Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165953 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bayu Irawan
"Metode penjadwalan proyek diciptakan untuk mempermudah, mempercepat dan mengoptimasi proses penjadwalan menjadi lebih efektif sehingga sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Pada saat ini banyak hadir berbagai jenis metode pendajwalan, salah satu metodenya ialah metode jaringan kerja yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua metode yaitu metode jaringan kerja activity on arrow dan metode jaringan kerja activity on node. Ada perbedaan yang mendasar pada kedua metode tsb dalam sistematika penjadwalannya, metode jaringan kerja activity on node meletakkan aktivitas pada nodal dalam suatu jaringan kerja dan tanda panah menunjukkan hubungan antar pekerjaan sedangkan metode activity on arrow adalah sebaliknya, nodal menunjukkan batas awal atau akhir durasi aktifitas sedangkan tanda panah menunjukkan akfitifitas dalam proyek.
Metode yang dapat digolongkan pada metode jaringan kerja activity on node ialah Precedence Diagramming Method (PDM), sedangkan metode jaringan kerja activity on arrow contohnya ialah metode I-J. Masing-masing metode tersebut memiliki keunggulan masing-masing, setiap metode memiliki aplikasi yang sesuai pada proyek-proyek tertentu. Disamping keunggulan yang dimilikinya, metode jaringan kerja memiliki kelemahan yang membuatnya tidak efektif, efisien dan optimal sebagai alat penjadwalan untuk mendefinisikan proses perencanaan. Perkembangan proyek konstruksi yang semakin kompleks menuntut hadirnya suatu metode penjadwalan yang lebih ideal dan realistis. Kelemahan-kelamahan metode jaringan kerja tsb menjadi latar belakang dikembangkannya metode penjadwalan berdasarkan progress yang dapat meningkatkan kualitas metode jaringan kerja menjadi suatu penjadwalan yang ideal.

Project scheduling method is invented to make the scheduling process easier, faster, and more optimum, thus it can be more effective, so the aim that has been targeted can be achieved. In the present time, there is several method of scheduling, one of them is the network scheduling method, which mainly can be classified in two methods, which is the 'activity on arrow' network scheduling method and the 'activity on node' network scheduling method. There is a principle difference between the two methods in terms of scheduling systematic. The 'activity on node' method places the activity on the node of a network, and the arrow states the relation between activities. On the other hand, in the 'activity on arrow' method, the node states the start point and the finish point of project duration, and the arrow remarks the project activity.
A method, which can be classified as the 'activity on node' method, is the Precedence Diagramming Method (PDM), and one example of the 'activity on arrow' method is the I-J method. Each of those methods has its own advantages, every method has the specific application in certain projects. Beside the advantages, the network scheduling method has its disadvantages, which can cause it becoming ineffective, inefficient, and not optimum to be used as a scheduling tool for defining the planning process. The increasing complexity of construction project development triggered the need of a more ideal and more realistic scheduling method. The disadvantages of network scheduling method has become the background of the development of the progress based scheduling method that can improve the network scheduling method to become an ideal scheduling method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edovita Samad
"Keberhasilan suatu proyek dipengaruhi oleh berbagai hal dan salah satunya ialah cost overruns yang terjadi pada proyek tersebut. Cost overruns bisa disebabkan oleh banyak faktor dan salah satunya ialah keterlibatan subkontraktor. Kontribusi subkontraktor pada proyek konstruksi mencapai 80-90% dari nilai total proyek. Keterlibatan subkontraktor yang bisa mempengaruhi terjadinya cost overruns meliputi berbagai proses konstruksi dan salah satunya adalah kualitas perencanaan dan penjadwalan. Di dalam kualitas perncanaan dan penjadwalan ini terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya cost overruns pada total biaya subkontarktor. Besar pengaruh dari masing-masing faktor ini berbeda-beda untuk setiap proyek konstruksi.
Dengan metode fuzzy dapat diprediksi besarnya cost overruns yang disebabkan oleh faktor-faktor ini. Tetapi, sebelumnya harus dilakukan analisa resiko, analisa korelasi, dan Analytical Hierarchy Process untuk memperoleh 2 (dua) faktor yang signifikan. Dari analisa resiko, analisa korelasi, dan Analitycal Hierarchy Process diperoleh faktor ketepatan waktu penyelesaian-penyelesaian akibat kualitas pengaturan waktu dan lahan untuk pekerjaan subkontraktor yang akan bekerja serta faktor ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan akibat tingkat kejelasan atau kedetailan perencanaan jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan subkontraktor sebagai 2 (dua) faktor yang signifikan. Dari metode fuzzy dengan kombinasi 25 tingkat pengaruh dari kedua faktor tersebut didapat besarnya cost overruns berkisar dari 1,33% sampai 8,75% dari total biaya subkontraktor. Kata kunci : Subkontraktor, perencanaan, penjadwalan, cost overruns, fuzzy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Maruli R.N.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35133
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nieke Anggia Puri Zulhaida
"Kemampuan dalam memperkirakan biaya secara akurat merupakan elemen kunci pada kesuksesan perusahaan kontraktor manapun. Meski telah diperidrakan dengan balk, kemungkinan teljadinya cost overruns dalam suatu proyek sclalu ada. Terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi terjadmya cost overruns, keterlibatan subkontraktor yakni dari segi kontraktual dan kualitas subkontraktor adalah sebagian diantara sekian banyak faktor-faktor ini. Keterlibatan subkontraktor tidak dapat dipungkiri pengaruhnya teAadap cost overruns. Kontribusi subkontraktor spesiahs ? dan pemasok pada total proses konstruksi di Eropa mencapai 80-90% dari nilai total proyek. Dari segi kontraktual, ada banyak sekali altematif pendekatan kontrak dan organisasi untuk desain dan konstruksi suatu proyek. Masing-masing jenis kontrak ini mempunyai keunggulan dan kelemahan untuk penggunaan tertentu. Sedangkan ditinjau dari kualitas subkontraktor, subkontraktor sendiri kadang menjadi sumber masalah. Banyak perusahaan subkontraktor tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang ditangani secara memuaskan, dan sebagai konsekuensinya, mereka tidak mampu memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh klien, serta faktor-faktor lainnya yang dapat menjadi penyebab atau berpengaruh terhadap terjadinya cost overruns. Terdapat banyak sekali faktor yang mempengaruhi kinerja biaya proyek dalam kontraktual dan kualitas subkontraktor. Pada penclitian ini melalui analisis statistik berupa analisis korelasi dengan menggunakao SPSS 11.00, dicari faktor-faktor yang paling berpengaruh signifikan, niasing-masirig dari segi kontraktual dan kuatitas subkontraktor. Dengan melakukan analisis Analytical Hierarchy Process (AHP), diperoleh urutan prioritas dari faktor-faktor signifikan tersebut. Faktor-faktor yang menempati urutan pertama dari segi kontraktual dan kualitas subkontraktor dipilih sebagai faktor yang akan dianalisis menggunakan metode Fuzzy. Pada analisis Fuzzy diprediksi besamya cost overruns akibat pengaruh kedua faktor tersebut. Melalui analisis statistik dan AHP diperoleh bahwa dua faktor yang paling signifikan pengaruhnya terhadap kinerja biaya proyek dalam kontraktual dan kualitas subkontraktor adalah aktivitas lapangan terganggu aldbat kurang lengkapnya klausul-klausul subkontraktor dan pekeijaan terhambat akibat kurangnya produktivitas lapangan dari subkontraktor. Besamya cost overruns aldbat pengaruh kombinasi dari kedua faktor tersebut berdasarkan analisis Fuzzy berkisar dalam interval 1,33 - 8,8 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bharata Adhi Dharma
"Precedence Diagramming Method (Metode Diagram Preseden), dengan jaringan aktifitas simpul dan beberapa tambahan hubungan preseden, menjadi alternatif PERT/CPM yang telah ada dalam pejadwalan proyek. Representasi aktifitas simpul dan tambahan hubungan preseden pada PDM, ternyata mengubah konsep dasar jaringan proyek termasuk metodologi jalur kritis dan slack total, sejalan berubahnya penghitungan waktu mulai segera dan waktu mulai terlambat sebuah aktifitas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Chandra Furkan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S34750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Egy Crystal Soesilo
"Dalam proyek konstruksi ada beberapa macam biaya yang perlu dikendalikan agar proses kontruksi dapat tetap berjalan sesuai rencana, salah satunya adalah biaya langsung. Biaya peralatan merupakan salah satu biaya langsung yang besarnya sekitar 20% - 30% dari biaya total proyek (Day, 1991). Oleh sebab itu, jika tidak dikendalikan dengan baik maka akan terjadi penyimpangan biaya yang dapat menyebabkan penyelesaian proyek tertunda, atau tidak terselesaikan. Untuk mengatasi peiiyimpangan biaya peralatan, maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah: pertama, mengukur ketidaksesuaian (varians) antara biaya yang dipakai dengan biaya rencana ; kedua, mengevaluasi dampak dan penyebab dari variance negatif tersebut dengan kritis ; ketiga, mennganalisis dan menyusun tindakan koreksi yang tepat beserta langkah-langkahnya untuk inengatasi masalah tersebut.
Tindakan koreksi terhadap penyimpangan biaya peralatan konstruksi telah diteliti dan disusun oleh peneliti Yudiansyafi (2002) dalam tesisnya yang berjudul "Rekomendasi Tindakan Koreksi Pada Manajemen Peralatan Dalam Pengendalian Biaya Proyek Dengan Bantuan Expert System" dan oleh peneliti Paul Hugo (2003) dengan tesisnya, yaitu "Rekomendasi Tindakan Koreksi Pada Pengendalian Biaya Peralatan Dengan Metode Hybrid Probabilistic Neural Networks". Akan tetapi masih ada satu proses lagi yang perlu dilakukan, yaitu langkah-langkahnya agar tindakan koreksi yang direkomendasikan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai sasaran permasalahannya.
Untuk menetapkan langkah-langkah rekomendasi tindakan koreksi yang efektif dan efisien, maka penelitian ini dilakukan dengan bantuan metode Delphi. Metode Delphi sering dipergunakan untuk menjaring opini kelompok dimana partisipannya dapat saling berpendapat dengan bebas tanpa adanya unsur penekanan dari orang lain dalam memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai masalah yang ada. Pendapat-pendapat tersebut selanjutnya akan dipilih berdasarkan frekuensi penggunaannya yang tertingi di proyek. Setelah langkah-langkah tindakan koreksi yang direkomendasikan teridentifikasi, maka selanjutnya hasil penelitian ini akan dimasukkan ke dalam program Expert Corrective Action yang telah diciptakan oleh peneliti lain sebelumnya, agar para pelaku konstruksi dapat menggunakannya dengan praktis; terutama dalam pengambilan keputusan yang memerlukan proses yang cepat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Yunadiesti
"Syarat penting untuk menuntun kepada keberhasilan suatu proyek adalah pengendalian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor waktu, biaya dan mutu. Pada umumnya proses pengendalian dalam setiap kegiatan konstruksi terdiri dari fungsi dari tiga langkah pokok, yaitu : (1) pengukuran, yang merupakan penetapkan standar kinerja; (2) evaluasi, pengukuran kinerja terhadap standar; dan (3) tindakan koreksi, yakni upaya pembetulan apabila terjadi penyimpangan terhadap standar yang diberlakukan. Pengendalian biaya proyek bertujuan untuk meningkatkan kiner a biaya proyek sehingga biaya aktual lebih kecil atau sama dengan biaya rencana. Pengendalian biaya proyek ini termasuk diantaranya adalah pengendalian biaya subkontraktor. Pengendalian terhadap penyimpangan biaya (cost overrun) pada pengelolaan subkontraktor dapat dilakukan dengan penerapan langkah-langkah tindakan koreksi yang sesuai sehingga tindakan koreksi efektif dan efisien dalam mengatasi penyimpangan biaya yang terjadi.
Rekomendasi tindakaa koreksi pengendalian biaya subkontraktor telah diidentifikasi dari penelusuran dampak dan penyebab penyimpangannya pada penelitian sebelumnya. Rekomendasi tindakan koreksi ini masih memerlukan langkah-langkah tindakan koreksi yang jelas. Dengan bantuan Metode Delphi maka penelitian ini akan mengidentiftkasi langkahlangkah rekomendasi tindakan koreksi tersebut dengan menghimpun langkah-langkah tindakan koreksi yang berbeda-beda dari setiap pakar untuk selanjutnya dilakukan analisis dan pengambilan rekomendasi langkah-langkah yang memiliki frekuensi penerapan tertinggi dan cocok dengan tindakan koreksinya. Hasil penelitian ini aka; digunakan untuk melengkapi Software Corrective Action dan Neural Network yang dapat memudahkan pengambilan keputusan dalam pengendalian biaya proyek."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobias Angkawidjaja
"Seiring dengan perkembangan zaman yang begitu pesat maka bersamaan dengan itu pula pertumbuhan industri konstruksi juga semakin pesat. Proyek konstruksi selalu didasarkan atas tiga aspek yaitu aspek biaya, waktu serta mutu. Proyek konstruksi yang baik adalah proyek konstruksi yang memenuhi anggaran biaya yang direncanakan, durasi waktu yang tepat serta mutu hasil minimal sesuai dengan yang telah ditentukan. Oleh karena itulah, maka teknologi dan metode konstruksi di duniapun berkembang. Hal tersebut juga berlaku di Indonesia. Salah satu bentuk perkembangan metode konstruksi di Indonesia adalah metode konstruksi precast. Metode precast ini terus berkembang di negara-negara di dunia ini termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan karena teknologi precast itu sendiri memiliki beberapa keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan metode konvensional/ cast in situ.
Dalam skripsi ini, penulis melakukan studi kasus Proyek Rusunawa Bandung yakni proyek konstruksi precast di Indonesia pertama yang menggunakan sambungan dengan jenis baut dan kolom jenis C-Plus. Dalam pelaksanaannya di lapangan (Proyek Rusunawa, Bandung-Cimahi), ternyata tujuan waktu yang diharapkan akan lebih cepat daripada dengan menggunakan metode konvensional tidak tercapai. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis akan membuat sequence modul precast berdasarkan seluruh batasan dan pertimbangan yang mempengaruhinya.

As this epoch was growing continually and fast, so does the construction world. Construction project had a tripple constraint known as time, cost and quality. The good construction project is the construction that had an appropriate cost from the estimated cost, exact time duration and had the same quality as it planned. Because of that, the construction method in this world include Indonesia is growing continually. One of new construction method known as precast method. This method is growing so fast n used by a lot of contractor nowadays, because this technology have a lot of advantage.
In this paper, writer do the studycase Rusunawa Bandung Project, the first precast constuction in Indonesia that used the bolt connection and coloumn C-Plus. The time objective in this project was failed to achieved for a several reason. For solving that problem, writer try to make the sequence of precast modul based a whole consideration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ajiwulan Suci
"Penjadwalan bukan hal yang baru dalam perencanaan proyek namun penjadwalan sering muncul kembali dengan keunikan yang lain. Penjadwalan dalam suatu proyek berperan sebagai alat untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu proyek dan menentukan urutan waktu penyelesaian kegiatan tersebut untuk mencapai kesempumaan baik dari segi waktu maupun biaya. Adanya risk and uncertainty factor pada proyek berulang yang tipikal seperti gedung bertingkat, akan menyebabkan terdapatnya perbedaan antara rencana dan realisasi dari waktu penyelesaian dan biaya aktivitas. Tidak ada cara yang dapat dipergunakan untuk menghilangkan ketidakpastian, ini merupakan kenyataan dalam dunia usaha pada umumnya. Ketidakpastian tersebut dapat mengakibatkan terjadinya risiko waktu dan biaya dalam menyelesaikan masing-masing aktivitas dan akan berdampak terhadap lamanya waktu dan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Dengan memasukan faktor risiko dan ketidakpastian sebagai salah satu parameter dalam perencanaan dan penjadwalan melalui suatu simulasi waktu dan biaya, maka probabilitas tercapainya perkiraan waktu rencana dan perkiraan biaya rencana penyelesaian pekerjaan untuk satu lantai dan zona serta waktu dan biaya rencana penyelesaian untuk setiap item pekerjaan struktur pada lantai berikutnya dapat diketahui. Berdasarkan analisis dengan menggunakan program Perlmaster dari data waktu dan biaya yang diperoleh dari proyek Mediterania Gajah Mada Residences terutama pada tower Betha (1.1.12-15) diketahui bahwa besamya biaya dan waktu penyelesaian pekerjaan pada confidence level 80 % lebih besar dari hasil validasi sehingga peningkatan kualitas penjadwalan tidak terwujud. Kualitas penjadwalan dengan menggunakan program Pertmaster dapat ditingkatkan apabila data yang digunakan memiliki akurasi dan validitas yang tinggi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35681
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>