Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74090 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Proyek konstruksi turut menyumbangkan volume yang cukup besar dalam menghasilkan limbah. Pengelolaan limbah konstruksi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pemanfaatan kembali material/bahan bangunan bekas. Baik untuk digunakan secara langsung, maupun untuk didaur ulang. Dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, penelitian terhadap material/bahan bangunan bekas ditinjau dalam proyek pembangunan rumah tinggal seperti: tujuan penggunaan, jenis materialnya, jenis proyek yang memungkinkan dan penghematan yang dihasilkan. Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data melalui kuisioner selain pengamatan langsund ke lapangan. Dari hasil penelitian terhadap responden yang mencakup pemilik proyek, penjual bahkan tukang sebagai penggunanya, ditemukan bahwa penggunaan material/bahan bangunan bekas telah cukup luas walaupun kebanyakan pada rumah sederhana. Ditemukan pula jenis proyek tumah tinggal yang sering menggunakannya yaitu proyek renovasi sebagian. Jenis material/bahan bangunan bekas yang digunakan kembali untuk proyek pembangunan rumah tinggal adalah yang berbahan baku tidak mudah rusap seperti kayu (kusen, daun pintu dan jendela), keramik (penutup lantai atau dinding, genteng, sanitair kamar mandi), dan besi (besi tulangan, besi teralis, pagar), juga batu bata. Adapun alas an penggunaan material/bahan bangunan bekas yang paling banyak muncul adalah mengenai biaya (cost), yaitu karena lebih murah. Disusul dengan ketersediaan material/bahan bangunan bekas itu sesuai dengan kebutuhan dan faktor-faktor lainnya."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lugas Trias Pamungkas
"Limbah konstruksi menjadi salah satu keluaran dari industri konstruksi yang memberikan dampak negatif pada lingkungan, kesehatan manusia, dan kinerja biaya kontraktor. Pengelolaan limbah konstruksi dapat mengurangi dampak tersebut serta dapat meningkatkan manfaat bagi pelaksana konstruksi. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui faktor-faktor dalam pengelolaan limbah konstruksi pada pembangunan gedung yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja biaya.
Dari penelitian ini diperoleh enam faktor yaitu menggunakan kembali limbah beton, perencanaan pengurangan limbah besi, menggunakan kembali limbah besi, memesan barang sesuai gambar atau desain, merencanakan dimensi bangunan sesuai dimensi material pasaran, dan menggunakan kembali limbah kayu.

Construction waste is one of the outputs of the construction industry contributing negative effects to environment, human’s health, and contractor’s cost performance. Construction waste management is able to reduce those negative effects and increase the benefits for contractor. This study was conducted to find factors in building construction waste management affecting cost performance improvement.
This study obtained six factors. Those are reusing concrete waste, reinforcement steel waste reducing plan, reusing reinforcement steel, ordering materials fits to drawing or design, designing building dimension fits to the standard materials, and reusing timber waste.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramesti Andiani
"Limbah konstruksi adalah puing-puing bangunan, tanah, beton, baja, kayu dan bahan-bahan campuran lainnya yang timbul dari berbagai kegiatan konstruksi. Penelitian ini dilakukan terhadap dua proyek yaitu Proyek Pembangunan Gedung DPRD dan Balaikota DKI Jakarta dan Proyek Pembangunan Tower Tiffany Kemang Village. Limbah yang di identifikasi komposisinya adalah tiga jenis limbah yang mendominasi pembangunan tahap struktur yaitu besi, kayu dan beton. Pada Proyek Pembangunan Gedung DPRD dan Balaikota DKI Jakarta jumlah limbah besi sebanyak 1,25% limbah kayu sebanyak 11,67%, limbah beton sisa cor sebanyak 7,43% dan limbah bobokan beton sebanyak 7,72%. Sedangkan pada Proyek Pembangunan Tower Tiffany Kemang Village limbah besi sebanyak 4,76%, kayu sebanyak 4,89%, kayu phenol film sebanyak 1,73%, limbah beton sisa cor sebanyak 2,91% dan limbah beton bobokan sebanyak 0,8%. Faktor utama penyebab terjadinya limbah konstruksi pada Proyek Pembangunan Gedung DPRD dan Balaikota DKI Jakarta adalah karena sisa pemotongan material menjadi panjang tertentu, limbah proses pengaplikasian dan limbah kemasan. Faktor utama penyebab terjadinya limbah konstruksi pada Proyek Pembangunan Tower Tiffany Kemang Village adalah karena kesalahan pada pekerja atau buruh, limbah proses pengaplikasian dan limbah kemasan.Limbah suatu proyek konstruksi tidak dapat dibandingkan dengan limbah proyek konstruksi lainnya karena perbedaan metode yang digunakan, fungsi bangunan, dan lain-lain. Solusi untuk mengurangi jumlah timbulan limbah konstruksi adalah dengan transparasi antar pihak yang terlibat dalam proyek.

Construction waste are debris, dirt, concrete, steel, wood and others as a result of construction activities. This research was conducted on two projects, DPRD and Balaikota DKI Jakarta construction project and Tower Tiffany Kemang Village Construction Project. The waste which identified were three kind of waste which dominated the construction of the building structure, the waste are steel, wood and concrete. At the DPRD and Balaikota DKI Jakarta project the amount of steel waste is 1,25 %, wood waste is 11,67%, concrete remainder is 4,3% and concrete residue after casting is 7,72%. Whereas at the construction of Tower Tiffany Kemang Village the amount of steel waste is 4,76%, wood waste is 4,89%, phenol film wood is 1,73%, concrete remainder 2,91% and concrete residue after casting is 0,8%. The main cause of construction waste at DPRD and Balaikota DKI Jakarta construction project is because of residue of cutting material, application process and pacakaging. Whereas the main cause of construction waste at Tower Tiffany Kemang Village project are because of error from the workers, application process and packaging. Waste of a construction project cannot be compared to other construction project because of the usage of different method, building function, etc. The solution to reduce the amount of construction waste is transparancy between all the stakeholder which involve in the project."
2011
S99
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reston, VA: American Society of Civil Engineers, 1998
624.15 REC
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nishant Yadav
"Full fledged use of construction & demolition (C&D) waste in the construction industry is inevitable. Concrete technologists across the world are engaged to scale its properties and potential uses since last 65 years. The general consensus for the mechanical property is to some extent is acceptable however the workability and durability properties are still under a scanner and needs to be improved. The present paper reports the optimistic results of series of experimental work carried out using high range replacement of normal aggregates (NA) with recycled aggregates (RA) (50-80%) from C&D waste for producing sustainable and durable concrete (water cement ratio 0.4) using C&D waste. Multiple strategies were used in research to enhance workability and durability properties of concrete produced by using C&D waste. Firstly the RA was used as an internal curing (IC) agent to enhance the micro structure and Interfacial Transition Zone (ITZ) of concrete. Secondly by apparently lowering the water cement ratio by using additional low-lime fly ash similar to class F of ASTM C 618 mainly to improve workability, packing of concrete, later age strength and durability. The results show that water diffusion in concrete with RA being used as an IC agent was delayed leading to decrease in shrinkage and micro cracks development; also increase the hydration, compressive strength and improvement of durability indexes such carbonation depth and electrical resistivity is seen. The Scanning Electron Microscope (SEM) result illustrated the considerable improvement in the microstructure. By adopting these strategies which are economical & sustainable, mixtures show additional benefits that should permit their broader application."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2018
UI-IJTECH 9:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Aditya
"Pada tahun 2023 PT. Yakult Indonesia Persada melakukan perbaikan di area pabriknya yang berada di Desa Pesawahan Cicurug Sukabumi, Jawa Barat. Salah satunya adalah penggantian ceiling pada area moulding room. Existing ceiling pada area tersebut menggunakan material akustik diganti menjadi material sandwich panel agar ruangan menjadi lebih kedap dan kebersihannya mudah dikontrol. PT. Takenaka Indonesia dimana penulis bekerja sebagai site engineer ditunjuk sebagai kontraktor yang melaksanakan proyek tersebut dengan durasi pengerjaan 12 bulan. Adapun metode pekerjaan yang dilakukan adalah menggunakan sistem temporary stage sehingga memisahkan antara area produksi owner dan area kerja konstruksi. Temporary stage yang digunakan menggunakan rangka baja UNP yang diatasnya ditumpangi sandwich panel dengan tebal 50 mm sebagai lantai kerjanya. Setelah temporary stage selesai dipasang, tahap selanjutnya adalah melakukan pembongkaran existing ceiling, pemasangan ceiling hanger UNP dan pemasangan ceiling baru berupa material sandwich panel PIR dengan tebal 100 mm dengan metode slip joint. Dengan menetapkan standard kerja yang tinggi, PT. Takenaka Indonesia juga berkomitmen untuk menjaga aspek safety dalam setiap proses kerjanya. Hal ini dibuktikan dengan melakukan toolbox meeting, penyediaan alat P3K & klinik serta melakukan simulasi tanggap darurat gempa bumi. Selain itu pihak kontraktor juga menjunjung tinggi integritas kerja dengan menaati kode etik keinsinyuran yang berlaku. Sehingga, pekerjaan bisa selesai dengan tepat waktu dan dengan kualitas yang baik.

In 2023, PT. Yakult Indonesia Persada made improvements to its factory area located in Pesawahan Village, Cicurug, Sukabumi, West Java. One of them is replacing the ceiling in the molding room area. The existing ceiling in the area uses acoustic material replaced with sandwich panel material so that the room becomes more soundproof and its cleanliness is easy to control. PT. Takenaka Indonesia, where the author works as a site engineer, was appointed as the contractor to carry out the project with a duration of 12 months. The work method used is to use a temporary stage system so as to separate the owner's production area and the construction work area. The temporary stage used uses a UNP steel frame with a 50 mm thick sandwich panel as its working floor. Furthermore, the existing ceiling was dismantled, the UNP ceiling hanger was installed, and a new ceiling was installed in the form of a 100 mm thick PIR sandwich panel using the slip joint method. By setting high work standards, PT. Takenaka Indonesia is also committed to maintaining safety aspects in all its work. This is evidenced by holding toolbox meetings, providing first aid kits & clinics, and conducting earthquake emergency response simulations. In addition, the contractor also upholds work integrity by complying with the applicable engineering code of ethics. So, the work is completed on time and with good quality.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbangaol, Partahi H.
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui persentase material bahan bangunan yang terbuang ataupun menjadi lembah pada proyek pembangunan rumah tinggal. Dalam penelitian ini persentase material terbuang ataupun limbah didefinisikan sebagai persentase dari besarnya selisih antara material yang dibeli untuk sejumlah tertentu volume pekerjaan dengan material yang secara teoritis dibutuhkan untuk melakukan sejumlah tertentu volume pekerjaan. Temuan dalam penelitian ini adalah persenase limbah yang terjadi selama proses pengerjaan dinding adalah bata = 6-27 %, semen = 7-99 % dan pasir = 21-27%. Selain itu, perbandingan antara volume yang dibeli dan volume yang diperhitungkan dalam RAB mengindikasikan persentasi limbah untuk bata = 5-12%, semen = 0-115%, pasir = 4-179%, sedangkan untuk pemakaian cat didapat hasil yang lebih besar dari RAB (31-40%). Perbedaan antara persentasi terhadap RAB dan volume teoritis menunjukkan bahwa pada RAB teleransi limbah telah dibuat cukup besar. Namun demikian analisa ini membuktikan bahwa persentase limbah yang terjadai lebih besar dibandingkan toleransi limbah yang digunakan dalam RAB. Dari hasil-hasil tersebut, diusulkan bebeapa solusi untuk mengurangi maupun untuk menghilangkan masalah yang ada. Sedangkan untuk kondisi lingkungan kerja yang diamati, diusulkan untuk memperbaiki kondisi yang masih kurang baik."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
01/Lum/a
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Boen
"Buku yang berjudul "Manual: bangunan tahan gempa (rumah tinggal) ini ditulis oleh Teddy Boen. Buku ini merupakan sebuah buku panduan mengenai pembangunan rumah tinggal yang tahan gempa. Selain itu buku ini juga dilengkapi dengan gambar-gambar tahap pembangunan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
R 693.852 BOE m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Adiantini Kusumawati
"Teori degeneratif pada lanjut usia menjadi acuan bagi perancangan lingkungan bangunan rumah tinggal lanjut usia yang sehat dan nyaman. Di Jakarta, Panti Sasana Tresna Werdha merupakan salah satunya.
Teori iklim mikro dan pertukaran panas dapat dijadikan acuan untuk menghasilkan lingkungan bangunan rumah tinggal yang sehat dan nyaman. Pada kondisi iklim Jakarta, kenyamanan termal penghuni menjadi lebih krusial.
Analisis penulisan ini merupakan hasil pengamatan dan pengukuran termal terhadap ruang tidur dan ruang sosialisasi dari dua buah Panti Sasana Tresna Werdha di Jakarta yang bertujuan untuk meninjau pengaruh Iingkungan bangunan rumah tinggal lanjut usia terhadap kesehatan dan kenyamanan termal penghuni.
Berkaitan dengan kesehatan, ternyata kenyamanan termal bagi lanjut usia cenderung tidak sama dengan tingkat kenyamanan golongan usia lain."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S47899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Budhi Prananto
"Permasalahan space debris merupakan salah satu persoalan yang terus menjadi ancaman bagi kegiatan masyarakat internasional di ruang angkasa. Mengingat space debris sebagai suatu akibat langsung dari kegiatan manusia di ruang angkasa, bertambah banyaknya negara-negara yang berkemampuan teknologi untuk melakukan peluncuran hanya akan terus membuat persoalan debris terus berkembang. Walaupun telah terdapat ancaman yang nyata dari keberadaan space debris, kerangka hukum internasional yang tersedia belumlah secara komprehensif mampu menanggapi persoalan yang ada secara langsung. Terlihatlah bahwa konvensi-konvensi ruang angkasa internasional tidak secara langsung membahas mengenai perlindungan lingkungan ruang angkasa terhadap space debris. Contohnya, misi anti-satelit RRC yang dilaksanakan pada tahun 2007. Walaupun tindakan tersebut telah menambah jumlah space debris yang cukup signifikan, akan tetapi tidaklah jelas apakah hal ini dilarang oleh hukum internasional. Tanpa adanya suatu ketentuan hukum internasional yang mengikat, permasalahan yang ada tidak akan dapat diselesaikan. Di lain pihak, masyarakat internasional telah menaruh perhatian pada masalah tersebut dan telah terdapat beberapa usaha dalam penanggulangannya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya resolusi Majelis Umum PBB yang mengadopsi ketentuan UNCOPUOS Space Debris Mitigation Guidelines. Adopsi yang telah dilakukan merupakan langkah besar dalam menanggapi persoalah space debris. Akan tetapi, perlu diingat bahwa adopsi yang dilakukan tidaklah secara serta merta menciptakan norma internasional yang baru. Dalam hal ini, resolusi Majelis Umum PBB yang bersangkutan hanyalah bertindak sebagai "soft law". Walaupun demikian eesolusi tersebut telah mempengaruhi tindakan negara-negara di dunia pada tingkatan tertentu. Usaha-usaha penanggulangan masyarakat internasional telah ditunjukkan dengan adanya implementasi dalam kerangka nasional. Selain itu, resolusi dapatlah dijadikan sebagai harapan-harapan di masa yang akan datang mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh suatu negara terhadap space debris. Dengan ini, maka dapat saja resolusi tersebut dijadikan sebagai landasan pada munculnya norma hukum yang baru.

Space debris has been an increasing threat to space activities conducted by nations worldwide. Considering space debris as a direct consequence of mankind's activity in outer spece, it is inevitable tha future increases in space faring nations will only augment the space debris problem. Despite the obvious danger posed by space debris, the current state of international law has not sufficiently tackle the issue head-on. It is indeed quite clear that the major international space law conventions do not specifically regulate the protection of the outer space environment against the prevalence of space debris. For example, a Chinese anti-satellite missile has destroyed a disused weather satellite in 2007. Though the mission has undeniably generated a substantial amount of space debris, it is unclear whether such an act can be regarded as a violation of international law. Without any binding international norm, the problem is expected to worsen. Fortunately, the international community has recognized the problem and made efforts to mitigate its effects. This has been shown by the UN General Assembly adoption of the UNCOPUOS Space Debris Mitigation Guidelines by way of a resolution. The adoption may be regarded as a major step forward on tackling the problem of space debris. However, it needs to be noted that the adoption does not necessarily generate a new norm under international law. The UN General Assembly resolution may only be regarded as "soft law". In spite of this, the resolution has affected the conduct of nations to some extent. The efforts of nations worldwide on the mitigation of space debris have been shown by the implementation of these guidelines into national framework. Furthermore, the resolution can also be regarded as expectations by the international community on how nations should act towards the problem of space debris. It may well be the case that the resolution might then act as the first step of an emerging international norm.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S53774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>