Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155186 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardi Nanjaya
"Penggunaan jembatan busur (arch bridge) sebagai sarana transportasi sudah banyak berkembang dewasa ini. Hal ini karena bentang yang dapat dicapai oleh jembatan ini cukup besar dan bentuknya yang memiliki nilai estetika yang tinggi. Komponen busur (arch rib) merupakan salah satu bagian struktur yang cukup penting karena beban jembatan hampir seluruhnya dipikul oleh busur tersebut. Dalam perancangan suatu struktur, sering kali terdapat proses yang membutuhkan pengulangan - pengulangan (repetitif) sehingga untuk melakukan perhitungan secara manual membutuhkan waktu dan ketelitian tinggi. Penggunaan software akan mempercepat perhitungan yang bersifat pengulangan tersebut sehingga waktu yang dibutuhkan akan lebih sedikit dan hasil yang diperoleh akan lebih akurat. Dalam skripsi ini, penulis membuat program yang dapat digunakan untuk menentukan memadai atau tidaknya suatu penampang box dan sambungan pada arch rib terhadap gaya dalam yang terjadi. Dalam hal ini jembatan yang akan dianalisis yaitu tied arch bridge dengan bentang 150 m dan high/span ratio 0.25 dimana pembebanan yang dilakukan berdasarkan peraturan BMS (Bridge Management System). Dengan dibuatnya program ini diharapkan akan diperoleh ukuran dari penampang rib yang efektif dan efisien dan dapat dengan mudah dilakukan pengecekan terhadap ukuran dan jumlah baut yang digunakan pada sambungan rib."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S35218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Oktora
"Jembatan pelengkung merupakan salah satu jembatan yang memiliki nilai estetika yang tinggi. Ada beberapa tipe dari jembatan pelengkung ini. Studi ini membahas tipe Through Arch yang dikhususkan pada jenis Tied Arch Bridge, ditinjau dari segi kekuatan penampang Arch rib yang divariasikan terhadap kekuatan penampang Tie beam dan sebaliknya. Permodelan menggunakan program SAP2000 dengan material utama jembatan yang digunakan adalah baja. Terdapat lima variasi permodelan, yaitu Ht/a = 2; Ht/a = 1,33; Ht/a = 1; Ht/a = 0,9; dan Ht/a = 0,8; dengan Ht/a adalah perbandingan tinggi penampang tie beam terhadap tinggi penampang arch rib.
Hasil yang ditinjau berupa lendutan jembatan, reaksi perletakan untuk mengetahui berat struktur, dan diagram gaya-gaya dalam yang merupakan akibat dari pembebanan gravitasi, beban lalu lintas, dan beban gempa untuk jembatan. Model dengan Ht/a = 2 merupakan salah satu rekomendasi untuk diterapkan karena memiliki struktur yang paling ringan (747,42 ton), walaupun lendutan jembatan cukup besar (17,55 cm), namun masih dalam batas lendutan izin (18,75 cm). Persebaran gaya dalam pada elemen tie beam dan arch rib-nya pun merata sehingga tidak ada elemen yang menerima beban berlebih dibanding elemen lainnya yang ditunjukkan oleh stress check ratio pada kisaran 0,28-0,76 untuk tie beam dan 0,58-0,95 untuk arch rib.

Arch bridge is one type of bridge with a high aesthetic value. There are several types of this tied arch bridge, but this study emphasized on Tied Arch Bridge made from steel, focusing on section strength variation of arch rib towards tie beam. SAP2000 was used as tools to model the bridge. There are five variations of modelling, Ht/a = 2; Ht/a = 1,33; Ht/a = 1; Ht/a = 0,9; and Ht/a = 0,8; where Ht/a is the ratio of the depth of tie beam to the depth of arch rib.
Results reviewed are bridges deflection, the weight of structure, and internal forces resulted from gravity loads, traffic loads, and earthquake loads for bridge. Model with Ht/a = 2 give the best result, hence it is recommended to be implemented because it has the lightest weight, although the bridge deflection is quite large (17,55 cm), but it is still within the deflection permitted (18,75 cm). Internal forces in the tie beam and arch rib was also evenly distributed, hence showed by its stress check ratio within the range of 0,28-0,76 for tie beam and 0,58-0,95 for arch rib.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42832
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulius Halim Gunawan
"Pada tied arch bridge, sambungan arch rib/tie girder mengalami tegangan yang besar sehingga dibutuhkan desain yang detail terhadap web stiffener untuk menghindari konsentrasi tegangan yang tinggi. Jika tebal web ditambah secara berlebihan dapat menyebabkan residual stress yang tinggi pada sambungan las dan meningkatkan kemungkinan keruntuhan getas (brittle fracture). Sebaliknya, jika jumlah stiffener terlalu banyak digunakan maka struktur menjadi rumit untuk difabrikasi. Dan untuk perancangan stiffener pada sambungan arch rib/tie girder yang menggunakan penampang box di dalam code tidak dijelaskan secara eksplisit bagaimana stiffener tersebut dirancang untuk mengatasi konsentrasi tegangan yang tinggi. Pada Skripsi ini, sambungan arch rib/tie girder dimodelkan dengan SAP 2000 NL ver. 8.08 dimana arch rib dan tie girder merupakan box section. Dimensi penampangnya didapat dari hasil optimasi struktur tied arch bridge dengan menggunakan program SAP 2000 NL ver. 8.08. Pada model sambungan arch rib/tie girder dikerjakan gaya-gaya nodal sesuai dengan beban luar yang bekerja. Dari hasil analisis struktur, didapatkan kondisi tegangan-tegangan pada sambungan tersebut. Di tempat-tempat yang mengalami konsentrasi tegangan yang tinggi, didesain web stiffener dengan mengacu pada AISC Code tentang Plate Girder. Model sambungan yang telah dipasangkan web stiffener pada tie girder kemudian dianalisis lagi sehingga didapatkan kondisi tegangannya setelah ditambah web stiffener. Selanjutnya dilakukan pengecekan tegangan-tegangan yang terjadi pada kondisi riil terhadap berbagai kriteria tegangan. Dari hasil studi yang dilakukan didapatkan bahwa dengan perancangan stiffener mengacu pada AISC Code terbukti dapat mengatasi terjadinya konsentrasi tegangan yang tinggi pada sambungan arch rib/tie girder."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S35440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ardimas Riyono
"Dewasa ini, penggunaan material baja untuk konstruksi jembatan sangat bervariasi jika dikaitkan dengan tipe dan kebutuhan dari bentang jembatan tersebut. Salah satunya adalah tipe jembatan busur baja. Di dalam studi ini akan dibahas mengenai pengaruh dari variasi penampang nonprismatis pada elemen pelengkung jembatan tersebut. Pengaruh tersebut ditinjau dari segi efisiensi material, kekuatan profil, serta perilaku dari struktur jembatan itu sendiri terhadap pembebanan yang diberikan. Variasi yang diberikan adalah terhadap spring-crown ratio dari pelengkung utama dengan rasio 1:1, 1:1.2, 1:1.25, 1.25:1, dan 1.2:1. Analisis dari model struktur menggunakan bantuan program SAP2000 v11. Dari analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa model dengan variasi penampang semakin mengecil di tengah dengan rasio 1.25:1, merupakan alternatif terbaik dalam studi ini.

Nowadays, the use of steel for bridge construction materials vary greatly in relation to the type and requirements of the bridge span. One of those types is steel arch bridge. In the present study, it will discuss the influence of variations in cross section for nonprismatic arch element in steel arch bridge. These effects are taking into account in terms of material efficiency, element strength, as well as the behavior of the structure of the bridge itself against given loads. The variation ini this study will be given to the spring-crown ratio of the bridge's arch with the value of 1:1, 1:1.2, 1:1.25, 1.25:1, and 1.2:1. Analysis of models use the aid from a computer's software, SAP2000 v11. The result from the analysis shown that the model with ratio value of 1.25:1 is the most recommended to be implemented on the field in this study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43324
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riki
"Dari sebuah kasus jembatan busur(arch bridge) dilapangan, ditemukan bahwa terdapat perbedaan nilai nominal momen ketika terjadi sedikit perubahan pada kelengkungan busur. Sehingga dilakukan penelitian terhadap variasi perubahan persamaan kelengkungan jembatan busur dan pengaruhnya terhadap kekuatan dari jembatan. Penelitian dilakukan dengan melakukan pemodelan jembatan menggunakan software finite elemen SAP2000. Parameter yang dianalisa adalah lendutan jembatan, kekuatan struktur yang ditinjau dari gaya dalam dan berat struktur.
Hasil analisa menunjukkan pengaruh persamaan kelengkungan busur sangat signifikan terhadap perilaku pada jembatan busur. Semakin besar nilai kelengkungan, berbanding terbalik dengan optimasi berat struktur. Hal ini dibuktikan dengan perbandingan optimasi berat struktur dari masing-masing persamaan pangkat Pangkat 3, pangkat 4 dan pangkat 5, memiliki perbandingan berat 3.72 ; 4.58 ; 5.11 kali lebih besar dibandingkan jembatan dengan persamaan pangkat 2.

Based on project case in field, it was found, that a slighthy change of curvature of arch bridge, affected internal forces of bridge elements. Research was conducted to study the behavior of tied arch bridge with the change of curvature equations. Four different curve equations, rank 2, 3, 4 and 5, were modelled with finite element software SAP2000. Parameter investigated were deflection, internal forces of main element and structural weight.
The result confirms the fact found in the field that the changed of curvature equation. Influence the amount of internal forces developed in the bridges elements. Different equation results different site of structures and consequently, it changes structural weight. Bridges with rank 2 of equations give the lightest weight. Comparing with this bridge, the rank 3, 4 and 5 of curve equations have weight of 3.72 ; 4.58 ; 5.11 heavier than the rank 2.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43059
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Rudy Hasudungan S.
"Suatu jembatan secara struktural harus direncanakan dengan baik, dengan memperhatikan faktor estetika dan struktural. Banyak faktor yang harus diperhitungkan agar diperoleh tipe jembatan yang baik. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui perilaku suatu jembatan yang dibebani dengan beban standar AASHTO. Studi ini dilakukan dengan menggunakan software program SAP2000NL dengan analisa linier. Gaya pada elemen rib adalah aksial tekan, gaya tekan yang terbesar terdapat pada rib yang berada di sekitar perletakan. Elemen tie akan mengalami gaya aksial tarik akibat pembebanan. Pada perletakan kedua gaya ini akan saling menghilangkan. Hasil dari skripsi ini adalah bahwa semakin tinggi badan rib, maka akan terjadi momen negatif pada batang rib. Akibat adanya momen negatif ini akan mengakibatkan terbentuknya tegangan tekan pada batang rib serat atas dan tegangan tarik pada batang rib serat bawah. Hal ini juga mengakibatkan terdapat satu titik pada batang rib yang besar momennya nol, artinya pada titik ini akan terdapat gaya geser yang maksimum. Jembatan akan dianalisa berdasarkan berbagai parameter yang ditentukan sehingga diperoleh jembatan yang diharapkan. Dari skripsi ini diperoleh tipe jembatan yang terbaik adalah jembatan dengan perbandingan rise to span 0.25 dengan panjang bentang 150 m.

Planning a bridges well is a must, in planning we must consider aesthetic. There are many other factor that must be considered in planning to have a good bridge. This paper presents the result of parametric study taht investigated the effect wheel load distribution in bridge. AASHTO Standard Load are using as a wheel load. This paper done with a software program named SAP2000NL with linear analysis.The force in the rib is a negative axial force, maximum axial force found around the support. Axial force will found on the tie element due to loading. On me support both force will reduced each other. As the result of this paper is mat as higher as the web, negative moment will be found on rib element. It caused the form of negative stress on top of the the rib web and positive stress on the bottom of the rib web and flange. The two different stress on the element caused there is a point line that has no stress (zero stress). This zero stress means in that on this point will be found a great shear (maximum shear force) force. The bridge will be analyze with several parametric that set first so that we may have the good bridge. As the result of this paper, we found the best bridge is with rise to span ratio 0.25 and 150 m span."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S35443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pembuatan jembatan tipe arch bridge (jembatan lengkung) telah lama dikenal oleh peradaban manusia, dari jenisnya yang sederhana, seperti yang terbuat dari batu yang ditumpuk sehingga berbentuk lengkung, sampai yang moderen di zaman sekarang, seperti yang terlihat pada jembatan New River Bridge di Amerika Serikat. Ini berarti manusia mempercayai jembatan jenis ini sebagai jembatan yang dapat diandalkan. Dengan bentuk pelengkungannya yang meninggi, maka dibuatlah sebuah parameter yang menggambarkan perbandingan tinggi dengan panjang bentang, yang sering disebut juga dengan rise per span ratio. Nilai rise per span ratio (H/L) yang berbeda akan menghasilkan reaksi yang berbeda pula pada perletakannya dan pada struktur jembatan. Reaksi yang terjadi yaitu berupa aksial, momen dan torsi. Tujuan dari penulisan ini ialah mencari berapakah nilai H/L yang menghasilkan kondisi struktur yang optimum, dalam pengertian kekuatan struktur sama besarnya dengan beban yang bekerja, tidak terlalu kuat dan tidak lemah terhadap beban. Untuk mencapai tujuan di atas, dipakai software SAP 2000 Nonlinear, yang kehandalannya telah dikenal luas."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam sistem transmisi dan distribusi daya listrik, banyak terdapat sambungan kabel. Sambungan kabel ini memiliki resistansi yang dapat membuat rugi daya meningkat. Semakin besar resistansi sambungan maka semakin besar rugi daya sehingga membuat temperatur sambungan semakin tinggi. Besar resistansi sambungan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain luas permukaan sambungan, besar arus yang melewati sambungan tersebut serta kekuatan sambungan. Oleh karena itu dilakukan pengujian dengan menggunakan variasi faktor permukaan sambungan tersebut. Bila arus yang dialirkan semakin besar, maka resistansi sambungan semakin besar karena sambungan mengalami kenaikan temperatur yang lebih cepat dibandingkanjika dialirkan arus yang lebih kecil. Dari pengujian didapatkan bahwa semakin kecil kekuatan sambungan mengakibatkan semakin besar rongga udara sehingga resistansi sambungan semakin besar. Dengan demikian semakin kecil luas permukaan sambungan maka temperatur sambungan lebih tinggi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S34374
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S34283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>