% per 20 gram peningkatan resin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T.14.03.06 / Afa / k
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>