Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 214523 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Bangunan pemecah gelombang (breakwater) adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan pemecah gelombang di PPI Manado menggunakan tipe rublemounds mengalami kerusakan dan telah diadakan pencarian fakta kerusakan di lapangan. Kerusakan utama pada bangunan pemecah gelombang umumnya disebabkan oleh hantaman gelombang, dan kesalahan konstruksi. Pada umumnya kesalahan konstruksi terletak pada sudut kemiringan bari bangunan, tebal lapisan, dan berat batuan, selain factor-faktor lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan runtuhnya bangunan pemecah gelombang tersebut. Pengujian stabilitas bangunan pemecah gelombang tipe rublemounds yang ada di lapangan dilakukan karena adanya perilaku yang kompleks dari gelombang, ikatan antar batuan, dan gaya yang bekerja pada batuan pemecah gelombang baik individu maupun berkelompok. Melakukan pengujian di lapangan akan memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup besar. Untuk menghindari hal ini maka dilakukan pengujian dengan menggunakan model fisik di dalam laboratorium. Hal ini dapat digunakan sebagai pembanding atas fakta yang telah ditemukan di lapangan mengenai kerusakan bangunan pemecah gelombang PPI Manado. Dalam pengujian stabilitas bangunan pemecah gelombang ini, pengujian akan dilakukan dengan mempergunakan model fisik. Tinggi gelombang, sudut kemiringan dan kestabilan bangunan sebagai variable pengujian akan memanfaatkan peralatan yang ada di Laboratorium Hidrolika, Hidrologi dan sungai Jurusan Sipil FTUI. Pengujian stabilitas bangunan pemecah gelombang ini terdiri dari beberapa kasus yang terbagi atas sudut kemiringan bangunan, dari perbandingan 1:1 sampai dengan 1:2, dalam pengujian ini penulis melakukanpengujian dengan kondisi maksimum yang dapat diberikan oleh alat flume, yaitu untuk tinggi gelombang 2.5 m. Dari hasil pengujian diketahui bahwa prosentase kerusakan yang didapatkan berkisar antara 0% hingga 3.46%, sehingga dalam klasifikasi kerusakan diketahui bahwa bangunan tersebut mengalami kehancuran dari hampir tidak ada hingga sedikit. Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tegaknya suatu bangunan pemecah gelombang akan semakin tidak stabil pula bangunan pemecah gelombang tersebut demikian pula sebaliknya, semakin landai bangunan pemecah gelombang tersebut akan semakin stabil bangunan pemecah gelombang tersebut."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apeng Orinanto
"Model Fisik adalah suatu cara untuk memecahkan permasalahan perencanaan dan perancangan teknik yang berhubungan dengan aliran fluida yang sulit dipecahkan secara analitis. Metode ini merupakan pengamatan secara langsung dengan membuat model miniatur dari kondisi nyata yang ada di Iaboratorium. Pengujian stabilitas pemecah gelombang tipe Rubble Mound yang ada di Iapangran dilakukan karena adanya perilaku yang kompleks dari aliran, ikatan antar batuan dan gaya yang bekerja pada batuan pemecah gelombang baik secara individu maupun berkelompok. Model fisik ini menggunakan asmi data dan berbagai kriteria Iain yang ada pada kondisi dan situasi di pelabuhan Cirebon baik gelombang, struktur bangunan maupun jenis dan ukuran dari material, dapat digunakan langsung untuk mcmbatasi lingkup penelitian.
Hasil pengamatan serta pengujian terhadap struktur bangunan pemecah gelombang menjadi bahan pertimbangan terhadap komposisi dan ukuranan serta jenis batuan bangunan pemecah gelombang yang ada apakah memenuhi syarat stabilitas sebagai material pelindung pada bangunan pemecah gelombang Dermaga Batubara di Pelabuhan Cirebon. Dalam tugas akhir ini, penelitian yang dilakukan memanfaatkan peralatan yang ada di laboratorium hidrolika."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34617
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriansyah
"Pelabuhan Merak, Banten merupakan pelabuhan penyeberangan selat Sunda. Permasalahan yang kerap terjadi di pelabuhan Merak adalah dalam mobilitas kapal yang sering terganggu dan menjadi lebih lama akibat kondisi perairan kurang tenang. Rasio v/c saat ini bahkan sudah mencapai 0,95. Oleh sebab itu perlu dibangun pemecah gelombang yang dapat melindungi pelabuhan agar kondisi perairan menjadi lebih tenang. Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan ulang tata letak dan desain pemecah gelombang di pelabuhan Merak. Pemecah gelombang yang direncanakan adalah tipe sisi miring dari material batu pecah atau tetrapod dengan tiga alternatif kemiringan. Alternatif yang paling memungkinkan adalah alternatif II dengan volume yang tidak terlalu besar dibanding alternatif III, yaitu 245,05 m3 per 1 meter panjangnya dan memiliki kelandaian yang dapat meredam gelombang lebih efektif dibanding alternatif I. Dengan adanya breakwater ini, kapasitas pelabuhan dapat meningkat sehingga rasio v/c berkurang menjadi 0,57.

Port of Merak, Banten is a port of Sunda Strait crossing. The problems that often occur at the Merak port is the mobility of the ship which is often disturbed and becomes longer due to less calm water conditions. Therefore it is necessary to build a breakwater to protect the port so that the water conditions become calmer. The purpose of this study is to plan the layout and redesign breakwater at the Merak port. Planned breakwater is the sloping type made of broken stone or tetrapod material with three alternatives, namely the slope of cot  = 1.5, cot  = 2, and cot  = 3. The most likely alternative is the alternative II with a volume that is not too large compared to the alternative III, which is 245.05 m3 per 1 meter in length and has a slope that can absorbs wave energy more effective than the alternative I.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S54529
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harman Ajiwibowo
Bandung : ITB Press, 2011
532.5 Har m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mokhamad Zaenal Abidin
"Entrance merupakan salah satu elemen penting pada sebuah kawasan atau
bangunan. Dalam kehidupan sehari-hari kite sering menemukan adanya entrance dengan fenomena bentuk dan komposisi yang bermacam-macam.
Perencanaan sebuah entrance dilakukan dengan pertimbangan esensi dari
sebuah entrance, untuk apa dia hadir, dan bagaimana dia dihadirkan terhadap
lingkungannya (kontekstualitas) Apakah terdapat perbedaan mendasar pada
pembentukan entrance yang disesuaikan dengan fungsi kawasan atau bangunan
tersebut?
Skripsi ini memberikan kajian mengenai entrance ditiniau dari esensi, fungsi, dan
kaitannya dengan konsep serta fungsi tempat ia dihadirkan Dengan Studi kasus yang
Iebih spesifik, yakni entrance pada bangunan mal dan kantor komersial, diharapkan
mampu memberikan jawaban pertanyaan di atas."
2000
S48236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Lepas denyar (flashover) merupakan suatu peristiwa kegagalan listrik pada sebuah isolasi udara. Lepas denyar sangat tidak diharapkan terjadi pada peralatan tenaga listrik karena selain merusak isolasi peralatan tersebut peristiwa lepas denyar juga dapat mengganggu sistem tenaga listrik. Sebelum terjadinya lepas denyar biasanya diawali dengan fenomena korona dan peluahan sebagian (partial discharge). Bentuk gelombang suatu peristiwa korona, peluahan dan lepas denyar dapat dianalisa dari bentuk gelombang. Pada pengujian yang dilakukan, bentuk tegangan dicapture dengan menggunakan osiloskop dan dianalisa dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa gelombang tegangan pada peristiwa korona terdiri dari komponen-komponen harmonik. Peluahan sebagian memiliki bentuk gelombang yang tidak mulus (voltage ripple) dan pada kondisi tertentu terdapat pulsa-pulsa gelombang. Sedangkan pada peristiwa lepas denyar pada gelombang tegangan terdapat pulsa-pulsa tegangan (spike). Terdapatnya isolasi pada kubikel model tidak mempengaruhi bentuk gelombang yang dihasilkan dari fenomena korona, peluahan sebagian, dan lepas denyar. Namun pengaruh pada besar tegangan untuk terjadinya korona dan lepas denyar."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binsar Maruli Tua
"Salah satu konsep memanfaatkan potensi iklim untuk pencahayaan dan pertukaran udara serta pendinginan temperatur udara ruang kegiatan manusia secara alami adalah menghadirkan inner courtyard pada suatu bangunan. Konsep inner courtyard- ruang terbuka yang ada di relatif tengah suatu bangunan - sudah lama diterapkan pada rumah-rumah antara lain di daerah beriklim panas kering terutama untuk menciptakan iklim mikro yang dirasakan nyaman bagi penghuni rumah karena memungkinkan terjadinya pertukaran antara udara panas dan dingin. Pengamatan kenyamanan termal pada studi kasus bangunan tinggi apartemen Menara Budi dilakukan melalui pengukuran dengan alat HOBO selama 2 hart rnulai pukul 10.00 sampai 16.00 WIB terutama terhadap temperatur udara dan kelembaban udara di ruang dalam, area inner courtyard dan ruang luar.
Data basil pengukuran tersebut dilengkapi dengan kuesioner sebagai parameter tingkat kenyamanan termal yang dirasakan para pengguna ruang dalam yang adalah staf dan karyawan yang bekerja di sekitar inner courtyard pada rentang waktu antara pukul 11.00 dan 14.00 WIB. Ruang-ruang dalam di sekitar inner courtyard yang diamati tingkat kenyamanan termainya antara lain ruang resepsionis, foyer dan ruang makan setengah terbuka dekat restoran tanpa adanya pengkondisian udara buatan. Kemudian data hasil pengukuran tersebut dipetakan terhadap grafik psikrometrik, yaitu grafik yang digunakan untuk mengetahui standar kenyamanan termal manusia yang sifatnya universal. Hasil pemetaan adalah kondisi rang dalam di sekitar inner courtyard yang diamati tingkat kenyamanan lermalnya masih berada relatif jauh di luar zona kenyamanan termal manusia.
Hasil pengamatan menyatakan bahwa inner courtyard sebagai ruang luar yang ada di dalam bangunan memungkinkan terjadinya interaksi lingkungan termal yang lebih besar antara ruang dalam dan ruang luar bangunan. Inner courtyard akan berhasil menciptakan kondisi ruangan-ruangan di sekitarnya nyaman secara termal bila aspek perancangan bangunan tersebut tanggap terhadap kondisi iklim setempat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Ahmad Ihwan
"Penjadwalan konstruksi pada suatu proyek memiliki arti penting yang dalam pelaksanaannya banyak sumber resiko yang dapat menyebabkan tidak berjalannya penjadwalan sesuai rencana sehingga akhirnya mempengaruhi biaya. Dalam penelitian ini sumber resiko tersebut di dikelompokkan dalam 4 fase besar yaitu fase desain engineering, fase masa persiapan, tase konstruksi setempat, dan fase manajemen proyek. Dalam keempat fase tersebut banyak sumber resiko yang dapat menyebabkan ketidakpastian pada penjadwalan yang akhirnya jika tidak diantisipasi dari awal akan mengakibatkan keterlambatan dalam proses penyelesaian suatu proyek. Salah satu cara untuk mengantisipasi sumber resiko tersebut adalah dengan menerapkan suatu sistem atau cara untuk mempertimbangkan dan menentukan ketidakpastian dalam suatu penjadwalan konstruksi yang disebut identifikasi resiko dengan bantuan metode AHP. Dari hasil identifikasi resiko didapatkan sumber-sumber resiko penjadwalan pada masing-masing fase dan kemudian dicari prioritasnya sehingga diperoleh prioritas sumber resiko tertinggi pada penjadwalan dalam penelitian ini. Data ini digunakan sebagai suatu dasar pertimbangan dalam menentukan antisipasi terhadap resiko yang mungkin muncul dalam proses penyelesaian suatu proyek bangunan gedung sehingga proyek yang dilaksanakan memiliki suatu nilai ketidakpastian yang rendah dan penjadwalan proyek tersebut dapat berjalan sesuai rencana.

Construction schedules in a project are a significant value, in the operational many risks can made the schedules stuck and it will cause increasing cost. The risks in this assessment are divided in 4 big groups of working phase ; design ebngineering phase, procurement phase, site construction phase, project management phase. Almost of the 4 big phase have many risk, that could make delaying of the project schedule if not early anticipating. To solve the problems and eliminate the risk, we can use risk assessment; in this method we must consider instability part of the schedule. This assessment, the risk in the 4 big groups of working phase will bu analyzed. After analyzing the risk we can make priority of the risk from each phase, and make an early anticipating to keep the schedule runs. The results from applying the risk assessment can be used as basic consideration in anticipating risks that would probably happen in the process of a building constructions. In results we have a project with minimum risk and instability values, the project will run as scheduled."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34837
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Joice Despin M.
"Untuk memulainya, marilah kita kilas balik sesaat Dahulu manusia mencita ramah tinggal, bukan sekedartempat tinggal saja, tapi ada tujuan seperti sarana beribadah, bersosialisasi, atau untuk pengungkapan ekspresi diri Dari latar belakang tersebut, terwujudlah rumah tinggal atau ruang berkegiatan yang di dalamnya mempunyai nilai- nilai atau maksud tertentu. Bentuk yang muncul pun mencerminkan nilai-nilai dan maksud itu. Seperti contohnya bangunan Meru (salah satu komponen dalam pura Bali) yang mempunyai atap berundak/lapis 5, maksudnya menunjukkan 4 arah utama utara- timur-selatan-barat ditambah pusatnya Tuhan.
Konsep bangunan tradisional pada penulisan ini, mengandung arti suatu konsep yang dikandung pada bangunan tradisional mengenai bagian-bagian kepala-badan-kaki pada bangunan. Dianalogikan bagian kepala-badan-kaki itu adshh atap-dinding/lantai- pondasi Namun bagian-bagian itu tidak sekedar bentuk semata. Di yakini bagian-bagian tersebut juga mempunyai nilai dan maksud tertentu seperti halnya Meru di atas.
Bangunan tinggi, sampai sekarang diyakini sebagai salah satu jawaban aras keterbatasan lahan yang semakin hari semakin bertambah. God still creates everything ecceptland, istilah yang sangat sesuai mengungkapkan atas kondisi sekarang ini. Ruang semakin dijelajah ke arah vertikal, bahkan hasrat menjelajah vertikal itu sampai ke luar bumi, begitu minimnya ternyata bumi kita ini sekarang. Dalam penulisan ini tidak sampai menjelajah sampai luar bumi.
Bangunan tinggi diciptakan untuk lebih mementingkan kuantitas ruang yang tingkat fungsionalitasnya tinggi. Terlebih lagi bangunan tinggi kaca. Bangunan tinggi kaca adalah bangunan tingkat tinggi yang bahan penutup fasadenya menggunakan kaca. Dan penulis menspesifikkan(,yang seluruhnya ditutupi oleh kaca
Jadi apakah bangunan tinggi kaca masih menatapkan konsep kepala-badan-kaki yang diserap dari bangunan tradisional. Terlebih di era modern ini yang lebih mengutamakan fungsionalitas.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Yudhistira
"Tantangan yang dihadapi oleh insinyur teknik sipil dalam mendesain bangunan tinggi dengan besemen adalah menentukan taraf penjepitan struktur, sehingga didapatkan respon struktur yang mendekati kondisi sebenarnya. Untuk tantangan tersebut, maka para insinyur teknik sipil berusaha menemukan metode analisa yang tepat terkait dengan interaksi sistem struktur atas ( frame dan dinding geser ) dengan sistem struktur bawah ( besemen dan tanah di sekeliling besemen ). Ada 2 metode yang sering digunakan dan dibandingkan antara lain, metode pertama dengan analisa terpisah sistem struktur atas dan sistem struktur bawah, dan metode kedua dengan analisa gabungan sistem struktur atas dan sistem struktur bawah.
Dalam skripsi ini, penelitian dilakukan menggunakan bantuan program SAP dengan mengidealisasikan bangunan dalam bentuk pemodelan 2 dimensi. Struktur secara umum terdiri atas frame dan dinding geser yang dimodelkan sebagai elemen shell, dan dinding besemen yang dimodelkan sebagai kolom. Jumlah lantai struktur atas divariasikan mulai dari 10, 20, dan 30 lantai. Sedangkan variasi pemodelan tanah di sekeliling besemen, pertama dimodelkan sebagai sistem pegas-redaman, dan kedua dimodelkan dengan elemen plane strain. Level penjepitan divariasikan dengan cara menjepit struktur pada taraf lantai dasar, taraf besemen, dan batuan dasar ( bedrock ). Data yang diperoleh berupa respon struktur akibat beban gempa berupa periode getar, displacement puncak, gaya geser dan momen guling dasar, serta gaya geser pada taraf lantai dasar.
Hasil akhir yang dianalisa yaitu efek level penjepitan terhadap respon struktur, efek pemodelan tanah dalam menyerap gaya inersia gempa secara khusus dampaknya terhadap besemen, dan efek dari variasi pemodelan tanah terhadap besarnya gaya inersia gempa yang diserap oleh tanah.

The challenge faced by civil engineers in designing high rise buildings with basements is how to determine the level of restraint structure so that structure responses that are nearest to the actual condition can be obtained. For that challenge, a lot of engineers have tried to find the most precise method of analysis with regard to the interaction between the upper structure ( frame and shear wall ) and lower structure systems ( basement and the soil surrounding basement wall ). There are two methods of analysis that are often used and compared. The first is by using separate analysis of upper structure and lower structure systems, and the second is by using a combine analysis of both structure systems.
In this thesis, the research was done using SAP software by idealizing building into two dimensional structure. Generally, the structure consists of frame, shear wall modeled as shell element, and basement wall modeled as column. The number of floors varies from 10, 20 , to 30 floors. Whereas, the variation of soil surrounding the basement wall is modeled, first as spring-dashpot system, second as plane strain element. The level of restraint is varied by restraining the structure on the ground level, the basement level, and the bedrock. The output of this research is structure responses as a result of seismic load, which are, among others, vibration period, top displacement, base reactions ( overturning moment and base shear ), and story shear at ground level.
The final results that are analyzed are the effect of restraint level on structure responses, the effect of soil modeling in absorbing earthquake inertia force, especially its impact on basement, and the effect of soil modeling variation on how much earthquake inertia force is absorbed by soil surrounding basement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35301
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>