Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14436 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Madia Gunawan
"ABSTRAK
Beton merupakan bahan suatu struktur bangunan yang sekarang ini sangat banyak digunakan, baik dalam pembangunan berbagai macam sarana infrastruktur maupun dalam pembangunan rumah tempat tinggal. Penggunaan beton sebagai bahan bangunan tidak hanya digunakan pada daerah daratan yang kering, namun juga digunakan pada daerah perairan. Hal ini akan menyebabkan besarnya kemungkinan dari beton untuk terekspos secara langsung terhadap air. Air yang akan mengekspos beton tersebut belum tentu dapat ditoleransi oleh beton, karena dapat dalam suatu kondisi tercemar oleh pencemaran lingkungan di sekitarnya, yang akan mengakibatkan turunya mutu beton tersebut. Beton merupakan salah satu bagian penyumbang kekuatan dari suatu struktur beton selain tulangan. Penurunan mutu beton sangat perlu untuk diketahui, karena dengan mengetahui perbandingan penurunan mutu dari masing-masing jenis air tercemar, maka kita dapat memperkirakan bangunan mana saja yang berada dalam keadaan lebih kritis. Skripsi ini hanya akan membahas bagian pemberi kekuatan dari suatu struktur beton dilihat dari bagian betonnya saja, dimana untuk bagian tulangannya akan dibahas oleh anggota team lainnya.
Pencemaran lingkungan merupakan kondisi lingkungan fisik yang meliputi atas air, tanah, dan udara, yang terkontaminasi oleh bahan pencemar yang melebihi batas standar baku yang telah ditetapkan. Sumber dari pencemaran lingkungan ini sebagian besar dikarenakan oleh kegiatan industri, yang banyak mengeluarkan limbah berupa zat-zat kimia hasil buangan dari proses produksinya. Pencemaran yang terjadi ini sudah menyebar ke berbagai tempat, yaitu pencemaran pada air laut, air sungai, air rawa, maupun pencemaran pada air hujan. Unsur-unsur kimia yang terdapat dalam berbagai macam air tercemar tersebut dapat menyerang beton terutama pada bagian produk hidrasi semennya, dimana produk hidrasi semen merupakan suatu senyawa kimia pemberi kekuatan pada beton tersebut.
Percobaan yang dilakukan disini dengan menggunakan suatu standar AWWA untuk bagian kualitas airnya dan dengan standar ACI untuk bagian betonnya. Kualitas air akan diperiksa sebagai kontrol untuk mengetahui besarnya efek yang ditimbulkan pada beton yang akan direpresentatifkan dalam tiga mutu beton yaitu mutu beton renadh (15 MPa), mutu sedang (35 MPa), dan mutu tinggi (50 MPa). Besarnya efek tersebut didapat dengan memodelkan beton yang terekspos air tercemar di dalam suatu pemodelan di laboratorium.
Hasil percobaan yang dilakukan memperlihatkan terdapatnya suatu penurunan mutu beton dalam waktu 56 hari. Pada beton mutu tinggi, berdasarkan besarnya nilai penurunankuat tekan beton secara berurutan, peringkat pertama adalah pada beton rendaman air laut, kedua pada rendaman air rawa, pada rendaman air sungai dan air hhujan belum terdapat suatu penurunan nilaikuat tekan beton. Beton mutu sedang, besarnya nilai penurunan kuat tekan beton pada peringkat pertama oleh rendaman air hujan, kedua pada rendaman air laut, ketiga pada rendaman air rawa, sedangkan pada rendaman air sungai belum terdapat suatu penurunan nilai kuat tekan beton. Beton mutu rendah, urutan penurunan kuat tekan pada peringkat pertama adalah pada beton rendaman air hujan, kedua pada rendaman air sungai, ketiga pada rendaman air laut, dan yang terlahir pada rendaman air rawa.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah faktor yang menyebabkan penurunan kuat tekan beton terhadap rendaman air laut dan air rawa, terutama disebabkan karena adanya unsur klorida yang tinggi, sedangkan pada air sungai dan air hujanunsur yang dominan adalah sulfat. Melihat hal ini, maka sebaiknya struktur beton yang ada pada daerah laut dan rawa diberi suatu perlindungan sebagai contoh digunakan zat additive agar tidak terjadi suatu penurunan mutu beton. Pada daerah air sungai, perlindungan beton disarankan dengan menggunakan beton mutu sedang ke atas, sedangkan pada beton yang terekspos air hujan lebih baik dilindungi secara fisik, seperti pembuatan drainase yang baik sehingga beton tidak akan tergenang oleh air hujan.

"
2001
S34938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rozi Aryadi
"ABSTRAK
Kebutuhan akan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan hidup yang memudahkan manusia untuk beraktivitas seperti jembatan, pelabuhan, rumah, jalan dan bangunan lainnya semakin diperlukan. Keseluruhan bangunan tersebut menggunakan konstruksi beton bertulang, yang kekuatannya ditentukan tidak hanya oleh mutu beton itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi fisik di sekitar bangunan tersebut. Pencemaran air, tanah dan udara di daerah Jakarta sudah semakin buruk, terutama pencemaran air laut akibat produksi limbah yang semakin meningkat. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kekuatan struktur dan umur bangunan. Unsur kimia pada air laut yang tercemar tersebut secara teoritis mendukung terjadinya korosi pada tulangan beton bertulang.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan teori bahwa kemungkinan terjadinya korosi dipengaruhi oleh mutu beton; kecepatan korosi dipengaruhi oleh pencemaran air laut yang semakin tinggi di sekitar tulangan beton bertulang; dan semakin rendah mutu _tulangan beton, semakin cepat terjadinya korosi.
Pembuktian hipotesa yang ada tersebut akan dibuktikan dengan menggunakan metode immersi dan metode polarisasi, yang sesuai dengan standar ASTM. Hasil yang diperoleh dengan penggunaan metode immersi menunjukkan bahwa laju korosi pada tulangan besi ST 41 yang dicelupkan selama 34 hari pada air bersih sebesar 7,62 mpy lebih cepat daripada tulangan besi ST 41 yang dicelupkan pada air laut dengan nilai 5,45 mpy. Sedangkan melalui penggunaan metode immersi menunjukkan bahwa laju korosi pada tulangan besi ST 60 yang dicelupkan selama 60 hari pada air bersih sebesar 5,15 mpy lebih cepat daripada tulangan besi ST 60 yang dicelupkan pada air laut dengan nilai 3,09 mpy. Sedangkan hasil yang ditunjukkan pada pengujian dengan menggunakan metode polarisasi yang dicelupkan pada air bersih, yaitu laju korosi pada tulangan besi ST 41 sebesar 2,039 lebih cepat dibandingkan dengan tulangan besi ST 60 yaitu 1,229 mpy. Dan hasil yang ditunjukkan pada pengujian dengan menggunakan metode polarisasi yang dicelupkan pada air laut, yaitu laju korosi pada tulangan besi ST 41 sebesar 7,482367 lebih cepat dibandingkan dengan tulangan besi ST 60 yaitu 3,876433 mpy.

"
2001
S34800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randha A. Leoraianta
"Korosi berpotensi menjadi sebuah masalah yang besar pada aplikasi yang menggunakan logam, contohnya dibidang industri minyak dan gas. Proses korosi akan mengakibatkan kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian langsung seperti biaya penggantian material, biaya perawatan, overdesign, dll. Kerugian tidak langsung seperti plant shutdown, lost production, kontaminasi produk, dll. Salah satu cara untuk menangani masalah korosi ini adalah dengan menggunakan inhibitor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teh hijau sebagai inhibitor organik ramah lingkungan pada lingkungan air laut dan mengetahui efisiensi ekstrak teh hijau terhadap waktu pengujian. Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, maka diadakan suatu pengujian dalam skala laboratorium dengan menggunakan baja SPCC dalam lingkungan air laut, dengan menggunakan inhibitor dari ekstrak teh hijau yang mengandung zat anti oksidan polifenol dan turunannya serta zat kafein yang diasumsikan keduanya dapat menekan laju korosi. Pengujian laju korosi menggunakan metode kehilangan berat dimana sampel baja SPCC direndam dalam air laut selama 3, 5, dan 7 hari.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan ekstrak teh bekerja baik dilingkungan air laut karena terjadi penurunan laju korosi antara perendaman dengan inhibitor dan perendaman tanpa inhibitor terhadap lamanya waktu pengujian. Penurunan laju korosi terbesar pada hari ke-3, yaitu sebesar 32%.

Corrosion potential to become a major problem in applications that use the metal, for example in the field of oil and gas industry. Corrosion process will result in loss either directly or indirectly. Direct losses such as material replacement costs, maintenance costs, over-design, etc.. Indirect losses such as plant shutdown, lost production, product contamination, etc.. One way to handle this problem is to use a corrosion inhibitor.
This study aims to determine the effect of green tea as an environmentally friendly organic inhibitors on the environment know the efficiency of sea water and green tea extract against time pengujian. Untuk achieve the objectives of this study, then conducted a test in a laboratory scale using SPCC steel in sea water environment, by using inhibitors from green tea extract containing anti-oxidant polyphenol and caffeine derivatives and substances which are assumed that they can suppress the corrosion rate. Tests for the corrosion rate using weight loss method in which SPCC steel samples immersed in sea water for 3, 5, and 7 days.
In this research suggested tea extracts worked well in the environment of sea water due to a decline in the rate of corrosion between immersion with inhibitor and without inhibitor immersion of the test duration. The biggest decrease in corrosion rate on day 3, ie by 32%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S1411
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdi Bahalwan
"Pencemaran lingkungan adalah kondisi lingkungan fisik (air, tanah, udara) yang terkontaminasi oleh bahan pencemar melebihi batas-batas yang telah ditetapkan. Sumber pencemar dapat berasal dari limbah kegiatan manusia, dapat pula berasal dari kondisi alam. Saat ini pencemaran terhadap air ditemui pada banyak lokasi terutama di tempat di mana banyak kegiatan manusia, antara lain di sekitar industri, pemukiman, air sungai yang tercemar mengandung bahan organik yang tinggi dan mineral. akibat pencemaran udara, air hujan tercemar sehingga air menjadi asam. Air hujan ini kemungkinan besar merupakan air hujan yang tercemar sebagai akibat pembangunan industri yang pesat, dimana industri-industri ini menyumbangkan limbah yang mengandung zat korosif yang dapat menimbulkan proses korosi dan merusak struktur beton bertulang sehingga mengurangi usia dari struktur tersebut. Demikian pula air tanah yang terintrusi air laut mengandung chlorida tinggi yang berakibat pH menjadi rendah atau air bersifat asam.
Banyak bangunan beton bertulang yang kontak dengan air baik dengan air hujan, air tanah, air sungai, air laut. Salah satu hal yang menyebabkan penurunan kekuatan beton bertulang ini adalah apabila terjadi korosi. Korosi adalah proses terjadinya oksidasi logam yang menyebabkan rusaknya struktur logam yang biasanya diikuti dengan berkurangnya logam masuk dalam cairan. Apabila air masuk ke dalam suatu struktur beton bertulang dimana air berfungsi sebagai elektrolit dan berkontak dengan besi tulangan maka proses korosi akan terjadi dan akibatnya kekuatan beton bertulang tersebut berkurang. Masuknya air ke dalam beton bertulang tergantung dari tingkat permeabilitas beton tersebut. Makin tinggi permeabilitas beton makin rendah mutu beton.
Penelitian ini dimulai dengan mencari air hujan yang tercemar dengan menggunakan data dari BEPEDAL dan dipilih air hujan daerah jalan tol Cikampek. Sampel air hujan tersebut diperiksa kualitas airnya dan tulangan baja yang diteliti adalah ST.41 dan ST.60 serta diukur laju korosinya dengan 2 cara yaitu elektrokimia dan immersion test dengan air rendaman air hujan tercemar dan air bersih sebagai pengontrol. Untuk tulangan berlapis beton hanya digunakan studi literatur.
Hasil laju korosi berdasarkan uji elektrokimia adalah, untuk air hujan nilai laju korosi tulangan S.T 41=0,926mpy(0,05mm/year) dan tulangan S.T = 60=0,558mpy(0,215mm/year), sedangkan air bersih laku korosi tulangan S.T 41=3.2934mpy(0,215mm/year), nilailaku korosi tulangan S.T 60=0,882mpy(0,0224mm/year). Untuk metode immersion test air bersih mempunyai nilai laju korosi 7,176mpy(0,182mm/year). Angka ini lebih dapat diterima karena proses percobaannya mendekati kondisi lapangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah semakin rendah mutu beton, semakin besar kemungkinan terjadinya korosi. Makin tercemar air yang berada di sekitar beton bertulang, makin cepat korosi terjadi. Pembuktian terhadaphipotesis ini diwujudkan dengan melakukan percobaan di laboratorium dengan menentukan angka permeabilitas beton bertulang pada berbagai jenis air yang tercemar tersebut, kemudian mengukur laju korosi tulangan tanpa lapis beton dan tulangan berlapis beton secara teoritis, serta mengidentifikasi kualitas air sungai, air laut, air rawa, dan air hujan. Manfaat penelitian ini memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang korosi beton bertulang, dan dapat digunakan untuk mencari alternatif pemecah masalah korosi tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Refai Muslih
"Studi tentang laju korosi pada baja tahan karat SUS304 dalam lingkungan air laut buatan yang dipengaruhi oleh tegangan sisa yang diukur menggunakan difraksi sinar-X metode cos- α. Korosi dalam banyak hal tidak dikehendaki. Kualitas dan penampilan benda akan berubah menurun karenanya. Salah satu pemicu korosi adalah tegangan sisa yang ada di permukaan bahan. Penelitian ini menampilkan hubungan antara tegangan sisa permukaan dengan laju korosinya. Pada penelitian ini digunakan baja tahan karat SUS 304 sebagai sampel dan air laut buatan yaitu larutan NaCl 3,5% sebagai elektrolitnya. Komposisi unsur dan fasa dari sampel didapat dengan uji Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) dan X-ray Diffraction (XRD). Topografi permukaan sampel diamati dengan mikroskop optik dan Atomic Force Microscope (AFM). Pengukuran tegangan sisa dilakukan pada setiap proses yang dilalui oleh sampel. Sampel uji tarik sebanyak 9 buah dipersiapkan dari pelat setebal 6 mm yang dipotong dengan wirecut. Perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa diberikan kepada sampel dengan suhu 600 ℃ selama 1 jam dan didinginkan secara alami. Permukaan sampel dihaluskan dengan amplas sampai grit 2000. Sampel-sampel dikelompokkan menjadi 3 group dan kemudian dilakukan penarikan dengan regangan (strain, ε) sebesar 1%, 2% dan 3% secara berurutan. Tegangan sisa rata-rata pada sampel setelah perlakuan panas adalah -47 MPa. Tegangan total pada sampel yang telah dideformasi 1, 2 dan 3% berturut turut adalah 295, 315 dan 328 MPa. Perendaman sampel di dalam air laut buatan selama 48 jam tidak banyak mengubah karakter permukaanya. Hal ini diperoleh dari data EIS dimana tidak dijumpai adanya semicircle yang utuh dari seluruh sampel yang digunakan. Sirkuit ekivalen yang terdeteksi adalah hambatan elektrolit (R1), constant phase element (CPE) double layer (CPE1) dan lapisan pasif permukaan sampel (CPE2) beserta dengan hambatannya berturut-turut R2 dan R3. Pengukuran potensiodinamik menunjukkan penurunan potensial korosi dari -151 mV menjadi -290mV untuk sampel tanpa deformasi dan terdeformasi 3% secara berurutan. Arus korosi meningkat seiring dengan peningkatan derajat deformasi. Dari data-data hasil eksperimen telah didapat hubungan yang jelas antara laju korosi dengan tegangan sisa permukaan yang diukur dengan metode cos-⍺.

Study of the corrosion rate of SUS304 stainless steel in an artificial seawater environment affected by residual stresses measured using X-ray diffraction cos-α method. Corrosion is in most cases undesirable. The quality and appearance of objects will change and decrease because of it. One of the triggers of corrosion is the residual stress on the surface of the material. This research shows the relationship between surface residual stress and corrosion rate. In this study, stainless steel SUS 304 was used as the test object and artificial seawater as electrolyte, namely 3.5% NaCl solution. The elemental composition and phase of the sample were obtained from Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) and X-ray Diffraction (XRD) tests. The surface topography of the sample was observed with an optical microscope and Atomic Force Microscope (AFM). Residual stress measurements are carried out at each process that the sample goes through. Nine pieces of tensile test samples were prepared from a 6 mm thick plate which was cut with a wirecut. Heat treatment to remove residual stress was given to the samples at 600 ℃ for 1 hour and naturally cooled. The surface of the sample was ground with sandpaper to 2000 grit. The samples were grouped into 3 groups and then drawn with strains of 1%, 2% and 3% respectively. The average residual stress in the sample after heat treatment is -47 MPa. The total stress in the 1, 2 and 3% deformed samples were 295, 315 and 328 MPa, respectively. The immersion of the sample in artificial seawater for 48 hours did not change the surface character much. It was obtained from the EIS data where there was no intact semicircle of all the samples used. The equivalent circuits detected were the electrolytic resistance (R1), constant phase element (CPE) double layer (CPE1) and the sample surface passive layer (CPE2) along with their respective resistances R2 and R3. Potentiodynamic measurements showed a decrease in corrosion potential from -151 mV to - 290mV for 3% deformed and undeformed samples, respectively. The corrosion current increases as the degree of deformation increases. From the experimental data, a clear relationship has been obtained between the corrosion rate and the surface residual stress as measured by the cos-⍺ method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Febbyka Rachmanda
"Korosi merupakan penyebab utama kegagalan dalam industri minyak dan gas bumi. Mengisolir logam dari bahan korosi merupakan adalah cara yang paling efektif untuk mencegah korosi pada industri ini. Penggunaan inhibitor korosi alami menjadi alternatif baru untuk mencapai tujuan tersebut. Bahan alam dipilih sebagai alternatif karena bersifat aman, mudah didapatkan, bersifat biodegradable, biaya murah, dan ramah lingkungan.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari perilaku inhibisi ekstrak kulit manggis pada pipa baja API-5L di lingkungan air terproduksi dan dibandingkan dengan inhibitor kimia dengan menggunakan metode kehilangan berat. Parameter elektrokimia dievaluasi dengan menggunakan metode EIS dan metode FTIR dilakukan untuk mengidentifikasi gugus aktif yang bekerja. Ekstrak kulit manggis dipilih sebagai inhibitor korosi karena mengandung senyawa antioksidan yang dapat menghambat laju korosi.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kulit manggis dan inhibitor kimia merupakan inhibitor korosi yang sangat efektif untuk pipa baja API-5L di lingkungan air terproduksi karena dapat menurunkan laju korosi secara signifikan. Efisiensi inhibisi ekstrak kulit manggis sebesar 58 - 92% dengan penambahan 2 - 10 ml ekstrak kulit manggis. Ekstrak kulit manggis bekerja dengan membentuk suatu lapisan tipis (terlihat maupun tidak terlihat secara kasat mata) atau senyawa kompleks, yang mengendap (adsorpsi) pada permukaan logam sebagai lapisan pelindung yang dapat menghambat reaksi logam tersebut dengan lingkungannya. Mekanisme ini juga didukung dengan meningkatnya nilai tahanan polarisasi dari permukaan baja setelah ditambahakan inhibitor.

Corrosion is the major cause failure in oil and gas industry. Isolate the metal from corrosion of materials is the most effective way to prevent corrosion for this industry. The use of green corrosion inhibitor become a new alternative to achieve that goal. Green inhibitor chosen as an alternative because it is safe, easily available, biodegradable, low cost, and environmentally friendly.
This study was conducted to study the inhibition behavior of pericarp of mangosteen extract for API-5L pipe steel in produced water environment and compared with chemical inhibitor using the weight loss method Electrochemical parameters are evaluated using EIS method and FTIR method to identify functional group that works. Pericarp of mangosteen extract is selected as corrosion inhibitor because they contain antioxidant compounds that can inhibit the corrosion rate.
Result showed pericarp of mangosteen extract and chemical inhibitor is highly effective corrosion inhibitor for API-5L pipe steel in produced water environment because it can inhibit the corrosion rate significantly. Inhibition efficiency for pericarp of mangosteen is 58 - 92% with addition of pericarp of mangosteen extract of 2 -10 ml. Pericarp of mangosteen works by forming a thin layer (visible or not visible by naked eye) or complex compounds, which settles (adsorption) to metal surfaces as a protective layer that can inhibit the reaction of the metal with its environment. This mechanism is also supported by the increased value of the polarization resistance of the steel surface after addition of inhibitor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Krishnadi Wicaksono
"Kebutuhan hidup manusia semakin lama semakin berkembang dan semakin kompleks. Salah satu kebutuhan yang semakin berkembang itu adalah kebutuhan akan bangunan prasarana sipil. Bangunan prasarana sipil tersebut tidak hanya dibutuhkan di kota-kota besar, namun juga sampai ke daerah-daerah pelosok. Bangunan-bangunan prasarana sipil tersebut sebagian besar menggunakan konstruksi beton bertulang. Tulangan beton digunakan dalam konstruksi beton bertulang sebagai perkuatan beton. Namun tulangan beton sangat rentan terhadap pengaruh unsur kimia yang dapat menyebabkan korosi sehingga mengurangi kekuatan struktur beton bertulang. Korosi pada tulangan beton terjadi akibat adanya unsur kimia di lingkungan yang bersifat asam dengan kadar pH yang rendah. Unsur-unsur kimia yang mempunyai sifat korosif tersebut diantaranya adalah SO42, Cl-, NO2-. Derajat kerusakan dari tulangan beton terhadap proses korosi ditentukan dengan satuan mpy dan mm/year. Semakin tinggi derajat kerusakan maka nilai laku korosi tersebut akan semakin besar. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, pada umumnya menyelidiki korosi tulangan beton pada senyawa yang mengandung unsur kimia yang mengandung unsur korosi seperti air yang tercemar, air rawa dan lain sebagainya. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa tulangan yang berada di dalam air rawa memiliki laju korosi yang cukup besar. Oleh sebab itu untuk mengetahui besarnyapengaruh unsur-unsur kimia SO42, Cl-, NO2- terhadap tulangan beton, akan dilakukan penelitian menggunakan masing-masing unsur tersebut dengan tingkat perbandingan tertentu yang ditambahkan ke dalam air rawa tercemar. Korosi merupakan kerusakan suatu material sebagai akibat material tersebut bereaksi secara kimia dengan lingkungannya yang tidak mendukung. Proses korosi yang terjadi pada material yang terbuat dari logam disebabkan karena adanya proses pelepasan electron pada logam (anoda) menuju logam lain (katoda). Proses tersebut terjadi apabila ada zat yang bersifat sebagai elektrolit yang berfungsi sebagai penghantar listrik. Dalam menentukan suatu derajat kerusakan dari suatu proses korosi terhadap suatu material maka digunakan satuan mpy dan mm/year. Tahap-tahap dalam melakukan penelitian ini dimulai dengan mengambil sampel air rawa yang relatif belum tercemar yaitu air rawa Cengkareng. Sampel air rawa kemudian diperiksa kualitas airnya dan dibandingkan dengan kualitas air tanah di Depok. Baja tulangan yang diteliti adalah ST37 dan ST60 dan cara pengukuran laju korosinya digunakan cara Immersion dengan air rendaman berupa air rawa yang telah ditambah unsur-unsur korosif dan air bersih (air tanah Depok) sebagai kontrol. Untuk tulangan berlapis beton hanya digunakan studi literatur. Dari hasil uji Immersion didapatkan angka laju korosi di dalam air rawa Cengkareng murni untuk ST37 : 5,098 mpy; ST60 : 5,047 mpy (dinaikturunkan) 14,467 mpy. Sedangkan angka laju korosi air tanah Depok untuk ST37 : 6,235 mpy; ST60 : 5,437 mpy; ST37 (dinaikturunkan) : 6,395 mpy. Rata-rata laju korosi baha tulangan mutu ST37 dan rata-rata laju korosi tulangan mutu ST60 dalam medium rendaman air rawa murni (kondisi dinaikturunkan maupun tidak), air tanah (kondisi dinaikturunkan maupun tidak) dan di dalam air rawa yang telah ditambahkan dengan unsur korosif (kondisi tidak dinaikturunkan) berada di dalam rentang 5 - 20 mpy, pada kategori baik (good)[Fontana, 1986, halaman 172], sedangkan untuk perendaman di dalam medium air rawa yang telah ditambahkan dengan unsur-unsur korosif dengan kondisi dinaikturunkan berada di dalam rentang 20 - 50 mpy, pada kategori sedang (fair) [Fontana, 1986, halaman 172]. Unsur-unsur dominan yang mempengaruhi laju korosi secara berurutan adalah unsur klorida (CL-) unsur sulfat (SO42-) dan unsur nitrat (NO2-). Selain itu factor yang mempengaruhi laju korosi berdasarkan uji Immersion ini adalah semakin rendah mutu tulangan angka laju korosi akan semakin tinggi, semakin tinggi konsentrasi unsur-unsur korosif di dalam air rawa yang ditandai dengan semakin rendahnya angka pH maka angka laju korosinya akan semakin tinggi dan seringnya material logam kontrk dengan oksigen (O2) akan mempercepat reaksi reaksi sehingga akan meningkatkan angka laju korosi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu tulangan, konsentrasi unsur-unsur korosif, angka pH, kontak dengan oksigen akan mempengaruhi tinggi rendahnya angka laku korosi. Selain itu semakin baik mutu dan tebal selimut beton akan semakin terlindung dari korosi. Karena akan memberikan perlindungan pada baja tulangan berupa struktur pori-pori beton yang lebih rapat sehingga akan mempersulit bagi air rawa yang mengandung zat-zat korosif untuk masuk mencapai lapisan tulangan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Runtulalu, Sony C.
"Air sungai yang tercemar adalah air sungai yang kondisinya terkontaminasi oleh bahan pencemar melebihi batas-batas yang telah ditetapkan. Banyak bangunan beton bertulang yang kontak dengan air sungai tersebut. Air sungai yang tercemar ini diperkirakan mengandung unsur-unsur yang berpotensi menyebabkan korosi pada tulangan beton tersebut sehingga dimensi tulangan mengecil dan akibatnya kekuatan beton bertulang itu berkurang. Penelitian ini bermaksud untuk mencari karakteristik-karakteristik apa saja yang terdapat dan dominan dalam air sungai dengan laju korosi pada tulangan dan fenomena korosi pada beton bertulang dan mencari hubungan kekuatan tarik (mutu) tulangan dengan ketahanannya terhadap korosi.
Korosi didefinisikan sebagai kerusakan atau kemerosotan material logam karena bereaksi dengan lingkungannya melalui reaksi kimia. Air sungai tercemar merupakan salah satu lingkungan penyebab korosi. Adapun sifat-sifat air sungai yang bisa menyebabkan korosi adalah pH, temperatur, suspended solids, daya hantar listrik, dissolved oxygen, sulfat klorida, angka permanganat dan sebagainya. Lingkungan ini baru bisa menyebabkan korosi pada tulangan beton apabila lapisan pasif pelindung tulangan itu dirusak. Pada beton, lapisan selimut beton membentuk lapisan pasif yang melindungi tulangan dari proses korosi. Pada waktu lapisan beton ini rusak akibat karbonasi maka proses korosi dimulai. Lama waktu proses terjadinya kerusakan pada lapisan pasif biasa disebut dengan istilah periode inisiasi. Korosi pada tulangan ini terutama disebabkan oleh ion klorida. Korosi merupakan suatu reaksi elektrokimia, ada dua reaksi yaitu reaksi anodik yang melepaskan elektron dan reaksi katodik yang menangkap elektron.
Penelitian meliputi pemeriksaan kualitas air sungai tercemar dengan standar AWWA, terutama parameter yang mempengaruhi terjadinya korosi pada logam (baja); mengukur laju korosi pada tulangan baja denan cara elektrokimia dan tes celup (ASTM). Sedangkan pada tulangan berlapis beton dilakukan kajian secara teoritis.
Dari hasil penelitian terkait diuraikan bahwa dalam medium air sungai tercemar beton akan lebih cepat rusak (tingkat kerusakan 12,04%) daripada dalam medium air bersih (tingkat kerusakan 0%) dan dapat diperkirakan pula bahwa angka permeabilitas beton dalam air sungai tercemar lebih besar dari angka permeabilitas beton dalam air bersih (3,331 _m/detik). Makin cepat beton rusak dan makin tinggi angka permeabilitas dalam air sungai tercemar, makin cepat pula periode inisiasi. Pendeknya waktu periode inisiasi beton dalam air sungai tercemar ini disebabkan karena agresifitas lingkungan yaitu kadar sulfat tinggi dan suspended solids rendah.
Pemeriksaan kualitas air sungai tercemar menunjukkan bahwa dalam air sungai tercemar terdapat unsur-unsur yang bisa menyebabkan korosi pada baja tulangan. Unsur yang dominan adalah klorida (1028,99% lebih besar dari air bersih), sulfat (337,32% lebih besar dari air bersih), dan angka permanganat (338,64% lebih besar dari air bersih). Di samping itu diperoleh bahwa: laju korosi baja tulangan dalam medium air sungai tercemar (4,63 mpy untuk mutu ST41 dan 4,36 mpy untuk mutu ST60) lebih tinggi dibandingkan dengan laju korosi baja tulangan pada medium air bersih (3,605 mpy untuk mutu ST41 dan 0,63 mpy untuk mutu ST60) baik pada mutu baja ST41 (1,28 kali) maupun pada mutu ST60 (6,92 kali) dan laju korosi baja tulangan mutu ST41 (4,63 mpy dalam air sungai tercemar dan 3,605 mpy dalam air bersih) lebih tinggi dibanding dengan laju korosi baja tulangan mutu ST60 (4,36 mpy dalam air sungai tercemar dan 0,63 mpy dalam air bersih) baik dalam medium air sungai tercemat (1,06 kali) maupun dalam medium air bersih (5,72 kali)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ikhwan Buzar
"Untuk menunjang kesejahteraan hidup manusia maka diperlukan prasarana sipil untuk dapat memenuhi kebutuhan akan hal tersebut. Parasarana sipil ini sebagian besar terbuat dari beton bertulang. Tetapi akibat terbatasnya lahan, maka banyak bangunan sipil yang dibangun di atas tanah-tanah kosong yang dulunya merupakan sebuah rawa atau dengan cara menguruk rawa yang sudah ada. Rawa ini mempunyai kemungkinan besar merupakan rawa yang tercemar sebagai akibat pembangunan industri yang pesat dimana industri-industri ini menyumbangkan limbah yang mengandung zat korosif yang dapat menimbulkan proses korosi dan merusak struktur beton bertulang sehingga mengurangi usia dari struktur tersebut.
Korosi merupakan kerusakan suatu material sebagai akibat material tersebut bereaksi secara kimia dengan lingkungannya yang tidak mendukung. Lingkungan yang tidak mendukung ini dapat berupa kadar pH yang rendah banyaknya kandungan unsur klorida bebas, sulfat dan beberapa faktor lingkungan dan faktor diri beton itu sendiri apakah itu mutu tulangan yang digunakan ataupun mutu dan tebal selimut betonnya. Dalam menentukan suatu derajat kerusakan dari suatu proses korosi terhadap suatu material maka digunakan satuan mpy dan mm/year.
Tahap-tahap dalam melakukan penelitian ini dimulai dengan mencari rawa yang tercemar dengan menggunakan data dari BEPEDAL untuk mencari lokasi rawa tercemar dan dipilih rawa Pedongkelan, Jakarta Timur. Kemudian mengambil sampel air untuk dperiksa kualitas airnya. Baja tulangan yang diteliti adalah ST41 dan ST60 dan cara pengukuran laju korosinya digunakan 2 cara yaitu Elektrokimia dan cara Emmersion dengan air rendaman air rawa tercemar dan air bersih sebagai kontrol. Untuk tulangan berlapis beton hanya digunakan studi literatur.
Hasil yang didapat adalah berdasarkan uji EK, untuk air rawa nilai laju korosi tulangan ST 41 = 9.65 mpy, 0.245 mm/year dan tulangan ST 60 = 4.04 mpy, 0.102 mm/year, sedangkan untuk air bersih nilai laju korosi tulangan ST 41= 3.521 mpy, 0.079 mm/year nilai laju korosi tulangan ST 60= 1.2251 mpy, 0.0311 mm/year. Untuk metode EMMERSION baja tulangan ST41 pada air rawa CR = 5.624 mpy, pada air bersih CR = 7.278 mpy. Baja tulangan ST 60 pada air rawa CR = 4.218, pada air bersih CR = 7.03 mpy. Hal ini disebabkan pada uji Emmersion kurang mensimulasikan keadaan sebenarnya, oleh sebab itu disarankan untuk melakukan percobaan ini kembali secara in situ.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu tulangan mempengaruhi laju korosi, semakin tinggi mutunya semakin sulit ia terkorosi. Dan semakin baik mutu dan tebal selimut beton maka semakin terlindung baja tulangan dari proses korosi. Karena akan memberikan perlindungan pada baja tulangan berupa struktur pori-pori beton yang lebih rapat sehingga akan mempersulit bagi air rawa yang mengandung zat-zat korosif untuk masuk mencapai lapisan tulangan. Sedangkan ketebalan yang cukup akan memberikan hambatan berupa jarak yang harus dilalui oleh air rawa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>